어머니의 요리법에 눈물 (44)
" With fluttering heart, without knowing i went to you, step by step and i stayed by your side."
.
.
.
(Taehyung **** POV)
Dulu aku sering mengabaikan apa yang dikatakan oleh orang lain, aku si Keras kepala Kim Taehyung. Sedikitpun aku tak pernah mempedulikan orang selain diriku. terkadang image ku yang selalu ramah dan mengulas senyum itu adalah sebuah tipuan. Terkadang aku sering mendapatkan tuntutan dari pihak agensi agar aku selalu tersenyum dan bahagia, nyatanya aku sedang jauh dari kata apa yang aku perlihatkan di depan kamera.
Menjadi sebuah bintang memang impian sejak aku masih kecil. Terngiang dengan jelas bagaimana aku yang bersender manja di tubuh seseorang dan mendengar celoteh cerewetku, bukan sebuah protes karena banyak bicaraku yang seakan membawa sebuah impian yang mungkin saja tidak terjadi. Justru kebalikannya, dialah orang yang pertama mendukung semua apapun yang aku lakukan.
Senakal apapun aku, dia yang akan selalu mengatakan tak apa dan mengatakan hal kecil yang membuatku tak sedih dan takut untuk tak melakukan kesalahan lagi. Dia seperti ibu, namun dia lah yang melebihi kasih sayang dibandingkan ayahku. Entah kenapa dulu aku sangat dekat dengannya dibandingkan dengan ayah, aku hanya selalu manja dengan ibu dan juga kakak.
Saat aku mengatakan hal tak mungkin pada kejadian yang aku lihat sekarang. Dimana aku yang dulu sedang bermain ayunan, tertawa lepas dengan gelak tawa yang mengalahkan suara anak lainnya yang sedang asik bermain. Aku yang memakai baju cerah dengan gambar anak ayam membuatku sangat mencolok diantara lainnya. Sementara aku meminta agar kakakku tak menghentikan aksi mendorong ayunan yang aku naiki. Dan lagi-lagi aku keras kepala saat meminta padanya untuk mempercepat setiap dorongan, padahal dia tahu kalau itu membahayakan diriku.
Dan aku acuh dengan segala tawa bahagia dan puasku. Aku pikir aku memiliki masa kecil bahagia sebelum kedua orang tua kami berpisah. Kulihat Baekhyun hyung juga sangat menikmati perannya sebagai kakak. Dia bahkan tak pernah mengeluh meski aku mengesalkan hanya sesekali memarahiku dengan nada menasihati jika aku salah. Dan aku memang nakal sejak aku berusia bocah.
Aku berdiri disini bagaikan sebuah patung diantara luasnya taman di masa lampau. Seperti terhalang dinding kaca atau memang aku tak terlihat saat aku melihat diriku dan kakakku di masa lalu. Tentu saja ini hanyalah sebuah mimpi, dimana aku menyaksikan diriku yang menghabiskan sore hari dengan bermain.
"Hyung kenapa berhenti?" kulihat diriku yang ternyata sangat menggemaskan dengan wajah sangat polos menoleh kebelakang, lebih tepatnya kearah Baek hyung berdiri. Aku melihat bagaimana wajah bocah kakakku, dia terlihat dewasa meski memasuki usia remaja, dan dia memiliki kulit sawo matang berbanding dengan sekarang yang terlihat putih bersih. Dia memakai baju pemberian eomma di hari ulang tahunnya yang ketujuh, masih muat karena dia sangat mungil dan kemungkinan lebih pendek dariku, nyatanya semua itu terjadi sekarang.
"Ini sudah sore Tae, ayo kita pulang. kau harus mandi agar bisa dapat makan malam."
"Tapi aku ingin bermain hyung, aku tidak mau pulang."
"Hei, kau tidak ingin eomma kebingungan mencari kita kan? Tae, nanti eomma bisa sedih ayo kita pulang. kau akan menjadi anak baik karena pulang tepat waktu."
"Tapi..."
"Ssssttt... sudah hyung akan menggendongmu sampai ke rumah asal kau mau pulang dan mandi tepat waktu."
Hyung selalu mencubit hidung bangirku, dan selalu berhasil membuatku kesal sekaligus geli. Aku heran keajaiban apa yang membuat hyungku begitu suka melakukan hal itu, ketika aku tanya dulu dia selalu menjawab karena aku terlihat menggemaskan saat kesal. Sepertinya Baekhyun hyung sengaja membuatku kesal, hingga aku pasti merengek tak suka dan mengerucutkan bibirku. Ah, ini adalah kenangan kecil yang entah kenapa datang secara tiba-tiba, apakah aku melupakannya.
"Kajja, kita pulang Tae. Hyung akan menyuapimu, hem..."
Senyuman itu, wajah penuh binar bahagia itu. saat aku dulu berteriak senang dengan wajah yang sulit aku uraikan dengan kata bagaimana bahagianya aku. Aku yang dulu selalu merepotkannya justru membuat ia tersenyum. Apakah aku sadar saat itu? saat aku tahu ternyata Baekhyun hyung lebih dari sekedar kakak, ia bisa menjadi seorang ayah secara bersamaan.
Dan itu membuatku merasakan sesuatu.
"Taehyung, bangunlah apa kau mendengarku. Hei, Kim Taehyung tolong buka matamu."
Tunggu, siapa yang memanggilku. Aneh rasanya saat aku mendengar suara Luhan hyung memanggilku. Apakah ia disini? tapi... kenapa? aku hanya datang ke masa lalu lewat mimpi tapi kenapa suaranya ada? Padahal aku melihat Baekhyun hyung sudah berjalan beberapa meter menggendongku pulang. tak mungkin aku salah dengar dan ini suara Baekhyun hyung.
"KIM TAEHYUNG! BISAKAH KAU MENDENGARKU, BANGUNLAH! JANGAN BUAT KAMI KHAWATIR, SIALAN!"
Sudah kuduga, ini suaranya ditambah lagi ungkapan diakhir kalimat. Tak bisakah ia mengatakan hal bagus selain umpatan walau menyebut namaku, ini membuatku jengkel dan enggan bertemu dia. Hanya saja rasanya aneh saat sekitarku memudar hilang, apakah ini memang dunia imajinasi atau mimpi tidur semata?
Perlahan aku melihat semua mengabur, dimana anak-anak yang kulihat semua hilang begitu juga dengan arena permainan yang kosong hanya tinggal aku seorang. Panggilan yang keras terus menggema membuatku, semakin aneh. Saat kedua kelopakku rasanya buram, aku pusing mendadak dan kelopakku berat walau hanya sekedar membuka. Hanya mengedip perlahan dengan tangan yang menyentuh keningku, aku merasa mual tanpa alasan dan tubuhku semakin lemas. Ah, aku berjongkok dan tanah yang aku pijak juga memudar, pertanyaan dalam benakku. Apakah aku masih hidup atau mati? Saat aku melihat semua nampak tak jelas.
Kabur...
Buram...
Dan pening...
Mencampur menjadi satu, dan semua itu semakin membuatku tak tahan untuk terus membuka kelopak mata.
Hingga akhirnya aku...
"Kim Taehyung, bangunlah..."
Aku seperti mendengar suara Baekhyun hyung, membuatku tanpa sadar menggumamkan namanya. apakah ini benar?
.
.
.
.
....................
(Author ***** POV)
"Baekhyun sepertinya dia mulai sadar." Kyungsoo terlihat yakin saat mendengar kelopak mata Taehyung yang bergerak. Membuat Baekhyun yang memejamkan matanya khawatir mendadak membulat dan terlihat senang. Luhan yang hendak duduk tak jadi saat mendengar ucapan Kyungsoo, dan memilih berdiri disamping Baekhyun. ketiganya sangat menantikan Taehyung membuka kelopak matanya penuh.
Tangan itu bergerak, membuat Baekhyun yang melihatnya dengan cepat menangkup punggung tangan sang adik. merematnya dengan lembut dan perasaan, seakan memberikan kehangatan dan memberi tanda jika ia berada disisi sang adik. ngomong-ngomong mereka berada di villa. Tempat Baekhyun dan Taehyung beristirahat, karena Baekhyun yang enggan di rumah sakit lama saat mendengar kabar sang adik membuat ia nekat untuk pulang dan memaksa Luhan agar menuruti keinginannya. Ia memang marah dengan Taehyung, tapi ia tak akan bisa melihat sang adik tergeletak lemah tak sadarkan diri seperti tadi. Bagaikan sebuah musibah untuk hatinya, ia rasa Taehyung tak pantas mendapatkan amukannya tadi.
"Ngghhh..." gumaman lirih dari bibirnya terdengar. Luhan yang segera menyalakan semua lampunya, dan Kyungsoo yang juga penasaran mendekat merapat. Baekhyun yang diam menunggu kelopak adiknya membuka. Menahan sesak dan sedikit sakit saat jantungnya berdetak, dirinya belum sepenuhnya membaik. Padahal ini hampir larut malam dan seharusnya dia tidur.
"Kim Taehyung?" Luhan memanggil, ia menatap adik tirinya dengan perasaan sedikit lega. meski ia tak suka tingkah menyebalkan Taehyung, ia masih punya hati dan sedikit menaruh sayang untuk saudaranya itu. Terlebih tak ada alasan untuknya membenci anak kedua tuan Kim tersebut. tak ada sejarahnya ia membenci ayahnya dan justru dendam dengan adiknya. Mungkin dulu Luhan sempat berpikir memanfaatkan Taehyung untuk membalaskan dendamnya, hanya saja ia urungkan karena melihat Baekhyun yang begitu melindungi adiknya. apalagi melihat namja bertubuh mungil yang sempat mengamuk dalam sidang keluarga tadi membuat Luhan berpikir ulang.
Ia rasa Taehyung bukan orang yang tepat, mungkin saja Baekhyun memang benar-benar orang yang bisa Luhan manfaatkan.
"Dimana aku..." Taehyung sadar, penglihatannya sedikit buram saat ia membuka kelopak matanya. ia mengedipkan bola matanya secara perlahan, melihat ke arah kanan dimana ia melihat Kyungsoo yang melihatnya dengan wajah datar. lalu beralih ke arah kiri dimana ia melihat Luhan yang sedang merengut sebal ke arahnya dan itu sengaja ia lakukan jika kalian tahu. terakhir, tepat di tengah Taehyung mengedipkan kelopak matanya, mempertajam penglihatannya dan saat itulah suasana hatinya sedikit terkejut saat melihat sang kakak yang mengulas senyum lega kearahnya.
"Syukurlah kau sudah sadar, saeng..."
"Baek-Baekhyun hyung..." Taehyung mengucapkan nama sang kakak dengan lirih, wajahnya terlihat pucat sama halnya dengan Baekhyun. kedua bibir mereka juga sama-sama kering dan pucat. Dan sebenarnya mereka sama-sama tidak baik, malahan Baekhyun yang sangat buruk karena ia menahan sakitnya yang masih terasa sekarang. Tanpa Taehyung tahu jika sebenarnya Luhan dan Kyungsoo merangkul punggung Baekhyun yang sedikit melorot. Keduanya menahan tubuh mungil itu dengan mereka yang semakin merapat, merasakan bahwa tubuh itu benar-benar lemah karena efek obat berat juga kondisinya yang belum fit.
Taehyung tak tahu jika sang kakak diambang sekarat jika saja sang kakak tak mengulas senyum palsunya. Ini terlihat menyedihkan jika kalian bayangkan, semua nampak tak adil jika dipraktekan. Dimana Baekhyun berusaha agar dirinya terlihat baik, dan menjaga rahasia mengenai sakitnya. Merasa yakin jika suatu hari Taehyung baik-baik saja dan menerima kabar dirinya di masa depan.
Tapi....
Baekhyun juga tak tahu jika Taehyung bisa saja begitu terpukul jika tahu tubuh kaku tak bergeraknya saat suatu hari Tuhan memanggilnya. Mempertemukan dirinya dengan sang ibu, terpaksa meninggalkan sang adik dengan orang-orang yang ia percaya, yang mampu membenahi dirinya menjadi lebih baik.
Hal itu bisa saja terjadi bukan?
"Baekhyun hyung..." Taehyung memanggil kembali, ia nampak meneteskan airmatanya entah kenapa. kedua bola matanya sulit dibaca, dan itu membuat sang kakak kebingungan panik. Apa yang membuat Taehyung menangis? apakah ada yang membuatnya sakit? Hal pertama yang dipikirkan Baekhyun saat ini.
Baekhyun hampir saja menyuruh Luhan untuk memanggil dokter untuk sang adik. hanya saja niat itu tak jadi saat Taehyung menangis dan mengatakan ia rindu ibunya. Hati kakak mana yang tak terketuk saat mendengar sang adik seperti itu, ditambah lagi Taehyung seakan sadar dan memanggil sang ibu dalam tangisnya. Bukan hanya itu saja, bahkan ia memanggil Baekhyun dalam isakannya.
Membuat otak cerdas Baekhyun berputar mencari seluruh jawabannya. Sampai akhirnya kedua bola mata itu berkaca, Kyungsoo dan Luhan semakin mengeratkan rangkulan mereka di punggung namja mungil itu. Tubuh Baekhyun semakin melorot dan mereka berusaha menegakan tubuh itu. Berharap agar Taehyung tak mengetahuinya, membuat sebuah kebohongan kecil hanya untuk kebaikan.
Mereka terdiam dengan perasaan campur aduk, keduanya sama-sama tenggelam dalam drama kesedihan dua saudara tersebut. Isakan lirih terdengar oleh mereka, keduanya seakan membisu menyaksikan kejadian tangis itu. Apakah mereka ikut menangis? ya... tentu saja. Siapapun akan tenggelam dan terhanyut, seperti halnya sekarang dan Baekhyun yang menggigit bibir bawahnya, saat Taehyung menangis sembari memeluknya. Baekhyun yang menahan sakit dan nyeri, berdoa dalam hati agar detak jantungnya tidak terdengar oleh sang adik.
Sudah berapa kali ia menyembunyikan rasa sakit itu? jawabannya sangat banyak...
Hingga Luhan sendiri pun menyembunyikan semua obat dosis besar milik Baekhyun.Obat yang harus dikonsumsi olehnya tepat waktu dan saat kambuh.
Musim gugur terus berlanjut....
............................
.
.
.
.
Waktu menunjukan tengah malam. Namun, nyonya Kim belum kunjung terlelap dalam tidurnya. Di tempat tidur seluas ini di dalam remangnya kamar ia yang membolak-balikan tubuhnya resah. Pikiran menerawang entah kemana dengan pandangan melihat kesamping. Dimana tempat itu merupakan sang suami yang selalu tidur disampingnya. Sayangnya pendamping hidupnya pergi karena suatu urusan pekerjaan dan itu harus dilakukan karena terlalu penting menurutnya.
"Dimana kau saat eomma sekarat." Ucapan Baekhyun terus berputar dalam otaknya, hingga ia tidak bisa memejamkan matanya. Sudah cukup banyak kata-kata yang tersirat kemarahan di dalam otaknya. Nyonya Kim seperti tak merasa lega dihatinya.
"Anda tahu? eommaku tidak pernah memukulku apalagi menampar. Ah... aku lupa anda bukan eommaku, dan aku bukan anakmu." Nyonya Kim sangat gusar ia bahkan mengusap wajahnya bingung. Untuk pertama kalinya ia tenggelam dalam setiap kata Baekhyun yang diucapkan. Emosi dan kesal.... ia melihat hal itu pada anak sambungnya.
"Kenapa?! apakah aku salah. Anda tak melihat cetakan tangan anda di pipi saya? Terima kasih... anda adalah orang pertama yang menampar saya sebagai seorang ibu. Aku yakin eomma tidak akan suka dengan anda, karena menyakiti anak kesayangannya."
Terbangun dengan cepat, saat nyonya Kim semakin tak tenang. Ia meneguk segelas air putih yang sengaja ia siapkan. Dari tegukan pertama hingga tegukan terakhir, dan menyisakan gelas bening yang kosong.
Ia ingat bagaimana Baekhyun yang marah, ia ingat bagaimana Baekhyun yang mengamuk, bahkan ia ingat bagaimana Taehyung terdiam dibentak oleh anak sambungnya, juga ia ingat bagaimana Baekhyun yang frontal menyuruh ia menampar pipinya. Disaksikan oleh semua penghuni rumah termasuk anak kandungnya.
Dan sayangnya Luhan terlanjur marah dengannya. Mengabaikan semua penjelasan darinya, ia pikir ia ibu yang baik. Mencoba lebih baik dengan mendidik semua anaknya. Ini berita yang mengejutkan dari suaminya. Dirinya juga tak menyangka jika Baekhyun melakoni pekerjaan itu, ia juga marah karena Baekhyun seakan mencoreng harga diri suaminya juga adiknya. Bahkan dirinya yang secara sah menjadi garis keluarga disini.
Tapi...
Kenapa hatinya seakan roboh ketika Baekhyun mengatakan ia melakukan hal itu untuk 'eomma'. Sebesar itukah rasa cinta dan sayang Baekhyun pada istri pertama suaminya, hingga namja bertubuh mungil dan sangat periang menurutnya masuk dalam dunia seperti itu. sampai akhirnya ia menampar pipi putih itu dengan tangannya sendiri.
"Apa yang aku lakukan?" berujar lirih sembari memandang telapak tangannya. memejamkan matanya sebentar dan menarik nafas berat. Ia sedikit menyesal karena melakukan hal demikian, tapi apa mau dikata ia melakukan itu untuk suaminya. Istri mana yang tak marah jika harga diri suaminya rusak karena tingkah anaknya. Berusaha memperbaiki dan menegaskan apa yang salah merupakan kewajiban bagi orang tua. Tak ada dosa lantaran untuk tujuan yang baik.
Sadar atau tidak di dalam kamarnya yang gelap, nyonya Kim menenggelamkan seluruh wajahnya. Menekuk kakinya dan memeluk lututnya sendiri. kepalanya seakan pecah dengan rembesan air mata yang datang tanpa diundang. Wajahnya terlihat pucat seperti tak sehat. Ia terus teringat semua kejadian tadi, terakhir dia ingat bagaimana Luhan membenci dirinya.
Itu kedua kalinya Luhan sangat marah dengannya dan malah menjauhinya. Hal itu merupakan hal yang terberat untuknya sebagai seorang ibu. Ibu manapun tak ingin dijauhi oleh anaknya, bahkan dibenci oleh anaknya sendiri.
Itu akan sangat menyakitkan, bagaikan ujung belati tajam yang menusuk jantung.
Tes...
Tes...
Tes...
Air mata itu jatuh juga.....
...................................
"Apa kau merasa baik?" Baekhyun memberikan sup untuk adiknya. Kebetulan Luhan dan Kyungsoo pergi mencari minuman untuk menghangatkan tubuh di cuaca yang dingin ini. walau tengah malam masih saja manusia ini sibuk, mereka bagaikan hewan nocturnal.
Taehyung mengangguk, wajahnya tak sepucat tadi. Cardigan biru menyelimuti dirinya, merasa hangat dan tak selemah tadi. Bau aroma sup masakan kakaknya tercium di hidungnya, ini resep ibunya.
"Makanlah, kau pasti lapar. Kau hanya makan sedikit tadi, ini akan menghangatkanmu dan membuatmu pulih." Baekhyun tersenyum, ia memberikan garpu dan sendok ke arah adiknya. Beruntung dirinya masih menyimpan semangkuk sup yang ia buat diam-diam. Hanya menghangatkannya saja dan nampak habis dimasak, awalnya Baekhyun ingin memakannya tapi mengingat sang adik belum makan banyak niat itu ia urungkan. Mengalah dan membiarkan sup mie udon khas Jepang buatan ibunya untuk adiknya.
"Punya hyung mana?" Taehyung bertanya, manik matanya mengitari meja dimana sang kakak duduk di depannya. Hanya kosong jauh berbeda dengan dirinya yang penuh dengan makanan dan teh hijau hangat.
"Aku sudah kenyang, kau saja yang memakannya."
"Bukankah hyung juga sakit. Kenapa hanya aku yang memakannya, rasanya sungguh tidak adil." Taehyung mendorong pelan mangkuk hangatnya, seakan ia menyuruh sang kakak untuk ikut serta mencicipinya. Baekhyun hanya melihat dan menggeleng pelan, ia juga mendorong mangkuk itu kembali dengan pelan.
"Kau saja, aku memang sangat kenyang. Hyung tidak muat jika harus memakannya, kesehatanmu jauh lebih penting." Tersenyum sangat manis, membuat ia nampak jauh lebih tampan dan manis secara bersamaan. Bagaikan dambaan kaum hawa di dunia.
"Kalau begitu kenapa hyung masuk rumah sakit? Katamu kesehatanku lebih penting. Apakah karena itu hyung mengabaikan kesehatan sendiri. Tae tidak suka, hyung terlalu berlebihan. Tolong jangan pedulikan aku jika hyung saja tidak peduli dengan diri hyung sendiri." Taehyung mengatakan hal itu dengan serius, dirinya menunjukan ekspresi yang sulit dibaca. Ada garis tegas yang menuruni dari ayahnya.
"Tidak ada yang berlebihan jika hyung memperhatikanmu. Kau masih bayi manja dimata hyung dan jangan pernah memintaku untuk tidak mempedulikanmu karena itu hal yang tak bisa hyung lakukan. Hyung tidak bisa berhenti untuk mempedulikanmu."
Taehyung tak habis pikir kenapa sang kakak sekeras kepala ini. Ia saja dibentak sang kakak tadi dan kenapa sekarang ia melihat sang kakak menunjukan sikap yang lain? Membuat Taehyung terasa bolak-balik jiwa dan pikirannya.
"Padahal hyung sekarat, kenapa hyung sekeras kepala ini."
Baekhyun menoleh, menatap mata sang adik begitu dalam. Ucapan Taehyung baru saja membuat dirinya terkejut, apa maksut dari perkataan sang adik. kenapa Baekhyun rasa, adiknya mengetahui sesuatu. Ini membuat hatinya was-was dan terasa takut. Membuatnya tanpa sadar meremat kedua tangannya sendiri.
"Tae, kau?"
"Sampai kapan hyung menyembunyikannya? Aku tidak bodoh hyung, dan Luhan hyung memberikanku sebuah kepastian."
Baekhyun rasanya terhempas, pikirannya ambyar saat sang adik lagi-lagi mengatakan hal itu. Saat itulah Baekhyun bungkam seribu bahasa.
Tes...
Tes...
Ada yang jatuh dan itu bukan cairan biasa. sebuah kelopak yang akan sembab karenanya dan mata yang basah membuat penglihatan sedikit buram. Taehyung yang menitikan air itu tanpa ada niat untuk mengusapnya.
"Kau pikir aku akan senang mendengar hal ini. Kenapa hyung menyembunyikan hal itu padaku, apakah kau ingin membuatku menangis seperti orang gila dimasa depan?"
"......"
Baekhyun bungkam, bibirnya terasa kelu dan kaku. Pikirannya tak bisa memecah hal untuk mendapatkan jawabannya. Ini rumit....
"Jawab aku hyung! jawab aku! Kenapa kau melakukan hal itu. apakah aku memang bukan dongsaengmu lagi! Apa karena aku manja seperti yang kau bilang! Ya, aku labil. Tapi jangan kau buat aku merasa bersalah karena tak tahu kalau kau seperti ini!!"
"Taehyung."
"Aku makan sup ini, ayo makan bersamaku jika hyung mau. Isinya sangat banyak aku tak bisa menghabiskannya hyung."
Taehyung mengalihkan pembicaraan, ia yang mulai emosi dan sedikit tenang saat dirinya memakan sup buatan kakaknya. Ia melahapnya seakan dia memang kelaparan dan Baekhyun melihat hal itu semua. Diam memperhatikan adiknya yang menundukan kepalanya, memakan sup itu dengan cepat seperti tanpa mengunyahnya. Hanya satu yang menjadi titik perhatian Baekhyun.
Hanya satu...
Air mata Taehyung yang jatuh di dalam resep sang ibu.
Jangan tanya bagaimana hancurnya hati Baekhyun. Merasa gagal menjadi seorang namja dengan panggilan 'kakak.'
............................
Tbc...
Bagaimana menurut kalian mengenai chapter ini, apakah kalian merasa cocok dengan chapter ini? adakah yang masih menunggu kelanjutannya. Karena semakin lama konflik semakin krisis dan akan terjadinya penyelesaian. Tinggal bumbu cantik supaya ff ini masih rame di saat terakhir chapter.
Jangan lupa vommentnya ya, semoga kalian terhibur dengan fanfic ini. tunggu moment vbaek dan tunggu kelanjutan aksi Luhan juga Kyungsoo yang mungkin akan coming soon dalam ff ini.
Bahagia selalu....
Sorry, typo bertebaran dan kegajean melintas.
Gomawo and saranghae...
#el
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro