
어머니 때문에 울다. (33)
" Bukan terakhir, namun awal untuk menjalani hari dan takdir..."
.
.
.
.
....................
05.00 Pagi, KST
Subuh menjelang, bau kepulan asap yang wangi tercium sudah. Suara air panas yang menguap, membuat bunyi khas dari teko air berbahan alumunium di atas kompor itu bergerak pada tutupnya.
Menyeduh....
Dengan cepat kedua bibir itu menggigit satu sachet coklat bubuk dari supermarket. Sembari menyiapkan satu cangkir ditangannya. Oh, jangan lupakan kepulan asap lainnya di sebuah wajah pemasak yang berisikian kuah sup yang mengepul. Menunggu kematangan yang sempurna pada daging ayam yang direbus dalam rerempahan itu.
Sesekali bibir itu bersenandung merdu. Melangkah kesana kemari untuk menyiapkan sarapan. Seperti kebiasaan yang ia lakukan di Jepang. Bersama ibunya, ketika mereka hidup bahagia hanya berdua.
Byun Baekhyun...
Dia merasa sehat dan bisa berjalan seperti biasanya. Tanpa kursi roda ataupun alat bantu lainnya, merasa jantungnya tak sesakit kemarin membuat namja bertubuh mungil itu senang. ia tak akan merepotkan adiknya bukan?
Sembari menunggu ayo memasak bersama Baekhyun, kini kita alihkan pada seseorang yang terlelap disana. di bagian ruang apartement atas tepatnya.
Seonggok tubuh yang beringsut dalam selimut yang berantakan. Ditambah dengan rambut acak-acakan yang luar biasa, seperti terkena badai topan. Air liur yang menetes diatas bantal hingga membentuk pulau. Jangan lupa wajah tampan yang terlilah lelap dalam kantuknya. Melupakan fakta bahwa dia adalah artis muda yang terkenal di negeri Gingseng.
Bisa kalian bayangkan bagaimana Kim Taehyung saat ini. Tidur dengan posisi demikian dan menghabiskan waktu yang banyak, jika kalian bertanya bagaimana dengan Baekhyun semalam? Oh.. kalian tenang saja, seakan terencana nyatanya Luhan memiliki apartement dengan segudang kamar yang luas. Baekhyun tak perlu repot-repot tidur di sofa dan membiarkan tubuhnya remuk di pagi harinya.
Meskipun Taehyung sempat menawarinya tidur bersama, setelah mendapatkan hidayah yang entah kenapa setelah pertemuan yang menegangkan di rumah sakit itu.
Ngomong-ngomong Baekhyun juga tidak mau mengganggu privasi sang adik yang memonopoli hampir semua ranjang tempat tidur dalam lelapnya. Kemungkinan besar Taehyung tidur dengan tidak elit karena kelelahan.
"Nghhhhh...." bibir itu bergerak mengerucut, pahatan bak pangeran itu terlihat menggemaskan dengan aksen seperti itu. tertidur dengan tubuh tengkurap, dan sebelah pipi kanan yang tertutup bantal. Keadaan yang acak-acakan bak kapal pecah adalah ciri khas tidurnya. Sesekali Taehyung menggerakan tangannya, memeluk guling di sampingnya. Atau paling parah mengangkat sedikit pantatnya, tanpa sadar. Tidur dengan cara seperti ini memang sudah biasa bagi Taehyung dalam tidurnya. Hanya saja dia tidak sadar bagaimana nistanya saat dia terlelap.
"Tae pesan ramyeon, bukan kimbab. Aku tidak suka, nghhh..." kedua bibir itu bergerak mengomel, dengan mata terpejam dan menggaruk kepalanya yang gatal. Sesekali Taehyung menggeser tubuhnya. sepertinya dalam mimpinya, Taehyung sedang bermimpi memesan makanan di sebuah resto. Atau berbicara dengan seseorang dalam mimpinya.
"Hikkkksss..... kalian jahat menjahiliku, hari ini bukan ulang tahunku, eoh..."
Rengekan seperti anak kecil, ekspresi merengut dalam tidurnya sontak membuat siapapun banting setir terpingkal karenanya. Rupanya Taehyung seperti ini jauh lebih lucu ketimbang Taehyung biasanya. Hilang sudah jiwa keras kepala dan dewasanya jika dia sedang mengigau. Mungkin saja Baekhyun sempat tahu saat pertama kali tidur satu kamar dengan sang adik.
"Jangan mengaturku, aku tidak suka diatur mmmmm.... ngomong-ngomong aku suka itu." Taehyung melakukannya lagi, tanpa sadar dia menggaruk pipinya yang gatal. Kedua bibirnya mengecap, sesuatu yang wajar dilakukan manusia dalam tidurnya.
Menjadi sebuah pertunjukan lucu bagi dia yang menyandarkan diri di sisi pintu kamarnya.
Byun Baekhyun yang menekukan kaki kanannya pada kaki belakang kirinya. Tersenyum menahan tawa, dengan menepuk jidatnya. Antara kesal dan ingin memukul pantat adiknya, menggemaskan tapi... entahlah sulit diutarakan bagi namja bermarga Byun itu. sempat terlintas dipikirannya untuk merekam tingkah sang adik saat ini. hanya saja rasa kasihan mengalahkan segalanya, membuat Baekhyun urung melakukannya lantaran ia tahu jika Taehyung pasti tidak suka jika tau hal ini. atau lebih parahnya hubungannya dengan sang adik kembali memburuk, dengan sikap Taehyung yang pemarah dan suka kesal pada sesuatu yang menyakiti hatinya.
Baekhyun tak sadar jika sang adik yang dewasa ini masih sama seperti anak kecil. Hanya saja, tubuh itu terlalu cepat besar dan tinggi. Pikirnya... berbanding terbalik dengan tubuhnya yang mungil, malah Baekhyun merasa seperti adik Taehyung jika dilihat dari tinggi badannya.
Seperti inikah anak pertama yang tersalip tumbuh ke atas.
Jujur saja mungkin sebagian orang menganggap tubuh mungil dan pendek adalah anugerah yang patut disyukuri seperti yang dilakukan Baekhyun. tapi, ada juga yang menganggapnya sebagai kutukan. Itu menurut orang-orang yang beraliran pikiran pendek.
Oke lupakan....
Tak terasa waktu berjalan lima menit, ini tandanya jika Baekhyun harus turun kembali dan memeriksa supnya. Bisa dicium olehnya aroma dari ujung tangga, kaldu ayam yang mengugah selera. Terasa sedap dan nikmat, ketika kaki itu berada di ujung bawah. Dengan cekatan tangan itu mengambil sendok yang sengaja ia taruh di atas meja. Menghampiri panci sup yang panas dan menguap.
"Cha! Ini sangat enak." Kedua mata itu berbinar, dengan dua tangan yang menggenggam hore. Sukses membuat sup warisan sang ibu adalah kebanggan tersendiri bagi Baekhyun. ya, tak sia-sia ibunya meninggalkan bakat memasak pada putra kesayangannya. Hidup tak selamanya menjadi anak kecil, itulah pikiran sang mendiang.
"Sup, telur gulung, nasi dan...." Baekhyun menimang, mengecek makanan yang tak seberapa di atas mejanya. Berpikir keras apakah ada sesuatu yang kurang.
Sebenarnya bisa saja Baekhyun memasak makanan lain dan lebih banyak lagi, tapi melihat kondisi bahan makanan yang seadanya membuat namja berstatus sebagai kakak itu pintar-pintar mengolahnya. Pantas saja, karena memang apartement ini jarang dipakai, untuk apa menyimpan banyak makanan. Pastilah Luhan akan menempati tempat ini jika ada urusan.
Jujur saja Baekhyun sebenarnya sedikit iri...
"Kapan aku diberikan apartement sendiri?"
Jujur saja Baekhyun merasa iri. Karena ayahnya memberikan Luhan apartement. Sementara dia, yang merupakan anak kandungnya saja tidak mendapatkannya walau secuil.
Sepintas Baekhyun menggeleng kepalanya, ia merutuki kebodohannya. Bodoh karena dia iri dengan orang lain. Padahal, mendiang ibunya mengajarkan untuk tetap mensyukuri apapun itu. tentu saja sebagai anak yang baik, Baekhyun akan selalu mengingat nasihat sang ibu. Bahkan menahan hasrat untuk bertemu ayah dan adiknya, Baekhyun lakukan. Lantaran ia takut sang ibu akan bersedih, seperti dulu....
"Baiklah kalau begitu aku akan membuat dua teh hangat untukku dan untuk Taehyung." Namja tampan itu tersenyum, membuka lemari kayu diatasnya. Mengecek isi toples yang ada, gula dan kopi hanya itu yang ditemukan. Mengerutkan keningnya sembari meneliti dengan netranya. Jika seperti ini Baekhyun terpaksa menggunakan uang tabungannya untuk membeli bahan pokok disini.
"Hhhhh... sepertinya aku harus berbelanja. Apakah aku menyiapkan air putih saja? aku tidak suka kopi hitam." Cibirnya, menatap satu toples kopi hitam ditangannya. Tidak suka, dengan apa yang menjadi hidangan minumannya. Sadar jika dia menjauhi apa itu kopi hitam karena kesahatannya dan juga...
Rasa pahitnya....
..............................
"Dimana Taehyung, kenapa dari kemarin aku tidak melihatnya?"
Acara makan pagi yang sepi terpecah saat kepala rumah tangga itu bersuara. Membuat ibu dan anak yang sibuk dengan garpu sendok mereka melirik ke arah pria dengan jas kantornya.
"Omo... aku juga tidak melihat Baekhyun dari kemarin. Luhan apa kau melihat mereka berdua nak?" sadar jika acara makan pagi kali ini kurang dua personil, membuat wanita cantik itu khawatir. Bahkan dia mengecek ponsel di atas mejanya, siapa tahu jika salah satu atau kedua anaknya menghubunginya.
"Taehyung kemarin malam tampil di konser pembukaan. Bersama Baekhyun yang menemaninya eomma."
"Baekhyun? tapi kenapa Taehyung tidak memberitahu padaku. kalau iya, eomma bisa datang begitu juga dengan appamu." Tersirat wajah sedih pada wanita cantik tersebut, merasa tidak enak lantaran tak datang di acara penting sang anak.
"Tak apa eomma, mungkin acara itu hanya bisa mengundang satu orang. mungkin juga Taehyung sengaja mengajak Baekhyun, bukankah itu hal bagus eomma. Hubungan mereka semakin baik bukan?" senyum manis yang terulas, mengunyah cake salah satu restirant langganan sang ibu.
"Ne, kau benar... aku senang jika mereka baikan. Itu tandanya, ada perkembangan baik dalam keluarga ini." seru sang ibu, ia tersenyum dengan snagat cantik. Sampai pada akhirnya senyum itu perlahan memudar lantaran menangkap wajah serius dan tak suka sang suami. Membuat Luhan melihatnya dalam diam dan datar, berpura-pura menikmati makanannya.
"Apa kau pikir selama ini keluarga ini tidak baik, istriku?" lagi-lagi kepala rumah memecah suasana senang tersebut. membuat sang istri terkejut sekaligus takut hanya karena satu pertanyaan tak terduga. Dan Luhan dia cukup sabar dengan sikap ayahnya.
"Bukan begitu suamiku, hanya saja aku senang melihat Baek dan Tae akur. Semenjak kita membawa Baekhyun ke sini, bukankah Taehyung terlihat tak suka pada kakaknya. itu bukanlah hal baik, karena disini Baekhyun melakukan tugasnya dengan baik. Hanya saja Taehyung memang keras kepala. Aku disini hanya ingin Baekhyun betah dan tinggal bersama kita, bukankah menyenangkan jika anak kita berkumpul. Apalagi Luhan sudah menyelesaikan study nya dan tinggal disini bersama kita."
Istrinya berkata sangat lembut, menjaga agar sang suaminya tak salah paham dan emosi. Seperti beberapa waktu yang lalu.
"Kita sudah sepakat bukan, memperbolehkan anak itu tinggal disini sampai akhir musim gugur. Kita tidak bisa membiarkan dia tinggal disini lebih lama, karena dia juga punya rumah di Jepang." Mengambil serbetnya, tak menatap istrinya dan sibuk memasukan nasi ke mulutnya.
Sepertinya akan menjadi perbincangan yang menegangka kali ini.
Mendengar hal itu membuat sang istri salah tingkah, pasalnya ia memang sepakat dengan usulan suaminya. Tapi, disisi lain wanita cantik itu tidak tega jika membiarkan Baekhyun pulang ke Jepang dan tinggal sendiri. ia tidak enak dengan mendiang istri pertama suaminya, biar bagaimanapun ia juga menyayangi namja mungil itu seperti dia menyayangi anak kandungnya.
"Suamiku, apa kau tidak kasihan dengan Baekhyun? dia tinggal sendiri di Jepang. Jujur aku merasa tidak enak dengan mendiang ibunya. Aku pikir kita bisa mengubah kesepakatan itu, kita bisa memperbaharui berkas dan menambahkan Baekhyun anggota kita." Sebuah usulan yang bijak dan baik kedengarannya.
Hanya saja, ada ketidaksetujuan dari tingkah laku sang suami yang hanya datar dan menaruh sumpitnya malas.
"Kau tidak pernah bertemu dengan istriku pertamaku. Jangan berharap jika usulanmu aku terima begitu saja, Baekhyun tetap berstatus sebagai anakku tapi dia tidak berhak tinggal dalam ruangan yang sama dengan keluarga ini." final tuan Kim. Ia rasa jika sang istri banyak berbiacar pagi ini.
Sudah ia duga, ternyata apa yang menjadi dugaannya tak meleset. Nyatanya sang suami memang tidak bisa diajak kerjasama. Itu membuat relung hati wanita cantik itu terukir dengan nama kecewa. Sungguh, ia tidak akan menyangka jika sang suami tega berkata seperti itu.
"Maafkan aku, aku hanya ingin menjadi ibu yang baik bagi anakku." Sesalnya, membuat sang istri menunduk kepalanya. Sedih dan sendu tentu saja ada, terlebih Luhan menahan emosi sampai menggemerutuk giginya. Memegang garpunya dengan kuat, dan tatapan tajam terarah kepada ayahnya. Oh ayolah, Luhan muak melihat ayahnya menyakiti ibunya.
'mungkinkah ini yang dilakukan ayahnya selama ia di luar negeri? Menyakiti ibunya dan menyepelekan sang ibu?!' pikirnya, dan ingin sekali Luhan membantai sang ayah jika ia tidak ingat apa itu dosa.
Tapi bukan Luhan namanya jika dia tidak berani berkoar.
"Maaf menyelamu appa, tapi bukankah eomma selalu menyetujui pendapatmu. Tapi kenapa engkau tidak mau menyetujui pendapatnya, bukankah pendapat eomma sangat bagus." Menampilkan senyumnya, senyum seorang bermarga Xi. Dilihatnya sang ayah yang hanya menatap datar ke arahnya.
"Tidak semuanya pria menyetujui pendapat wanita Luhan anakku." Nasihat yang bijak menurutnya. Tapi tidak dengan anak muda yang ada disana.
"Tapi seorang pria juga tidak boleh egois bukan?"
Skakmat! Ungkapan mematikan dari Luhan, membuat ibunya melongo terkejut. Rupanya sang anak nekat berkata demikian, membuat suasana semakin tegang saja.
"Kau pikir appa egois, begitu?"
"Tidak juga, hanya saja appa yang membuat aku berpikir demikian." Menghabiskan cake terakhir di garpunya. Mengulas senyum tampannya, di depan orang tuanya.
"Kau akan mengerti jika kau menjadi kepala rumah tangga, Luhan."
Sepertinya acara makan pagi ini telah usai, tanpa diminta sang ayah bangun dari duduknya. Meninggalkan sisa makanan di atas piring dan meja disana. membuang serbet secara sembarangan dan hampir mengenai sup dalam mangkuk tersebut. sepertinya tuan Kim tidak ingin berdebat dengan putra tirinya, lagi.
Meninggalkan anak dan ibu itu dengan posisinya.
"Luhan..."
Sang ibu menyentuh punggung tangan sang anak, dilihatnya dengan tatapan khawatir dan mendayunya. Membuat sang anak hanya bisa tersenyum menyembunyikan sakit dihatinya. Tidak ada yang lebih menyakitkan dari pada melihat sang ibu yang sedih.
Kapankah ibunya bahagia...
Selalu saja pertanyaan itu terlintas dalam otaknya. Bagaikan sebuah jeratan narkoba, tanda tangan di atas kertas dengan janji suci terucapkan saat itu. membuat sang ibu harus hidup bersama pria yang sebenarnya tak dicintainya. Luhan tahu... ia tahu bagaimana kehidupan sang ibu di masa lalu. Hanya karena mencari status punya ayah untuknya, membuat sang ibu rela menikah tanpa dasar cinta.
Pastinya itu menyakitkan dan juga memuakan karena peninggalan sang ayah yang diwariskan pada ibunya harus ikut di dominasi oleh ayah tirinya.
Lalu apakah Luhan boleh merebut haknya juga hak ibunya, karena dia telah dewasa?
Sudah lama Luhan menantikan hal ini....
Dan cukup pintar memang sang ayah, yang terus memaksa dia untuk kuliah di luar negeri. Agar Luhan tak bisa melihat apa yang dilakukan sang ayah tiri dalam meneruskan bisnis sang ayah.
Dalam benaknya, ia berharap. Semoga ia bisa menyalakan api yang padam. Hanya memerlukan sebotol minyak dan BOOMMMM!! Api berkobar....
Ya, kita tunggu saja...
............................
"Wow ini enak... sudah lama aku tidak makan sup seenak ini." dengan lahap Taehyung memasukan sup yang hangat itu di dalam mulutnya. Membuat Baekhyun yang duduk di depannya, tersenyum senang sekaligus bersorak gembira. Tak ada penolakan dari adiknya lagi.
"Kau suka?" Baekhyun kembali bertanya, ia juga sama antusiasnya dengan sang adik. Terlebih Taehyung mengekspresikan kelezatan yang terlihat sangat mengesankan. Seperti melupakan fakta bahwa sang adik belum sempat mandi dan langsung mampir ke meja ini.
"Kalau begitu habiskan, hyung senang kau suka Tae." Memberikannya lagi, Baekhyun menambahkan sup itu dalam mangkuk Taehyung yang hampir habis. Ia senang jika hasil jerih payahnya dihargai seperti ini.
Taehyung mengangguk, bahkan mulutnya penuh dengan nasi dan sup penuh rempah tersebut.
"Ini seperti buatan eomma, hyung." ucapnya tanpa sadar.
Terpatri jelas raut bahagia itu, melihatnya membuat Baekhyun ikut senang. namun....
tak sadar jika baru saja Taehyung berkata seperti itu. membuat dia...
"Tae kau kenapa?"
Merasa aneh dengan sikap sang adik, yang menaruh kedua tangannya di atas meja dengan sendok dan garpu pada tangannya masing-masing. Melihat wajah sendu sang adik membuat Baekhyun menepuk pundaknya. Berpikir keras apakah ia ada salah hingga membuat sang adik demikian?
"Tae rindu eomma." Lirih dan serak.
Definis kesedihan sesungguhnya. Sungguh Taehyung tak bohong kali ini, ia menangis tanpa sadar. Mengingat wajah sang ibu membuat ia merindukan seseorang pagi ini. apalagi rasa sup ini sama dengan santapan masa kecilnya. Masa dimana dia hidup dengan kesederhanaan dan bahagia di tengah-tengah ayah, ibu dan juga kakaknya.
"Tae..."
Sesak dan sedih. Baekhyun juga merasakannya, sadar jika Taehyung tak seberuntung dengannya.
"Aku sangat merindukan eomma, bahkan aku belum pernah bertemu dengannya setelah appa dan eomma bercerai ." Kepala itu tertunduk, menyembunyikan kelopak yang mulai sembab dengan hidung memerah. Mengusap air mata dengan punggung tangannya, satu-satunya yang Taehyung ingat adalah....
Nyanyian nina bobok sang ibu yang menidurkannya. Juga gendongan sang ibu dipunggungnya dengan sang ibu yang berlari di hamparan lapangan yang luas. Tepat di ulang tahunnya lah Taehyung mendapatkan rajutan syal yang dibuat sang ibu. Syal berwarna biru tua yang cantik dan halus. Taehyung menyukainya... hingga selalu memakainya hampir setiap hari.
"Dia juga merindukanmu Tae." Baekhyun menepuk pundak sang adik, memberikan kekuatan pada adiknya. berharap tepukan itu mampu melegakan hatinya.
Tes...
Tes...
Air mata itu jatuh, bahkan sampai mengenai sup yang ada di bawahnya. Tubuh itu juga ikut bergetar. Dengan cepat Baekhyun bangun dari duduknya, menempatkan posisinya di samping sang adik dan memberikan pelukan kasih sayang seorang kakak. Menenangkan hati sang adik dengan ucapannya. Berharap jika adiknya tak menangis, karena Baekhyun yakin jika sang ibu sudah bahagia disana.
Taehyung butuh sandaran, ia ingin menangis di dalam dekapan seseorang. Ketika kecil jika dia jatuh dan menangis karena sakit, maka sang ibulah yang datang pertama kali. Menggendongnya dan memberikan pelukan penenang bak perlindungan untuknya. Atau sering sekali sang ibu memberikan dia candaan gurau agar tangisnya mereda dan terganti tawa khas seorang anak. ingatan itu berputar sekarang dan malah membuat Taehyung semakin menangis.
"Hyung hikkkssss.... aku rindu eomma, hikkssss.... hikksssss..." runtuh sudah pertahanan itu. kamus seorang laki-laki tak boleh menangis menguap begitu saja, jika ada kata yang bersangkutan dengan ibu dan kehilangan adalah pendobrak paling ampuh bagi seorang laki-laki untuk menangis.
Untuk kesekian kalinya...
Ini membuktikan bahwa, seorang laki-laki akan menangis jika itu bersangkutan dengan ibu...
Taehyung buktinya, menjadi cengeng dan banjir air mata tak salah karena ia begitu rindu dengan wanita yang melahirkannya. Tak sempat menjenguknya, tak sempat melihat, memeluknya, dan datang ke pemakamannya karena alasan yang tak bisa ia patenkan.
Ia rindu...
Sangat rindu...
Ini menyakitkan bagi hatinya....
Baekhyun tak tahu harus apa, ia tahu betul perasaan adiknya. ia juga sama dengan adiknya merindukan ibunya. Tapi, Baekhyun tahu jika Taehyung lebih berat dengan rasa ini. itu juga yang membuat Baekhyun tak berani bersuara. Membiarkan adiknnya menangis dan membalas pelukannya. Biarlah dia menampung air mata dan suara isak itu, karena tak akan pernah sekalipun seorang kakak mengumbar aib saudaranya yang menangis pada orang lain. Tak pernah...
Dan selamanya...
Membiarkan semua itu berjalan semestinya. Membiarkan isakan itu mereda dengan sendirinya, dengan sabar dan telaten Baekhyun menunggu sang adik.
Menunggu, apa itu ketenangan...
Ingin sekali memiliki kakak seperti Baekhyun.
Apa kalian ingin?
.....................................
Tbc...
Selamat siang dan selamat minggu, bagaimana kabar kalian semua. apakah kalian baik-baik saja? kudoakan kalian bahagia selalu.oh ya siapa yang udah nunggu kelanjutan fanfic ini tolong angkat jari kalian. Biarkan author tahu siapa peminat shipper vbaek.
Oh ya menurut kalian jalan cerita ini garing gak? Udah aku tampilkan moment vbaeknya, dan perlahan moment tersebut akan bertambah. Mungkin fanfic ini akan memiliki chapter terpanjang karena author rasa jika satu chapter dibuat 5k sangat mustahil. Karena mungkin kalian akan jenuh dan capek membacanya hehehe...
Dan untuk menghindari hal tersebut, makanya author sengaja membaginya menjadi maksimal 3k agar pas sesuai takaran hehehe.
Maaf jika updete lama, aku usahakan supaya bisa lebih rajin up. Tergangtung sikon ya, hehehe....
Sekian dari saya, kecup cinta dan sayang.
Jangan lupa jaga kesehatan dan bahagia selalu....
Gomawo and saranghae...
#el
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro