Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

하나님의 계획은 여전히 ​​미스터리입니다 (69)

"Jika kau merasa lelah istirahtlah, akan tetapi jika kau merasa sudah lebih tolong bangunlah agar aku tidak terjebak dalam suatu hal yang bernama kebingungan. Rasanya lebih menyakitkan dari pada jatuh di atas aspal."

.

(Author **** POV)

Taehyung merasa dunianya sudah sangat runtuh, disini di merasa tak berguna sama sekali. Hanya bisa melihat bagaimana tenaga medis melakukan pekerjaan mereka dengan cekatan meski begitu Taehyung tetap tidak bisa tenang, dia menunggu sang kakak dengan wajah kosong dan tak berekspresi, membuat gadis disampingnya tak kalah juga khawatir. Menggigit jari dan Taehyung tentu saja dia sudah habis suara memanggil sang kakak akan tetapi tak bangun, dia hanya menjawab pertanyaan Jieun dengan menggeleng dan menolak. Semua ini berlangsung cepat dan menakutkan, dia sudah berfikir buruk, bagaimana jika sang kakak akan pergi meninggalkannya?

"Taehyung kau pulanglah beristirahatlah, aku yang akan menjaga kakakmu." Jieun merasa sangat kasihan dengan namja muda itu. Wajah Taehyung yang juga ikut pucat membuat gadis cantik itu merasa takut jika dia sakit. "Aku ingin disini menemani hyungku." Tolaknya dengan tatapan kosong nanar, dia bahkan sudah tak peduli dengan keadaannya yang kacau. Bingung juga... membuat artis cantik ini tetap tak bisa membiarkan adik dari sahabatnya seperti ini, jatuh dengan sangat dalam situasi yang menyulitkan.

"Kau sangat buruk, sementara kakakmu akan khawatir jika melihatmu begini." Dia mengusap pelan pundaknya dan berharap jika Taehyung mau mendengarnya kali ini. situasi semakin rumit saat Taehyung merasa jika ada dialog yang membuat dia merasa ingin diatur, membuat sifat keras kepalanya sedikit muncul. "Noona, jika aku pergi siapa yang akan membuat hyungku bangun dia pasti akan mencariku langsung, aku tidak mau. Baekhyun hyung, biar aku yang menjaganya kau yang harusnya pulang."

Jieun sedikit kaget karena nada bicara Taehyung yang mengisaratkan ketidaksukaan padanya, dan itu terbukti dengan bagaimana Taehyung menatapnya tajam seolah meminta dia enyah dengan halus. Beruntung dia lebih dewasa dan memaklumi sikap namja di sampingnya ini, Baekhyun juga pernah menceritakan bagaimana karakter adiknya dan mulai terbiasa dengan sikapnya. Menurunkan tangannya pelan dari pundak yang muda, dia menjadi bingung sendiri di tambah lagi di dalam sana Baekhyun masih mendapatkan pertolongan di ruang UGD. Suasana mendadak canggung sejak saat kejadian tadi, hanya bisa memainkan kedua jemarinya.

Sudah hampir setengah jam Taehyung dan Jieun menunggu, akhirnya seorang pria dengan jas putihnya keluar dengan membawa hasil laporan di kertasnya dan juga mencari seseorang yang menjadi keluarganya, "Adakah disini keluarga pasien?" sontak saja keduanya berdiri, akan tetapi Taehyung lebih dahulu mendekati dokter tersebut sembari berseru bahwa dia adalah adiknya.

Wajah Taehyung sangat mirip dengan pasien dan membuat dokter itu percaya dan mengangguk, dia juga merasa berat sebenarnya saat melihat kedua orang di depannya sangat bersedih. "Sebaiknya anda ikut saya keruangan ada beberapa hal yang harus saya bicarakan. Jika anda berkenan tolong ikut saya." Pria itu mempersilahkan Taehyung untuk mengikutinya, tentu saja namja muda itu tak menolak, apalagi ini mengenai keadaan sang kakak. Dia berharap-harap cemas mengikuti dokter tersebut dan berdoa semoga semua baik-baik saja. Bahkan dia tak berharap jika ada berita buruk pada akhirnya, meski kemungkinan harapannya itu bukanlah sesuatu yang dikabulkan Tuhan.

Jieun memperhatikan keduanya berjalan, lagi-lagi dia menengok di balik kaca pintu itu. Dia melihat Baekhyun yang tengah dipasang beberapa alat medis oleh beberapa perawat disana, dia merasa jika... keadaan Baekhyun tidaklah baik saja. "Apa yang kau sembunyikan Baek? Kau membuatku khawatir." Lirih dengan raut wajah sedih dia bahkan tak bisa menebak bagaimana sakit di hatinya yang terasa ngilu saat melihat tubuh berbaring tak berdaya itu. Dalam diam gadis cantik itu tak sengaja melihat seseorang yang memperhatikan menggunakan ponselnya, seorang wanita yang sedikit terkejut ketika melihat artis cantik seperti Jieun tengah menatapnya secara tak langsung. Sontak saja Jieun menghampirinya dengan langkah cepat, dia sadar jika ada seorang Ulzang yang merekam setiap gerakan Taehyung di lorong sana.

"Hei kau, mau kemana?" berucap dengan nada keras, dan mempercepat langkahnya. Sepertinya ada seorang fans yang melakukan hal sembrono, dia tahu bagaimana rasanya saat dia juga pernah mengalaminya. Akan tetapi gadis itu tidak sopan karena bisa saja Taehyung semakin down jika orang tak bertanggung jawab itu menyebar luaskan berita seperti ini. Pada akhirnya Jieun memilih melepaskan sepatunya dia merasa sedikit terganggu kecepatan dalam langkah kakinya dan memilih untuk mengejar gadis yang memasukan ponsel dengan raut ketakutannya.

"Tolong siapapun hadang gadis itu!" sesekali dia meminta tolong demi apapun Taehyung tidak boleh tahu jika dia habis dikuntit.

.

Luhan memperhatikan rumah besar yang ada disana, dia melihat setiap penjagaan ketat tanpa ada celah. Sembari mengunyah permen karetnya, namja tampan ini seakan tak akan berhenti untuk mengawasi keadaannya. Dia tak sendiri dan kebetulan ada Zou yang duduk di belakangnya, dia juga ingin melihat cara kerja Luhan dan juga suasana musuh bebuyutannya itu.

"Kau sangat antusias, sampai kau begitu mendiamkanku seperti biasanya." Tuan Zou mengambil cerutu dalam sakunya itu dan menghirup asapnya lalu menghembuskannya dengan cepat, membuat Luhan menahan nafas untuk beberapa menit dan membuka sedikit jendela mobil itu. Sumpah dia merasa jika paru-parunya akan terbakar dengan asap benda sialan itu. Dia hanya bisa melirik diam dengan tatapan benci, akan tetapi dia masih bisa bertahan dan masih mengawasi disana. "Kau tak membalas pertanyaanku anak muda." Ucapnya dengan tatapan yang sulit ditebak dimana manik mata itu menyimpan kebencian sekaligus kesal. Akan tetapi Luhan bukan manusia biasa, dia juga beberapa kali berhasil dalam mendapatkan keuntungan akibat tangan terampil itu.

Meski dia sudah menjebaknya dengan narkoba sekalipun akan tetapi tetap saja membuat Luhan menjadi senjatanya tidaklah mudah. Melihat wajah dingin bos berbadan besar itu, dan membuat Luhan tersenyum miring dia tidaklah bodoh memang dan bukan manusia yang mudah diperalat. ALAT! Luhan sangat membenci dengan istilah bodoh dalam otak idiot itu.

"Jika kau merasa jenuh aku bisa keluar dan pindah ke mobil di belakangmu, TUAN!" Menekankan nada di belakang kalimatnya tak lupa dengan nada dirinya yang seolah mengejek manusia berdaging itu. "Kau membuatku hampir ingin membunuhmu karena mulut tajammu Xi." Entah itu nada candaan atau hal serius, sulit di tebak jika di dengar dalam satu sisi saja. "Tapi aku yakin anda tidak akan mampu." Tebaknya dengan rasa tingkat percaya diri yang tinggi dan membuat pria itu tertawa spontan, dia merasa terenyah dengan sikap Luhan yang sedikit kurang ajar.

"Sayangnya kau manusia yang bagus untuk aku dapatkan, keparat kecil. Kau beruntung nyawamu aku ampuni." Meringis dengan menekankan setiap katanya, jika anak buahnya yang lain sudah diberlakukan hal itu oleh bosnya mereka pasti sudah takut akan tetapi Luhan seperti menikmati prosedurnya.

"Ya, aku beruntung itulah kenapa aku diberi nama itu." dia kembali mengawasi dengan teropongnya ini sudah pukul delapan malam dan Luhan merasa jika sang ayah tak melakukan untuk pergi ke suatu lokasi, akan tetapi sebuah mobil terpakir disana selama kurang lebih sepuluh menit. Dia masih menunggu agenda apa yang akan dilakukan pria jahanam itu, dan bertahan betah dengan manusia kaum neraka di belakangnya.

"Ibumu sungguh sial menikahi pria itu sampai kau yang ingin membunuhnya dengan tanganmu." Tuan Zou membuat keheningan itu pecah dan Luhan dia memang diam dari ekspresinya dia masih mengawasi disana akan tetapi dalam hatinya dia sudah memicu bara api. "Ya, begitu pula dengan aku. Kau dan ayahku sama saja. kalian berdua menyesatkan, akan tetapi aku heran kau tak curiga padaku satu mobil denganku tanpa anak buah. Tak berfikirkah bisa saja aku membunuhmua dengan mudah?" Luhan seperti memancing propaganda dalam hal ini dia sangat antusias dalam mengajak keributan apalagi jika dia bisa melakukan perdebatan kecil seperti ini. Akan tetapi dalam hal ini keduanya sangat pintar dan hampir sama liciknya meski Luhan masih muda.

"Aku curiga? Tidak... aku merasa jika kau memang pantas aku dampingi, melihatmu sama saja melihat diriku di masa muda saat aku masih senaif dirimu dan juga kau tak jauh beda denganku. Apalagi ayahmu yang membuatku menjadi lebih kejam dari sebelumnya." Sepertinya dia sedikit membeberkan rahasianya, menimbulkan rasa penasaran sedikit penasaran dari Luhan sendiri. "Apa hubunganmu dengan pria itu." saking bencinya Luhan sampai menyebut ayahnya dengan sebutan 'pria itu'.

"Bukan apa-apa hanya saja dia sudah bermain dengan jauh dan melibatkan putriku." Jawaban yang sungguh aneh hingga Luhan mengangkat sebelah alisnya, dia juga bingung dan tak tahu jika pria di belakangnya memiliki seorang anak. "Putri?" sedikit memperjelas apakah benar Zou mengatakan kata seperti itu, barangkali jika Luhan salah dengar.

"Kenapa, kau tidak percaya aku punya keluarga?" mengatakan hal itu dengan menghembuskan ceurutunya sengaja mengenai ke bangku Luhan.

"Tentu saja aku tidak percaya, kau adalah seorang penyendiri barangkali." Dia memutar matanya malas, dia juga enggan menjadi akrab hanya perbincangan bodoh ini. akan tetapi sedikit menarik dan bertanya siapa anak pria yang sangat licik itu? bisa-bisanya ada seorang wanita yang menyukai pria semacam dia. Dan diusianya yang tua pun dia masih membuat hal dosa dengan membunuh dan merampok, bahkan semakin mematikan saja.

"Memang tapi kenyataannya, Tuhan memberikanku sebuah keturunan dan kau tidak perlu tahu." sedikit mengancam, dengan sengaja mengatakannya agar Luhan tidak lebih banyak bertanya.

"Well, aku juga tidak butuh. Kau fikir aku sama seperti dirimu haus akan rahasia orang. jangan salahkan aku tuan, kau sendiri yang memulai pembicaraan tak masuk akal seperti ini." skakmat, dia berusaha mematikan setiap sendi harga diri pria gila itu, semakin muak saja saat tembakau cerutu itu terhirup olehnya dia merasa dia akan sesak nafas dan memilih untuk membuka jendelanya, masa bodoh jika ada yang tahu dari pihak sana dia akan membunuhnya.

"Sebaiknya kau siapkan mobilmu, ada yang akan pergi malam ini." Luhan menoleh dia melihat dimana tuan Kim keluar dengan sebuah koper besar di tangannya. Luhan merasa akan ada yang meninggalkan tempat, sebelum apa yang akan dia lakukan itu ada. Sementara dia memperhatikan kalender di ponselnya, besok malam adalah eksekusi dan dia memastikan ayahnya tak pergi jauh. Kemungkinan dia tak akan keluar kota akan tetapi sebagai antisipasi dia akan mengikutinya dan juga... menghentikan rencana pelarian diri itu sekarang jika itu memang benar bahwa ayahnya seorang pengecut sejati.

"Kau jangan terpedaya, dia tak pergi mungkin melakukan suatu bisnis." Zou seperti memahami sedikit rasa kesal Luhan dan dia juga mencoba menenangkannya sekedar membuat permainan menjadi rapi.

"Kau tenang saja aku tidak sebodoh itu, dia memang sibuk. Sibuk mengembangkan perusahaan ayahku yang dirampok!"

Dipacunya kendaraan itu dan dia menginjak remnya dengan sedikit keras menimbulkan dorongan newton ke belakang, sepertinya dia hanya mengikuti dalam jarak beberapa meter saja, dia sudah memakai masker dan kacamatanya dia juga sudah memakai jaket hitamnya, dari sini dia akan mengikutinya, hingga dia tahu bahwa di belakang mobil itu. Nampak sang ibu yang duduk berdampingan dengan pria iblis itu. Dalam warna gelap kaca mobil yang samar Luhan melihat sang ibu seperti berbincang dengannya, dia berfikir bahwa ibunya pembohong untuk memilih berpisah dengan biadab itu.

Sepertinya cinta membuat Luhan merasa jenuh dan kesal, dia tak suka dan akan selalu menolak mentah-mentah.

"Sial, dia bersama eomma!" Luhan mengumpat dan tentu saja tuan Zou mendengarnya, dia merasa akan ada yang menarik serta memanas. Rupanya Luhan masih bisa bertekuk lutut jika ada ibunya, sangat menarik. Kelemahan....

Rusa besar bertanduk yang sedang dia amati tersebut.

.

Taehyung berjalan gontai dan lemas, dia berada di kamar sang kakak setelah dia mendapatkan kesempatan untuk menjenguknya. Dia melihat tubuh berbaring lemah dengan selang medis yang melekat padanya. Meski dia berusaha menahan tangisnya pada akhirnya dia tidak bisa menahannya dan menumpahkannya begitu saja. Bibirnya sudah mengering dan kelopak mata Taehyung yang berkantung dengan sembabnya. Dia menunjukan sisi cengengnya dan juga bagaimana wajahnya yang terlihat menyedihkan.

Tes...

Tes...

"Kenapa kau tidak mengatakannya hyung, dan kenapa kau hikkss... hikksss..." Taehyung meremat tangan di atas pundaknya itu, dia memejamkan matanya dan meringis menangis melihat takdir pahit yang menimpa dirinya. Sang kakak telah membuatnya marah dan menangis secara bersamaan. kenapa dia melakukan hal itu jika pada akhirnya Taehyung lah yang akan terluka. Taehyung merasa jika dirinya sudah tak berguna terlebih jantung sang kakak, meminta untuk berhenti karena takdir? Omong kosong!

"Aku sudah muak dengan kebohongan hyung, kenapa kau diam padaku sementara aku adikmu hikksss... bukankah kau sudah janji hyung hikksss... hikksss... astaga kau membuatku selalu cengeng." Taehyung menggelengkan kepalanya dia duduk di samping tubuh sang kakak, dia juga menggenggam tangan Baekhyun dengan kuat dia berharap apa yang dia dengar dan terjadi ini hanya mimpi buruk yang akan segera berakhir. Tuhan seperti kejam padanya dan seakan jahat padanya.

"Tak apa jika kau berbohong hyung tapi jangan membuatku sendiri dan menderita, aku sudah kehilangan eomma... tapi aku juga tidak ingin kehilangan hyung." Taehyung merasa jika mungkin saja kakaknya tak jahat, mungkin saja kelemahan dirinya yang mudah menangis membuat sang kakak melakukan banyak kemungkinan untuk berbohong. Bohong jika Taehyung benci, bohong jika Taehyung marah. Dia sudah sangat dekat dengan sang kakak dan jatuh menyandarkan kepalanya di atas ranjang rumah sakit itu.

Baekhyun nampak damai dalam lelapnya akan tetapi Taehyung merasa jika sang kakak seakan berpamitan padanya dengan posisi seperti ini, membuat namja muda ini menggelengkan kepalanya dan menepis hal bodoh itu.

"Kau boleh istirahat Baek hyung, tapi berjanjilah kau akan bangun. Tae Tae sayang hyung..." begitu mendayu dalam ucapannya, dia sudah menjadi adik yang dewasa. Belajar mencoba memahami situasi dengan baik dan tak gegabah seperti saat sebelum bertemu miraclenya ini. sang kakak sudah seperti keajaiban untuknya dan akan selalu begitu. Semua nampak menyedihkan dengan kemelut aura yang dikeluarkan adiknya sendu, di sini... di bawah lampu rumah sakit Tuhan menyaksikan bagaimana dua saudara itu semakin terikat dalam satu darah yang sama. Baekhyun yang sudah menunggu bagaimana sang adik terhadapnya mendapatkannya tetapi dalam keadaan buruk, dan tentu saja tak akan menyangka.

Baekhyun menitikan air mata dari sudut pipinya entah dia melakukannya secara sadar atau tidak, beruntung Taehyung tak melihatnya karena pasti Baekhyun tak ingin menambah beban kesedihan yang berkepanjangan pada sang adik. Tangannya sangat hangat ketika Taehyung begitu sayang meremat tangannya, sang adik membutuhkan ketenangan berada disamping sang kakak.

Jieun yang sedang menyeret seseorang di belakangnya langsung berhenti dan tak ingin mengganggu hal tersebut dengan kericuhannya. Taehyung sedang bersedih dan dia tak boleh sembarang membuat masalah tambah besar, sampai dia mengurungkan niatnya untuk menemui adik dari sahabatnya itu. menutup pelan pintu ruangan itu agar Taehyung yang mulai terlelap tak bangun karena dirinya.

"Beruntung aku tidak melaporkanmu, jangan lakukan hal itu pada Kim Taehyung, kau tahu kau bisa dipidana karena melakukan hal tak sopan. Kau seperti ssaeng yang membuat kami tak nyaman, sebagai artis kami juga punya privasi. Kau membuatku jengkel saja aissshhhh..." Jieun seperti ingin mengumpat akan tetapi dia tahan, dia tak selemah dan selembut di depan televisi. Dia juga bisa marah jika ada orang yang memicunya bukan tanpa alasan dan justru ponsel wanita itu sudah direset seluruhnya, demi keamanan.

"Pulanglah kerumahmu dan renungkan apa kesalahanmu, aku memaafkanmu." Disuruhnya gadis itu untuk kembali pulang Jieun tak ingin masalah panjang di saat situasi seperti ini. kemungkinan dia akan meminta Taehyung lebih berhati-hati, akan ada gosip yang menyebar dan bersyukur Tuhan memberitahukan seorang pengacau.

"Sepertinya aku bisa meninggalkan Taehyung, aku akan datang besok dan membawakan dia makan juga beberapa pakaian untuknya." Gadis cantik itu memeriksa tasnya dan melangkah pergi setelah dia satu kali lagi mengecek dua kakak beradik itu, dia bisa sangat tenang sekarang.

"Semoga kau baik Baekhyun, Tuhan selalu bersamamu." Doa tulus gadis cantik itu tak lupa dia juga berdoa untuk Taehyung. Jujur dia juga sudah menganggap Kim Taehyung sebagai adiknya, dia menyukai dari segi sisi menyenangkannya dia. Sangat abstrak dan juga seru sampai dia juga berharap pada Tuhan untuk selalu menciptakan senyum kebahagiaan itu dimanapun Taehyung berada.

Selalu....

..........................

Dia datang dengan membawa mobil, mengawasi gedung putih itu dengan seksama. Memainkan ponselnya dengan satu tangan kanannya, menghubungi seseorang yang akan membayarnya dalam jumlah besar.

"Boss, kami sudah berada disini. Kami akan mengerjakannya besok saat situasi aman, kau tahu disini banyak pengaman yang berjaga, terlalu berisiko."

Dia memperhatikan ketiga temannya yang mengangguk dan meminum botol bir mereka, para tukang mabuk yang suka dengan ribuan lembar uang yang akan masuk dalam kantong mereka. Ada tugas besar yang harus mereka selasaikan segera dan ternyata apa yang menjadi pendapat salah seorang itu disetujui. Dia tersenyum senang saat mendengar ucapan orang yang akan membayarnya, "Lakukan saja dengan caramu, tapi kau ingat jangan sembarang melakukannya."

"Tentu saja kau akan bangga dengan jasa kami, jangan mengira kami amatiran. Bayar dua kali dari uang yang kau berikan kemarin." Dia mengataknnya dengan memperhatikan sebuah foto di tangannya begitu juga ketiganya yang sudah membawa sebuah foto di masing-masing tangannya.

Mematikan sambungan itu sepihak dia tidak akan mengecewakan klientnya bahkan dia akan siap berjudi, dan menawari ketiga temannya bermain sebelum melakukan tugas mereka besok. Tawa dan sorak itu terdengar dari dalam sana, mereka menyukai dengan hal yang menyenangkan dunia, keempatnya meluncur dengan cepat di suatu tempat akan tetapi ada satu yang teledor dan menjatuhkan selebar kertas tebal di jalan dengan corak putih jatuh diatas rumput.

Ada yang bisa menebak kertas apakah itu?

.

Luhan menembakan pistol di beberapa target sana dia merasa kesal dan emosi yang membabi buta, wajahnya juga tak menampilkan keramah tamahan biasanya dan tentu saja tuan Kim melihat itu semua. dia merasa jika anak muda itu sedang mengeluarkan tanduk evilnya.

"AKU AKAN MEMBUNUHMU BAJINGAN!"

DOORRR!!!

DORRRR!!!

DORRRRR!!!

Tak butuh waktu lama untuk dia membidik sasarannya dia sudah membuat beberapa kayu disana hancur dan pecah, membuat namja itu semakin kentara emosinya. Dengan Zou yang memperhatikan aksi dia berlatih.

"Baekhyun kau akan aku dapatkan dan menjadi sepertinya, Luhan dan Baekhyun kalian senjata utamaku."

Licik, itu yang akan diasumsikan. Apa yang akan kau lakukan Baek, saat kau berada diambang batas tapi hal seperti ini terjadi, lalu bagaimana jika Taehyung diincar ayahmu?

Nyatanya....

Di sana, di ruangan berbau obat disana. Baekhyun menggerakan jemarinya, di dalam diri seorang Taehyung terlelap tak ada yang sadar, tak ada yang tahu jika...

"Eomma... saeng..." Baekhyun suaranya lirih dan memanggil dua orang terkasih. Tuhan membangunkan dia saat sudah ada peperangan, Perang keluarga yang ditakuti oleh mendiang nyonya Byun.

Ambisi membuat semuanya semakin rumit. Mengalahkan makhluk tak berakhlak memang tak mudah.

..................................

Tbc...

Apakah kalian cukup terhibur dengan chapter ini. menurut kalian bagaimana?

Bagaimana kesan kalian dengan chapter ini, mungkin masih banyak kekurangan dan maafkan saya untuk hal tersebut karena author sudah membuat bagian ini semaksimal mungkin. Semoga kalian puas dengan fanfic ini dan tenang saja semua fanfic pasti akan saya buat sampai selesai. tapi maaf jika membutuhkan waktu agar hasil lebih baik.

Terima kasih karena telah mampir dalam fanfic ini. semoga tidak ada kata bosan dalam kamus kalian, ehe.

Thank you and saranghae...

#el

16/06/2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro