
잎을 날아가는 가을의 혼란 ( 54)
" Haruskah aku berhenti bernafas hanya untuk menyelesaikan masalahku, satu masalah usai bertambah masalah lainnya. Seakan ujian mencintaiku dengan tulus dan enggan pergi walau sebentar. Puaskah dengan jatuh bangunnya aku, yang berusaha agar diriku tak lelah dan tak mengeluh. Hanya karena aku dianggap mampu, dan Tuhan maha mengetahui batasku. Punya hati... Tuhan yang punya dan manusia yang tidak. Mereka yang sengaja mempermainkan kepercayaan dan menjatuhkan. Tapi tak apa aku hanya manusia yang separuh diuji dan separuh lagi bersabar, ya... tak apa."
.
.
.
......................................
(Author **** POV)
Taehyung tak punya nafsu makan pagi ini. Dia bahkan hanya menatap tanpa minat piring di depannya, suasana khidmat lantaran sarapan kali ini sedikit berbeda. Sang ayah yang menikmati sarapannya dengan secangkir kopi hangat itu pun tak mempedulikan bagaimana suasana hati seorang Kim Taehyung.
Tak ada sang ibu sambung di samping ayahnya, tak ada Luhan yang selalu protes jika ada makanan yang tak disukanya dan tak ada sang kakak yang akan selalu mengambilkan makanan untuknya jika tangan Taehyung tak sampai untuk mengambil sesuatu. Terasa berbeda dan sedikit canggung. Rasanya Taehyung ingin melarikan diri dari suasana makan pagi hari ini.
"Kenapa kau tidak makan Tae." Sang ayah menginterupsi, menatap sang anak dengan tatapan yang sedikit memaksa menajam. Jujur, Taehyung tak suka diintimidasi, termasuk ayahnya.
"Aku tidak lapar." Singkatnya bahkan Taehyung sedikit malas menatap sang ayah dan memilih berdiri untuk pergi kemudian.
"Kau tidak makan, kau tidak permisi, dan sekarang kau pergi seenaknya. Sopan santunmu sangat minus." Sindirnya dengan mata yang menajam, Taehyung sangat culas bahkan dia sedikit enggan hanya untuk mendengar sang ayah banyak bicara. Ia malas, ia seperti enggan untuk disapa ayahnya. Memilih menjauh dengan mengambil ponsel di sakunya, sepertinya dia akan pergi kali ini.
Melihat putranya pergi sang ayah tak banyak bicara, dia sepertinya mampu membaca pikiran anak keduanya. Menatap dengan sangat tajam punggung sang anak yang kian menjauh dan keluar dari pintu rumah agungnya. Sedikit meremat tangannya yang memegang sumpit, menahan kemarahan yang sedikit meledak. Sang ayah tak ingin bersikpa egois jika berhadapan dengan putra keduanya, tapi....
Dia juga tak akan rela jika putra keduanya rela datang sepagi ini hanya untuk anak yang tak akan ia anggap dalam kartu keluarga. Byun Baekhyun... namja yang menjadi anak buangan baginya. Menolak menjadi ayah untuk anak yang menurutnya kurang ajar dan tak tahu diri, sama seperti mantan istrinya. Yang pergi dengan kesombongan luar biasa, seakan tidak ada beban dan justru mengatakan 'pernikah tak bahagia'.
Benci...
Membuat penyakit hatinya semakin bertambah dan pria dengan marga Kim itu juga tak akan bisa memungkiri kebenaran mengenai masa lalunya.
"Taehyung, kau mulai membangkang sama seperti kakakmu." Membatin dengan sudut bibir yang begitu lancip. Sang ayah sangat emosional hingga giginya terasa menggertak satu sama lain.
Disini, di ruang makan yang sepi dalam rumah semegah ini. Terlihat miris dan menjengkelkan mencampur menjadi satu.
.
.
.
Taehyung berjalan dengan langkah kaki cepat, sesekali memeriksa koneksi jaringan ponselnya. Nafas sedikit terengah karena langkah cepatnya, juga uap air yang berembun karena dinginnya pagi ini. Kemeja kotak yang dia pakai, tanpa ada masker atau kacamata yang selalu ia pakai untuk menyembunyikan identitasnya pun tak ada. Sepertinya dia memang tak takut jika banyak orang yang tahu mengenai dirinya.
"Baekhyun hyung aku akan datang, kumohon datanglah dan cepatlah sembuh." Taehyung sedikit mempercepat kakinya, dia beradu dengan keringat dan suhu dingin pagi ini.
Anggap saja jika namja tampan ini sedang berolahraga, ia bahkan tak peduli jika dirinya belum mandi ia hanya ingin bertemu dengan sang kakak. Dia yakin jika Baekhyun pasti menunggunya dia akan sarapan bersama dengan sang kakak. Dengan langkah cepatnya, Taehyung meremat ponselnya, sebuah gambar foto pernikahan ibu dan ayahnya menjadi beckground walpapernya. Disana juga ada foto sang kakak yang mulai remaja dengan dirinya yang digendong dan masih bayi, tampilan foto favorit seorang Kim Taehyung.
"Eomma, aku menemukan jawaban yang aku cari selama ini. Hyung.... aku akan mengatakannya." Taehyung sedikit tersenyum dia membayangkan apa yang terjadi jika sang kakak tahu bagaimana pilihannya sekarang.
Ia menghilangkan keegoisannya dan memilih hal yang seharusnya dipilih oleh Tuhan.
Menyebrang langkah Taehyung selanjutnya untuk menuju rumah sakit yang di tuju olehnya. Dia tak mau memesan taksi atau memakai kendaraan, dia ingin menikmati setiap perjuangan langkah kakinya dan tersenyum puas saat sang kakak melihatnya dengan tatapan kaget dengan alis yang akan selalu terangkat.
Ketika lampu merah menyala dan kesempatan bagi pejalan kaki berjalan, Taehyung berdiri di bagian belakang beberapa penyebrang yang juga sibuk berangkat kerja. Kembali lagi mengecek walpaper ponsel yang ia genggam, tersenyum dengan bahagia. menatap dirinya yang begitu polos dan manis, membuat namja dengan senyum kotaknya itu membatin lucu. 'Astaga, aku menggemaskan.'
Taehyung memasukan ponselnya buru-buru, dia juga melangkah cepat menyebrang jalan. Tak sabar datang menemui sang kakak dan mengatakan, bahwa dia memilih.....
BRRRUUUUKKKKKKKKK!!!!!
Benturan hebat dari sebuah mobil sedan dengan kecepatan tinggi, membuat sesuatu yang ditabraknya terpental beberapa meter. Suara teriakan yang begitu memekik membuat suasana menjadi semakin heboh. Bagaimana tidak ini masih pagi dan sudah ada kecelakaan yang mengakibatkan adanya korban.
Ketika beberapa orang yang ada disana berusaha membantu. Namun, yang terjadi justru pengendara yang mabuk itu keluar dari mobilnya. Berlari dengan tubuh yang linglung dan ambruk mendorong beberapa orang sampai menginjak ponsel seseorang. Beberapa yang melihat ketidakadilan ini justru mengejarnya dan meneriakan dia sebagai penjahat tabrak lari.
Kembali lagi pada seonggok manusia yang mulai kehilangan kesadaran ini.
"Aigu, kasihan sekali. Cepat panggil ambulance!" salah seorang ibu-ibu yang membawa sayuran, ada juga seseorang yang melakukan pertolongan pertama, berharap apa yang dilakukannya dapat membantu si korban.
Darah mengalir dari kepalanya yang terluka hebat, bau amis dan juga bagaimana kelopak yang mengatup membuka perlagan itu terlihat sangat pucat. Beberapa luka lecet dan lebam juga nampak pada namja itu, terasa berat oksigan yang dihirupnya. Awalnya dia mendengar beberapa meneriaki agar dirinya bangun dan sadar bahkan ada yang sedang membantunya, tapi....
"HEI KAU, BERTAHANLAH BUKA MATAMU. AMBULANCE AKAN DATANG, TOLONG BERTAHANLAH!!!"
Ponsel di tangan yang menjadi korban tabrak lari tersebut sedikit lemas. Dia yang merasa berat untuk bersuara hanya sebuah air mata yang jatuh di pinggir pelupuk matanya. Seluruh tubuh rasanya sakit, bahkan sendi tulangnya juga terasa remuk. Apakah dia akan selamat? Mengingat pandangannya sedikit memburam dan semakin lama kelopak matanya semakin berat.
Darah terus saja keluar beberapa orang juga berusaha membantu untuk menghentikan pendarahan di kepalanya menggunakan jas atau jaket mereka. Ada yang berteriak bantuan segera datang namun, itu tak membawa kelegaan bagi dirinya yang merasa sangat sesak hanya untuk menarik nafas.
Mati....
Kenapa di dalam otaknya hanya berpikir seperti itu?
"Hyung...."
Ucapan lirih keluar dari bibirnya, dan juga tatapan iba orang-orang yang melihatnya kini hilang sudah.
Pandangannya menggelap.
.........................
.
.
.
Luhan dia tak sadarkan diri, tak ada pengawasan dari sang ibu yang biasanya berada disampingnya. Merasa ini adalah hal paling beruntung bagi seseorang yang dapat mengambil kesempatan untuk menjumpai Luhan yang terbaring di atas ranjang rumah sakit ini.
Datang dengan langkah kaki perlahan, tatapan yang sulit diartikan miliknya. Baju pasien yang masih digunakan Baekhyun belum diganti. Rambutnya berantakan dengan tak ada lagi selang infus di tangannya, hanya sebuah plester luka di punggung tangannya. Dia sudah mengantongi ijin dokter untuk bisa bergerak tanpa selang infus, hanya saja dia juga memperhatikan dirinya jika merasa sakit di dadanya. Baekhyun rasa jantungnya masih normal untuk sekarang ini.
"Hyung, kau masih belum sadar?" Baekhyun merasa tak sanggup melihat sang kakak demikian, meski mereka tak sekandung entah kenapa perasaan mereka sangat dekat dan seperti satu dalam ikatan darah.
Baekhyun tak bisa berkata lidahnya serasa membisu, dia tak bisa berpikir apapun. Melihat keadaan Luhan yang jauh dari saat dia sehat membuat kepalanya terasa blank. Luka tembak siapa yang melakukannya dan salah siapa, Baekhyun belum tahu jawabannya.
"Luhan hyung cepatlah sembuh." Baekhyun tersenyum, sunggingan bibirnya berharap penuh akan kuasa Tuhan untuk mengabulkan doanya. Dia tak ingin kehilangan salah satu keluarganya, ini terlalu menyakitkan. Apalagi Luhan termasuk orang yang baik selama ini.
Baekhyun rasa ini tidak adil....
Dia merasa aneh dengan diri sang kakak yang selalu tersenyum dan menghiburnya dengan berbagai celoteh absurdnya yang terkadang membuat dia tertawa dan terhibur. Dia dengar dari Kyungsoo malam kemarin jika Luhan mencoba membunuh ayahnya dan mengamuk, membuat Baekhyun merasa itu tak mungkin.
Apalagi, Luhan tipikal orang yang tak memendam dendam dan sangat ramah juga humoris. Apa Baekhyun sendiri tidak menyadari hal itu, ah tapi tetap saja menurutnya Luhan adalah orang sekaligus kakak terbaik. Bahkan menurutnya Luhan pantas menjadi panutannya.
Apa yang salah? Kenapa Tuhan mentakdirkan hal ini. Baekhyun merasa jika Luhan menyembunyikan semua masalahnya dengan segala tingkah dan senyum tawanya. Entah mengapa membayangkan apa yang menjadi beban berat sang kakak membuat Baekhyun sendiri ingin menangis. Kedua kelopak matanya mendadak mengembun dan basah, pelupuknya terasa penuh dengan sedikit air mata yang hendak jatuh.
Begitu keras Baekhyun menahannya agar tak mengalir diantara pipinya. Tidak! Dia menolak untuk menangis di depan sang kakak, dia tak ingin Luhan terkejut saat bangun. Dia selalu ingat ucapan Luhan agar dirinya selalu baik-baik saja, meskipun kenyataannya dirinya berada di zona jauh dari kata tersebut.
Sampai akhirnya ketika sesak datang menyerang dadanya, ia menundukan kepalanya. Berdiri di sisi namja tersebut adalah suatu hal yang bisa ia lakukan, termasuk mendoakan kesembuhannya dalam lafalan doa di hatinya.
"Mau apa kau disini Byun!" datang dengan tatapan menyalang, bentakan keras nan emosional itu sukses membuat Baekhyun menoleh terkejut. Dengan bibir terkatup rapat namun tatapan yang ia berikan menyimpan banyak makna.
Baekhyun rasa ini cukup untuk melepaskan kerinduan pada saudaranya, termasuk ibu tirinya yang kini menatap tak suka padanya. Jauh, dengan apa yang ia dapatkan ketika datang ke sini pertama kali.
"Aku hanya menengok, maafkan aku." Memberi hormat, setelahnya pergi dengan langkah yang dipaksa untuk cepat. Kenyataannya, setiap langkah untuk dirinya keluar terasa berat. Oh... ayolah, ini masih pagi jika dia harus membuat suasana ribut di Rumah Sakit ini. sangat tidak etis jika pasien yang lain terganggu, apalagi dirinya juga seorang pasien.
Pergi dengan cara yang sopan, tak ia gubris bagaimana anak tak sekandungnya itu melakukannya. Dia menatap Luhan sang anak dengan tatapan sendu, tangan kanannya yang membawa sebungkus sarapan kali ini terasa tak nikmat di indera penciumannya, ia merasa tak lapar tapi sang ibu memaksa untuk menyuapi dirinya sendiri nasi dan makanan yang sehat. siapa lagi yang akan menjaga sang anak jika bukan dirinya, jujur saja... wanita cantik itu merasa tak enak hati makan di hadapan sang anak yang tak sadarkan diri. Berharap Luhan segera sadar dan bisa makan sarapan lagi bersamanya, seperti biasa dan tradisi yang sama.
Kebersamaan....
Sadar atau tidak, ada seseorang yang mengawasi dari kejauhan. ya, salah seorang yang menggunakan baju perawatnya. Seorang pria misterius dengan bekas luka di keningnya. Siapa gerangan?
.
.
.
Kyungsoo menganggap semua hal dalam hidupnya adalah sebuah bagian cerita yang ditulis Tuhan, dia yang memang sedang tidak ada pekerjaan memberi kesempatan untuk dirinya berjalan di sekitar. Menghirup udara segar di pagi hari sebelum jadwal yang akan datang padanya nanti, termasuk menjenguk Baekhyun yang merupakan sebagian jadwal yang ia rahasiakan. Jangan sampai tuan besar tahu akan hal ini, atau dirinya akan semakin kehilangan ruang untuk bertemu dengan sahabat karibnya tersebut.
Kyungsoo sudah sepuluh menit melakukan olahraga kecilnya, sesekali tangannya ia gerakan untuk menghasilkan panas di sekitar ototnya. Memang menyenangkan apalagi dia jarang melakukannya karena kesibukan pekerjaan dan sekolahnya. Jika saja setiap pagi dia bisa menikmati hari besantainya, betapa bahagia hatinya. Cukup bersyukur adalah hal yang paling penting.
Tak sadar jika langkah kakinya membawa dirinya di jalan yang cukup ramai dimana beberapa orang berlalu lalang melewatinya dan terlalu sibuk, Kyungsoo yang asyik mengamati sekitar cukup terheran tepat diarah jam tiga. Banyak kerumunan yang mengerubungi sesuatu, dan ada juga beberapa darah yang menciprat di salah satu mobil disana.
"Apakah ada kecelakaan?"
Biasanya Kyungsoo cukup cuek dengan kejadian yang menurutnya terjadi secara umum, apalagi ini menyangkut nyawa manusia. Kyungsoo bukan orang apatis atau apa, hanya saja dia yakin jika sudah ada banyak orang yang menolongnya dan membuat dia diam meski dia sendiri juga akan menolong jika ada yang butuh pertolongannya. Tapi, kali ini rasanya berbeda saat Kyungsoo melihat jejak darah di jalan tersebut, beberapa orang masih disana lalu sang korban?
Karena rasa penasaran yang besar membuat dia akhirnya memilih untuk menjumpai salah satunya dan bertanya.
"Permisi, sebenarnya apa yang terjadi. Kenapa ramai sekali?" Kyungsoo mengulas senyumnya dia menanyakan suatu hal pada salah seorang siswa disana yang kebetulan memainkan ponselnya.
"Oh, tadi ada tabrak lari. Seorang pemuda yang menyebrang jalan dan ditubruk oleh pemabuk yang kabur." Jelasnya dengan menunjuk dimana tempat kejadian berlangsung beberapa menit yang lalu.
"Pemuda?"
"Ya, dan kebetulan aku membawa ponsel korban aku akan membawanya kekantor polisi takut jika keluarganya menghubungi." Ucapnya setelahnya dengan menunjukan sebuah ponsel hitam dengan gantungan lonceng kecil di tepinya, melihat hal tersebut kedua mata Kyungsoo sedikit menyipit dia melihat ponsel itu mirip seseorang.
Sedikit retak itu yang dia lihat.
"Bi-bisakah saya melihatnya sebentar?" Kyungsoo tergagap, apapun yang terpintas di dalam otaknya semoga itu merupakan sebuah kesalahan. Kedua tangannya kini menggenggam ponsel tersebut memutarnya dari berbagai sisi, dan terakhir mencoba membukanya. Beruntung ponsel tersebut belum dipasang kode sandi hingga membuat dirinya mudah melihatnya.
Seolah tersambar petir kedua mata Kyungsoo semakin membulat saja, bagaimana tidak hampir seluruh tubuhnya bergetar termasuk tangannya yang menggenggam ponsel di depannya. sebuah gambar walpaper di ponsel tersebut membuat degupan jantungnya semakin kencang.
"Tae-Taehyung." Semakin sesak, saat otaknya justru seolah mengatakan bahwa itu benar. Dimana wajah Baekhyun kala kecil, wanita yang dulu majikannya sedang menggendong yang ia yakini Taehyung dan juga garis tegas tuan Kim yang tersenyum bahagia disana. penampakan keluarga bahagia yang ditayangkan dengan gambar jam diatasnya.
"Tuhan apa yang terjadi?" batin Kyungsoo, berharap dengan cemas. Seakan kedua bibirnya mengatup rapat dan membisu. Ini salah ia berharap ini hanya bunga tidur yang buruk, tapi saat dirinya mencubit lengannya ternyata ini semua masih sama.
Apakah Taehyung adalah korban?
"Di-dimana dia sekarang?"
"Apa? dia siapa tuan?"
"Taehyung di-dimana dia sekarang?" Kyungsoo mengguncang tubuh pelajar di depannya, dia merasa panik seketika dan membutuhkan jawaban yang cepat. Sukses membuat pelajar tersebut ketakutan dan kebingungan. Terbukti dengan bagaimana dia beberapa kali mundur saat Kyungsoo seolah-olah mempelototinya.
"Di rumah sakit Incheon hospital di pusat kota." ucapnya tergagap, bahkan dengan jelas dia mengatakan dimana letaknya. Membuat Kyungsoo mengangguk mantap, dia mengucapkan terima kasih setelah menepuk pundak pelajar tersebut dan berlari dengan sangat kencang. Tak mempedulikan teriakan pelajar yang sadar jika ponsel sang korban terbawa oleh Kyungsoo yang sudah agak jauh di depannya. masa bodoh, dia harus menemui Taehyung atau Baekhyun akan jatuh sakit saat menemui atau lebih parahnya tak sengaja melihat langsung sang adik.
Ini tidak boleh terjadi atau Baekhyun benar-benar akan pergi.
Kyungsoo berharap ini belum terlambat.
Benar-benar belum terlambat.
....
.
.
.
"Akh, kenapa dadaku sakit sekali?"
Baekhyun hampir jatuh jika dia tidak menopang tubuhnya pada dinding di sampingnya. Tiba-tiba saja dia merasa sesak dengan degub jantung yang terasa nyeri, apakah dia kambuh? Hingga membuat dirinya sedikit meringis. Kebetulan lorong di sekitar toilet ini sepi, dia hendak menuju kamarnya.
Tapi spontan dia melihat seseorang. Baekhyun terperanjat saat melihat ada darah pada namja yang ia kenal. Merasa tergagap dengan kedua bola mata yang melotot terkejut. Jiwa sang kakak meruah begitu saja, adiknya....
"Taehyung..."
Adik kecil kesayangannya, yang membuat Baekhyun sendiri....
Ada apa ini?
.................................
Tbc...
Apa kabar kalian semua, apakah hari kalian baik? Bagaimana dengan kegiatan kalian apakah ada yang menyenangkan? Semoga iya dan jangan berkata tidak karena author tidak suka mendengarnya.
Satu chapter yang berlanjut spesial untuk kalian. Semoga tidak mengecewakan dan mengejutkan ekspetasi kalian. Author sangat bersemangat untuk segera menyelesaikan karya ini. sudah lama nih ff bertahan satu tahun untuk author menulis sampai sejauh ini.
Semangat untuk kalian, jangan lupa belajar dan jangan banyak main wp. Ingat belajar itu penting agar besok bisa menjadi orang besar.
Aamiin....
Jangan lupa vommentnya ya, dukungan kalian adalah bahan makan semangat saya untuk terus berkarya. Semakin kalian semangat membacanya akan semakin semangat saya menulisnya.
Thank you...
Bahagia untuk kalian dan sehat selalu...
Salam cinta dari saya...
#ell
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro