Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

죽어가는 사쿠라 (43)

" Hidup dalam kebohongan sangatlah sulit. Aku yang terjebak didalamnya merasa berat, menanggung sebuah beban di pundak. Hanya saja kebohongan ini kulakukan dengan satu tujuan. Entah berhasil atau tidak aku ingin melihatnya..."

- Baekhyun –

" Aku benci sandiwara, tolong sudahi. Jangan biarkan aku terjebak dalam sebuah kebimbangan. Aku tak ingin jatuh dalam tanggapan yang salah...."

- Taehyung –

.........................................

(Author *** POV)

Pintu itu terbuka cepat, disusul suara bantingan pintu yang kuat dan keras. Getaran yang sangat kentara di indera pendengarannya. Membuat Mark yang bersandar nyaman hampir tertidur di dalam mobil terbangun gelagapan. Kepala yang tak sengaja terjedot dan sukses membuat namja tampan itu terlihat bodoh.

Sembari mengusap dengan cepat kening memerahnya, Mark menyaksikan seseorang yang melangkah melewatinya.

"Baekhyun?" ucapnya dengan tatapan penuh tanya, ia bahkan memanggil namja bertubuh mungil yang berjalan sedikit cepat tersebut. Tak sadar jika ada wajah jengkel dari namja bermarga Byun tersebut.

"Hei kau, apa kau baik?!" Mark berteriak sedang ia hanya ingin mengetahui apa yang terjadi. Penyakit keponya sedikit kumat walau ia sadar diri, hal itu seharusnya tidak boleh.

Baekhyun menoleh sebentar, berhenti disana dengan tatapan dingin dan jengkelnya. Memandang seorang Mark yang berdiri dengan tampan bodohnya. Bukan jawaban santai ataupun senyum akrab yang biasa Baekhyun lakukan, sebuah tindakan lain yang mampu membuat Mark hampir berjengit dan terjungkal ke belakang jika saja ia tidak berdiri tepat di samping mobilnya.

Ya... Byun Baekhyun baru saja menunjukan jari manisnya, dengan bentuk tangan mengepal. Simbol mengerikan sekaligus pemancing emosi, hanya saja hal itu terlihat aneh bagi adik sahabatnya. Untung saja Mark sudah biasa mendapatkan kecaman tersebut. ngomong-ngomong dia juga sering melakukan itu pada orang lain jika suasana hatinya tak nyaman.

Punggung Baekhyun mulai menjauh, langkah kaki itu dipercepat. Baekhyun ingin sendiri sekarang. Terus berjalan diantara lampu taman kota yang terpasang disana, membantu ia menerangi jalanan sekitar.

Ia bahkan tak memakai jaket tebal malam ini.

"Dia baru saja fuck! Astaga, dia dirasuki apa?" melongo sedikit tak percaya. Ia mengedipkan matanya dan mengitari pintu keluar rumah besar disana. Sebentar lagi ia haus pertanyaan, ia juga akan bertanya dengan Luhan dan tak mengindahkan ucapan sang sahabat untuk pergi.

Buktinya dia disini, dan hanya pergi sebentar hanya untuk membeli camilan guna mengganjal perutnya.

Bersandar pada mobil dan mengambil sebatang rokok disakunya, menghirup nikmatnya asap nikotin itu dan menghembusnya pelan. Menciptakan asap berbentuk dinamis yang menghibur dirinya. Tertawa bodoh melihat asapnya, sungguh ironis namun nyata. Ditemani malam yang dingin Mark mengeratkan jas hitamnya seharusnya ia bawa jaket jika sedingin ini, mungkin dia akan meminjam pada Luhan.

Sampai akhirnya ada suara pintu yang terbuka tepat dimana Baekhyun tak lagi nampak, seorang namja muda keluar dengan wajah merengutnya disusul oleh seorang namja bermata bulat yang buru-buru mengejarnya. Itu Kyungsoo yang tengah mengejar Kim Taehyung majikan mudanya. Sepertinya Taehyung terlihat masa bodoh. Sempat terlihat kedua orang itu saling berdebat, membuat pandangan orang-orang yang menikmati malam terheran.

Keduanya pergi ke arah dimana Baekhyun pergi. Mungkinkah keduanya menyusul Baekhyun ataukah hal lain?

.

.

.

.

" Luhan bisakah kau diam, jangan ikut campur anak nakal!"

"Ibu yang membuatku melakukan ini. Aku juga berhak ikut campur ibu, hal ini membawa nama baik adikku."

Luhan sedikit jengkel sebisanya ia mengahan segala ucapan mandarinnya agar tak berkata kasar. Ia enggan menyakiti hati ibunya dengan lidahnya, walau terkadang ada bisikan setan yang menghasut untuk melakukan demikian.

Nyonya Kim sudah murka, kedua bola matanya yang sembab sudah melotot tajam. Ia tidak suka dengan sikap anak kesayangannya, ia hanya ingin Luhan tahu apa itu sopan santun. Kali ini sikap sang anak tertua dinilai tidak baik olehnya.

"Sejak kapan kau membangkang Luhan, ibu tidak pernah mengajarkanmu demikian!" Sang ibu dengan teganya menunjuk wajah sang anak dengan telunjuknya. Suara keras khas bahasa Cina itu terucap lagi, sebuah pertengkaran yang menjadi tontonan dinding kamar sang anak.

Ya, sejak dari tadi nyonya Xi alias Nyonya Kim menarik tangan sang anak agar bisa berbicara empat mata. Menyeretnya masuk dan bermaksud menyidang sang anak, karena sudah mengucapkan kata kasar pada kepala keluarga ini. Tidak... tidak boleh itu terulang lagi, mengingat bahwa sejak dulu sang ibu berada dalam jalur tata krama dan sopan santun. Melihat sang anak seperti itu membuat hatinya seakan remuk.

Luhan rasanya ingin tertawa sembari menangis, sepertinya jarak antara dirinya sudah menjauh sejak dia bersekolah di luar negeri. Ia heran kenapa bisa hidup dalam keadaan seperti ini. Terlalu fokus dengan pendidikan atau segala urusan di luar negeri? Itu tahayul... Luhan hampir saja lupa bagaimana pelukan dan pengantar tidur sang ibu. Sejak SMP ia sudah di lempar sang ayah ke Luar negeri, mengenyam pendidikan disana. Ia juga dilatih mandiri hanya bermodalkan uang dari ayahnya yang notabene sebagian besar dari perusahaan mendiang ayahnya.

Sungguh memuakan memang....

"Kenapa ibu baru bertanya sekarang?" Luhan mengangkat sebelah alisnya, wajahnya terlihat tidak suka menyembunyikan sesak dan sakit yang datang bersamaan. Seiris senyum miringnya menyembunyikan segala hal.

"Apa maksut ucapanmu, apa yang kau maksud, nak?" memegang kedua pundak sang anak dan mengguncangnya sebentar. Suara itu terdengar serak dengan linangan air mata yang keluar tak tertahan.

Sungguh, sang ibu benci dengan suasana seperti ini. suasana dimana sang anak seperti menyepelekan dirinya. sebenarnya Luhan tak bermaksud seperti itu, ia hanya muak dengan kehidupan keluarganya semakin rumit. Ditambah persidangan yang dialami Baekhyun oleh ayah ibunya membuat ia semakin jengkel. Ia rasa... dalam pola keluarganya tidak ada keadilan, tidak ada mana yang baik dan mana yang benar. Seperti kehilangan logilka dan kemanusiaan, yang ada hanyalah kesenangan semu semata.

Haruskah ia juga membenci ibunya setelah ia melihat betapa besar cinta sang ibu pada ayahnya. Ia rasa kali ini ibunya sangat berbeda, ia tidak melihat nyonya Xi di masa kecilnya melainkan nyonya Kim istri dari ayah tirinya.

"Ibu sudah berubah, apakah cinta ibu membuat ibu buta?" Luhan berani bertanya demikian, ia pun memberontak kecil.

"Kenapa kau berbicara ngawur seperti itu, hah!"

Perdebatan semakin memanas, mereka yang berbicara dalam bahasa Cinanya semakin tak enak saja. Beberapa maid disana pun merasa ketakutan saat mendengar pecahan vas yang baru saja Luhan lemparkan. Sang ibu yang memekik hingga suaranya terdengar keluar. Situasi semakin rumit saat Luhan sendiri menampar dirinya.

PLAAAKKKK!!!

"Lakukan ibu, tamparlah aku. Kenapa kau tidak menamparku sekalian dari pada berteriak. Lakukan hal ini ibu, sama seperti kau melakukannya pada Baekhyun!"

Tak dapat mengontrol amarahnya membuat Luhan rela melakukannya. Menyakiti dirinya dengan menampar sekeras mungkin, menciptakan bekas memerah yang meninggalkan denyutan nyeri. Sang ibu yang melihatnya menggeleng, saat putra kesayangannya melakukannya lagi dan lagi. Hati ibu mana yang tega melihat demikian? saat sang anak justru nampak frustasi.

Apakah Luhan menanggung beban yang lain?

Entahlah... hanya saja namja tampan berdarah Cina itu tidak bisa berpikir jernih. Ia seperti lupa siapa dirinya hanya karena kekesalannya pada wanita yang melahirkannya. Menundukan kepala dan membiarkan poni depannya menutupi wajahnya, semburat wajah sendu dengan linangan air mata lolos dari kelopak bawahnya. Dia yang selama ini berusaha kuat dibalik semua opera hidup ini.

Ia hanya butuh pelampiasan majemuk agar tak hilang akal seperti tadi. Dan itu tak pernah terjadi, manakala ketika ia pulang semakin rumit. Perlahan namun pasti kedatangan Baekhyun membuat semua terungkap perlahan, lalu... apakah ini sebuah anugerah atau bencana?

Disini dia hanya bisa terdiam bagaikan patung tak bisa berbicara dan menjawab meski ibunya memanggilnya beberapa kali. Yang ia rasakan hanya isakan ibunya yang kini memeluknya dan menangis sendu dalam dekapannya. Isakan pilu yang menyedihkan....

Tak membalas pelukan sang ibu malah membuat wanita cantik itu semakin terisak. Ia pun hanya bisa menangis dan menangis sembari memberikan ocehan yang berupa omelan kepada anaknya. memukul dadanya pelan dan tak berarti apa-apa bagi Luhan sendiri.

Karena sejujurnya Luhan lelah dengan semua ini. Lelah dengan sikap ibunya yang melebihkan cinta pada ayahnya. Kenapa dan kenapa... Kenapa Tuhan mengambil ayahnya dan membuat sang ibu terjebak dalam trigonometri ayah tirinya. Perpecahan dalam rumah kenangan dan tak ada kata damai di dalamnya. Hanya sebuah...

Ketidakbahagiaan.....

Biarlah ibunya menangis, dan biarkan kali ini Luhan mengunci perasaannya. Biarkan juga Luhan mengabaikan isakan itu, karena ia sendiri pun belum bisa memaafkan. Bahkan dirinya sendiripun tidak bisa....

.

.

.

.

Taehyung terus berjalan ia tidak peduli dengan langkah kaki Kyungsoo yang menyusulnya. Panggilan tak ia indahkan dan dirinya sudah sibuk dengan segala pemikirannya. Ya.. baru saja kemarin ia mendapatkan ilham untuk berdamai dengan sang kakak, tapi kenapa sekarang begini?

Apakah ia salah sebagai seorang adik juga anak? membela ayahnya dan juga memarahi tingkah kakaknya?

"DIAMLAH TAEHYUNG, KAU TIDAK TAHU APAPUN!"

.

.

.

"KAU HANYA ANAK LABIL YANG TAK TAHU APAPUN! KAU PIKIR KAU SUDAH CUKUP BENAR DENGAN MEMBENTAKKU, KAU HANYA DONGSAENGKU INGAT KEDUDUKANMU. DASAR MANJA!"

.

.

.

Suara sang kakak masih ia ingat, bagaimana bentakan itu ia lepaskan. Taehyung ingat bagaimana setiap kata sang kakak menyakitinya. Menyebut dirinya manusia labil yang tak tahu apa-apa. Taehyung tipe keras kepala dan tak suka dibentak bahkan ia juga tak terima dikasari. Tapi kenapa Baekhyun setega itu mengatakan demikian, padahal kemarin dia adalah kakak yang lembut jangankan membentak menjitak kepalanya saja sang kakak tidak pernah. Taehyung tahu Baekhyun orang yang sabar dan lembut walau sesekali tegas jika menurutnya tak cocok.

Hanya saja...

Ia melihat sang kakak semarah itu, hanya karena ia membela ayahnya. Dan lagi... ia melihat tatapan melotot sang kakak kearahnya juga....

Hembusan nafas cepat tak beraturan.

"Taehyung kau mau kemana? Bisakah kau berhenti dan mengatakan sesuatu, appamu akan marah jika tahu kau pergi seperti ini." Kyungsoo menyela setiap langkah namja muda tersebut, meski gagal karena Taehyung selalu berhasil melewatinya acuh. Ia bahkan mengabaikan setiap kata Kyungsoo.

"Kim Taehyung, tak tahukah kau jika keadaan sedang kacau. Jangan kau tambah lagi dengan sikapmu seperti ini, kau lihat tadi ayahmu berteriak keras karena memanggilmu. Dia pikir kau akan pergi menyusul Baekhyun!"

Kyungsoo menahan pergelangan tangan anak majikannya tersebut, kedua tatapan mata bundarnya menjurus langsung pada manik mata idol terkenal tersebut. Taehyung terdiam meski telinganya mendengar.

"Kau menyusul kakakmua atau kau melakukan hal lain?" Kyungsoo bertanya lagi, ia butuh kepastian agar ia bisa membantu. Konflik rumit nan pelik ini membuat hubungan keduanya kembali merenggang. Jujur saja Kyungsoo menjadi benci dengan majikannya lantaran masalah ini dibawa dan membuat dua kakak beradik ini harus mengalami gangguan. Padahal kata perdamaian sempat terjadi antara mereka dan kini terulang lagi tepat tiga hari sebelum musim gugur tiba.

Taehyung tak menjawab, pikirannya mendadak bimbang. Berdiri disini diantara pohon yang menggugurkan daunnya. Sebagai saksi dimana jutaan daun kering itu menjadi momok kekecewaan, kegelisahan dan kebimbangan hatinya. entah percaya atau tidak Taehyung rasa Tuhan membolak-balikan hatinya. Membuat ia berpikir keras untuk memilih mana pilihan yang tepat, keduanya sangat sulit saat pertanyaan itu muncul dari bibir bawahannya. Apalagi angin malam datang berhembus ke arah tubuhnya menerpa dirinya yang memakai jaket cukup tebal, tanpa sadar bibirnya masih bergetar kedinginan.

"Kau percaya dengan hyungmu, atau appamu?"

Mendadak bodoh dengan pertanyaan tersebut membuat Taehyung tak langsung bisa menjawab. Ia merasa ini adalah pertanyaan jebakan yang mematikan bagi dirinya, seakan dirinya kehabisan Oksigen yang kini....

Sulit ia dapat...

Kenapa Kyungsoo seberani itu bertanya demikian padahal kasta mereka berbeda dan sangat jarang seorang pelayan mengatakan ini pada majikannya. Apakah Kyungsoo memang berbeda, atau karena ia seperti itu lantaran sudah menjadi orang kepercayaan dua majikannya?

Taehyung sangat kesal dengan pertanyaan seperti ini.

"Ikuti kata hatimu dan kau akan tahu jika Baekhyun tidak seburuk yang kau pikir."

Mencoba memahami, mencoba percaya dan mencoba....

Untuk terus memutar otak. Lalu apakah yang menjadi jawabanmu Kim Taehyung?

................................................

.

.

.

.

Sudah cukup jauh Baekhyun berjalan, nafasnya sedikit tersenggal karena lelah. Ia menghentikan langkah kakinya di sebuah batu besar taman kota. bersebalahan dengan pohon sakura tak berbunga yang kering dengan ranting pohonnya. Mungkin sedikit aman karena tak ada tanda-tanda pohon itu akan ambruk.

Memilih duduk diatas batu itu dan melihat beberapa orang lalu lalang. Ia kehilangan kontrol kendali otaknya, semua berjalan tanpa ia sadari. Bahkan mengamuk pun Baekhyun sadari ketika berjalan. Mengatakan hal kasar dan buruk pada ayahnya juga membentak adiknya. Baekhyun rasa ia cukup gila melakukan hal ini, ketika dia menjadi tersangka penyidangan oleh kedua orang tuanya. Dibawah siluet matahari panas pipinya nampak memerah dan juga sangat kentara.

Baekhyun tak merasa jika beberapa orang yang tak sengaja melihat keberadaannya tertuju ke arah pipi memerah di wajah bersihnya. Menganggap ia adalah anak geng nakal yang baru saja mendapatkan hukuman atau yang lebih buruk pemberontak yang dipukul orang tuanya.

Mungkin opsi kedua cukup mendekati.

Baekhyun mengamit kedua tangannya, mendekap dirinya saat dinginnya malam menyerang dirinya. ia hanya bisa disini menemani pohon yang sekarat, perlahan kepalanya mendongak. Melihat bagaimana pohon yang seharusnya terlahir cantik itu malah hampir mati tak terawat, menyentuh bagaimana kasarnya batang pohon tersebut membuat Baekhyun merasa iba. Ia pun merasa jika selama ini tak ada bedanya dengan pohon sakura disampingnya. Sama-sama tumbuh tapi tak bahagia....

Mungkin kehidupan mereka sama....

Tertawa miris dan menyandarkan kepalanya perlahan, disamping dia sebuah pohon sakura yang bergerak pelan karena hembusan angin malam. Baekhyun merasa nyaman walau baru saja disana, ia seperti tak merasa kesakitan ataupun kedinginan. Mendengar bagaimana decitan ranting yang khas juga sisa daun kering yang bergerak turun membuat ia tersenyum tipis, memejamkan matanya dan menikmatinya. Keajaiban alam yang luar biasa pikirnya.

Dalam ketenangannya Baekhyun bersandar nyaman, ia akan disini menenangkan hatinya yang kalang kabut dan kelabu. Mungkin jika dia disini maka kewarasan akan menghampirinya dan mengurangi kegilaannya. Ia lelah bertengkar sebenarnya ia juga lelah menjadi pembenci sang ayah ia hanya ingin hidup normal dengan keluarga yang damai.

Tapi nyatanya itu hanya sebatas mimpi.....

Perlahan tanpa ada yang tahu, Baekhyun menjatuhkan air matanya. Ia terlihat seperti seorang namja gembel. Dengan tangan yang semakin memeluk dirinya sendiri Baekhyun berusaha senyaman mungkin. Tak ada yang tahu bahkan dirinya juga tak tahu jika ada beberapa daun yang jatuh dari atas dan mendarat tepat di bahu dan paha kakinya. seperti memberikan selimut dengan dua lembar daun yang tersisa, sebuah pohon yang mempedulikan manusia yang baru saja sudi mendekatinya. Seakan pohon itu meminta agar Baekhyun selalu diberkati.

Dibarengi dengan suara lirih tertarih, tangisan air mata diamnya. Menutupi segala jangkaun kebahagiaannya dulu. Sendu dan menyedihkan, dan sebelum Baekhyun sempat terlelap dalam pejaman matanya....

"Eomma..."

Memanggil nama sang ibu dalam setiap tidurnya.

Selalu...

.

.

.

.

.....................................

Kyungsoo dan Taehyung keduanya berjalan hendak pulang karena malam semakin larut dan dingin semakin menjadi. Tujuan dimana Kyungsoo mengajak Taehyung untuk mencari Baekhyun karena kesadaran anak majikannya tersebut membuat mereka menghabiskan waktu satu jam untuk mencarinya. Walau nyatanya tak membuahkan hasil, karena Baekhyun tak terlihat batang hidungnya.

Taehyung juga sedikit mengantuk karena mulutnya sudah menguap tiga kali, dan lagi ia akan tidur mengurung diri di kamar hanya untuk menghindar dari ayah dan ibunya. Ia pusing dan ia tidak mau digurui dan diberikan pertanyaan yang malah membuat otaknya seakan mau meledak. Ia ingin menjernihkan pikirannya dan berharap kakaknya baik-baik saja.

Kyungsoo selalu menemaninya, tak ia sangka ternyata namja yang bekerja sebagai pembantu dirumahnya justru mempunya sifat kakak lebih baik dari kakak tirinya Luhan. Tak pemaksa dan juga memberikan pencerahan, memang berbanding terbalik dengan Luhan yang selalu menjitak dan mencibirnya. Membuat ia lama-lama biasa dan masa bodoh dengan segala tingkahnya, toh... mereka tidak pernah akur.

Berjalan dengan sedikit malas, dan Kyungsoo berusaha mengimbangi setiap langkahnya. Walau langkah Kyungsoo sebenarnya terkesan lebar dan cepat, ia tidak bisa meninggalkan sang majikan terlebih dahulu. Karena mengingat amanah Baekhyun untuk menjaga adiknya saat ia tidak ada karena suatu hal.

Seperti inilah, keduanya sedikit diam dan kikuk. Tak ada konsep menarik yang menjadi pembahasan mereka.

Ketika jarak rumah mereka tinggal beberapa block lagi sebuah sirine ambulan berbunyi, berbunyi dengan keras dan memekikan telinga. Kyungsoo yang tak tahan dengan bunyinya refleks menutup kedua telinganya, membiarkan sebuah mobil lewat dengan kecepatan tinggi menuju ke barat. Rumah sakit terbesar yang Taehyung tahu.

"Apakah ada kecelakaan?" tanya Kyungsoo penasaran dan terus menatap mobil itu tanpa berkedib. Melupakan Taehyung yang tiba-tiba saja merasa sesak dan juga...

"Kenapa perasaanku tidak enak?" membatin dengan lirih gerakan bibir yang pelan dan tatapan kekhawatiran yang datang. Entah kenapa ia justru malah melihat wajah Baekhyun sang kakak. Ini aneh... Taehyung menggelengkan kepalanya berharap bahwa apa yang ia takutkan tidak benar. Tidak...

Tidak...

Dan tidak....

Kakaknya pasti baik saja.

.

"Tuan Taehyung, Baekhyun pingsan dan dia sekarang di rumah sakit."

"Apa??!!!"

"Luhan hyung mengabariku, temannya Mark menemukan Baekhyun di jalan dan membawanya kerumah sakit. Tuan Taehyung kita harus segera susul kakakmu."

Kyungsoo segera mendial nomor taksi langganannya ia bahkan sampai menjatuhkan ponselnya saking paniknya. Mendadak kepala Taehyung sedikit pusing, ia juga sempoyongan dalam berdirinya. Ia tidak tahu harus bagaimana lagi. Juga...

"Baekhyun hyung..."

BRUKKKKK!!!

"ASTAGA, TAEHYUNG!!!"

Berteriak sangat keras menghampiri tubuh yang ambruk mendadak tersebut. Juga meminta bantuan pada orang-orang sekitar, dalam buramnya ia melihat Kyungsoo yang mengguncang tubuhnya memanggil namanya dengan suara yang ia dengar samar. Ia merasa berat pada kelopaknya dan pening itu semakin menjadi. Dan saat bayang wajah sang kakak yang marah dan kesal di matanya, saat itulah Taehyung menjatuhkan air matanya.

"Ba-Ba- Baekhyun Hyu-hyunghhh..."

Gelap yang menjadi pemenangnya....

..................................................

Tbc...

Maafkan daku yang datang dengan memboyong satu chapter cerita nano" dari saya. Keterampilan jemari yang masih amatir dalam menulis kisah. Semoga bisa menguras emosi dan juga jiwa, serta hati kalian.

Maaf jika pendek dan sedikit typo, author hanya manusia biasa yang tak luput dari dosa dan kesalahan....

Author juga sibuk dengan berkas sekolah yang harus diselesaikan minggu ini jadi up jarang. Semoga kita semua diberi kesehatan dan kebahagiaan...

Oh ya doakan semoga author dapat ide yang lancar dan bisa nyelesaiin ff ini segera agar author bisa lanjutin ff yang lain. Jangan tiru adegan atau dialog dalam fanfic ini ya, jangan terbawa emosi juga karena ini hanya segelintir imajinasi author saja. aslinya tokohnya pada baik hehehe....

Jangan lupa mampir ke book author yang lain ya ^^

Kuharap kalian siap dengan kelanjutan ceritanya ne...

Salam cinta untuk kalian...

Gomawo and saranghae...

#el

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro