🍁 여우가 움직일 때 나뭇잎이 남아 있습니까? (30)🍁
" Manusia diciptakan melalui proses tangan Tuhan, sama halnya dengan doa dan harapan. Dengan kesabaran juga keyakinan, semua itu akan terjadi. Aku percaya akan hal itu...."
................
(Author **** POV)
Keramaian....
Di bawah ribuan bintang yang menghias di atas langit. Ditemani sebuah rembulan berbentu sabit dengan cahaya yang dipinjam oleh matahari. Terbukti dengan adanya fenomena alam yang begitu lazim terjadi. Dengan izin Tuhan semua itu terjadi, dimana yang tak mungkin menjadi mungkin. Dimana juga yang tak berlogika menjadi nyata.
Disini, Baekhyun tersenyum....
Duduk dengan tenang di atas kursi rodanya. Dimana sebuah gerbang penyambutan datang, dengan dua orang yang telah membukakan pintu untuk dirinya juga...
Seorang namja yang memakai jas bitu terang dengan celana hitam panjang resmi yang ia gunakan. Oh jangan lupa bagaimana bunga mawar itu menghiasi jas kanan sang adik. Dengan rambut berwarna coklat yang sesuai dengan wajah juga karakternya. Ditambah lagi dengan senyuman tipis namun menggoda siapapun bagi yang melihatnya. Wajah terpahat bagaikan pangeran Yunani itu mampu menyihir para paparazi disana. dan semua kharisma itu berasal dari sang adik tercinta yang mulai menyayanginya, Kim Taehyung.
Bisa kalian bayangkan bagaimana keduanya sudah berada disini. masuk bersamaan dengan Baekhyun yang dibantu sang adik melalui kursi rodanya. Meski gugup saat beberapa pasang mata menatap dirinya heran, ditambah lagi bagaimana keringat dingin yang tiba-tiba keluar dari lehernya. Terlihat sedikit bagaimana tubuh terbalut akan sweater coklat itu bergetar gugup. Penampilan yang tak kalah cocok dengan sang adik, apalagi Baekhyun juga menggunakan celana training modern berwarna putih bersih yang sangat nyaman ketika ia pakai. Oh jangan lupa bagaimana rambut hitamnya, diberi warna merah bata. Sangat cocok dengan penampilan namja bermarga Byun tersebut. apalagi penampilannya malam ini berasal dari usulan sang adik.
Tentu saja Baekhyun sangat senang, untuk pertama kalinya sang adik mau memberikan saran untuk penampilannya malam ini. Juga diajak datang serta berada di depan seluruh tamu undangan.Beberapa penonton juga menjatuhkan atensi mereka pada dirinya juga sang adik.
Untuk pertama kalinya Baekhyun datang di acara sebesar ini. sebuah pergelaran musik terbesar di tanah kelahirannya. Untuk pertama kalinya juga Baekhyun merasa takut, takut jika dia melakukan kesalahan dan mempermalukan nama baik sang adik di depan semua orang. dalam otaknya Baekhyun berpikir, apakah ini salah ketika dia menerima ajakan Taehyung? Sementara ia tak akan menduga jika pada akhirnya seperti ini.
Baekhyun hanya khawatir...
Baekhyun hanya merasa gugup...
Terlalu banyak kekalutan dalam otaknya. Tapi, bukankah dia sudah terbiasa dengan hal ini. apalagi dia juga begitu pede dan santai ketika di depan kamera saat dia melakukan pose modelling kala masih di Jepang.
Bukan hanya itu saja, Baekhyun juga sedikit terkejut dan terganggu dengan cahaya cepat dari kamera beberapa paparazi disana. hanya saja, Baekhyun memilih diam. Tak ingin merepotkan sang adik yang bersuka ria membagikan keramah tamahan dan senyuman kotaknya pada beberapa orang yang berteriak heboh melihat kedatangannya.
Rasa gugup itu kian terasa, membuat kedua tangan Baekhyun refleks meremat celananya. Membuat jejak kusut tak terlihat dalam dekapan telapak tangannya. Dalam diam Baekhyun juga menghembuskan nafasnya perlahan. Mencoba tenang dan berdamai dalam rasa gugupnya.
Ternyata berada diantara orang-orang seperti ini membuat Baekhyun rasanya mati kutu. Bolehkah Baekhyun berbalik dan meminta izin pada adiknya untuk kembali dalam mobil? Menunggu Taehyung selesai dalam acaranya. Sementara dalam hati kecilnya menolak untuk melakukan hal tersebut, karena disinilah dia mempunyai kesempatan melihat Taehyung menunjukan bakat menyanyinya.
"Hyung, kau baik?"
Mendadak Baekhyun sadar akan ketegangannya, ketika merasakan sebuah sentuhan di pundaknya. Menoleh.... hal pertama yang ia lakukan kemudian. Tak ia sangka, sang adik sudah tercondong tepat disamping tubuhnya. Menatap dirinya yang membulatkan mata karena lucunya. Sungguh hampir saja Taehyung membuat jantungnya berhenti mendadak, karena sikap mendadak sang adik.
"Hyung, kau baik-baik saja?" Taehyung berbisik lirih, terdengar gurat kekhawatiran dari ucapannya. Ekspresi yang menunjukan kecemasan dalam lekukan alisnya. Manakala rasa khawatir mendera dalam dirinya.
Apakah dia salah mengajak sang kakak dalam acara besar ini? Taehyung terus bertanya dalam hatinya. jujur saja, ia merasa bersalah pada sang kakak karena telah membuat dirinya tak nyaman dengan acara malam ini. tak seharusnya Taehyung mengajak Baekhyun disini, sementara yang ia tahu jika keadaan sang kakak sedang lemah. Sepertinya Taehyung terlalu nekat membawa sang kakak disini.
"Jangan khawatir, aku baik saja Tae." Dengan suara tenang, Baekhyun menyentuh kepala sang adik. Mengusaknya sedikit kasar, sebagai bukti bahwa dia menyayangi namja di depannya.
Baekhyun tahu apa yang dipikirkan sang adik. Hal itu terlihat jelas dari sikap Taehyung yang terlihat gelisah dengan menggigit bibir bawahnya, dan alis yang tertekuk turun ke bawah. Apalagi suara serak yang menunjukan sang adik serba salah, membuat Baekhyun menangkap opsi sang adik yang mengkhawatirkan dirinya.
"Hyung yakin? Aku bisa membatalkan kegiatanku malam ini jika hyung tidak merasa nyaman." Ide terlintas dalam otak briliant-nya. Jangan lupa senyum tipis nan tulus di wajah tampannya.
"Aku bisa mengatakannya pada pihak acara jika hyung mau. Aku tak ingin membuat hyung tak nyaman." Kali ini senyum itu terulas semakin mantap, ditambah lagi dengan usapan lembut penuh sayang di pundaknya. Pada akhirnya Baekhyun merasakan sebuah perhatian kecil penuh makna dari adiknya.
Saat Taehyung berkata demikian, membuat kedua bola mata itu membola. Merasa kaget dengan opsi Taehyung yang terdengar nekat. Oh.. ayolah kenapa sang adik rela melakukan hal tersebut, hanya karena dirinya yang terjebak dalam rasa gugup dan canggung secara bersamaan. Rasanya Baekhyun seperti orang pengecut, yang membuat karir sang adik terancam hancur.
Hingga pada akhirnya naluri Baekhyun sebagai seorang kakak muncul. Kepalanya menggeleng pelan, dia menolak dengan semua usulan Taehyung. Ia tahu, sangat tahu bagaimana Taehyung begitu antusias dengan acara malam ini. apalagi sejak kepulangannya di rumah sakit siang ini, membuat Baekhyun menjadi saksi segala persiapan sang adik. Dia sangat tahu itu, karena Baekhyunlah yang menemani sang adik sebelum acara ini.
"Jangan lakukan itu, kau harus fokus pada penampilanmu. Kau tenang saja Tae, hyung disini akan baik-baik saja. kau tahu, hyung akan melihatmu di bangku barisan depan. Menyaksikan kemampuan bernyanyi dongsaengku yang keras kepala ini." terkekeh, menepuk sedikit keras pundak kanan sang adik. Tentu saja hal itu merupakan cara ampuh untuk memberikan sebuah keyakinan pada sang adik.
"Tapi hyung, aku akan khawatir jika kau tidak nyaman. Maafkan Tae yang membawa hyung dalam situasi ini, seharusnya hyung tadi kuantar pulang dan bisa melihatku di televisi. Agar kau bisa beristirahat Baek hyung..." inikah perasaan khawatir sang adik? Untuk pertama kalinya di usianya sekarang Taehyung merasakannya.
"Tae dengarkan hyung, kau lihat hyung? lihatlah hyung baik-baik saja bukan? Hei... dengarkan kata hyung, jangan mengkhawatirkan orang lain jika orang lain tersebut baik-baik saja. kau kahwatirkan dirimu, jangan sampai membuat orang yang datang melihatmu kecewa." Baekhyun menepuk kedua pundak Taehyung, menekannya sedikit kuat agar sang adik semangat.
"Tapi Baek hyung bukan orang lain." Taehyung berucap lirih, suara yang ia ucapkan bergetar berat. Mengucap dengan rasa malu yang tertunduk kepalanya. Karena ia sadar akan sikapnya yang lalu. Sikap keras kepala dan kurang ajarnya.
"Tae..." memanggil nama sang adik dengan gumaman lirih. Rasa terharu tiba-tiba muncul dalam dirinya. Saat dengan jelas sang adik mengatakan hal demikian.
Jauh dalam lubuk hatinya, Baekhyun merasa bahagia. bahagia yang sederhan penuh akan sejuta cinta dalam dirinya. Rupanya, Taehyung yang sekarang membawa dampak baik bagi dirinya.
Lalu?
Apakah hal tersebut akan berdampak pada kesehatan jantungnya?
Rasanya ada semangat hidup dalam dirinya....
"Tapi hyung merasa tidak nyaman bukan?"
Oh... sepertinya Taehyung menyayanginya sekarang. Buktinya sang adik masih memperhatikan dirinya. Rasanya dia mendapatkan kasih sayang dari sang ibu yang telah tiada.
"Siapa bilang hyung tidak nyaman? Hyung menantikan ini.... disini hyung bisa melihatmu tampil. Ayolah Tae, ini kesempatan hyung. mungkin saja aku tidak bisa melihatmu tampil seperti ini bukan? Kau tahu hyung tak akan menyia-nyiakannya walau sedetikpun." Lagi dan lagi, Baekhyun mengulas senyumnya. Terlihat tulus, namun ada kebohongan sekaligus kebenaran dalam setiap ucapannya.
Rasanya tidak adil jika Taehyung harus mundur dari acara sebesar ini hanya karena dirinya yang sakit ini. seharusnya dia berada disini, melihat kemampuan dan bakat sang adik. Memberikan semangat juga pujian yang membangun bagi sang adik. Berharap jika suatu hari nanti nama sang adik bercahaya dan berada makin di atas seperti bintang. Bukankah hal itu adalah keinginan Baekhyun di masa lalu?
Tak ingin menjadi penghancur, dengan tegas Baekhyun menolak semua yang disarankan sang adik. Biarkan Baekhyun menjadi hyung lebih baik, meski dirinya sudah baik.
"Biarkan hyung mengabadikan penampilanmu dalam memori kehidupan hyung. kita tak tahu apa yang terjadi esoknya." Tersenyum, menatap dengan netra berkaca.
"Terima kasih." Membalas senyuman sang kakak, dan menggenggam tangan sang kakak.
Merasa nyaman dengan kepalan hangat tangan sang adik membuat Baekhyun tenggelam dalam rasa nyaman tersebut. dengan hati yang bahagia Baekhyun menganggukan kepalanya. Jujur dirinya menjadi kakak yang sangat beruntung.
Hingga pada akhirnya mereka tersadar jika acara sudah dimulai. Taehyung segera menegakan badannya, merapikan penampilannya. Mendorong kursi roda sang kakak, bermaksud membawanya di barisan depan. Meski awalnya Taehyung sempat menggeser posisinya dengan sang kakak ke kanan lantaran, posisi yang mereka tuju sudah terisi orang lain.
Saat ini namja dengan tubuh mungilnya itu berada disisi kanan, duduk dengan kursi rodanya tepat di nomor tujuh dari urutan bangkunya. Setelah itu, namja yang terkenal akan senyum kotaknya itu berada di kursi sebelah namja mungil itu berada.
Kini Baekhyun merasa rileks, apalagi disampingnya ada kesayangannya. Lengkap sudah hidup namja bermarga Byun setelah harapan dan doa itu terkabul hari ini. tepatnya di bawah guguran daun musim gugur.
"Tae, lagu apa yang akan kau bawakan?"
"Lagu yang aku ciptakan."
"Dengan Jieun?"
"Bukan... aku ciptakan sendiri. tiga hari sebelum acara ini."
"Daebakk!! Aku tak sabar ingin mendengarnya."
Baekhyun sangat semangat, kini ia tak sabar menantikan giliran Taehyung. Nyatanya ini adalah kesempatan emas yang diluar ekspetasinya. Jika dulu Baekhyun bersembunyi ketika melihat penampilan Taehyung pertama kali di Jepang. Atau hanya mampu melihat di televisi maupun Youtube. Kini di depan matanya, Baekhyun akan melihat aksi sang adik secara langsung.
Tanpa ada yang tahu Taehyung menatap sang kakak dengan binar bahagianya.
'Kuharap kau menyukainya hyung, lagu yang kuciptakan untuk eomma...'
Suara hati seorang namja bermarga Kim itu terucap.
.
.
Ketika acara dimulai...
Maka suara tepuk tangan dan menggema terdengar di dalam sana.
Sepertinya, hari berkesan Byun Baekhyun telah dimulai....
.....................
.
.
.
Disini...
Dentingan sendok dengan piring. Aroma masakan seorang koki terkenal yang bekerja dalam rumah besar tersebut. makanan yang tersaji begitu menggiurkan, seakan rasa lapar mendera siapapun yang melihat hidangan nikmat kelas atas disana.
Nasi putih yang tercium harum, daging kalkun besar menggoda selera, sayur buncis dengan saus tiram, okonomiyaki yang dibuat khas oleh chef jepang, beberapa makanan khas Cina, oh jangan lupakan sup buah yang menyegarkan saat es dinginnya menyentuh kerongkongan. Berbagai makanan tersaji bak restaurant bintang lima.
Mungkin perut yang keroncongan akan bahagia jika terisi akan makanan kelas A tersebut. hanya saja satu diantara kedua orang yang tengah menikmati makanan dengan begitu nikmatnya sedikit menatap heran ke seseorang yang sedang terdiam sembari menatap makanannya yang tak tersentuh.
"Luhan apa makanannya tidak enak?" sang ibu mengatakannya dengan lembut, kepada anak kesayangannya tersebut.
"Tidak." Terucap begitu dingin, tatapan datar yang menatap atensi makanan di depannya. tak menoleh ke arah sang ibu yang kini menanyainya. Tentu saja hal itu membuat kepala keluarga yang diam-diam mengamati sikap putranya menatap sedikit jengkel.
"Lalu kenapa kau tidak menyentuh makananmu sayang?" sang ibu mengulas senyumnya, entah kenapa dalam hatinya ia merasa khawatir melihat perubahan sikap sang putra. Apakah kejadian tak mengenakan tadi membuat sang anak marah? Rasanya nyonya Kim merasakan penyesalan terdalam dalam hatinya mengingat kejadian tadi.
"Jangan pedulikan aku! Lebih baik eomma pedulikan diri eomma." Meski perkataan tersebut terkesan datar, percayalah... Luhan mengatakan tersebut dengan ucapan ketus. Tentu saja hal tersebut membuat sang ibu merasakan sakit di hatinya.
Tak menyangka jika sang anak akan berbicara demikian dengan dirinya. Secara mendadak wanita cantik dengan status nyonya Kim tersebut terdiam, berusaha menyembunyikan air matanya yang berkaca.
"Kim Luhan bisakah kau menjaga sopan santun di depan ibumu? Dia bertanya baik-baik padamu." Tuan Kim bersuara, tak kalah dingin dengan sang anak.
Ketika sang ayah berbicara, justru ada seulas senyum tipis muncul dari wajah tampannya. menganggap semua yang dikatakan tersebut remeh.
"Anda mengatakan sopan santun dan menasihatiku seolah-olah anda maha benar." Itu Luhan, dan dia benar-benar berbeda dengan biasanya.
Tak ada sikap ramah, ejekan yang membawa kekonyolan dan juga sikap bak seorang pangeran yang sopan penuh tata krama. Dan yang terlihat sekarang ini adalah Luhan yang lain.
Sangat menegangkan memang, membuat acara makan malam terdiam sebentar.
"Siapa yang mengajarimu berkata seperti itu, hah! dasar anak tak tau diri!" Tuan Kim tersulut emosinya. Seketika pria dengan jas hitamnya itu berdiri, menantang sang anak dengan atensi tajamnya.
Tersenyum...
Luhan melakukannya lagi, jujur... dia terlalu malas berurusan dengan ayah tirinya. Bahkan, jika boleh dia tidak ingin menginjakan kakinya dan bertemu langsung dengan ayah tirinya. Karena Luhan lebih muak melihat pria di depannya. hanya saja.... ada hal menarik yang harus ia lakukan. Itulah sebabnya ia melakukan pendekatan kecil yang mungkin bisa membantunya dalam membalaskan haknya. Katakanlah jika namja dengan wajah tampan keturunan Cina tersebut memiliki pemikiran licik dalam otaknya.
Begitu pintar dan lihai ia melakukannya.
"Anda tahu, bagaimana seekor singa mendapatkan makanannya?" Luhan tersenyum, jangan lupa kedua mata indahnya menatap penuh tantangan ke arah pria bermarga Kim tersebut.
Sementara sang ayah hanya menatap heran sekaligus kesal.
"Mudah saja, dia akan merebut dan menjadikan dirinya raja kelompok. Membuat semua kelompoknya menjadi budaknya. Anda bisa bayangkan bagaimana lemah dan malasnya dia hingga singa tersebut enggan mencari makanannya sendiri. jika dipikir singa tersebut tak mempunyai harga diri."
"Luhan apa yang terjadi denganmu nak?! Jangan sampai membuat appamu marah." Nyonya Kim berusaha menenangkan putranya meski itu terlihat mustahil. Mengingat bagaimana sifat sang anak seperti sekarang.
"Kenapa dia marah, seharusnya aku yang marah eomma! Dia penjahat disini! dia adalah manusia biadab!!"
PLAAAAKKKKKK!!!
Lagi dan lagi...
Suara tamparan itu terdengar kembali, seolah-olah rumah besar itu berisi ribauan suara tamparan yang tak ada habisnya. Terasa panas dan sakit, ketika dengan terpaksa wanita cantik dengan rambut pendeknya itu menampar pipi sang anak dengan keras.
Luhan tak bergeming menatap lantai bawah rumahnya. Terdiam dengan luka memerah bekas telapak tangan ibunya. Ia tidak bisa membalas atau marah dengan sikap sang ibu, jauh di lubuk hatinya Luhan sangat menyayangi ibunya. Hanya saja, hati kecilnya terlanjur kecewa. Kecewa dengan cinta buta sang ibu terhadap ayah tirinya.
"APA YANG KAU PIKIRKAN NAK! KAU JANGAN BERKATA SEPERTI ITU PADA APPAMU!!"
Murka... untuk kali ini sang ibu murka pada anaknya.
Sementara sang ayah terdiam, melihat emosi sang istri yang besar saat ini. tak ia duga wanita yang terkenal lembut dan menyayangi anaknya bisa melakukan tindakan di luar dugaan seperti ini.
"Hahahaha..." Luhan tertawa, nada santai seolah tak terjadi apapun.
"Kenapa kau tertawa? Eomma bertanya kenapa kau tertawa??! Apa ada yang lucu saat kau melakukan hal kurang ajar pada appamu. Luhan sadarlah!!"
"Eomma... aku menyayangi eomma. Aku juga tidak akan pernah membenci eomma, meski kau menamparku seratus kali. Atau eomma memukulku hingga mati, aku tidak akan membencimu eomma. Aku juga tidak akan bisa marah dengan eomma, hanya saja aku kecewa. Karena eomma lebih menyayangi appa dari pada anak sendiri." dibalik senyumnya ada air mata yang berkaca, terucap tulus dan sedikit bergetar dari nada bicaranya.
Entah kenapa, sang ibu merasa tertohok dengan ucapan putranya. Ada rasa bersalah ketika ia sadar dengan sikapnya yang menampar pipi sang anak. bolehkah waktu terulang agar ia bisa menjaga emosinya. Nyatanya hatinya sebagai seorang ibu masih tak sanggup mendengar ucapan lirih juga kecewa sang anak, dan itu berasal darinya. Terluka... kata yang pantas untuk saat ini.
"Luhan, eom-eomma...."
"Tidak apa-apa, sebaiknya aku akan kembali ke kamar. Terima kasih untuk makan malamnya, tapi maaf Luhan membuat eomma marah." Dengan sopan Luhan membungkuk di depan sang ibu.
Membuat nyonya Kim hanya bisa terdiam dengan setetes air mata yang jatuh dari kelopak kanannya.
Berbanding terbalik dengan sikap acuh sang suami yang malas melihat ibu dan anak yang sedang memainkan bak drama Korea.
Dengan kepala menunduk Luhan melangkahkan kakinya tak bersuara dan menjauh dari kedua orang tuanya. Sepertinya ia berbuat sedikit jauh dari rencanya. Ia lupa jika sang ibu menaruh hati dan cinta pada ayahnya. Dan itu membuat Luhan kecewa...
Berpikir bahwa, sang ibu tak mencintai ayah kandungnya.
.
.
"Appa, apa kau akan membenci eomma? Dia sudah tidak mencintaimu appa... bukankah eomma juga tidak menyayangiku? Appa... kuharap kau tidak membenci eomma. Biarkan aku melakukan dendammu appa, karena aku sudah besar. Restui aku appa...'
Pada akhirnya punggung namja tampan tersebut tak terlihat oleh siapapun, orang tuanya dan juga dinding ruangan yang menjadi saksi ketegangan tersebut.
.
.
.
"Mark, bisakah kau mengecek sesuatu?"
'Apa?'
"Bukahlah situs majalah terkenal di Jepang, aku akan mengirim namanya lewat pesanmu. Aku meminta bantuanmu untuk mencari data, model dewasa dalam majalah tersebut."
'Baik, lalu siapa nama yang menjadi perhatianmu saat ini, hem?'
"Kirimkan aku akses mengenai Byun Baekhyun."
Pip!!
Dimatikan secara sepihak olehnya. Mungkin saja membuat seseorang yang ia hubungi mendesah kesal karenanya atau lebih parah mengumpat. Hanya saja, Luhan terlalu malas memikirkan apa yang terjadi dengan Mark. Kini, yang menjadi atensinya adalah Baekhyun.
Terdiam...
Berdiri di balkon kamarnya, menatap bintang yang tertutup mendung. Sangat cantik bagi seorang Luhan yang sedang kalut hatinya. lalu, setelahnya...
"Kim Taehyung, Byun Baekhyun. Kim dan Byun?"
Percayalah kalian akan takut bagaimana membayangkan smirk-nya.
"Aku Xi Luhan, dan selamanya akan begitu. Benarkan, appa?"
.
.
"Hei kau?!"
Ketika acara berlangsung tepat dimana Taehyung tampil, Baekhyun mengalihkan atensinya. Terkejut saat bangku sang adik terisi oleh seseorang. Seorang wanita cantik berusia sekitar 30 tahun, dengan lipstik berwarna merah merona. Membuat namja dengan tubuh mungilnya itu mengernyit bingung, lantaran tak kenal siapa wanita disampingnya.
"Kau Byun Baekhyun bukan?"
"Ke-kenapa anda bisa mengenal saya. Apakah kita pernah bertemu?"
"aku tahu akan segala hal disini, termasuk dirimu. Yang..."
Perlahan wanita cantik itu mendekat, tepat di telinga Baekhyun. seperti melakukan sebuah....
"Alangkah lebih baik aku panggil kau, nama panggung dewasamu. Mizu-"
"Siapa anda??!"
"Aku, adalah penggemarmu Baekhyun. ternyata kau lebih tampan dari pada foto majalah dewasamu."
Bisikan begitu seduktif, hanya saja Baekhyun merasa risih dan sedikit takut. Sungguh, ini diluar dugaannya. Tak akan ia sangka jika ada yang mengenalnya, padahal dia...
"Hei lihatlah wanita muda disampingmu itu. sebentar lagi dia akan membaca bagian akhir majalah itu. kuharap dia tidak akan terkejut ketika sadar rupanya, ada foto dirimu yang begitu seksi."
Mati...
Baekhyun serasa ingin mati...
Dan sialnya, wanita di sampingnya adalah istri manager adiknya. ya, salah satu penunjang karir sang anak. oh... gawat ini sungguh diluar ekspetasinya.
"Bisa kau temani aku malam ini?"
Rayuan maut pun terjadi....
..........................
Tbc...
Hai semua kembali lagi dengan author yang kacangan ini. alhamdulilah bisa up satu cerita yang kalian tunggu, dan bikin kalian semangat buat baca setiap kisahnya.
Oh ya gimana menurut kalian, chap ini udah bagus belum? semoga hasilnya maksimal dan kalian puas dengan chap ini ne. Jangan lupa vomment cantiknya guysss...
Terima kasih untuk dukungan dan kesabaran kalian. Semoga kalian bahagia selalu, oh iya author sengaja ngetik lumayan panjang biar sesuai target chap. Sebentar lagi kalian akan tahu bagaimana akhirnya.
Btw maaf gantung, biar makin degdegan saat kalian baca ehe....
Jika ada typo bertebaran maafkan author, jika banyak kegajean author mengaku jika cerita ini makin gaje. Sujud sukur jika kalian masih suka dengan ff ini. terima kasih untuk dukungan kalian. Tambah luphe luphe aku sama kalian semua.
Sekian dari saya, kecup manja penuh cinta untuk kalian.
Semoga kalian sehat dan bahagia selalu...
Gomawo and saranghae...
#el
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro