
폭풍과 맞닥 뜨리면 누가지고 이길까요? (42)
" Sometimes it's hard to follow your heard, tears don't mean you're losing everybody bruising just be true who you are."
- Baekhyun –
.
.
.
.
(Author ***** POV)
Keadilan....
Itulah yang ia butuhkan ketika semua tatapan tajam dengan makna penuh penyudutan dan tertusuk itu tertuju pada dirinya. Seperti sebuah jarum yang menancap dengan ribuan melayang ke arahnya. Membuat Baekhyun lumpuh hanya tatapan mereka.
Tapi apakah akan lahir kata gentar dalam benaknya? Seperti halnya yang diinginkan oleh pria yang berstatus sebagai ayah kandungnya disana, menjebak sang anak dalam permainan yang ia buat hanya untuk keuntungan politik. Menyadari jika sesungguhnya Baekhyun adalah musuh yang mampu menghancurkan kehidupannya dalam satu detik.
Tak sadar jika selama ini ia menciptakan benih cinta dengan sang istri dan tumbuh menjadi senjata penghancur dirinya sendiri. Takut jika ketakutan itu terjadi membuat ia mau tidak mau membantai harga diri secara habis anak pertamanya, dalam istilah memanfaatkan situasi.
Seperti saat ini...
Menyaksikan dia yang berdiri diantara rasa benci orang-orang. Berharap jika ada kata menyerah dari mulutnya secara langsung. Pasti akan terasa menyenangkan dan puas.
Tapi....
"Aku memang model majalah dewasa yang cukup disukai banyak orang. Aku juga mendapat gelar karena prestasiku yang meningkatkan pasaran." Berpura-pura tersenyum bangga, tetapi dalam hatinya ia juga jijik mengatakan hal demikian.
Taehyung terdiam walau sesekali melirik ke arah sang kakak yang menatap ke semua orang.
"Kau tahu saeng... aku melakukannya bukan tanpa alasan. Demi kemanusiaan, juga rasa sayang hyung pada eomma... aku rela membiarkan harga diriku jatuh. Merusak citraku dan membiarkan semua orang mengolokku." Mengatakan dengan gentar juga lantang tak ada keraguan dalam setiap kata-katanya. Entah kenapa ucapannya membuat beberapa orang disana bungkam, termasuk Luhan yang berjaga jika situasi tidak memungkinkan.
Bisakah Baekhyun menangis? ia tidak ingin terlihat pengecut di depan sang ayah. Disana Baekhyun menjatuhkan tatapannya, menatap setajam elang. Ia sudah lama tak seemosi ini, dalam diamnya Baekhyun sudah banyak bersabar. Ia sudah banyak menahan amarahnya dan berpura-pura semua baik saja. menyembunyikan fakta kecil di depan Taehyung, sudah cukup baginya.
Semua terdiam...
Semua bungkam....
Semua....
"Dimana kau saat eomma sekarat." Lirih dan mantap, terlontar sedikit menggema di dalam ruangan. Kim Taehyung mendengarnya, langsung menatap ke arah sang kakak yang tengah berdiri disana sembari melemparkan tatapan menajam ke arah sana.
Ini....
"Kau bahkan tak sudi datang menemui eomma, saat dia membutuhkanmu dan Taehyung!"
Tes....
Tes....
Tes...
Kyungsoo menangis, bukan Baekhyun atau Taehyung yang menjatuhkan air mata setelah mendengarnya. Tiba-tiba saja mendengar kata sekarat dengan sebutan ibu terlampirkan di dalamnya membuat dadanya terasa sesak. Kyungsoo memang akan menangis jika harus mengingat tragedi itu, mengingatkannya akan wajah sekarat sang ibu. Dalam diam dan gerakan cepat dirinya mengusap air mata yang membasahi kelopaknya dengan cepat.
Ia tak mau siapapun melihatnya, walau perkiraannya salah. Karena ada sepasang mata yang melihatnya.
Baekhyun melangkahkan kakinya pelan, mendekati meja ayahnya yang duduk anteng disana. sadar atau tidak sang ibu memilih menyingkir perlahan, ia sedikit takut saat melihat wajah Baekhyun yang mendadak dingin. Tak heran jika tatapan dingin itu diberikan kepada suaminya.
Ia rasa yang ia lihat bukan Baekhyun yang biasanya, ini berbeda....
Tap...
Langkah kaki itu terdiam, dengan jarak yang cukup dekat dengan meja sang ayah. Tak ada tanda dari mereka untuk menyerah dengan tatapan tajam masing-masing. Luhan sedikit gereget dengan suasana sekitar, berpikir dengan logika bahwa ayahnya gila. Cukup gila untuk menimbulkan konflik sebesar ini, terlebih ini membawa nama dan harga diri Baekhyun.
"Kutanya sekali lagi, kau dimana appa? kenapa setiap kali aku memintamu untuk menjenguk eomma engkau tidak mau. Sementara eomma sangat rindu pada anak keduanya." Baekhyun menatap sang ayah dan perlahan menatap langsung adiknya yang tiba-tiba saja menolehkan wajahnya kearah lain. Jujur saja hati ini merasa sakit, seharusnya ia sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini.
Memilih menelan ludah walau itu sulit.
"Betapa beratnya hidup di Jepang berdua, sementara appaku berhura-hura di Korea dengan gelar dan kekuasaan. Bahkan, ia memiliki istri yang cantik pengganti eomma." Kembali menatap langit rumah, setelah itu mengalihkan pandangan ke arah sang ibu.
Mendadak ibu sambungnya gelagapan saat Baekhyun seperti itu. Luhan yang berada di sana perlahan mendekat, berjaga jika situasi menjadi buruk.
"Kau hanya model dewasa yang suka mendrama, melebihkan sesuatu Byun Baekhyun!" sang ayah mencuat, ia tak henti-hentinya untuk membuat Baekhyun emosi. Ia tak sekedar iblis bagi musuh bisnisnya. Akan tetapi, bagi anaknya.
"Drama?" mengangkat sebelah alisnya, dan jangan lupa akan tawa sumbangnya. Sementara dalam hati kecilnya ia sedih menyayangkan sikap sang ayah yang penuh ego.
"Ya, kau terlalu membesarkan sesuatu yang tak berguna!"
Lagi dan lagi... tuan Kim sangan suka sekali membuat konflik, ia rasa menjatuhkan anaknya adalah sesuatu yang harus ia lakukan agar bisa mendapatkan tropi kemenangan yang ia idamkan.
"Hahahaha... kampret, aishhhh..." kepalanya mendongak, menatap atas dinding atap rumahnya. Mengusap rambutnya kasar dan mendesis, dengan tubuh yang memutar sekali. kesal iya, marah ada, bahkan jengkel tak karuanpun tak absen dari perasaannya. Sebuah perpaduan yang menjadi satu dan berkesinambungan.
"Dasar kunyuk sialan!" desisan itu ada, Baekhyun mengatakan hal itu dengan suara yang jelas tanpa lirih. Sadar atau tidak Taehyung sedikit emosi dan membuat ia berteriak lantang.
"BAEKHYUN HYUNG, JANGAN MENGATAI APPA!"
Tuan Kim cukup senang, tersenyum dengan bangga akan sikap anak keduanya yang melawan kakaknya. Memang benar dia menyayangi Taehyung dan mungkin ini balasannya. Karena mendapatkan Taehyung juga mempengaruhinya akan menjadi sebuah aset berharga yang tak ternilai.
"DIAMLAH TAEHYUNG, KAU TIDAK TAHU APAPUN!" tunjuk Baekhyun pada sang adik. membuat Taehyung harus membola kedua matanya, pertama kali dalam hidupnya sang kakak mengatakan dengan cara sadis seperti itu. terlebih, tangan itu mengacung berandal ke arahnya, mendadak bibirnya kelu juga aneh.
"KAU HANYA ANAK LABIL YANG TAK TAHU APAPUN! KAU PIKIR KAU SUDAH CUKUP BENAR DENGAN MEMBENTAKKU, KAU HANYA DONGSAENGKU INGAT KEDUDUKANMU. DASAR MANJA!"
Luhan tercengang, nyonya Kim melongo dan Kyungsoo membulatkan kedua matanya. kaget dengan ucapan Baekhyun yang ternyata bisa sepedas ini, yang Kyungsoo lihat saat ini adalah bibir bawah tuan mudanya yang ia gigit sendiri, mungkinkah Taehyung melepaskan rasa sakitnya dengan caranya sendiri.
"Kau hyung yang buruk, beraninya kau mengatakan hal itu pada Taehyung!"
"Seharusnya appa sadar diri, kenapa aku melakukan hal ini. seharusnya kau menjawab kenapa kau tidak mau melihat eomma. Padahal dia sekarat dan sangat rindu dengan Tae, appa pikir aku bodoh saat appa mengirimku uang untuk biaya rumah sakit. Appa seharusnya malu menjadi seorang kepala keluarga."
Baekhyun lebih sarkatik, ia bahkan memainkan jemarinya di samping keningnya. Memperagakan putaran pada telunjuknya, melepaskan kekesalan yang muncul dalam benaknya. Memuakan...
BRAAAKKK
"APA YANG KAU KATAKAN, HAH!"
"AKU MENJADI IDOLA BUGIL HANYA UNTUK NYAWA EOMMAKU!"
Baekhyun berteriak, ia mengeluarkan seluruh tenaganya untuk mengatakan demikian. semua tercengang, semua diam tanpa suara. Hanya senyum miring ayahnya yang memandang anaknya bodoh.
"Kau pikir aku mau, hah! kau pikir aku sudi! Tapi bagaimana? Eomma membutuhkanku, aku harus melakukannya. Uang tak jatuh dari langit, dude."
Luhan ingin berteriak 'itu keren' tapi ia harus sadar akan situasi. Mungkin saja apa yang ia pikirkan bahwa itu keren tak keren di mata orang lain. Hanya saja, keberanian Baekhyun patut diacungi jempol.
Ia berusaha menyembunyikan rasa kagum yang sempat terlintas dalam otak pintarnya.
"Sopan santunmu seakan hilang, kau bangga menjadi seorang penyebar seks. Kau gila dan rendahan Baek!"
"Aku bangga menjadi diriku sendiri, aku tidak gila dan masih waras. Jika tidak aku pasti sudah seperti appa yang memilih meninggalkan eomma, demi wanita lain."
PLAAAKKKKK!
"Eomma!"
Baik Luhan maupun Taehyung bersuara, sama-sama terkejut dengan aksi wanita cantik disana. sebuah tamparan keras terdengar dan meninggalkan sekali lagi jejak merah di pipi namja dengan tubuh mungilnya itu. Baekhyun hanya bisa memejamkan mata dan menunduk, untuk menahan sakit dan perih di pipinya. Sudah cukup untuk dia menangis.
"Sembarangan, kau mengatakan hal itu pada appamu. Dimana mukamu, hah?!"
Itu sang ibu, ia bahkan menangis saat menampar pipi anaknya. ada pertanyaan penuh ambigu yang tertuju padanya, tega atau memang rasa cintanya terhadap pria yang habis dihina sang anak.
"Eomma jangan lakukan itu pada Baekhyun." Luhan tak terima, ia rasa ini tidak adil. Ia tahu Baekhyun pasti sedang marah makanya dia mengatakan hal itu, terlebih ia juga tahu bagaimana tabiat sang ayah yang sebenarnya. Kasihan ibunya jika membela orang yang salah.
"Kau berani menegur eomma Luhan. Dia sudah kurang ajar pada appamu." Sang ibu nampak murka, hilang sudah kelembutan yang biasa ia gunakan untuk bertutur kata. Yang ada hanya tangis dan air mata.
"Itu kerlaluan, aku tidak suka ibu pakai kekerasan."
"Ibu melakukan hal ini agar Baekhyun tidak sembarang, Lu."
"Tapi tidak dengan menamparnya, lihatlah pipinya memerah."
"Jangan membelanya, dia anak kurang ajar."
"Ibu!"
Taehyung menelan ludahnya kesusahan, ia tahu apa yang dibicarakan antara anak dan ibu dengan logat cinanya. Sementara Kyungsoo ia hanya diam menatap wajah kemarahan diantara mereka. Ia tak paham dengan bahasa cina yang mereka bicarakan tadi, tapi cukup yakin bahwa itu bukan hal baik lantaran suasana menjadi tegang.
"Ibuku bukan wanita suka kekerasan." Luhan berkata demikian, kali ini dengan bahasa Cinanya lagi. Membuat wanita di depannya sangat tertohok, ia lupa jika Luhan sudah dewasa, bukan anak kecil yang selalu ia mandikan dan kasih bedak. Merasa malu karena anaknya menegur dirinya yang memang 'berlebihan.'
Dan Baekhyun dia....
"Apa aku salah jika aku bersikap seperti itu pada appaku, bagaimana lagi.... dia sudah mengecewakan kepercayaanku." Baekhyun menunduk tetapi bibirnya mengatakan demikian, guratan sedih dan kecewa bercampur menjadi satu. Istilah yang logis saat manusia dirundung sendu.
"Semua orang menganggapku rendah, tapi apakah Tuhan memandangku demikian? tidak... dia memandang sama setiap manusia. Eomma bahkan menamparku secara sembarang hanya karena cinta eomma pada appa." Baekhyun menyentuh pipinya yang memerah sedikit tersenyum saat perih itu terasa. Menatap santai ke arah seorang ibu yang bermarga Xi itu.
"....." Sementara sang ibu hanya bisa terdiam membisu.
"Jangan terlalu cinta, saat eomma kecewa rasanya akan sakit. Itulah yang selalu dikatakan eommaku untuk kebaikanku." Sebuah nasihat yang membuat sang ibu merasa terjerembab dalam semak berduri. Apakah ini sebuah sindiran halus untuknya?
Luhan yang mendengarnya pun setuju dalam hati. Disana, Kyungsoo melirik anak kedua tuan Kim tersebut. Yang ia lihat tubuh Taehyung yang bergetar dengan pandangan sedikit menegang.
"Kau kenapa?" Tanyanya dengan si tuan muda disampingnya.
"Hah?!" Taehyung bingung, ia juga tidak terlalu mendengarkan pertanyaan namja disampingnya.
"Tubuhmu bergetar apa kau tidak nyaman dengan suasana ini. aku bisa meminta ijin untuk membawamu keluar tuan. Jika kau memang membutuhkan hal ini." tawar Kyungsoo, walau ia tidak dekat dengan adik sahabatnya paling tidak ia memperhatikan keadaan Taehyung yang sebenarnya. Membayangkan jika dirinya berada di posisi Taehyung pastilah sulit.
Untuk kali ini Kyungsoo peduli dengan Taehyung sebagai teman atau saudara bukan pembantu dengan tuannya.
"Aku bisa membawamu pergi tuan Tae-"
"Tidak! Aku akan tetap disini, jangan khawatir dengan keadaanku."
Kyungsoo tak melirik, hanya saja batinnya merasa terkejut saat kata dingin muncul dalam ucapan adik Baekhyun tersebut. rasanya aneh Taehyung bisa mengubah suasana hatinya walau sekejap, apakah ini yang menjadi daya unik yang dimiliki oleh anak majikannya tersebut. menurut adalah sesuatu yang harus ia lakukan dalam peraturan rumah ini, cukup sadar jika dirinya hanyalah seorang pembantu yang bekerja. Juga makan dari uang majikan besarnya.
Hingga akhirnya, dimana segala emosi Baekhyun seakan terkuak.
"CEPAT TAMPAR AKU, LAKUKAN LAGI EOMMA. LAKUKAN AGAR KAU PUAS, SAKITI AKU! AYO, LAKUKAN! AKU BUKAN ANAKMU, KAN?!"
Kini Baekhyun berteriak keras, ia bahkan mengambil tangan sang eomma dan menepuk ke arah pipinya yang memerah. Meski kedua matanya berkaca namun tak ada air mata yang tumpah dari kelopaknya. Ia nampak biasa walau hatinya sakit, ia nampak kuat walau jiwanya rapuh. Dan ia berpura-pura berani di depan ayahnya yang takabur.
"Lepaskan tanganku, Baek!"
Wanita cantik itu berusaha melepaskan tangannya, berkali-kali menghempaskan tangan sang anak hingga cekalannya terlepas. Beradu tatap dan juga raut wajah yang sama-sama benci.
"Bukankah aku sudah membiarkan anda untuk menamparku, kenapa anda enggan. Bukankah anda membela appa saya, buktikan cinta anda pada appa saya. Sampai anda menampar saya hingga mati."
Ucapan itu dikatakan dengan sangat sopan hanya saja terdengar sangat tegas. Wajah Baekhyun yang sangat dingin menyembunyikan tangisan pilu hatinya. Ini demi eommanya, pikirnya.
"Lepaskan tanganku anak sialan, dasar pendosa!"
Plaakkkk!
Terhempas lagi, dan itu sangat keras saat bersuara. Baekhyun terdiam sebentar saat menyadari tenagan yang dimiliki sang ibu tiri cukup besar untuk menolaknya. Jujur saja ada rasa nyeri di hatinya, saat merasakan hal demikian. Lagi-lagi Baekhyun tersenyum untuk menyembunyikan semuanya.
"Pendosa..." senyum miring itu ada, disana Luhan melihatnya.
Ia rasa senyuman itu tak biasa.
"Hahahaha, pendosa... astaga, hahaha..."
Baekhyun tertawa, dia bahkan menutup mulutnya dengan kedua tangannya. sedikit menyeka air mata yang jatuh dari pelupuk kanannya. Terasa ambigu apakah itu air mata sedih atau karena terbawa suasana oleh tawa. Nyatanya, yang membuat heran adalah kenapa Baekhyun tertawa selepas ini. apakah ia melakukan pura-pura bahagianya?
"Kau sama gilanya dengan eommamu, aku tak menyesal sudah menceraikannya dan mengusir kalian!"
"Sekarang siapa pendosa sebenarnya appa! kau atau aku, eomma! Kau lihat suami yang kau banggakan juga seorang pendosa. Kau pikir aku anak siapa? Kau mengatakan bahwa aku pendosa, maka jangan salahkan aku jika aku menjadi pendosa karena garis keturunan suamimu."
Tak ada yang salah dengan ucapan Baekhyun. Ia hanya mengikuti kata hatinya berbicara. Sebuah perasaan memang tak boleh dipendam bukan? Hanya saja ini terlalu frontal dan brutal. Seakan beberapa orang disana menjadi saksi atas perdebatan anak dan orang tua tersebut.
"Kau anak tak berguna, kurang ajarmu merupakan sifat setan. Pantas saja kau menjadi model majalah dewasa, aku yakin pergaulanmu juga sama buruknya dengan tingkahmu." Sang ayah menghina, ia tak mau kalah dengan sang anak rupanya.
Sadar atau tidak Baekhyun tertawa lucu saat mendengarnya.
"Suami macam apa, yang menuduh istrinya selingkuh juga menggugat cerai. Sementara kau, tak ada bedanya dengan hidung belang diluar sana, appa!"
Kata-kata Baekhyun membuat sang ibu tiri tercengang, tak ia sangka jika anak sambungnya akan mengatakan demikian. menguak sebuah petunjuk yang mengatakan jika sang suami adalah orang yang pantas dikatakan kurang ajar.
"Jangan menuduhku anak laknat, kau hanya membela nama baik eommamu dan memilih membicarakan hal buruk tentang appamu. Kau hanya model bejat yang kurang ajar!" sangat sarkatik nan menyakitkan, hanya saja tak cukup kebal untuk membuat Baekhyun bungkam. Ia lihat sekarang adalah Baekhyun yang tertawa renyah. Menganggap jika semua yang dikatakan dirinya hanyalah lelucon belaka.
"Kau pikir aku akan bangga mempunyai appa sepertimu, oh... tidak tuan, kau salah besar jika aku menulis nama ayahku di rapot ujianku." Baekhyun tersenyum miring, tak peduli dengan bekas merah pipinya yang menyumbang rasa sakit ketika dia melakukannya. Perlahan ia menikmati setiap teguk rasa sakit peninggalan ibu tirinya. Lebih baik seperti ini dari pada menjadi anak durhaka.
"Kau memang tak pantas menulis namaku sebagai appamu, karena kau sudah kucoret dalam kartu keluarga." Keputusan yang mengejutkan semua orang, sadar atau tidak Kim Taehyung melototkan kedua matanya. Ia kenal ayahnya dan beliau tak main-main dengan segala ucapannya.
Baekhyun tak peduli sekalipun sang ayah membuangnya, Baekhyun tak peduli sekarang. Ia hanya tidak ingin sang ayah semakin semena-mena.
"Aku benci kau, appa! You Fucked !"
Baekhyun tak takut mengatakannya, ia hanya tersenyum miringa dan menatap tajam ke arah semua orang disana. Ia kesal, ia marah dan ia pantas merasakan hal itu. sudah lama ia berjuang sendiri, ini demi ibunya juga adiknya. demi kebaikan semua orang yang ia sayangi, meski ia dibenci sekalipun tak akan masalah asal apa yang menjadi harapannya tercapai. Ia tidak mau sang ayah semakin berjaya dengan kesalahan dan kecurangan, berharap jika Tuhan memberikan hukuman kecil yang mampu menyadarkan pria yang sesungguhnya ia sayang dan hormati itu. mungkin, jeruji besi cukup untuk menyadarkannya. semua terdiam membisu, bahkan Luhan yang berniat menengahi pun seakan kaku mematung. Ia terlalu bingung dengan semua ini, sampai akhirnya.
Byun Baekhyun membalikan badannya, kearah pintu dimana tempat ia masuk tadi. Cukup jauh tapi tak apa, kakinya sudah siap untuk melangkah keluar. bersyukur saat ini sakitnya tidak kambuh. Ia tidak perlu cemas dan bersusah payah menelan pil pahit lantaran lidahnya terlanjur pahit. Ia hanya ingin menyendiri.
BRAAKKKK!
"BYUN BAEKHYUN KESINI KAU, ANAK KURANG AJAR! KAU DURHAKA PADAKU, BAEKHYUN!"
Sang ayah berteriak, bahkan menggebrak mejanya sangat keras hingga membuat orang disana terkejut. Kecuali si empu nama yang dipanggil malah kelihatan tak peduli dan terus berjalan. Taehyung, Kyungsoo bahkan Luhan sekalipun memilih diam, jangan lupakan nyonya Kim alias nyonya Xi yang menatap serba salah dengan situasi ini.
Tak ada jawaban dari Baekhyun, membuat sang ayah semakin frustasi dan berteriak memanggil anaknya agar Baekhyun memohon ampun padanya. Ia tidak mau harga dirinya jatuh dan harusnya sang anak yang merasakan hal itu. Terasa gatal dan panas di telinga membuat Baekhyun mengangkat tangannya, menunjukan jari manisnya diantara tangan yang terkepal. Sebuah simbol dari tangan yang membuat hampir semua orang melongo. Kalian pasti tau apa itu.
Biarkan Baekhyun durhaka dan menjadi pendosa, jika yang dihadapi olehnya adalah orang yang mempunyai tabiat licik dan munafiknya. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya ia mampu membuat sang ayah tertekan dengan tingkahnya. Merasa bangga lantaran bisa membalas perlakuan menyakitkan dan kasar pada ibunya dulu. Baekhyun tak akan bisa melupakannya. Lupa ingatan bocah dimana sang ayah yang membuat ibunya menangis.
Tak main dengan ucapannya, ia memang membenci ayahnya sejak saat itu. Dimana sang ayah menampar ibunya hingga pingsan dan membawa Taehyung kecil yang menangis dan merengek untuk ikut bersamanya. Ia lebih sedih ketika harus berpisah dengan adik kesayangannya.
Tuan Kim seakan tak percaya jika sang anak pertama kandungnya melakukan hal itu.
Dan itu dilakukan di depan banyak orang.
Hingga akhirnya...
Baekhyun menghilang dengan pintu yang ditutup dengan sedikit keras, hingga suara khasnya pun muncul seketika. Mengundang rasa diam sesaat.
"Kalian keterlaluan, aku rasa Baekhyun benar dan kalian salah. Appa, eomma, Taehyung... kalian mengecewakan."
Terdengar lirih namun terasa, Luhan mengatakan hal itu sebelum ia pergi meninggalkan tempat persidangan. Tak habis pikir jika Baekhyun mampu menghadapi hal seperti ini sendiri. Luhan rasa tak akan ada api jika tanpa minyak. Sadar atau tidak Luhan juga mengumpat, dengan bibir bergerak tanpa suara. Ia mengumpat keadaan, juga dirinya yang tak bisa berbuat apapun saat Baekhyun menerima semuanya. Sedikit salut juga kasihan....
Membingungkan sekali, bukan?
.
.
.
"Astaga kau keringat dingin."
"Akhhh... dadaku sakit. Shhhh... tolong aku." Tangan Baekhyun bergerak, menggapai seseorang yang baru saja membeli sekaleng soda. Wajah khawatir itu ada saat seseorang yang ia kenal sepucat ini.
"Sakiitt... arghhhh..." mencengkram dan meremat dadanya kuat. sakit itu datang dan Baekhyun seakan menyerah dengan rasa itu.
Kesadaran menipis dan oksigen sulit di dapat. Membuat dia, yang berniat menolongnya memanggil bantuan.
119
......................................
Tbc...
Menurut kalian chap ini dah bikin degdegan belum? Ataukah malah ceritanya nyeleneh? Oh ya jangan lupa vomment buat ff receh dan kurang sempurna author. Maaf kalau banyak typo dan gaje yang masih berkeliaran dalam chap ini. semoga kalian gak bosan dengan ff ini.
Oh ya doakan semoga author dapat ide yang lancar dan bisa nyelesaiin ff ini segera agar author bisa lanjutin ff yang lain. Jangan tiru adegan atau dialog dalam fanfic ini ya, jangan terbawa emosi juga karena ini hanya segelintir imajinasi author saja. aslinya tokohnya pada baik hehehe....
Jangan lupa mampir ke book author yang lain ya ^^
Kuharap kalian siap dengan kelanjutan ceritanya ne...
Salam cinta untuk kalian...
Gomawo and saranghae...
#el
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro