Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

우리 형제들, 그리고 그것을 향한 신 (36)

" Biarkan aku bersandar di bahumu walau sebentar. Aku tak mau kau melihatku jatuh dengan kelopak tertutup. Atau kau menangis saat aku tak bangun, kuharap aku hanya tidur dan bangun lagi setelahnya..."

- Baekhyun –

..............................

(Flashback **** ON)

(Author **** POV)

Tubuh mungil itu merosot, manakala tangan itu sedang memainkan dedaunan yang berguguran dari atas. Pangkuan hangat tetap ia rasakan, saat yang Tua tetap melingkarkan pada tubuh mungil itu erat. Sampai suara bocah itu bergumam, menyanyi lagu khas anak-anak yang ia dengar beberapa hari terakhir.

Sementara si kecil duduk anteng dengan kesibukannya, Baekhyun sibuk menata dan mengusap rambut sang adik. wajah serius yang ia tampilkan, mencari kecocokan gaya rambut sang adik. justru keduanya menikmati kegiatan pagi ini. ya... mereka berada di taman kesukaan mereka. Dimana musim gugur tengah berlangsung, yang menampilkan pepohonan berwarna orange cantiknya.

"Baek hyung."

Panggil si kecil, dengan daun yang ia mainkan. Wajah menggemaskan dengan mata sedikit berkaca, hidung memerah dan kelopak sembab habis menangis.

"Ada apa? kau membutuhkan sesuatu?"

Tanya sang kakak, yang menatap ke arah sang adik dengan wajah menggemaskannya. Ditambah lagi dengan senyuman manisnya, seakan senyuman itu berasal dari malaikat tanpa sayap.

"Kenapa eomma dan appa bertengkar? Tae Tae tidak suka bertengkar." Taehyung bertanya dengan polosnya, menatap daun berbentuk bintang yang menjadi mainannya. Ia sangat nyaman dengan punggung dan kepala yang bersandar pada dada sang kakak.

Pertanyaan ini?

Lagi-lagi Baekhyun kehabisan jawaban, mendadak bodoh karena pertanyaan yang lolos dari bocah sekecil Taehyung. Mengambang... mencari jawaban yang tepat dan bisa diterima oleh bocah sekecil adiknya. membingungkan sekaligus rumit.

"Hyung?" Taehyung memanggil, dirinya tak bisa bersabar saat menuntut sebuah jawaban. Ia tidak bisa diabaikan, kalian ingat itu.

Perlahan Baekhyun menjatuhkan dagunya. Diatas puncak kepala sang adik, menatap ke depan dimana disana kebetulan ada daun yang bergerak di atas tanah karena hembusan angin. Ia sedang memikirkan sebuah jawaban, dan tanpa sadar kedua tangannya mengamit diantara jemarinya dengan posisi masih memeluk tubuh Taehyung penuh sayang.

"Aku juga tidak suka mereka bertengkar. Hyung tidak tahu kenapa mereka begitu, tapi hyung yakin setiap masalah akan selesai Saeng. kau tenanglah, eomma dan appa akan berdamai." Mengucap penuh dengan kelembutan, dan mengecup puncak kepala itu dengan sayang.

"Tapi kenapa appa selalu berteriak pada eomma. Dia menampar eomma, sampai menangis. tapi eomma tidak membalasnya, tadi eomma menampar appa. Karena Baekhyun hyung."

Jelas Taehyung dengan bibir mungil yang sedikit bergetar, berusaha menyembunyikan rasa takut karena otak cerdasnya mengingat setiap kejadian tadi pagi. kejadian saat ia bersembunyi di bawah meja makan dengan orang tua yang saling bertengkar.

"Karena aku?"

Baekhyun mengangkat sebelah alisnya, cukup bingung dengan ucapan sang adik yang ambigu. Mencoba mendengarkannya secara perlahan, guna menemukan apa itu kepastian.

"Tadi appa marah, dia bilang eomma selingkuh. Appa juga marah karena Baekhyun hyung anak dari appa yang lain. Memang Tae Tae punya dua appa?"

Taehyung mendongak, ia menatap wajah sang kakak yang terbengong. Ya, Baekhyun terkejut ia tak menyangka jika adiknya harus mendengar semua itu. secara gamblang mengatakannya. Permasalahan orang dewasa yang rumit harus didengar oleh bocah sekecil adiknya, apakah itu hal yang baik?

Dalam hatinya, Baekhyun ingin mengumpat.

"Hyung apakah Baekhyun hyung bukan anak appa? Tae Tae punya dua appa ya?"

Taehyung bertanya lagi. Kali ini lebih mematikan, dari pada sebuah racun sianida yang pernah Baekhyun dengar. Mendadak hatinya merasa nyeri, saat adiknya bertanya demikian. Dalam benaknya, kenapa sang ayah harus mengatakan hal seperti itu. jika iya, pasti rasanya hati Baekhyun jauh lebih sakit secara langsung.

Walau awalnya mengambang, namun senyum itu merekah. Membuat Baekhyun mengulas senyum di balik wajah sendunya.

Terlihat baik-baik saja, itulah tujuannya. Menjaga perasaan sang adik agar tidak sedih.

"Percayalah kita hanya punya satu appa, bukan lainnya. Mungkin Taehyung salah dengar, appa terlalu emosi. Kau tahu appa, menyayangi kita kan? Jadi... jangan sedih. Semua akan baik-baik saja, ada hyung disini." Baekhyun makin memeluk sayang sang adik. ia lagi-lagi mengulas senyumnya, sungguh tampan walau dia masih berusia bocah. sama halnya dengan sang adik yang juga ikut tersenyum. Pelukan hangat yang Taehyung gemari, hingga saat ini.

Taehyung terpejam, ia mengangguk samar. Bersandar nyaman dalam dekapan sang kakak. Sungguh ia merasa lelah, dengan segala pelik kedua orang tuanya. Tak ada kata damai dalam rumah yang ada hanya keributan. Itu terjadi ketika Taehyung kecil pulang sekolah ataupun malam hari. Maka, Baekhyun lah yang akan menutup telinga dan menutup mata Taehyung ketika kedua orang tua mereka bertengkar.

Hal tersebut tentu saja ampuh, mengingat sang kakak Kim Baekhyun bak seorang penyihir yang punya mantra ajaib untuk menenangkan ketakutan Taehyung. Jujur saja Taehyung benci dengan pertengkaran kedua orang tuanya. Selalu saja, mereka mengumpat dan berteriak. Mereka tak bisa melihat jika ada anak kecil yang menangis ketika mendengarnya.

Seperti beban berat yang harus dijalani keduanya. Hanya saling menguatkan antara dua saudara yang saling menyayangi. Sama-sama bertahan dalam konfliknya orang tua yang tak berujung. Hanya satu yang tak Taehyung ketahui, tapi diketahui oleh sang kakak Kim Baekhyun.

Hak asuh yang diajukan oleh ibunya, untuk membawa Taehyung bersamanya ketika mereka bercerai. Ketakutan yang disembunyikan Baekhyun dalam setiap senyuman dan juga ketenangannya. Tersimpan sebuah doa dan harapan, agar Tuhan tak memberikan cobaan berat padanya. Baekhyun hanya takut, sangat takut....

Jika suatu saat dirinya berpisah dengan sang adik. Tak bertemu, tak bersapa, tak bercanda dan banyak hal lainnya. Baekhyun ingin, sangat ingin orang tuanya tak berpisah. Masih berstatus sebagai suami istri, mempertahankan pernikahan yang berlangsung cukup lama.

Terkadang Baekhyun benci kedua orang tuanya ketika sedang ribut hanya hal sepele, terlebih ayahnya. Yang selalu menyalahkan ibunya, dan melihat bagaimana setiap malam ibunya menangis. Diam-diam Baekhyunlah yang menghibur hati sang ibu. Dengan pelukan dan kata 'aku sayang eomma.'

.

"Hyung aku takut jika eomma dan appa jauh."

Sadar atau tidak kata itu telah terucap, membuat Baekhyun mendadak bungkam dengan pandangan tanpa arah. Hanya bisa menerka dan penuh dengan kecanggungan. Bukan hanya Taehyung, ia juga takut jika hal itu juga terjadi.

Hanya bisa memeluk tanpa menjawab, mengeratkan pelukannya pada tubuh sang adik. dan mencium aroma wangi rambut sang adik, bau strawberry. Bau kesukaannya, rupanya dia dan adik memang cocok. Sama-sama suka aroma ini.

Apakah memang Tuhan tega memisahkan dirinya dengan sang adik, jika hal itu terjadi?

Jika iya...

Baekhyun memilih untuk tak terlahir kedunia, jika ia harus merasakan demikian. berpisah dengan saudara dan jauh dari apa itu ikatan darah.

Hancur...

Dan itu pasti....

(Flashback ***** OFF)

............................

.

.

"Apa yang kau pikirkan jika satu kebohongan terbongkar."

"Apa maksutmu hyung? tolong menyingkirlah kau menghalangi jalanku."

Kyungsoo ingin mengabaikan namja di depannya jika saja Luhan tak menghalangi lengannya. Hingga akhirnya mereka beradu tatap satu sama lain.

"Aku tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh anda."

Luhan menatap datar namja bermata bulat itu, ada perihal yang harus ia katakan dan ini menyangkut seluruh cerita dalam drama yang tak kunjung usai ini.

"Kyungsoo aku ingin berbicara empat mata denganmu." Luhan menatap serius, ia tak peduli dengan tatapan Kyungsoo yang meminta untuk enyah dari hadapannya.

"Kenapa tidak langsung berbicara disini saja? maaf tuan aku tidak punya waktu untuk satu oksigen denganm!" Kyungsoo sangat emosi, sekaligus kesal. Terlihat dari raut wajah tidak nyamannya saat berhadapan langsung dengan majikannya. Setelah kebenaran yang diutarakan namja di depannya membuat Kyungsoo mendadak benci sekaligus marah. Ia selalu menahan semua perasaannya sekarang. Karena ia tidak ingin nama baik ayahnya juga dirinya hancur karena telah menghajar anak dari majikannya.

"Aku tahu kau sangat marah padaku, oke... kau boleh dendam dan benci. Tapi aku hanya ingin kau tahu, aku menyesal. Aku tidak tahu jika itu akan terjadi, andai saja aku tidak nekat waktu itu aku yakin eommamu pasti..."

"Jangan menyebut nama eommaku jika kau adalah tersangka dari kematiannya. Aku sudah bilang bukan untuk jangan nekat, tapi kau juga otak dangkal keras kepalamu justru membawa marahabahaya pada orang lain."

Kyungsoo memotong pembicaraan majikannya, ketika mendengar sang ibu yang disebut secara langsung oleh namja di depannya membuat amarahnya hendak meledak. Dia juga tidak peduli bagaimana wajah memelas juga sedih dari Luhan, majikannya. Ia terlanjut tidak suka dan benci dengannya. Andai saja, membunuh itu tidak berdosa. Pasti Kyungsoo akan melakukannya, melakukan kejahatan besar atas dasar nama ibunya. Hanya saja, ia diajari untuk tidak mengotori tangan dengan darah.

"Ya! Aku memang dangkal. Aku tak ada bedanya dengan orang bodoh yang keras kepala. Aku memang egois akan suatu hal, dan kau benar. Seharusnya aku menuruti masukanmu dan bukannya memasukanmu dalam marabahaya bersamaku. Seharusnya aku yang kecelakaan dan bukan ibumu, harusnya aku yang mati bukan ibumu!"

"YA DAN KAU YANG SEHARUSNYA MENERIMA ITU SEMUA LUHAN HYUNG BUKAN IBUKU. AKU SANGAT MUAK DENGANMU, KENAPA AKU HARUS BERTEMU DENGANMU DAN MENJADI TEMANMU. JIKA BISA DIPUTAR AKU AKAN BERBALIK DAN ENYAH DARIMU. KAU MENGESALKAN LUHAN HYUNG, AKU BENCI PADAMU!"

Tes...

Tes...

Air mata itu ada, jatuh dengan bebas merosot di atas pipi namja dengan mata bulatnya. Ia berteriak kencang dan untungnya rumah masih sepi sehingga tak ada seorang pun yang mengetahui keributan mereka.

Luhan terperangah, ia terkejut dan memang demikian. mendengar dengan jelas dan gambanlang bagaimana pernyataan keras sahabatnya membuat hatinya merintih sakit berdenyut. Luka tak berdarah, dengan sakit tak nampak. Seperti ditusuk ribuan jarum yang sepuluh kali lipat lebih sakit. Adakah obat untuk semua rasa sakit ini? jika iya, Luhan akan membayar berapapun asal ia tak merasakan sakit ini lagi.

Sungguh, Kyungsoo membuat ia merasa sakit sekaligus sadar. Sadar akan kesalahannya ketika masih kecil dan itu memang tak terlupakan.

"Maaf Kyung."

Hanya satu kata itu terucap. Serasa bibirnya tak sanggup untuk bersuara, terlalu berat dan itu mempengaruhi setiap detakan jantungnya. Otaknya mendadak seperti buntu dan tak tahu apa yang akan ia lakukan selanjutnya. Ingin menangis tapi tak mampu, bersimpuh? Ah... mendadak tubuh ini merasa kaku dan beku. Seperti patung tanpa makna dan juga tuan.

Perasaan yang majemuk bagi Luhan.

"Jangan ganggu aku tuan, sudah cukup. Aku tidak ingin bertemu anda. Sebaiknya kita berinteraksi selayaknya tuan dan bawahan bukan sebagai teman atau saudara. Aku tidak ingin menyesal kedua kalinya."

Perkataan yang sangat gamblang, seperti sebuah teks dialog yang sudah dihafal walau Luhan tau itu spontan dari ucapan Kyungsoo sendiri.

Saat ini hatinya jauh lebih sakit, rasa bersalah semakin mendaki hingga puncak batin. Dejavu dalam sebuah fatamorgana, masa lampau menyakitkan sekaligus menyedihkan. Sendiri dan lagi...

Sudah biasa bagi Luhan, walau ia populer karena ketampanannya saat bersekolah di luar negeri tapi... tak ada teman yang sebaik dan setulus Kyungsoo ketika masih kecil. Cukup bahagia saat disini, bertemu dengan sahabat kecilnya dan juga menemui adik tirinya, yang Luhan tahu dia juga dekat dengan Kyungsoo.

Apakah tak ada kesempatan untuknya?

Nyatanya namja keturunan Cina-Korea ini ingin memperbaiki semuanya. Memperbaiki kesalahan ayah tirinya, kesalahan yang merugikan masing-masing pihak. Baik itu anak-anaknya, ibunya juga mendiang ayahnya.

Hanya tatapan sendu, dan sedih melihat kepergian Kyungsoo. Seorang Kyungsoo yang tak lagi akrab dan juga menampilkan senyumannya. Dia telah kehilangan sahabat, untuk kedua kalinya di masa yang berbeda.

Menyedihkan....

..............................

.

.

.

Memang pepatah bilang jika saudara itu adalah komponen yang tak bisa dipisahkan. Bagaikan benang nilon yang tak mudah putus hanya sebuah tarikan. Dimana kata suadara itu ada dan berasal dari kata yang dibuat mereka yang ahli dalam bidangnya. Suadara, satu darah, satu orang tua dan satu kesamaan. Hidup dalam kebersamaan dalam satu rangkulan menciptakan suasana harmonis dan baru juga kedekatan tak majemuk. Kenyataan yang membahagiakan bagi siapapun yang melihatnya.

Katakanlah jika orang yang bisa kau percayai selain orang tua atau temanmu adalah saudara. Karena sebenci apapun saudaramu, tak akan ada yang bisa membuat benci itu mematikan takdir mereka. Banyak kakak atau adik yang memutuskan hubungan saudara hanya hal sepele, berdasarkan pisahkanya kartu keluarga. Namun, bukan berarti darah mereka juga putus bukan? Nyatanya ada perasaan saling kehilangan dan rindu yang tersembunyi dalam kegengsian mereka. Itu nyata benarnya....

Seperti halnya, Taehyung.

Namja itu malah sibuk tertawa, ia terpingkal saat sang kakak jatuh berkali-kali hanya memainkan sepatu roda. Taehyung tentu saja bisa mengendalikannya, malah berbuat usil dengan sang kakak. Memaksa Baekhyun untuk terus bangun dan melihat bagaimana tubuh mungil namja yang lebih tua darinya itu bergerak limbung memegang sebuah tiang lampu.

"Hyung bisakah kau bergerak?" Taehyung tersenyum, ia memutari tubuh sang kakak yang memegang tiang lampu dengan kaki bergetar menahan keseimbangan. Jangan lupakan wajah ketakutan, saat melihat jalan setapak di bawahnya seperti siap menerima pantatnya lagi.

"Kau sengaja ya? Dasar dongsaeng durhaka, kau mengerjai hyung?"

"Hahaha tidak kok, aku tidak bermaksud begitu. hyung mau kubantu?"

Taehyung menahan tawanya walau mulutnya berkata tidak tapi di dalam hatinya ia puas melihat kakak demikian.

"Hyung tidak ingin bermain ini. bisa bantu hyung melepaskan sepatu ini, ayolah Tae. Kakiku sudah kebas, dan ini waktu kita makan serta beristirahat."

Baekhyun memeluk tiang di sampingnya. Ia tidak peduli dengan tatapan juga kekehan pengunjung lainnya. Ia tidak malu karena dia memang memalukan.

"Baiklah, maafkan Tae Tae. Kalau begitu hyung angkat kaki kanan pelan-pelan karena aku akan membantu melepaskannya."

Dengan segera sang adik berjongkok, ia mencoba membantu sang kakak melepaskan sepatu roda tersebut. dengan anggukan Baekhyun menurut, walau ia beringsut dalam memeluk tiang disebelahnya. Jujur saja ia sudah jatuh lebih dari lima kali, kali ini ia yakin jika pantatnya akan tepos karena benturan aspal yang seperti mencintai pantatnya.

"Aku yakin jika pantat hyung tepos."

"YAAAAKKKK... APA KAU BILANG, DASAR!!"

"Hehehe maafkan adikmu yang durjana ini hyung. Tae Tae sengaja."

Baekhyun ingin sekali menjitak kepala sang adik. jika saja kedua tangannya tak ia gunakan untuk menahan beban tubuhnya yang bersandar pada tiang. Ia sadar jika adiknya mempunyai darah jahil tingkat dewa. Baekhyun bingung sebenarnya darah usil sang adik turunan dari mana?

Apakah ini gen keturunan Kim? Pikirnya menelaaf setiap pori-pori dalam otaknya.

Sampai akhirnya....

Baekhyun dapat bernafas lega, berhasil terlepas dari sepatu yang ia mulai masukan dalam daftar list. Daftar barang yang dibenci oleh namja bermarga Byun ini.

.

.

.

.........................................

Waktu berjalan seperti cepat. Tak sadar mereka sudah duduk bersantai di atas rumput, dekat dengan pohon berwarna orange yang menggugurkan beberapa daunnya.

Dengan Taehyung yang menyantap rotinya dan juga jus mangganya. Sementara Baekhyun? dia sudah menghabiskannya lima menit yang lalu.

"Tae kupikir hidupku tidak akan lama lagi?" Baekhyun menatap ke atas langit, silau cahaya matahari yang jatuh pada retinanya. Diantara celah pohon di atasnya.

Perkataan yang membuat Taehyung tersedak mendadak, secara langsung artis tampan itu menyedot kuat jus mangganya.

"Apa??! hyung bilang apa?"

Wajah penuh keterkejutan di tambah suara dengan oktaf yang sedikit keras. Dibalas tatapan sendu nan pucat darinya. Wajah penuh peluh keringat dan nafas tak teratur yang menahan sesuatu. Apakah ada yang aneh?

Suhu badan yang masih normal ataukah?

"Biarkan aku bersandar di bahumu, hyung sangat mengantuk."

Permintaan sederhana yang diminta oleh sang kakak dan diangguki oleh sang adik dengan tatapan penasaran sekaligus bingung. Bingung dengan ucapan sang kakak, atau...

Memang ia salah dengar?

Yang nyatanya Taehyung masih memiliki pendengaran normal. sadar atau tidak Baekhyun bersandar, kali ini ia ingin menyamankan kepalanya. Tubuhnya mendadak sangat lelah dengan penglihatan berkunang. Tak salah memang memilih istirahat, karena Baekhyun juga tidak ingin menyiksa jantungnya yang sekarat.

"Hyung sangat ngawur, dan itu tidak lucu." Mencoba mengabaikan ucapan sang kakak. Memasukan kembali roti keju yang ia santap setengah, mungkin saja Baekhyun bercanda dan sengaja membuat dirinya tersedak dengan ucapan menakutkan seperti itu. berpikir bahwa kakaknya memang ingin membalas dendam atas kejahiliannya.

Baekhyun terpejam dengan mata terpejam, merasakan bahu sang adik yang nyaman. Untungnya Taehyung tak merasa keberatan terbukti tak ada keberontakan yang dilakukan sang adik terhadapnya.

"Kau menganggapku bercanda ya?"

"Tentu saja, Baekhyun hyung memang gitu. Berbicara ngawur dengan membuatku takut. Jangan membuat prank seperti itu hyung, tidak lucu jika membahas kematian."

Baekhyun tak menjawab, ia hanya memejamkan mata dengan wajah datarnya. Menikmati udara yang mendominasi apa itu kenyamanan. Waktu yang sangat pas baginya dan Baekhyun suka.

1 menit....

2 menit....

3 menit....

4 menit...

5 menit....

Taehyung sudah menghabiskan makanannya. Duduk dengan kaki yang melurus dengan dua tangan yang menumpu. Bahu yang digunakan sandaran sang kakak untuk memejam dan tak masalah baginya. Sampai ada panggilan yang membuat saku celana Baekhyun bergetar.

"Hyung ada panggilan." Ucap Taehyung yang menyeruput jusnya. Ia rasa panggilan untuk sang kakak sangat penting hingga ponsel itu bergetar cukup lama.

Dengan cepat tangan namja tampan itu merogoh. Mengambil benda persegi tersebut, membaca nama layar di ponselnya. Satu nama yang membuat Baekhyun kaget dan muak setelahnya. Ia tulis nama itu sebagai pengganggu.

Taehyung yang tak sengaja melihat wajah masam sang kakak beralih menatap layar ponsel itu. Sadar ada yang aneh dengan sikap sang kakak yang seperti enggan mengangkat juga wajah tak sukanya.

Membuat Taehyung menepuk bahu sang kakak, dan berkata.

"Ada apa hyung? apa dia mengganggumu?"

Dan Baekhyun seperti terjebak dalam pertanyaan yang sulit melebihi aljabar. Ia tak akan mungkin berkata, tentang....

Panggilan seorang wanita yang ia temui dalam acara sang adik kemarin malam. Baekhyun lupa namnya, tapi ia tak lupa bagaimana wajah licik wanita tersebut.

Apa yang Baekhyun jawab, sementara wajah sang adik seperti menuntut jawaban darinya.

Taehyung tetaplah Taehyung tak akan berubah, walau Baekhyun berbohong pun pasti percuma. Karena Taehyung adakalanya tak mudah untuk ditipu....

Tersenyum....

...................

tbc...

hai semua, mungkin aku agak aneh ngegantungin ceritanya disini. maafkan daku yang menulis chapter ini belum sempurna. Terima kasih untuk semangat kalian dari awal chapter hingga sekarang. Author bukan apa-apa tanpa kalian.

Oh ya jika berkenan tolong berikan nilai dan apresiasi kalian dengan menginjak bintang yang ada di pojok kiri. Saran dan kritik author terima asal membangun. Maaf kalau author masih banyak typo dalam menulisnya. Author sudah berusaha semaksimal mungkin.

Mohon dukungannya...

Saranghae...

Bahagia untuk kalian...

Gomawo...

#el

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro