Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

운명은 가을에 찬성하지 않습니다 (49)

" Sebuah permainan dimulai di tengah musim gugur, dan akan berakhir ketika musim semi tiba. Tak akan terulang di musim gugur berikutnya."

.

.

.

(Author **** POV)

Baekhyun tak akan tahu jika rasa sakitnya akan berdampak buruk bagi semua. Ia merutuki kebodohannya sendiri karena tak mampu menahan semua kesakitannya dengan berjalan gontai ia memaksakan tubuhnya. membawa selang infusnya berjalan dengan kaki yang sedikit terseok, menolak beberapa suster yang hendak membantunya. Baekhyun dia berjalan ke arah lift, bermaksud mencari kamar yang ia ketahui sebagai tempat Luhan di rawat.

Ya, hanya karena bunga tidurnya Baekhyun nekat keluar dari ruangannya. Bertanya dengan resepsionis disana, meskipun ia sempat dilarang oleh sang dokter untuk banyak bergerak. Percuma, karena Baekhyun terlanjur khawatir dengan apa dan bagaimana Luhan sekarang. Merasa jika semua mimpinya ini bukanlah khayalan semata, apalagi melihat Luhan yang sekarat akan senjata rasanya membuat jiwa Baekhyun yang selama ini tak ia perlihatkan menguar begitu saja.

Begitu naif saat Baekhyun menekan dengan sedikit paksa dan kuat tombol lift di depannya. Masih tertutup rapat dan namja tampan itu tak sabar untuk masuk kedalamnya. Dari kejauhan tepatnya di belakangnya, Kyungsoo yang menoleh mencari si tuan mudanya buru-buru menyusul. Ia bahkan memanggil namanya, membuat si pemilik nama menoleh ke belakang.

Sejenak menghentikan kenekatan yang ia lakukan saat ini.

"Tuan Baekhyun, jangan melakukan hal nekat. Kau akan menambah sakitmu tuan." Ucap Kyungsoo yang mencoba menahan kepergian Baekhyun yang mendadak ini. terlihat dengan jelas bagaimana nafas si pemilik mata bulat ini nampak kewalahan dalam menghirup oksigen. Ada sedikit rasa tak enak dalam hati Baekhyun ketika melihat sang sahabat seperti ini.

"Kenapa kau menyusulku, kau jangan merepotkan dirimua jika menjagaku Kyung."

Menunjukan wajah tak enaknya, sembari tangan kanannya menyentuh pundak sang sahabat. Menampilkan gigi putihnya.

Kyungsoo berdecak sebal, selalu saja Baekhyun memikirkan hal kecil seperti ini. ia sangat hafal bagaimana mimik wajah sang majikan seperti ini. seperti tak mengindahkan perasaan tuan mudanya tersebut. Tak berpikir panjang ia paham apa yang akan dicari Baekhyun.

Dengan tubuh yang berjongkok di depan tanpa memberikan sepatah atau dua kata pada tuan mudanya. Justru dengan bibir yang tersungging tipis miring, meminta agar Baekhyun segera menubrukan badannya di punggungnya. Dengan kata lain Kyungsoo akan menggendong namja mungil itu untuk kedua kalinya. Sadar jika Kyungsoo menawarkan sebagian keringanan padanya membuat dia hanya terdiam membeku.

"Kenapa kau hanya diam? Ayo, aku akan menggendongmu. Kita harus melihat Luhan hyung sekarang." Ucap Kyungsoo kemudian, melirik ke belakang memastikan apa yang terjadi dengan namja di belakangnya.

"Apa yang kau lakukan?" bukannya segera merespon apa yang diminta. Justru, Baekhyun berbalik bertanya. Membuat kernyitan heran itu muncul di alis namja tampan tersebut. Mungkin situasi ini membingungkan bagi dirinya. Terlebih lagi, Kyungsoo melakukannya di khalayak umum. Bak, seorang tokoh drama yang hendak melakukan akting dengan kekasihnya.

"Menggendongmu tuan Baek." Jawaban teramat polos. Membuat Baekhyun sendiri menjadi salah tingkah, oh ayolah... kenapa Kyungsoo sangat pandai membuat dirinya menjadi mati kutu disaat tubuhnya tidak fit. Jujur saja, hal itu membuat Baekhyun menahan tawanya karena kedu pipinya nampak mengembung dengan wajah yang terkekeh.

"Ah-anu, kau tidak harus merepotkan dirimu. Bukankah ada lift yang bisa membantu."

Baekhyun berusaha menolak dengan cara halus, terlihat dengan jelas bagaimana wajah pucat kikuknya. Dengan perlahan dia berhadapan dengan tombol lift, menekan kembali dan menimbulkan bunyi yang tentu saja di dengar oleh Kyungsoo.

"Jika begitu aku hanya menjadi sia-sia untuk menjagamu, padahal tuan Luhan dan Taehyung sudah mempercayakan dirimu denganku." Tunduknya dengan sedikit wajah kecewa, dia sudah berdiri dan membuat Baekhyun terdiam sejenak. Merasa bersalah setelah ia mendengar penjelasan Kyungsoo mengenai tugasnya dalam menjaganya. Sebesar inikah kepedulian saudara juga sahabatnya, seharusnya ia sadar dengan kejadian kemarin. Semua berubah secara perlahan dan seiring waktu, ketika rasa diabaikan itu diganti dengan kepedulian yang bukanlah semu belaka. Ah, mendadak hati ini merasa sakit dan tak enak.

Kyungsoo masih menundukan kepalanya ia juga terkejut dengan ucapan spontannya, membulatkan matanya dan merutuki kebodohannya. Ah, dia bukan apa-apa di depan Baekhyun tak seharusnya ia berkata seperti itu pada tuannya. Menggelengkan kepalanya pelan dan bergumam bodoh! Bodoh! Dan bodoh!

Cukup terdiam dengan suasana yang canggung, keduanya sudah menjadi objek pengamatan orang sekitar beberapa menit. Sampai akhirnya sebuah tepukan di pundak itu terasa, itu berasal dari Baekhyun yang mengulas senyum cerahnya. Senyum yang sangat manis hingga ia tak nampak sakit jika dipandang. Wajahnya yang pucat dikalahkan dengan aura cerianya, terkadang apa yang dilakukannya tak jauh beda dengan Taehyung sang adik. Membuat kakak dan adik ini memiliki sifat unik jika ditelaah satu persatu. Tapi abaikan hal itu, yang jelas ada yang lebih penting dan ini sudah termasuk dalam zona antara hidup dan mati seseorang.

"Ayo antar aku, tapi kau cukup merangkulku jangan menggendongku. Aku masih mampu berjalan pelan, jika kau memaksaku untuk menggendongnya aku akan marah denganmu Kyung." Baekhyun memasangkan tangan Kyungsoo dipundaknya, seperti sebuah rangkulan. Dan menunggu pintu lift terbuka, nampak wajah sumringah yang dibuat Baekhyun agar dia nampak ceria. Tak ingin membuat pandangan orang khawatir terhadap dirinya.

Saat pintu Lift terbuka dengan suara khasnya, keduanya nampak terkejut saat kedatangan seseorang yang tak asing dari penglihatan mereka. Bukan hanya itu saja mendadak tatapan kebencian milik namja mungil yang sedang sakit itu terlihat bengis dan tak suka. Membuat giginya gemerutuk marah mendadak, dan Kyungsoo bisa merasakan bagaimana tangan itu mencengram kuat lengannya. Melirik sedikit bagaimana tiang infus itu bergetar.

Sepertinya bau-bau peperangan akan terjadi lagi.

"Kau tahu Kyung, aku mendadak sakit lagi setelah melihat wajahnya. Lebih parah dari sebelumnya." Tatapan Baekhyun sangat tajam, setajam pedang samurai peninggalan kakeknya yang dipajang di rumahnya yang ada di Jepang.

Kalau boleh Baekhyun ingin sekali mengambil peninggalan sang kakek dan memangkas tubuh yang tak jauh bedanya dengan parasit ibunya. ya, ibunya sakit karena ayahnya. Sakit baik jiwa dan raga, membuat namanya benci itu semakin lengkap saat sang ayah menjatuhkan harga dirinya di depan keluarganya. Tak bisa dipungkiri jika ia ingin sekali membalas perbuatan sang ayah dengan lebih kejam jika dia punya hati.

Sayangnya... Tuhan memberikan ia tabiat baik dan kemanusiaan.

Kyungsoo hanya diam ia tidak berani sedikitpun melirik majikannya, bukannya dia kurang ajar. Hanya saja, ia ingin membantu Baekhyun meski sedikit.

"Apa kabarmu nak..." ucap sang ayah dengan senyum yang dibuat-buat seakan dia peduli dengan namja di depannya. Rasanya Baekhyun ingin tertawa terpingkal, bisa saja ia jatuh ke belakang sesuai ekspetasinya saat melihat bagaimana sang ayah yang memberikan senyum palsunya.

Itu memuakkan bagi Kyungsoo yang notebene adalah pesuruh.

"Tumben sekali anda menyapaku seperti ini, anda sedang kerasukan apa?" bukan jawaban yang sewajarnya dijawab antara ayah dan anak, justru Baekhyun memberikan jawaban sarkatiknya. Beberapa orang disana yang tak sengaja mendengarnya tersentak tanpa ekspresi dan menggelengkan kepalanya kemudian. Seperti terkejut dan tak percaya dengan sikap Byun Baekhyun yang kini menatap masa bodoh dengan sekelilingnya. Dan Kyungsoo mengeratkan rangkulannya, bermaksud memberikan kekuatan untuk sahabatnya.

Sedikit melirik ketika kedua tatapan tajam itu melihat noda merah milik ayahnya, tak sadar jika sedari tadi jejak itu ada. Dan mereka berdua sadar saat bekas noda darah ity mengeluarkan bau sedikit amis. Apalagi, sang ayah yang terlihat pede dengan setelan barunya, jika dilihat nampak seperti seorang psikopat.

"Bukankah kau ingin bertemu dengan Luhan?"

Wajah itu tersentak, kenapa sang ayah mengetahui awal tujuan dia sampai disini. apalagi, menyebut nama Luhan yang sedari tadi Baekhyun khawatirkan. Mengingat dirinya juga jauh dari kata baik, tak bisa dipungkiri jika namja ini juga sangat khawatir hingga mengabaikan rasa sakitnya. Sadar atau tidak perbincangan yang penuh akan suasana tegang dan tidak bersahabat itu telah diganggu dengan langkah kaki seseorang. Dia yang baru saja turun dari tangga dengan tatapan yang menunduk ke bawah.

"Taehyung?" panggil sang kakak dengan langkah kaki yang melangkah selangkah. Dengan tubuh yang menegang dan raut khawatir, dimana sang ayah yang hanya diam mengamati kedua anaknya yang berada dalam suasana hati yang kacau. Mungkinkah ini adalah tujuannya? Bukankah tuan Kim memang terkenal sangat licik bahkan dengan anaknya sendiripun.

Taehyung mendongak, ia yang tak menyangka akan keberadaan sang kakak disini membulatkan matanya. kedu bibirnya bergerak pelan menggumam akan sesuatu, mungkin saja ia takut sang kakak mampu membaca pikirannya. Disamping itu keberadaan sang ayah membuat jiwa Taehyung kembali muak. Ia sendiripun enggan menatap wajah sang kepala keluarga yang mendidiknya selama ini.

Tahu bagaimana respon sang adik terhadap pria yang dikatakan 'ayah' itu membuat Baekhyun segera melepaskan rangkulan Kyungsoo dengan perlahan. Berjalan pelan dan sedikit tertatih dengan selang infus yang ia bawa. Bergerak mendekat secara perlahan ke arah adiknya dan juga menepuk kedua pundaknya.

Dan memberikan tatapan serta senyuman tipis padanya, seakan memberikan semangat yang begitu berarti padanya. Instuisi perasaan dua saudara yang terjadi saat ini.

"Hyung kenapa kau disini, bukankah kau belum baik?" Taehyung bertanya dengan raut khawatir, hal yang tak biasa ia tujukan pada siapapun hingga saat ini. beruntung sekali jika Taehyung sudah berubah baik sikap ataupun tabiat. Ia tidak keras kepala seperti dulu.

Diabaikan kedua anaknya, tuan Kim meninggalkan mereka. Melewati tubuh Kyungsoo yang hanya diam tanpa tunduk hormat seperti biasanya. Cukup aneh saat tuan Kim menyentuh pundak pesuruh muda di sampingnya. Dengan tatapan yang tegas seolah memberikan perintah penuh wibawa, tuan yang dengan segala kecongakan dalam dirinya itu membisikan ucapan. Meminta agar salah satu pekerja di rumahnya ikut bersamanya,

"Ikut denganku Kyungsoo..."

Ajakan tuan Kim seakan serius, membuat Kyungsoo mengangguk pelan. Dengan tatapan polosnya dia melihat Baekhyun yang sedang berbincang dengan adiknya. merasa lega karena keberadaan Taehyung bisa membantu sahabatnya. Berjalan tanpa ada kata pamit, dengan Kyungsoo yang berjalan di belakang majikannya.

Ada dua opsi yang terlintas dalam pikirannya saat kedua kakinya melangkah mengikuti tuan di depannya. Kyungsoo dengan sejuta ekspresi disembunyikannya, membuat siapapun susah menebaknya.

Tanpa Kyungsoo sadari baik Baekhyun atau Taehyung, mereka berdua mengikuti kemana punggungnya pergi. Tak ada siapapun yang menghentikan namja itu pergi, lantaran tahu seperti apa posisi Kyungsoo sekarang. Baekhyun yang notabene dekat dengannya pun seperti kehabisan kata meski hatinya enggan membiarkan Kyungsoo berjalan bersama ayahnya. Begitu juga dengan Taehyung yang masih kesal dengan sikap sang ayah. Ia muak melihat ayahnya yang ternyata menyimpan kebusukan.

"Kau ingat bukan bagaimana ayahmu bekerja dengan selama berpuluh-puluh tahun."

Ucapan tuan Kim terdengar sedikit keras dengan tatapan datar ke depan, dia berjalan dengan langkah kaki yang menepuk lantai keras. Suara sepatu hitam khas miliknya seakan mendominasi gedung rumah sakit ini, dan Kyungsoo yang hanya terdiam dengan menatap datar. ia hanya diam sampai akhirnya majikan yang entah ia hormati atau tidak berhenti berbicara.

"Dia sangat loyal pada tuannya, bahkan tak pernah membuat pengkhianatan kecil pada tuannya. Aku sangat menyukai ayahmu yang bekerja dengan baik." Keduanya menuju pintu keluar disana, melewati beberapa lorong yang berbelok. Kesibukan terjadi di ruangan tengah ini, beberapa ada yang berlari sembari membawa ranjang rumah sakit yang ada pasien diatasnya. Simbahan darah segar keluar dari tubuhnya dengan seorang dokter yang menekan bagian dada bawah yang tertusuk, melakukan pertolongan pertama. menjadi sebuah tontonan yang menegang meski beberapa menit.

Saat itulah...

"Jika kau melakukan pengkhianatan terhadapku, aku pastikan ayahmu tidak akan bekerja dibawah kepemimpinanku. Aku mempersilahkan kau dan ayahmu pergi, sebuah kebebasan untuk memilih tempat tinggal sendiri. kau juga bisa membayar sekolahmu sendiri tanpa harus bersantai karena kau akan memikirkan hal apa yang menjadi kesalahanmu sehingga kau kehilangan semua akses keringananmu. Apakah kau paham dengan ucapanku? Kau tidak harus memikirkannya, cukup mendengarkan dan jangan bertingkah!"

Kyungsoo tersentak, lagi-lagi ia harus berolahraga jantung. Sudah berapa kali ia merasa terkejut, ini adalah hal yang paling enggan ia dengar. Meski ia tidak suka, tapi... nasib ayahnya berada seperti ditangannya.

"Apakah anda bermaksud mengancam saya?" tanya Kyungsoo perlahan, dengan kedua tangan yang mengepal erat. Ia menahan emosi di tengah kegundahan hatinya, ia merasa tuannya menginjak harga dirinya secara tak langsung. Apalagi mengingat wajah kerutan sang ayah membuat ia tak tega jika harus mendengar surat pemutusan kerja untuk ayahnya.

Cukup menyedihkan bagi Kyungsoo yang kehilangan sang ibu, jangan lagi dia kehilangan senyum sang ayah dan juga usaha ayahnya untuk masa depannya. Kyungsoo juga tidak ingin menghentikan sekolahnya, ada hal yang harus ia capai untuk membalas sindiran orang lain terhadapnya. Berpendidikan tinggi adalah hal pertama yang harus ia capai saat ini.

Dan apakah ia akan diam agar posisi sang ayah tetap aman, sementara ia melihat dengan sendiri bagaimana Baekhyun sahabatnya berjuang melawan ketidakadilan dalam keluarganya sendiri. Dianggap sebagai penentang dan membawa pengaruh buruk, dan sayangnya Luhan terbaring lemah disana. seperti kehilangan sebuah penyangga yang nyatanya bisa memberikan bantuan untuk Baekhyun melawan keserakahan tuannya yang serakah.

Ia seperti teringkat dalam lingkaran setan tuannya tanpa sengaja. Mudah masuk dan susah keluar, apakah ini baik?

Jika nyatanya hatinya bertolak dengan keadaan. Walau ini sulit tapi Kyungsoo harus menjalankannya dengan baik bukan?

"Membangkang atau setia, itu pilihanmu. Bahkan kehidupan ayahmu dan dirimu tergantung dirimu, pikirkan bagaimana kau bisa hidup di kota sebesar ini Kyungsoo."

Hal yang paling dibenci, harus menuruti manusia di depannya. sadar atau tidak keduanya sudah berada di depan pintu keluar rumah sakit. Bahkan keduanya, berdiri sebentar disana. Wajah tuan Kim yang menciptakan sudut senyum di bibirnya. Melihat bagaimana mobil itu sudah menunggu disana, Kyungsoo melihat sang ayah berdiri di bawah teriknya matahari di samping mobil vans milik tuannya. Senyum itu tidak hilang dan tetap menjadi senyum menawan menurutnya. Dalam otaknya Kyungsoo berpikir, apakah ia bisa melakukannya? Mengkhianati Baekhyun dan memihak tuannya yang jahat agar sang ayah tetap dalam zona aman. Atau membiarkan petaka itu datang pada tuannya dan membantu Baekhyun yang sedang berusaha memperjuangkan semuanya, dengan kata lain resiko terhadap kesehatan jantungnya.

"Baekhyun... appa..." ia bergumam dengan kemelut bingung dalam otaknya.

.

.

.

.

.

.........................................................

Baekhyun seperti tersambar petir, mendadak kakinya terasa lemas. Ia langsung terduduk di bangku di dekatnya. Dengan tangan kanan yang memegang tiang infus dan tangan kiri yang bertumpu dengan tembok disampingnya. Taehyung yang melihat sang kakak refleks menahan tubuh yang hendak ambruk itu. Ia merasa jika terlalu cepat memberitahukan keadaan Luhan, padahal ia melihat keadaan sang kakak yang tidak baik.

"Baekhyun hyung, apakah kau baik? Ayo kita kembali ke ruangan hyung..." ajak Taehyung dengan perlahan bahkan tangannya siap merangkul sang kakak untuk pergi keruangannya. Baekhyun menahan sang adik, ia menggeleng untuk jangan melakukannya. Ia ingin bertemu dengan Luhan sang kakak. Ia rasa Luhan sedang bercanda, memilih koma di dalam sana sementara dirinya baru saja sadar. Apakah ini semacam pertukaran nyawa?

Ah, tidak... ia pikir Tuhan tidak sejahat itu padanya. Baekhyun rasa ini adalah musibah, dan berdoa semoga ini hanya mimpi buruk sementara.

"Dimana eomma?" tanyanya dengan wajah yang sedikit berkeringat, sedikit bergetar saat jantungnya terasa nyeri sedikit.

"Eomma pingsan, dia sangat syok mendengar Luhan hyung koma. Peluru itu hampir mengenai jantungnya dan membentur tulang rusuk. Akibatnya, Luhan hyung dia..."

"Tae, bisakah kau membantuku menemui Luhan hyung. aku ingin melihatnya..." ucap Baekhyun dengan tatapan berbeda, ia nampak lemas dan bibirnya semakin pucat. Guncangan yang mengejutkan memang, terlebih Luhan sudah banyak membantunya. Ini tidak adil kenapa ia harus menerima semua ini. Apakah benar, jika sang ayah pelakunya? Hanya saja Taehyung mengatakan itu bukan kesalahan ayahnya, dengan mengatakan sang ayah membawa bukti tidak bersalahnya. Bahkan ibunya mengatakan demikian.

Sebenarnya...

Siapa yang salah dalam hal ini?

Taehyung mengangguk, ia merangkul sang kakak. Mengeratkan genggaman itu di bahunya dengan hati-hati ia membantu masuk sang kakak disana. menemui namja keturunan Cina yang terbaring lemah di ruang perawatannya.

1 langkah...

2 langkah....

3 langkah....

4 langkah....

5 langkah....

Baekhyun seakan tertimpa batu, kedua matanya langsung merujuk dimana dan bagaimana segala atribut alat medis itu menempel di tubuh kakak tirinya. Bagaimana masker oksigen itu terpasang dengan apiknya dan juga baju pasien yang tak Baekhyun harap menempel di tubuh keluarganya, Baekhyun tahu bagaimana tak nyamannya saat jarum infus menusuk kulitnya. Rasa tak nyaman semakin menjadi ketika, ketika mencoba menggerakan lengan. Luhan tak sadarkan diri, membuat hati kecil namja bertubuh mungil itu menjerit.

"Luhan hyung..." bibir itu bergumam bergetar, dengan tubuhnya yang kian merosot. Beruntung Taehyung menopang tubuhnya, mungkin saja ia sudah kurus dan sang adik tak merasa keberatan.

Ini buruk, kenapa sang kakak harus menerima semua ini? katakan ini hanya tipuan mimpi buruk yang akan hilang ketika bangun. Berjalan mendekat dengan tangan yang kini hendak menyentuh wajah pucat sang kakak, bersusah payah Baekhyun menahan kesedihan dalam hatinya. menggigit pelan bibir bawahnya, ia menolak ini. menolak takdir kejam yang ia lihat.

Apakah mimpinya tadi bukanlah sebuah bunga tidur biasa?

Apakah kata-kata Luhan yang tersirat perpisahan benar terjadi? Nyatanya Baekhyun terlalu takut memikirkannya. Ia tidak ingin hal ini terjadi, tidak... tidak boleh. Menggeleng dengan kuat dan menyesakkan. Taehyung semakin mengeratkan rangkulannya sembari menepuk pelan punggungnya. Ia rasa sang kakak sangat terpukul. Ia juga begitu, ia juga tidak tega melihat sang kakak seperti ini. meski selama ini Taehyung menganggap Luhan cukup menyebalkan.

"Kenapa ini bisa terjadi hyung.." pintanya perlahan dengan tatapan tak percaya bibirnya bergetar pelan. Sadar atau tidak ada air mata yang jatuh tepat di samping pipi Luhan, air mata yang mengandung makna tak rela.

Taehyung diam, ia tak tahu harus bilang apa. hanya bisa menyaksikan sang kakak yang ingin menjenguk keadaan saudara. Inikah yang namanya lingkungan keluarga dalam lingkup kakak beradik? Sangat jarang bahkan tak pernah di usianya sekarang merasakan hal ini. selama ini ayahnya memanjakan dia dan menurutinya dengan syarat menjadikan dirinya egois dan tak peduli apapun. Sampai akhirnya sifatnya bertolak belakang dengan sang kakak yang memiliki simpati dan perhatian. Mungkin ini yang dimaksud didikan hebat milik sang ibu yang didapat untuk Baekhyun.

Selang beberapa menit kemudian, saat Baekhyun hendak menyentuh rambut sang kakak.

Suara seorang wanita menghentikan pergerakannya, dengan logat Cinanya. Baekhyun terdiam, membeku dan tak berani menoleh.

"Eomma." Seru Taehyung dengan wajah sulit diartikan, saat Baekhyun menoleh ke belakang. Disanalah ia melihat bagaimana raut wajah sang ibu yang nampak berantakan.

"Apa yang kau lakukan disini!"

Ada nada amarah disana, seorang ibu yang terdengar tak suka akan kedatangannya. Tatapan tajam dengan kelopak bawah yang sembab. Nyonya Xi atau sekarang menjadi nyonya Kim, ibu kandung Luhan dan ibu tiri Taehyung.

Rasanya Taehyung mati rasa sekujur tubuh, mengingat bagaimana sang ibu begitu keras menampar kakaknya. menyidang dan merendahkannya tanpa sengaja...

Apakah ini terjadi?

Sementara wajah Baekhyun nampak tenang, seperti siap untuk menghadapi apa yang terjadi ke depan.

....................................

Tbc...

Terima kasih dukungannya selama ini, tanpa kalian author hanya butiran debu yang tak dikenal dan tanpa peminat. Terima kasih semua, aku cinta kalian...

Maaf terlalu lama updete ide sedang tidak bersahabat dengan saya, mohon doanya agar semua diberi kelancaran.

Kudoakan kalian bahagia selalu....

Sorry, typo bertebaran dan kegajean melintas. Harap maklum karena kak author hanya manusia biasa yang pernah berdosa.

Salam cinta sayang hangat untuk kalian J

Gomawo and saranghae...

#el

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro