
전쟁, 의도 또는 갇힌 무기? (70)
"Datang membawa nyawa, mati membawa nama. Seperti itukah seorang pahlawan?"
.
(Author **** POV)
Taehyung nampak kacau, dia pergi sebentar untuk membeli makanan. Meski dia sudah membasuh wajahnya dengan air tapi tak bisa menyembunyikan sembabnya. Dia juga nampak jelek tapi beruntung waktu masih subuh dan ada toko di seberang rumah sakit yang sudah buka. Perutnya sangat kosong hingga dia tak tahan untuk menahan lapar lebih lama lagi, "Sepertinya aku akan membelikan Baekhyun hyung buah jika dia sadar." Kebetulan Taehyung melihat buah itu terpajang rapi disana. Buah apel berwarna merah merona dan itu favorit sang kakak.
Memasukan banyak sekali makanan dan beberapa camilan juga makanan kesukaan sang kakak, dia juga memborong susu instan disana dia akan menghabiskan uangnya hari ini. Apapun agar mood-nya menjadi lebih baik, meski dia secara ragu bahwa dia akan berhasil.
"Ada tambahan lagi tuan?" seorang wanita yang sudah menjaga toko itu sedang membereskan beberapa rokok disana, dia juga tak menyadari Taehyung lantaran namja tampan itu menundukan kepalanya dengan sebuah topi yang menutupi wajahnya. Beruntung penjaga itu tidak menyadarinya, akan jadi apa jika dia berteriak histeris memanggil namanya sementara masih ada dua pengunjung dengan pakaian olahraganya.
Beginilah jika tak ada sang kakak, Taehyung akan menjadi namja yang ceroboh karena tak ada yang mengingatkannya. Lalu, bagaimana jadinya jika sang kakak pergi begitu jauh, kemungkinan dia akan sangat gila. "Total 230.000.00-, ada bonus sebotol capucino, terima kasih." Dengan cekatan si penjaga memasukan botol minuman itu dan memberikan senyuman ramah padanya, Taehyung mengambil kembalian uang itu dan mengangguk, dia membawa dua kantung kresek itu dengan cepat untuk segera keluar. Dia takut jika ada yang mengetahui dirinya.
"Syukurlah, aku selamat." Taehyung menghembuskan nafasnya lega, dia merasa sudah terbebas dari ketakutannya. Sepertinya menjadi seorang bintang artis tak mudah membuat dia rindu akan kehidupan normalnya. "Sepertinya aku harus keluar dari pekerjaanku, sudah lama aku tak merasakan hidup normal seperti ini. Tentu saja dengan begini aku bisa membantu Baekhyun hyung dengan aman." Dia memperhatikan kantung belanjaan di tangan kanannya yang dimana nampak disana beberapa makanan dan buah kesukaan sang kakak. Secara harfiah dia bahagia karena dia masih bisa menemukan sang kakak yang menghembuskan nafas. Patut disyukuri karena Baekhyun masih di sampingnya meskipun belum membuka matanya.
Taehyung sudah berada disisi jalan penyebrangan, dia menunggu lampu jalan menjadi merah. Belum genap satu menit sudah berubah membuat Taehyung berjalan cepat untuk menyebrang dia ingin segera sampai di tempat sang kakak dan menemuinya, siapa tahu dia sudah sadar. Bahkan dia janji untuk tidak menangis dan mempermasalahkan rahasia kakaknya, dia yakin jika sakit sang kakak akan sembuh. Dia hanya berfikir jika sang kakak, Byun Baekhyun mempunyai seribu keajaiban.
"Baek hyung aku datang." Dia bergumam saat dia sudah hampir sampai disana, beberapa langkah kakinya akan segera mencapai puncaknya. Akan tetapi dari arah barat, datang sebuah mobil yang menuburuknya dengan kecepatan sedang. Taehyung yang tak menyadari kedatangannya jatuh dengan belanjaan yang berhamburan berantakan disana. sementara namja itu jatuh dengan kepala membentur aspal, sedikit lecet pada keningnya.
"Baek-Baekhyun hyung..." rintih sakit dengan kepalanya yang berdenyut, penglihatannya juga memburam saat melihat siluet matahari yang mengenainya.
Cara yang cukup brutal untuk membuat orang ambruk tak sadarkan diri, saat keempat orang itu keluar dengan menghampiri tubuh Taehyung yang tergeletak pingsan. Mereka tak butuh obat bius atau apapun, hanya butuh rasa sakit sebentar yang mereka yakini tidak masalah.
"Apakah dia mati?" tanya seorang pria yang berjongkok di depannya dan memperhatikan adakah luka berat yang berarti, sementara yang satunya memeriksakan nadi Taehyung. "Dia hanya pingsan cepat bawa masuk, sebelum orang datang dan menghampiri kita." Salah satu orang yang merupakan bosnya menyuruh ketiganya untuk cepat bergerak dan dia memperhatikan sekitar. Masih aman...
Tak membutuhkan waktu satu menit untuk menyeret tubuh berat Taehyung mereka sudah memasukan tubuh itu dengan sedikit kasar. Tak sengaja pemimpin mereka bertiga menemukan sebuah buah yang tak sengaja menggelinding ke arah kakinya, dia melihat makanan di kresek yang penuh itu berantakan, dia mengulas senyumnya seperti meremehkan. "Apel yang cantik." Dia memperhatikan buah itu dengan seksama, sangat mengkilap saat dia sudah menggosokan buah itu di bajunya, sampai bayangan itu nampak di kulit buahnya.
Mereka seakan tak takut dengan kamera pengawas dan memilih pergi menjauh setelah melakukan penculikan di pagi hari ini. Mobil sedan itu memacu dan berbelok arah dan segera melaju dengan cepat entah kemana dengan sedikit ugal-ugalan hingga menyenggol satu mobil yang sedang melintas, mereka kelompok orang yang gila dan Taehyung terjebak disana. sialnya Taehyung langsung diikat dengan mulut yang tertutup kain.
"Kita akan berpesta yeeeaaahhhhhh!" sorakan kemenangan mereka, atau bisa jadi sorakan terakhir mereka.
.
"Baekhyun..."
Sang ibu memanggil tapi namja itu tak menemukan keberadaan sang ibu, dia melihat di berbagai arah diantara ilalang tinggi yang menghiasi hampir seluruh lapangan. Wajahnya nampak kebingungan akan tetapi, dia tak menemukan sang ibu sejak tadi.
Dirinya memakai baju seperti seorang pasien rumah sakit dengan kaki telanjang yang menginjak batu kecil di bawahnya, tak peduli dengan rasa sakit. "Eomma, kau dimana, eomma?!!" Baekhyun mengais ilalang di depannya, jalannya sedikit terhalang dalam jarak pandangnya. Dia masih belum menemukan sang ibu akan tetapi suaranya terasa sangat dekat.
"Baekhyun..... Baekhyun...."
"Eomma??! Eomma??!! kau dimana, eomma?!" Dia berdiri di tengah lapangan dengan ilalang yang tak begitu banyak, dia memperhatikan sekitar yang tak ada siapapun disana. Hanya hembusan angin yang kencang juga beberapa daun yang berguguran.
"Anakku selamatkan adikmu, tolong aku..."
"Eomma??!!!"
Baekhyun berlari dia seperti mendengar suara sang ibu di sebelah timur. Dia berlari sampai sempat tersandung beberapa kali, Baekhyun juga sedikit menangis akibat rasa rindu yang sudah membendung besar itu.
"Bawa Taehyung dengan selamat nak... Baekhyun." suara sang ibu berubah seperti menjauh dan pendengaran Baekhyun juga mendengar sang ibu berucap seperti tercekik sesak.
"Eomma, Taehyung kenapa, eomma??!!" dia menjadi panik sendiri, bahkan mengusap air matanya dengan ngawur dan cepat, akan tetapi hatinya semakin tak tenang saja.
Suara kakinya yang melangkah terdengar saat dia menginjak kering, Baekhyun diliputi rasa takut yang besar dan juga khawatir luar biasa. Perasaanya semakin amburadul saat mendengar isakan sang ibu yang memanggil namanya, apakah dia membutuhkan bantuannya? Sementara dia sendiri malah tak menemukannya. Lalu, ada apa dengan Taehyung dia ada dimanapun dia juga tak mengerti. Seluruh penglihatannya diliputi rasa kebingungan yang besar, dia tak bisa berfikir dengan baik karena hal ini.
"Eomma!!???"
Gubraakkk!!!
Jatuh tersungkur, dengan dagu yang membentur batu. Kakinya merasa sakit luar biasa saat berdarah dengan jempol yang seperti kehilangan kukunya, darah menetes dan rasa sakit itu membuat nyeri sampai ke otak. Dia meringis meminta bantuan, akan tetapi dia sendian. Suara sang ibu memanggilnya tapi terdengar seperti menjauh, akan tetapi rasanya sangat jauh dari jangkauan.
"Eomma, akkhhh... sakit, eommaaa..."
Percuma, menggerakan kakinya saja Baekhyun sangat susah. Dia merasa berat dan mati rasa, dia juga merasa suara Taehyung meminta tolong. "Taehyung, Taehyung! Kau kenapa saeng, Taehyung?!" dia melihat sosok sang adik seperti ditarik bayangan hitam yang mencoba membawanya pergi. Mengekangnya di dalam zona mereka.
Dia melihat Taehyung yang memberontak tak mau dan meminta tolong padanya, akan tetapi dia menjadi hancur saat melihat kepala Taehyung yang dipukul dari belakang hingga darah sang adik muncrat ke wajahnya. "TAEHYUNG... LEPASKAN TAEHYUNG, JANGAN SAKITI DIA!!!"
Rasanya seluruh tubuhnya terasa mati saat melihat hal buruk itu di depan matanya, tangannya mencoba menggapai tapi terasa mati dan gagal. Dia melihat sang adik menatap matanya dengan tubuh yang ambruk, begitu juga tubuhnya yang bergetar. Menangis... Baekhyun menangis melihat sang adik begitu dia merasa bahwa dia...
Mati.
"Taehyung..."
.
.
Beberapa dokter disana terperanjat saat menyadari kelopak sang pasien membukanya setelah dia mendapatkan kejut listrik. Bukannya masalah kecil, akan tetapi baru saja dia hendak menghadapi kematian. "Dokter! Dia selamat." Seorang suster berseru, dan ada wajah kebahagiaan disana saat melihat pasien berhasil diselamatkan.
"Suster atur infusnya, supaya jantungnya tak melemah. Jangan biarkan pasien mengalami syok." Dia mengatur jalannya penyelamatan itu, dengan cepat tangannya memeriksa denyut nadinya dan merasa jika pasien menjadi baik setelahnya dan ini merupakan sebuah mukjizat.
"Syukurlah, kau selamat tuan." Ada nafas kelegaan disana dan dia juga tahu bahwa Baekhyun adalah pasien yang kuat. Sementara Baekhyun sendiri dirundung oleh rasa bingung, dia juga memperhatikan sekitar yang tak ada Taehyung disana.
"Taehyung... Taehyung.... Tae," nafasnya terasa berat, sementara kepalanya terasa sangat pusing akan tetapi dia masih memiliki kesadaran. Tiba-tiba Jieun masuk kedalam sana dia sudah basah akan air mata, dia juga sangat bingung setengah mati saat menemui ruangan Baekhyun yang sepi tak ada Taehyung hanya tubuh Baekhyun yang kejang-kejang dengan suara Jieun yang begitu keras memanggil pihak rumah sakit. Disana juga dia melihat seperti kematian seseorang begitu nyata di depan matanya.
Suara tangis Jieun membuat Baekhyun menoleh dia melihat bagaimana air mata itu jatuh tepat di tangannya, "Jieun... dimana Taehyung?" Baekhyun merasakan kekalutan dalam hatinya meskipun nyawanya belum terkumpul semua. Mimpinya sangat buruk hingga dia tak bisa percaya lagi apakah itu nyata. Sementara Taehyung tak ada disampingnya, apakah maksud dari mimpinya sementara dia melihat itu sebagai petunjuk Tuhan kah?
"Dokter tolong aku, lepaskan alat ini. Dimana Taehyung..." ada tatapan memohon, dia juga berharap permintaannya itu dikabulkan. Hatinya tak tenang, sungguh tak tenang terlebih Taehyung, adiknya.
Jieun dan sang dokter saling bertatap satu sama lain, apa yang terjadi dengan Baekhyun?
.......................................
"Taehyung, aku sangat menyayangimu... tolong jangan menangis saat hyung pergi, oke." Wajah sang kakak nampak bercahaya bahkan lebih terang dari sebuah matahari, mereka berdua berdiri di sebuah tempat aneh yang berbeda. Dimana Baekhyun yang berdiri di bawah pohon yang menggugurkan daunnya dan Taehyung yang berdiri di musim dingin bersalju, sang kakak pamit dengan senyumannya dan dia menggelengkan kepalanya tak ingin.
"Hyung jangan pergi, Baek hyung... aku janji akan menjadi dongsaeng lebih baik lagi." Taehyung ingin mengejar akan tetapi seperti ada sebuah portal yang menghalanginya. Dia memanggil sang kakak akan tetapi kakaknya seperti enggan menerimanya. Pergi dengan melambaikan tangan seperti mengucapkan selamat tinggal.
"Baekhyun hyung..."
Kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri, beberapa bulir keringat keluar sebesar biji jagung. Taehyung nampak kacau karenanya dan tentu saja gumaman itu terus ada. Sang ayah yang menunggunya memperhatikan dirinya, wajahnya sejak tadi masam karena kebodohan anak buah yang dia sewa untuk membawa Taehyung tanpa luka sedikitpun. Bukan saja potong gaji, namun keempatnya mendapatkan tamparan cukup keras. Demi apapun sekejam apapun dia, tuan Kim tak akan bisa melihat sang putra terluka.
"Kau mengigau nak." ucapnya dengan wajah yang memperhatikan Taehyung yang masih terpejam akan tetapi bibirnya bergerak mengatakan sesuatu, seperti seruan. Ini sudah pukul delapan pagi dan Taehyung memang mengalami luka yang tak ringan dengan kepala yang harus diperban. Mungkin saja tuan Kim bisa membunuh mereka jika hal seperti ini terjadi lagi.
"Baek-Baekhyun hyung hikkksss... Baekhyun hyung..."
Sang ayah merasa jika sang anak memanggil nama laknat itu dengan sangat sayang, membuat lehernya seakan tercekik. Bagaimna bisa? Dia mendidik Taehyung untuk tetap membenci anak sialan itu justru tak berpengaruh dan nyatanya Taehyung siap lari ke dalam lingkungan sang kakak dan bukannya dirinya. Dia memang ingin mendapatkan warisan Taehyung akan tetapi cintanya sebagai seorang ayah juga membuat dia menjadi egois untuk memiliki sang anak, dengan berbagai hal mewah yang akan diberikan padanya.
"Taehyung nak, ini ayah... bangunlah agar kau tidak mimpi buruk." Dia mengusap rambut sang anak, tempat tidur yang dia tempati sedikit berguncang karena tubuh Taehyung yang seperti berlari dengan seruan memanggil sang kakak dalam lengkingan keras. Tuan Kim tak ingin sang anak jatuh lebih dalam di mimpi buruk itu, apalagi itu tentang Baekhyun yang akan membuat perasaan emosionalnya bisa saja terlepas di depan sang anak.
"Taehyung, aku menyayangimu... sampai jumpa."
"Hikksss... hikkksss jangan pergi hyung, aku ingin kau disini... hikksss andweeee...."
Makin lama gerakan kepalanya semakin gelisah, kepalanya sudah mengeluarkan banyak butiran keringat di kening dan lehernya bahkan Taehyung sendiri semakin menangis bukan hal yang mudah membangunkan seseorang dalam keadaan seperti ini. Tak sanggup melihat sang anak seperti ini dengan sedikit kasar tuan Kim hendak melakukan hal gila, dia mengambil benda bening berisi benda cair dari atas meja dan menjatuhkan benda di dalamnya itu dengan langsung.
Air terciprat dimana-mana dan Taehyung terperanjat saat sesuatu yang basah dan dingin mengenai wajahnya. "BAEKHYUN HYUNGG!!!"Dia bangun dengan mata yang melotot, rambut dan semua di bagian atas lehernya sangat basah. Sampai Taehyung tak sadar jika tubuhnya jatuh memeluk seseorang. "Hikksss... Baekhyun hyung, jangan pergi kumohon hikkss... hikksss..."
Sang anak menangis, tentu saja dia sangat takut dengan apa yang dilihatnya tadi. Membuat pria berstatus sebagai ayah itu memeluknya dengan sayang, diusapnya punggung sang anak seperti biasa dan membuat Taehyung sedikit tenang diantara isaknya. Akan tetapi, dia sadar... saat melihat dinding putih di depannya. Juga vas bunga dan beberapa atribut yang melengkapinya, bahkan dia juga tak sadar dengan siapa dia memeluk saat manik matanya melihat kain tebal berwarna hitam seperti jas kerja.
"Kau tak apa nak, appa disini hem..."
Suara itu, berhasil membuyarkan atensi Taehyung dengan semua pemikirannya. Dia menatap sang ayah lekat sampai dia sadar apa yang terjadi sebelumnya, tangannya menyentuh kepalanya dan ternyata jemarinya merasakan ada kain kasa disana. Rasa sakit menyebar saat dia menekan kain kasa yang menutupi luka sebenarnya.
Tentu saja tuan Kim semakin khawatir saat Taehyung meringis sakit, jujur Taehyung belum bisa menanyakan hal janggal di dalam otaknya. Termasuk, kenapa dia bisa berada disini? sementara kakaknya di rumah sakit. Di satu sisi Taehyung ingin pergi kesana menyusul dan melihat keadaan sang kakak akan tetapi sang ayah tentu bisa menyakiti kakaknya lebih jauh. Terasa tak ada pilihan hingga dia memilih diam, mengangguk atau menggeleng sebagai jawaban.
"Sekarang kau istirahatlah nak, maid akan mengantarkanmu makanan. Appa ada di atas jika kau butuh sesuatu, jangan lupa untuk minum obat Tae."
Dia mengusap rambut sang anak, membuat jejak sedikit berantakan disana. entah kenapa Taehyung menjadi merasa jatuh dalam perasaan sang ayah. Dia sedikit melupakan hal buruk apa yang dilakukan pria bermarga sama dengannya, demi apapun sang ayah sudah sangat membantunya hingga dewasa. Di satu sisi dia juga menyayangi sang kakak, Taehyung tak bisa memilih sekarang antara kakak atau ayahnya karena jauh dalam lubuk hatinya dia ingin sang ayah dan kakaknya berdamai.
Karena keluarga yang utuh adalah salah satu cita-cita Taehyung terpendam.
.
Baekhyun bukan hanya saja keluar dari rumah sakit secara paksa akan tetapi dia sudah mengantongi sebuah pistol beserta pisau lipat di dalamnya. Wajahnya nampak sangat serius sekarang dia juga tak mempedulikan Jieun yang berlari mengejarnya, terpaksa meninggalkannya dengan menaiki taksi, hati mana yang akan diam saat tahu jika adiknya sedang dibawa orang lain. Baekhyun tentu saja tak akan diam sementara Jieun terus saja memanggil namja itu namun gagal karena taksi sudah melaju dengan jauh.
"Baekhyun, jangan gegabah!!" percuma, dia tak akan mendengarnya. Jieun bahkan menatap dengan gusar ke sekitar, dia merasa jika Baekhyun akan pergi ke suatu tempat, tapi dimana? Sementara dia berjalan di depan halaman rumah sakit dekat di sebuah pohon dia menelfon seseorang disana dengan wajahnya yang panik luar biasa, dia ingin menyusul kemana Baekhyun pergi. Dia masih sakit dan sebenarnya dokter belum mengijinkan dia pulang awal.
"Pak Mo jemput aku di rumah sakit Hancong, cepatlah aku ingin mengejar seseorang." Mematikan ponselnya dengan cepat dan tanpa sadar dia menggigit kukunya dengan tatapan was-was. Dia berharap semoga Tuhan tidak membuat hatinya semakin gelisah.
Tatapan fokus ke sana, akan tetapi dia mendengar suara gemerisik kertas yang ada di bawah kakinya. selembar putih yang tertutup oleh separuh telapak kakinya, Jieun semakin penasaran saar kedua alisnya saling bertautan. Dengan segera dia mengambil lembaran kertas itu, dan meneliti leceknya foto itu dengan beberapa noda kotor di tanah. Dia melihat bagaimana sedikit kucelnya kertas itu hingga dia harus membersihkan dengan ujung bajunya.
"Ini-" Matanya terbelalak, dia seakan tak ingin percaya dengan apa yang dia lihat saat dia menatap kertas di tangannya. Foto seseorang yang menjadi intensitas Baekhyun keras kepala.
"Taehyung?!" ya, dia menduga dengan apa yang terjadi? Kenapa bisa dia menemukan sebuah foto wajah adik sahabatnya itu dengan dimana spidol merah melingkari wajahnya begitu juga tulisan 'target.' Sepertinya Taehyung memang tidak pergi keluar dan menunjukan tanda kembali, jadi itu alasannya Baekhyun pergi dan seperti tak percaya dengannya. jadi itu alasan kenapa Baekhyun panik luar biasa saat dia menerima telfon dari seseorang, yang dimana telfonan itulah yang menghancurkan sarapannya. Jadi itulah Baekhyun seakan bertaruh nyawa dan memaksakan kakinya untuk mengejar dengan kesetanan di sebuah taksi? Taehyung... rupanya sudah menjadi korban seseorang.
"Pak Mo, aku disini!" Jieun mengangkat tangannya dia melambaikan keberadaannya pada pria yang menggunakan seragamnya, dengan cepat mobil itu berhenti. "Ada apa nona, apakah terjadi sesuatu?!" dia mengeluarkan separuh kepalanya keluar pada jendela pintu mobilnya. "Ya, cepat kejar taksi itu. Juga kita harus menemui saudaraku, aku ingin meminta bantuannya."
Kecepatan penuh mobil itu terpacu, pedal gas itu dia tekan hingga suara deru ban mobil menggesek aspal. Ketegangan mulai muncul saat musim semi saja belum berkibar sepenuhnya, dan anehnya masih ada satu pohon yang bertahan dengan keguguran daunnya, ya... pohon itu berada tepat di sebuah taman dimana tempat itulah Baekhyun meninggalkan syal yang dia lilit dengan sangat kencang hingga siapapun tak akan bisa membukanya dia melilitkannya dengan tali temali yang diajarkan ibunya, dan hanya seseorang yang akan membukanya jika Tuhan sudah merestui dan di waktu tepat tentunya.
Di satu sisi, di sebuah mobil kuning dengan plat taksinya, gigi penumpang itu gemelutuk, matanya seperti berkilat marah pada sesuatu dan tentu saja hal itu membuat ambisi Baekhyun semakin besar untuk menghentikannya. "Appa, kenapa kau harus membawa Taehyung dalam masalah ini. aku tak akan memaafkanmu appa!" terdengar marah hingga supir taksi itu bisa melirik ke belakang dengan tatapan gugupnya. Dia baru pertama kali menemukan pelanggan seperti hendak menerkam sesuatu. Dia bahkan menancap gas dengan spontan dan mengendalikan mobilnya dengan baik saat Baekhyun membentaknya. Beruntung mobil itu segera sampai ke tujuan.
Hanya butuh waktu sepuluh menit untuk sampai dan Baekhyun sudah sampai ke tujuan dimana, di sebuah jembatan yang terkenal sebagai tempat penyebrangan para wisatawan disana dan kebetulan ini bukan suasana cukup ramai, kemungkinan yang mengundangnya ada alasan lain mengajaknya ke tempat ini. Baekhyun sudah turun dari mobil itu, dia berjalan menghampiri seseorang yang sudah memperhatikan di sisi jembatan sana, dia sudah tahu meski melihatnya dalam keadaan memakai kacamata dan maskernya.
Tak ingin berlama dia berjalan cepat....
"Luhan hyung..."
Yang dipanggil menoleh dia mengulas senyum dan menurunkan maskernya. Saat dia menemukan Baekhyun yang menghirup oksigennya dengan cepat dan nampak kelelahan dengan banyaknya keringat yang keluar. tentu saja Baekhyun tak menggunakan lift saat berada di rumah sakit dia sedikit menyesal akan tetapi langkah kakinya telah membawanya sampai sejauh ini.
"Bagaimana dengan Taehyung, katakan padaku apa appa melakukan hal buruk padanya?" tentu saja sang kakak akan mencelos marah jika dia tahu bahwa sang ayah pasti melakukan hal buruk pada adiknya, sebuah permainan yang busuk dan tentu saja Baekhyun bertanggung jawab untuk keselamatan sang adik.
"Untuk saat ini belum tapi jika kau mau, aku ingin mengajakmu bekerja sama. Bagaimana..." Luhan mengacungkan sebuah senjata pada Baekhyun, bukan senjata yang terlalu menonjol akan tetapi sepuluh butir peluru perak hasil karyanya, yang dimana dia buat untuk menembus tubuh seseorang dengan kejamnya, itu akan terlaksana dengan caranya.
Sepintas Baekhyun memperhatikan sepuluh benda itu di tangannya dan melihat dengan seksama, sebuah tanda silang di ujungnya ini hasil karya sang kakak yang sangat menyukai huruf X. Meski dia sendiri juga tidak tahu apa faedahnya Luhan membuat karya mini itu akan tetapi dia merasa jika tatapan sang kakak untuk mengajaknya berperang semakin tertarik dan cukup membuat dia untuk....
"Kita selamatkan Taehyung, kita rebut hak kita dan kita bunuh appa, jika kau mau... bagaimana Baekhyun, ikut denganku? Atau kau melawan dengan caramu akan tetapi Taehyung tak bersamamu."
Nada tersebut seperti nada ancaman dan tentu saja bukan sesuatu yang baik. Luhan tak separuh gila dan dia juga menyadari bahwa sisi ambisi ayah sang kuat bisa saja menyakiti Taehyung. Akan tetapi bagaimana dengan janji ibunya untuk tak memberontak atau berperang dalam ikatan keluarga? Bisakah dia melakukan hal itu dan menerima ajakan Luhan sementara sang adik berada di tangan dingin sang ayah?
"Keputusan di tanganmu..."
Baekhyun melihat sekali lagi wajah Luhan yang menunggu jawabannya, dia sedikit sulit hingga menggigit bibir bawahnya yang sudah menjadi kebiasannya saat dia bingung dan refleks. Dia juga tak akan menduga akan bertemu dengan hal seperti ini, sampai dia melihat bayang sang adik yang mencarinya.
Satu menit Baekhyun berfikir, dan sepertinya Luhan sudah tak sabar meski dia masih menanti jawaban sang adik. perlahan namun pasti Baekhyun menangkupkan jarinya pada telapaknya dan merematnya. Dia menggenggam sepuluh butir peluru itu dengan erat sampai menjorok terasa di kulitnya. memejamkan mata sebentar lalu, bibirnya yang sedikit terkatup, hingga dia akhirnya...
"Ya."
..................................
Tbc...
Apakah kalian cukup terhibur dengan chapter ini. menurut kalian bagaimana?
Sudah mau end dan kalian masih setia menunggu bukan? Jangan lupa dengan dukungannya agar author tetap semangat sampai fanfic ini berakhir. untuk kalian tolong jaga semangatnya dan jaga kesehatan agar tidak mudah sakit dan banyak pikiran wkwkwk.
Sampai jumpa di next chap coba kalian tebak bagaimana akhirnya tapi setelah ff ini end ya hehhe,,, babay....
Kecup sayang dan cinta.
Thank you and saranghae...
#el
18/06/2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro