Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

운명의 길은 가을과 겨울에 시작됩니다. (61)

" Kebaikan seperti seorang malaikat, dimana kebaikan itu berasal dari hati siapapun. Apakah kalian memilikinya juga? tolong temukanlah jawabannya, karena siapa tahu saat kalian menyadari suatu hal dalam diri kalian bisa menjadi sebuah potensi untuk kalian. Jangan salahkan setiap manusia yang pernah jahat pada kalian, karena setiap punya kesalahan dan Tuhan akan membalas dengan karma tersebut. Jadi... jangan sampai kalian terjebak dalam kesedihan berkepanjangan."

.

.

.

(Author **** POV)

Siapa yang akan sangka jika waktu berjalan sangat cepat, sudah berapa bulan Baekhyun disini? namja yang kini menjadi bagian dari adiknya itu berdiri disini. Di bawah pohon maple yang sudah hampir habis daunnya, angin malam tak bisa membuat namja dengan segala impiannya itu tunduk begitu saja. Ketika setiap orang masuk dalam rumah dan menghangatkan dirinya justru Baekhyun disini, sembari melihat bintang.

Satu titik kecil yang seakan berkedip menyapanya, bintang yang teramat cantik menurutnya. Bagaimana tidak, sejak kecil hingga dia sudah dewasa masih sama saja dia disana dan belum jatuh dari tempatnya. Merasa heran lantaran beberapa bintang lainnya sudah jatuh menuju entah kemana. Hanya saja, dulu saat melihatnya pertama kali Baekhyun dia berusia masih kecil. Dimana sang ibu menggendongnya dan sang ayah yang masih menjadi pria yang baik dan menemani mereka setiap musim gugur di malam hari.

Baekhyun tak akan lupa perihal itu, dimana daun berguguran menunjukan keajaiban musim gugur yang cantik. Dia ditemani dengan seorang malaikat musim gugur dan setia berada disini selama bertahun-tahun, dengan batang besar yang telah menua. Ya, disini Baekhyun berada.... taman yang dulu merupakan kesenangan masa kecilnya. Tak ayal jika dirinya mengenal daerah ini. Karena disinilah dia dilahirkan, hidup sederhana dengan sebuah rumah kecil yang membahagiakan dan seorang ayah yang masih menjadi seorang karyawan biasa, seorang pekerja keras dan ibu yang mengurus dirinya dan rumah. Meski kebanyakan bilang ibunya adalah orang kaya tapi Baekhyun juga tak terlampau mengetahuinya, yang dia tahu ibunya adalah wanita hebat tak ada tandingannya.

Sekarang saat usianya sudah mencapai dua puluh tahun keatas, dia sudah disini. Kembali pulang setelah sekian lama hidup di Jepang dan menjalani manis pahitnya hidup. Entah mengapa dia merindukan masa kecilnya, masa dimana dia masih menjadi anak semata wayang dan seorang kakak pada akhirnya. Apakah sekarang marganya adalah Byun Baekhyun. anak dari wanita yang hebat yang telah kembali ke rumah Tuhan, sementara dia masih punya ayah dan tak pernah menganggap dirinya dan saat usia empat tahun dirinya sudah dianggap bukan siapapun oleh pria yang dulu menjadi panutannya.

Kecewa...

Jelas saja begitu, sampai sekarang dia juga merasakannya. Menyimpannya sendiri hingga akhirnya dia menjadi sedikit benci walau nyatanya hal itu tidak baik untuk dilakukan. Tanpa sadar dia menampakan wajah sedihnya diatas langit dunia, di bawah musim gugur yang lagi terus menjatuhkan daunnya, daun yang orange mengering. Dia seakan memberikan air mata berbentuk daun itu untuk menghujani tubuh namja yang sedang memperjuangkan hak adiknya. Kim Taehyung yang menjadi tugas untuk akhir hidupnya.

Di tangannya sebuah kepalan tangan yang menyembunyikan sebotol obat miliknya, penghilang rasa sakit dan obat untuk pemompa kehidupannya. Jujur dia sudah bosan dengan rasa pahit obat ini dan sudah berapa lama dia meminumnya hingga dia sendiri pun bosan akan hal itu. Baekhyun ingin sekali berteriak keras tapi ia membutuhkan sebuah tebing yang tinggi untuk itu.

"Eomma, apa yang harus aku lakukan. Masalah sangat rumit dan aku tak tahu harus apa, hidup Taehyung dia dalam bahaya eomma. Eomma, apa kau punya petunjuk?" Baekhyun yang mengadu pada langit, melihat sebuah bintang yang sedikit redup seakan sedih menyaksikan wajah sedihnya. Dia melihat kesana dimana Baekhyun yakin itu adalah ibunya yang menjadi sebuah bintang.

Ditinggal sang ibu saat dia duduk di bangku SMA adalah hal terberat dalam hidupnya bukannya apa, lantaran hanya sang ibu yang ia miliki disana. setelah perjuangan yang ia lewati hingga menjadi model porno dengan bayaran besar tapi tak mampu membawa kesembuhan untuk sang ibu. Saat menangis di pemakaman tak ada seorang pun yang datang, dia hanya menangisi abu jenazah sang ibu yang ada di dalam lemari kaca dengan sebuah bunga yang diberikan olehnya. siapa yang akan datang jika saudara ibunya juga membuangnya, hidupnya seakan hancur dan sendiri.

Menyesal... sepertinya itu dulu saat dia sadar jika hidup tidak bisa berhenti begitu saja. sampai dia sendiri sejujurnya juga merasa kelelahan yang sangat berarti, dengan orang yang banyak menyepelekan rasa lelah dan membandingkannya. Bukan hal mudah agar Baekhyun membangun mental sebesar itu dan dia yang hidup bekerja sebagai model majalah yang dianggap menjijikan bagi sebagian orang adalah hal yang berani sekaligus nekat. Dia seperti itu untuk menyambung hidup dan dia melakukannya, atas dasar tak ingin membuat ibunya menangis atau sedih karena dia mati kelaparan.

Semua itu masih ada dalam ingatan Baekhyun hingga namja itu sendiri menggigit bibir bawahnya keras, tak peduli jika pada akhirnya dia akan berdarah. Sebuah tekad tumbuh dalam hatinya, kepalan tangan yang mengerat sangat kuat itu terlihat dan Baekhyun menundukan kepalanya dengan air mata yang ia tahan. Dia akan melakukannya jika memang ini sudah waktunya apa yang perlu ia simpan? Ini terlalu berbahaya bagi sang adik dan dia harus melakukannya agar sang adik selalu dalam zona aman. Dia disini menunggu sang adik yang akan datang dan mungkin tak lama lagi, semoga ada hal baik atas kejujuran yang akan ia katakan.

Tak ada sembunyi dan dia akan menyelesaikan masalahnya dengan pilihan yang sudah ia buat.

"Eomma, jika pada akhirnya aku membuat Taehyung menangis maafkan aku eomma. Aku bukan anak yang bisa kau banggakan."

Tes...

Tes...

Tes...

Siapa sangka jika pada akhirnya air mata yang ia tahan itu jatuh juga, Baekhyun yang menggenggam obat di tangannya sudah mengumpulkan tekad sampai sejauh ini. Suka atau tidak suka dia harus melakukannya meski kemungkinan besar sang adik akan menjauhinya tapi....

"Tuhan maafkan aku..." menengok ke sebelahnya, sebuah batang pohon yang terdapat kain merah yang dulu dipasang sang ibu. bekas sayatan yang membuat kulit pohon itu tercuil sudah tak nampak buruk seperti dulu dan Baekhyun menyentuh itu dengan jarinya. Sudah sangat lama dan Baekhyun baru menyadarinya... tersenyum saat dia ingat bahwa ini perbuatan adiknya yang nakal Taehyung dan dia yang membuat tanggung jawab.

"Eomma aku merindukanmu... kapan kita bisa bertemu."

Itu Baekhyun dengan segala kesedihan yang membuat dia sedikit berat berucap. Suaranya seperti menahan sesak yang terasa sangat menyesakan, dia yang sudah pada puncak masalahnya dan ingin menyelesaikan segera. Tangan kanan yang sejak tadi menggenggam botol obat itu tak lagi menggenggamnya dan hanya sebuah benda hitam mengkilat yang sudah lama tak ia pakai dan itu pun hanya sekali.

Sebuah pistol yang sudah lumayan lama ia simpan dan seperti enggan memakainya lagi lantaran dia bukan seorang kriminal. Akan tetapi dia...

Mendapatkan jawaban lain...

"Bagaimana jika kau tahu akan kebusukanku Tae, apakah kau akan membenci kakak musim gugurmu ini. sementara kesempatanku menjadi pendukungmu akan segera berakhir."

Rasa sedih itu terasa lagi dan Baekhyun tak bisa untuk tidak menangis, memikirkan akan jadi adiknya jika dia pergi sudah membuat dia menjadi sakit seperti ini. Sementara sang ayah tidak mengalami perubahan yang membuat Baekhyun lega. Semakin dia melangkah jauh semakin dia mendapatkan tantangan dan masalah berat lainnya, sepertinya ini akan menjadi akhir.

Lumayan lama dirinya menunggu, saat gugur sedikit menjatuhkan daun dan satu daun itu jatuh ke pundak Baekhyun begitu juga dengan dia, seseorang yang datang dari belakangnya...

"Taehyung syukurlah kau menemukan tempat ini." Baekhyun berucap, dia membiarkan air mata jatuh dan mengulas senyumnya. Dia juga menatap sang adik dengan kelopak sembabnya, dan melihat sang adik yang datang dengan wajah keheranan. Itu nampak dari kedua matanya lantaran separuh wajahnya tertutup oleh masker yang ia pakai.

"Hyung kenapa kau menangis?"

Sang adik yang bertanya dengan keheranan tingkat dewa, sementara sang kakak yang hanya membalasnya dengan sebuah senyuman yang seakan dia adalah manusia paling bahagia. mungkin menurut Baekhyun dia melakukan itu agar dia nampak bahagia, tapi... sebaliknya Taehyung melihat bahwa sang kakak hanya menyembunyikan kesakitannya saja.

Dan keduanya berdiri dengan tatapan yang berbeda, dua kakak beradik yang berdiri hanya beberapa meter saja. Taehyung yang berdiri diatas langit berbintang dengan sebuah cahaya lampu jalan yang meneranginya dan Baekhyun yang berdiri di sisi yang sedikit gelap dengan sebuah pohon maple yang berguguran begitu banyaknya. Dia nampak seperti pangeran musim gugur yang menyimpan kesedihannya dan Baekhyun dia menangis dengan tersenyum.

Jujur Taehyung tak suka dengan hal itu...

.....................................

Melihat waktu di jam tangannya, pukul delapan malam dan dia sudah menunggu setengah jam yang lalu dengan sebuah koper besar di tangannya. menunggu di dalam mobil di bawah sebuah parkiran mall yang sepi. Entah kenapa seseorang itu membuat pertemuan disini dan namja yang bermarga Cina itu cukup heran dengan kebodohan yang majemuk ini.

"Jangan lupa dengan tugasmu atau bos akan membuatmu hancur." Salah seorang pria dengan beberapa teman di jok belakang itu juga menatap Luhan mengintimidasi, seolah mereka adalah pemimpin dan Luhan adalah babu mereka. Jika saja dia tidak dalam keadaan terjepit dengan berbagai resiko yang akan terjadi dia tidak akan sudi menjadi penjahat.

Pengedar obat haram yang dia sendiri juga enggan, sungguh dia merasa jika nama baiknya dilecehkan secara tak langsung. Kemungkinan jika ada peluang dia juga akan menggunakannya untuk melarikan diri. Tapi... bagaimana saudaranya dalam bahaya? Dalam dirinya Luhan juga berkecamuk lantaran orang yang mengharapkan dirinya menjadi budaknya itu sangat licik. Ingin menembaki orang di dalam mobil itu hingga mati itu yang berkali-kali Luhan inginkan tapi dia tahan begitu saja. sampai dia melihat siluet mobil putih yang membuat matanya sakit karena tak sengaja melihat spion mobil disana.

Seperti dugaan Luhan itu orangnya dan dia juga dipaksa keluar dengan membawa koper besar berisi pesanan mereka. Luhan yang keluar dengan wajah tampan dan juga rambut hitam yang sedikit berantakan miliknya, dan sebuah jaket yang sudah ia ganti menjadi warna coklat. Keluar dengan garis wajah tegas, menemui seorang pria yang keluar dan tangan penuh tato. Dia adalah geng mafia yang candu akan barang yang ia bawa. Dengan seorang wanita jalang yang laknat yang seakan terkagum dengan dirinya yang menatap tajam pada semuanya. Xi Luhan tak suka dan wajahnya tak bisa berbohong hingga pria yang berstatus sebagai pemesan itu sedikit bingung sekaligus curiga apakah Luhan kawan atau pihak yang menyamar.

"Berikan uangmu." Singkatnya tanpa berbasa-basi. Sikap seperti itu membuat pria yang layaknya mafia itu tersenyum dan merasa jika namja itu cukup berani berhadapan dengannya, tak ada keraguan dan dia suka dengan anak muda seperti itu. sementara jalang yang berdiri di sekitar mobil itu sesekali menggoda Luhan dengan memainkan matanya, tapi tak dibalas olehnya dan justru Luhan menatap jijik.

"Berapa yang kau bawa." Kode pria itu dengan tatapan santai nya dengan tangan yang menjentikan jemarinya. Dan disampingnya ada seorang pria berbadan kekar yang membuka kopernya dan menunjukan ribuan won uang yang membuat siapapun akan terbelalak. Luhan memang tak peduli tapi dia juga yang harus membawa uang itu setelah diadakannya transaksi. Akan tetapi kedua matanya seakan jeli saat melihat dua anak buah pria itu membawa pistol pada masing-masing mereka. Sepertinya ada bau kelicikan yang ia cium.

"Ini yang kau mau, tukar secara bersamaan." Luhan mengatakan dengan suara cukup lantang dan membuka koper itu sekali mudah, koper yang berisikan kantung besar obat sabu siap pakai dan sepertinya senyum puas itu muncul dari pelanggannya. Sedikit kagum saat mereka melihatnya lantaran Luhan anak baru dan dia sudah sehandal ini menunjukan bakatnya seperti pamer saja.

Sepertinya ada tatapan nakal dari jalang pria itu dan Luhan tak peduli dan tak akan mau meliriknya walau secuil.

Pria yang bernama Kim Douk Goo itu menjetikan jarinya memberi perintah pada anak buahnya untuk maju saat Luhan melangkah maju sembari membawa koper yang mereka kunci satu sama lain. Luhan menatap dengan tajam dan dia sedikit menyukai permainan ini walau dirinya terpaksa.

"Aku ingin menukar dengan koper yang kau simpan dalam kopermu." Ucap Luhan dengan gerakan tangan yang cepat saat pria kekar itu hendak mengambil kopernya dan salah satu tangannya menyodorkan koper miliknya. Luhan memang tahu akan sesuatu dan membuat pria mafia itu seakan tak boleh menganggap anak muda itu secara sembarang.

"Kenapa kau ingin meminta yang disana, padahal di depanmu saja ada." Dia seperti ingin tahu alasan dia meminta yang ada disana. Pria itu tertarik dengan salah satu anak buah bos besar yang anggap dia sebagai teman rasa musuh.

"Karena yang asli ada disana, kau sangat licik bung. Apa kau begitu miskin hingga menukar obat semahal ini dengan uang monopoli." Luhan mengatakannya dengan jelas dan dia sengaja menambahkan bumbu sedikit untuk menantang pria di depannya itu. Licik di balas licik itu motto hidupnya.

Nampak terkejut, dia baru pertama menemukan seseorang yang ternyata memiliki IQ tinggi hingga bisa membedakan uang palsu yang kebanyakan tak orang sadari dalam waktu cepat dan jarak beberapa meter saja.

"Berikan koper itu dengan tanganmu sendiri dan aku akan memberikan kesukaanmu itu dude." Luhan merasa bangga saat dia mengatakan demikian rasanya jiwa kriminal yang sempat terlintas dalam otaknya kini bisa ia tunjukan pada bos mafia di depannya itu. Rasa bangga? Entahlah hanya saja dia ingin menikmatinya walau nyatanya akan ada dosa dan kesalahan yang akan ia terima.

"Kau sangat merepotkan." Ucap Douk Goo dengan kaki yang melangkah menuju bagasi belakangnya, sebelum membuka pintunya saja lehernya sedikit kebas dan berkeringat mendadak hingga dia harus mengusap dengan sebuah tisu yang disiapkan oleh jalang sewaannya itu. Entah kenapa suasana sedikit memanas saja dan dia sadar jika ini terjadi lantaran berhadapan dengan anak muda yang belum ia tahu namanya tapi dia mengira tepat dengan melihat garis keturunan Cina-Korea itu.

Luhan dengan kedua mata telitinya menatap pistol yang sengaja di tutup diantara kedua kaki mereka, ada satu kata bagi keduanya saat Luhan memberikan senyuman tipisnya 'bodoh!' itulah yang menjadi kata menarik dalam otaknya. Rasanya sangat manis saat dia melihat sebuah kebusukan yang akan ia hadapi, sementara di belakangnya sudah ada mobil yang juga terdapat anak buah bos licik yang memperhatikannya. Sepertinya Tuhan tahu siapa manusia yang pengecut disana.

Apakah Tuhan akan mentertawakan manusia sombong disana jika ternyata akan ada yang sembunyi karena takut mati.

"Kau membuatku sedikit terkejut dan aku hargai itu." itu jujur dan benar, berjalan saat anak buahnya mundur. Dia sudah berada tepat ke arah Luhan dan membuka kunci koper kode itu dengan tatapan sedikit tajam dan tegasnya ke arah anak muda yang seakan mengintimidasinya. Tidak... Luhan tidak mengintimidasinya hanya saja sejak lahir mata rusanya memang seperti itu. Saat koper itu terbuka, sebuah tumpukan uang ada disana dengan bau khas yang harum langsung dari bank. Masih baru dan itu adalah asli.

"Kau sangat kaya tak ayal jika kau disebut dewa mafia."

Luhan mengatakan hal itu setelah keduanya melempar koper secara bersamaan dan benar dia tak akan salah menebak saat memastikan lagi isi koper dia bawa. Puluhan juta uang di tangannya begitu juga dia yang menerima obat laknat itu. Dia tak ingin berlama dan ingin segera pergi tidur, dia butuh istirahat setelah hari yang panjang juga mengesalkan ini. Akan tetapi saat dia membalikan badan siapa sangka jika Douk Goo menatap anak buahnya seperti sebuah kode melirik tajam dan menggerakan bola matanya ke arah Luhan yang beberapa langkah berjalan sedikit pelan.

Anak buah pria itu sudah mengacungkan pistolnya dan membidik Luhan yang berjalan dengan santainya. Mungkin dia tersenyum dengan bangga, hingga pada akhirnya saat pria itu sudah menemukan target dan hendak menarik pelatuknya dengan cepat Luhan membalikan badannya. Bergerak cepat dan menendang kuat senjata api itu hingga pistol itu melambung mengenai pistol kedua yang juga akan membidik saat tangan terangkat.

Tangan mereka hanya beberapa detik saja sudah menjadi kosong dan membuat kedua pria itu kebingungan setengah mati, bahkan bos mafia itu juga berpikir apa yang terjadi. Luhan dia tersenyum dan seakan menggelengkan kepalanya, wajahnya nampak jelas saat tudung jaket tak menutupi kepalanya. Membuat jalang itu semakin menjadi untuk menggodanya. Jujur saja namja bermarga Xi itu nampak sangat keren setelah melakukan aksi bela dirinya.

"Mau bertarung? Aku sudah lama tak berolahraga." Menaruh kopernya dan diambil oleh salah satu anak buah yang berada di mobil bersamanya. Luhan dan tiga orang di belakangnya adalah satu pihak, bahkan namja muda itu seakan menantang kelicikan pria di depannya itu.

"Siapa kau? Berani sekali kau melakukan hal itu." seperti tak terima pria bertato dengan baju kayanya itu meremat pegangan koper dan meludah dengan menjijikan dia tak suka dan raut wajahnya mengatakan demikian.

"Xi Luhan hyung dari namja yang sudah kau jebak dan kau lecehkan. Byun Baekhyun, dan kau bajingan keparat sialan yang menyedihkan!"

Ucapan Luhan membuat siapapun yang mendengarnya akan tercengang, dan membuat wajah heran itu kembali datang pada pria dengan segala kelicikannya itu. sedikit berfikir dan mengingat kemudia nama itu, sial!

"Bukankah dia sudah mati?"

terucap dengan enteng juga biasa, membuat tangan Luhan mengepal erat hendak membogem dengan keras. Giginya bergemelutuk dengan kuat dan juga mengatakan hal yang membuat dia seperti psikopat.

"Matilah dan hidup di neraka, adikku tentu saja selamat karena kau bukan malaikat tapi kau iblis. Juga.... kau bedebah sialan!"

Tersenyum dengan tampan namun tatapan jahat itu muncul jua. Seakan rasa depresi yang sempat merayapi dirinya hilang begitu saja. mungkin ada pertarungan kecil dan menimbulkan korban.

"Majulah dan lakukan." Tantangnya tak tahu jika Luhan sudah sangat haus akan memukul dan menerima pukulan, namja bermata rusa ini adalah salah satu kategori tujuh pria macho yang di harapkan wanita. Memang benar dan tak ada kata mungkin saja...

Satu langkah yang pasti ketika tangan itu ia angkat dengan kedua mata yang tajam tengah membidik sasarannya. Luhan yang melihat seperti apa pria di depannya itu tengah menyembunyikannya hingga koper itu sedikit bergetar. Luhan ingin permainan lanjut, hal itu dibuktikan dengan tangan yang ia todongkan tepat di depan pria itu dengan senjata pistol putih perak miliknya.

"Sapa kawan lamaku."

Tatapan yang mengintimidasi darinya.

.......................................

Baekhyun tak main dengan ucapannya dia serius dan dia sudah menyiapkan mental ini sedari tadi, sang adik hanya bisa termagu tak percaya dengan ucapannya. Ini bukan permainan dan Taehyung wajib bisa membedakannya.

"Tae hyung sakit, dan kau harus terima jika hidup hyung sekarat. Jantung hyung sakit dan lemah jika belum ada pendonor dan hyung hanya bergantung dengan obat atau mati. Jika aku mati terimalah hak yang kau miliki, ini dari eomma."

Baekhyun mengatakannya dengan gamblang. Dia bisa saja menangis tapi dia tahan karena tak ingin membuat sang adik melihatnya menyedihkan.

"Kau berbohong kan? Ah... hyung ini tidak lucu. Kau pasti bohong iya kan?"

Taehyung merasa jika pendengarannya salah dia berharap ini hanya gurauan saja atau selebihnya hanya prank semata. Sementara Baekhyun menggelengkan kepalanya terdiam, dia juga benar mengatakan hal itu dan dia tidak bermaksud membuat sang adik sedih.

"Hyung kau pasti bohong kan, kau jangan bercanda YAAAAKKKK HYUNG SIALAN KENAPA KAU MEMBUATKU FRUSTASI, OH INI CUMA CANDAAN BUKAN? PASTI BANYAK KAMERA DISEKITAR SINI AYO KELUAR KALIAN! AKU BUKAN ARTIS YANG BISA KALIAN KERJAI, HEI!!!"

Taehyung sudah menangis dia sangat bingung dengan semua ini, tak ada kamera atau apapun yang membuat Baekhyun membuat prank seperti di acara tv. Baekhyun melihat itu semua air mata sang adik begitu deras mengalir di pipinya.

"Tae perlu kau ketahui appa bukan orang yang baik, jika sudah waktunya kau larilah dan hyung akan..."

Mengambil sesuatu dari sakunya di balik jaket hangatnya dan dengan percaya diri Baekhyun menunjukan benda itu. membuat kedua mata sang adik terbelalak, bukannya apa hanya saja Taehyung tak akan menyangka jika sang kakak mempunyai benda seperti itu.

"Hyung..."

Itu sebuah pistol dan Taehyung seakan dunia itu runtuh.

"Hyung punya dosa lebih dari sekedar menjadi majalah dewasa."

Dan Baekhyun akhirnya meloloskan tangisnya, ia tak bisa menahan lagi dan air mata itu juga memberontak keluar.....

Dan Tuhan sebagai saksi keduanya dengan takdir yang sudah menentukan masing-masing mereka.

Apa yang akan terjadi selanjutnya?

.........................................

Tbc...

Apa kalian akan menduga chapter seperti ini, sudah kah kalian mendapatkan gambaran untuk chapter selanjutnya? Disini author berusaha agar kalian mendapatkan sedikit adrenalin disaat baper tengah melanda kalian. Oh iya terima kasih untuk dukungan kalian selama ini, semoga author masih bisa menghibur kalian.

Tetap semangat untuk kalian puasa. Dan tetap semangat menjalankan aktifitas di tengah puasa. Salam sayang untuk kalian....

Tetaplah sehat dan semoga kita berjumpa bertatap langsung dan senyum sapa.

Gomawo and saranghae...

04/05/2020

#el

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro