세 번째의 반란 ( 48 )
"Di saat daun gugur, apakah aku akan mengalaminya juga? gugur dalam kedamaian ataukah penyesalan yang tak berarti?"
.
.
.
(Author **** POV)
Kim Taehyung berlari seperti dikejar setan, nafasnya tersenggal dan dirinya hampir tersandung berkali-kali. Beberapa kali menuruni tangga dengan sedikit sempoyongan, cukup jauh karena dirinya berada dilantai atas dan berlari di bawah. Tubuh kurusnya juga beberapa kali menghindar dari orang-orang yang melewatinya.
Membuat pandangan heran sekaligus kesal untuknya karena mengganggu ketenangan umum. Dalam otaknya ia berpikir apa yang terjadi dan terjadi. Tak menyangka jika ceritanya akan seperti ini.
"Hei dude! Bisakah kau hati-hati, kau hampir membuat istriku jatuh!" protes seorang pria yang kini menahan tubuh istrinya, hampir saja wanita yang habis melahirkan itu terjungkal di belakang karena ulah Taehyung. Merasa bersalah namja muda itu membungkuk hormat meminta maaf atas keteledorannya. Ia juga tak bisa berpikir jernih, membuat segala aksinya terasa buru-buru.
"Maafkan aku, sungguh maafkan aku." Pintanya setelah itu ia berlari kembali dengan tergesa-gesa meninggalkan pria yang membentaknya tadi. Sementara pria tersebut menggelengkan kepalanya dengan wajah masam lantaran tahu anak jaman sekarang sangat kurang sopan santunnya.
Perjalanan Taehyung terasa panjang meski beberapa koridor lagi ia akan sampai dimana sang ibu berada. Beruntung ia berada di rumah sakit yang sama dengan kakaknya, awalnya Taehyung berpikir menaiki lift saja. Namun, ia merasa hal itu akan lama karena begitu banyak orang yang memakai. Ia hanya ingin memastikan bahwa apa yang ia dengar ini adalah sebuah kesalahan, bercanda boleh saja tapi jika seperti ini Taehyung rasa tidaklah lucu.
"Koridor Daekgu." Taehyung membaca, ia melihat tulisan koridor yang dipastikan disanalah mereka. Bergegas lari dengan menambah kecepatannya, ketika ia sudah melewati beberapa ruang dengan suara langkah kaki yang bergetar setiap ketukannya. Melewati satu belokan kanan, dari jarak beberapa meter saja ia sudah melihat seorang wanita yang menangis dengan pria yang kini disampingnya sekedar menenangkannya.
Itu ayah dan ibunya...
"EOMMA! APPA!" Taehyung sudah berteriak dari sana. Membuat kedua orang tuanya menoleh dan ibunya yang memanggil anak tirinya dengan isakan. Berdiri dan terlihat wajahnya semakin sendu. Tentu saja membuat artis muda itu semakin risau. Tak biasanya ia melihat sang ibu menangis berantakan seperti itu.
"Taehyung hikkksss.... hikkkksss... hikksss...." sang ibu menangis, kedua tangannya membentang dan Taehyung menubruk ibunya dalam pelukan. Pemandangan haru saat sang anak mendekapnya, lama-lama ia merasakan sang ibu melorot dalam pelukannya. Bagaimana tidak? Kenyataan yang terima justru menjadi pukulan terberat baginya, ia merasa kehilangan daya untuk berdiri dan membiarkan Taehyung menopangnya. Sang anak tentu saja mengikuti bagaimana ibunya saat ini. Taehyung bisa jelas mendengar bagaimana hancurnya sang ibu melalui isakannya. Sadar atau tidak ia tentu saja ikut berkaca di kedua bola matanya.
"Eomma, apa yang terjadi. Eomma bohong kan? Lu-Luhan hyung dia..." Taehyung tak tahu ia harus percaya atau tidak. Ia berharap jika apa yang ia dengar ini adalah kesalahan, apalagi beberapa jam lalu ia sempat berbincang dengan sang kakak langsung. Mana mungkin dia....
"Eomma, tolong jawab aku. Luhan hyung baik saja kan? Eomma!" Taehyung terpaksa meninggikan suaranya. Ia juga tak bisa menahan rasa penasarannya, menggerakan sedikit bertenaga kedua bahu sang ibu. menatap kedua mata sang ibu yang enggan melihatnya. Kenapa ibunya malah semakin menangis dan tak mau menjawab dirinya sementara dia saja sudah kalut. Kenapa takdir begitu jahat, membuat kedua kakaknya terbaring di rumah sakit yang sama. Apakah ini adalah hukum karma untuknya? Rasanya Taehyung sulit untuk menerima semua ini.
"Hikkksss... hikkkssss.... hikkssss..." sang ibu tak sanggup, hatinya masih bergetar sakit dan sesak. Pertanyaan sang anak hanyalah suara sendu di telinganya, ia butuh waktu untuk menenangkannya itu saja.
Sementara disana sang ayah masih berdiri memperhatikan anak bungsunya. Tatapan datar nan dingin seperti biasanya tak ada raut kesedihan seperti istrinya. Taehyung bertatap langsung dengan sang ayah tanpa sengaja. Wajah tegas itu tak mencerminkan perasaan apapun, membuat si bungsu terheran dan mendadak kesal. Apa yang terjadi dan kenapa sang ayah hanya diam? Jikapun ia khawatir setidaknya dia tak kaku seperti ini. Apakah hanya Taehyung yang menyadari sifat sang ayah sesungguhnya?
"Appa, katakan padaku kenapa Luhan hyung bisa disini. Apa yang terjadi padanya appa." ucapnya dengan nada serius, dengan perlahan sang anak berdiri tak lupa membantu ibunya di dalam dekapannya. Jika ia tak mendapatkan jawaban dari sang ibu, ia harap ayahnya tak memberikan jawaban yang mengecewakan.
Sang ayah terdiam sejenak, menatap garis wajah yang diturunkan olehnya dan ibunya secara bersamaan. melihat si anak bungsu yang sekarang sama halnya dia menghadapi Baekhyun yang keras kepala dan menantangnya. Perbedaan yang mencolok sejak ia kenal dengan sang anak, ketika ia selalu menundukan kepalanya dan berkata sopan. Bahkan untuk meminta sesuatu padanya sang anak akan terlihat was-was dan hati-hati. Berbeda dengan sekarang yang ia rasa jika Taehyung menjadi keras kepala.
Taehyung melepaskan pelukan sang ibu dengan pelan. Kini atensinya berpusat pada sang ayah, menatap dengan tatapan yang sulit diartikan. Wajah tegas dan bibir yang akan berbentuk kotak tersebut mendadak menjadi dingin dan mematikan. Maju beberapa langkah untuk memotong jarak antara dirinya dengan sang ayah.
"Appa, apa kau yang melakukannya?" Taehyung tak tahu mana yang benar dan mana yang salah, tapi nalurinya merasa jika terlukanya sang kakak itu karena pria di depannya. Ia juga curiga dengan ayah kandungnya, karena beberapa hari ini ia juga mendengar sang kakak tiri dengan ayahnya ribut. Apakah terjadi sesuatu dan membuat Luhan terbaring di ruang perawatan semua itu karena perbuatan pria yang hormati ini?
"Luhan tertembak dan appa tak tahu siapa yang melakukannya."
"Apa?!! Luhan hyung tertembak dan appa tidak tahu!!" Taehyung mendadak murka, kedua tangannya dengan cepat meremat kerah baju sang ayah. Wajahnya sudah menunjukan emosi yang tak tertahan, bagaimana giginya gemelutuk. Bagaimana merah padamnya wajah itu sementara sang ayah serasa tak berpengaruh dengan sang anak yang hendak menghakiminya.
"Apa yang akan kau lakukan? Kau menuduhku karena aku mencoba membunuh kakakmu?!" tuan Kim tetap bersikap tegas, seolah ia bukan tersangka dan tak melakukan hal salah. Siapa yang menyangka jika ada noda merah darah di bajunya dan Taehyung juga menyadarinya setelah meneliti setiap inci fisik sang ayah.
Ketegangan terjadi di depan sang ibu, membuat wanita berdarah Cina itu meminta sang anak untuk tidak mengintimidasi sang ayah. Apalagi keduanya menjadi objek perhatian beberapa suster dan pasien lainnya. Meminta dengan memohon diantara tangisnya adalah salah satu kelemahan Baekhyun jika ia dengar hal ini. Tapi, bukan Taehyung namanya jika ia merasa iba secara langsung. Jangan lupa akan satu hal, ada gen sang ayah di dalam tubuhnya. Dimana sifat keras kepala sang ayah diturunkan padanya.
"JIKA BUKAN APPA SIAPA LAGI, APA AKU BODOH UNTUK DIBOHONGI, HAH!!" Taehyung menyembur ia bahkan tak peduli akan sopan santun yang selalu ia berlakukan dalam hidupnya. Entah kenapa kedua tangannya ingin sekali menghajar pria di depannya jika ia bukan ayahnya. Dengan sekuat tenaga kedua tangannya mengepal erat menahan semua emosi yang sejak tadi sudah membubung dalam otaknya. Nampak sekali kedua kepalan itu memutih.
"Taehyung, tolong jangan buat keributan di tempat ini nak!" pinta sang ibu, ia berusaha memisahkan jarak antara sang anak dengan suaminya. Dan ini terlalu sulit karena sang anak enggan dan beberapa kali menatap tajam ke arah suaminya juga dirinya. melihat sisi lain Taehyung membuat dirinya tak menyangka jika si bungsu akan menakutkan seperti ini jika sudah marah.
"Eomma, kumohon jangan buat aku membentakmu. Aku ingin tahu dari mulut appa, siapa yang salah dan siapa yang benar."
Ada penekanan di akhir kalimat saat Taehyung mengatakannya. Ia menatap begitu tajam kedua mata ayahnya ia menantang dan keras kepala. Sudah ada di dalam dna-nya. Dalam benaknya Taehyung bertanya pada dirinya sendiri. seperti inikah emosi yang ingin dilepaskan kakaknya, Baekhyun. Jika diingat bagaimana gamblangnya Baekhyun marah dan mengamuk, Taehyung sadar jika rasanya akan sekesal ini. Memuncak dan rasanya sangat tidak baik untuk hati dan pikirannya.
"Jadi appa, aku mohon dengan sangat. Kenapa Luhan hyung bisa tertembak? Apa kau pelakunya appa..." disisi lain ia berharap jika sang ayah bukan tersangkanya, disisi lain ia juga tak berharap dirinya bersikap seperti ini pada beliau. Tapi kenapa justru semua semakin rumit, aneh rasanya sang kakak tertimpa musibah setelah bertemu dengan ayahnya. Bukan bermaksud berprasangka buruk tapi...
Apakah ia bisa menjadi anak dari seorang pembunuh?
"Jika kau hanya menyangka dengan nalurimu kau salah, kau hanya butuh bukti nyata untuk percaya. Jika kau anakku kau harusnya percaya, apakah kau masih berpikir bahwa aku pelakunya." Sang ayah menatap dalam anaknya, ia memaksa sang anak untuk berpikir keras. Sesuatu hal yang dibenci Taehyung jika sang ayah justru meminta ia melakukan hal itu.
"Berhentilah bertele-tele. Aku hanya membutuhkan jawaban ya atau tidak!" menarik dengan sedikit keras kerah lehernya, membuat sang ayah tersentak ke depan dan kini tubuh depan anaknya menempel di jas noda darah merahnya.
Tak langsung menjawa pertanyaan sang anak, ayahnya justru diam dan menatap dingin pada si bungsu.
"Apakah itu darah Luhan hyung, apakah kau sudah melakukan hal yang membuatku takut appa. Berapa banyak lagi anak yang akan kau korbankan, hah!" Taehyung sedikit murka ia masih bisa menahan gejolak emosinya. Sementara sang ibu menggeleng menangis meminta Taehyung cukup dan melepaskan kerah ayahnya. Ia takut jika sang anak kelepasan dan justru melakukan hal yang tidak-tidak.
"Kau berpikir seperti itu? bukankah kau memang sulit mempercayai sesuatu tanpa melihatnya secara langsung." Ucap sang ayah dengan segala raut wajah yang sulit ditebak. Tentu saja membuat Taehyung semakin bingung dengan maksud ucapan ayahnya yang seperti memberikan sebuah teka-teki.
"Sebenarnya apa yang terjadi padamu appa, kau bukan seperti orang tua yang aku kenal." Sedikit bergetar ketika Taehyung mengatakannya. Semburat mata yang memancarkan sebuah kekecewaan yang teramat berat. Ia cukup bingung dengan perubahan sang ayah yang mendadak ini. Sejak kecil ia hanya tahu sang ayah adalah orang yang pendiam dan bertanggung jawab. Tapi kenapa justru seperti seorang monster yang diam-diam ingin mencapai suatu hal dengan menyingkirkan siapapun yang menghalanginya.
"Aku menyayangimu appa, bahkan sejak kecil aku menjadikanmu panutan setelah Baekhyun hyung. kenapa kau menghancurkan hatiku dan kepercayaan karena ulahmu." Rasanya ini terlalu sesak, membuat Taehyung memaksa semua oksigennya masuk dan mengatakan kejengkelannya dengan terpaksa.
"......"
"Aku terima kau berpisah dengan eomma dan memilih eomma yang lain. Aku terima kau memaksaku masuk sekolah yang aku saja belum tentu ingin, aku terima kau membuang hyung dan ikut mendiang eomma ke Jepang. Sementara kau berjanji akan membuatku bahagia dengan memberikan waktu antara anak dan ayah. Tapi, kenapa hingga sekarang aku belum mendapatkannya. Menelan pil pahit ini karena yang kutahu, kau menyakiti dua anak yang tak lain adalah hyungku. Sementara kau pernah membuatku sangat senang dengan mengijinkanku menjadi seorang penyanyi dan aku menjalani karirku dengan dukunganmu. Aku senang appa, kau tahu... aku bahagia karena restumu."
Taehyung berkaca, ia merasa semakin sesak namun suaranya tak setegas sebelumnya. Seperti ada yang meluruhkan separuh emosinya dan itu karena air mata yang tak diundang datang dan meluncur melewati pipinya.
Sang ibu terdiam, dirinya duduk terlemas dengan tangan yang menyentuh dinding. menahan sesak didadanya, mendadak ia semakin kehilangan daya dan lemas setelah mendengar ujaran anaknya.
Apakah ia memang tak tahu menahu perasaan masing-masing anaknya. Ia pikir tugasnya sebagai ibu berjalan dengan baik, tapi... ternyata Taehyung mempunyai masalah yang sendiri tak tahu. Jangankan masalah Taehyung dan Baekhyun, bahkan kesedihan dan masalah anak kandungnya saja ia tidak tahu.
Apakah ia memang gagal menjadi seorang ibu, dan membiarkan semua ini terjadi?
Ia pernah berharap jika pernikahannya akan berakhir bahagia dan bisa membesarkan anaknya dengan baik, sampai mereka mendapatkan kehidupan penuk sukses dan menikah dengan gadis cantik sesuai impian mereka. Bukannya menyaksikan hal yang terjadi di depan matanya.
Jika seperti itu, apakah ia harus....
"Kau sangat cengeng Taehyung, apakah ini yang kau dapat saat appa mengajarimu. Kau tidak pernah berubah, kau masih saja lemah bahkan sekarang Baekhyun jauh lebih kuat darimu. Mentalmu tak ada bedanya dengan seorang bocah."
Apa ini... apakah Taehyung salah dengar? Kenapa sang ayah justru mengatainya seperti itu. sementara ia membutuhkan jawaban yang pasti. Apakah ayahnya suka mengalihkan pembicaraan disaat seserius ini? padahal Taehyung tak menyukainya. Apa sang ayah melakukan pengalihan untuk menghancurkan niatnya secara perlahan dan tanpa sadar mengadu domba dirinya dengan sang kakak, Baekhyun.
"Berhenti untuk mengadu domba aku dengan Baek hyung appa, kau sangat kejam kau tahu!! aku membencimu appa, aku sangat membencimu!!"
Nafas Taehyung tak beraturan ia sangat ingin berhenti dengan situasi ini, tapi kenapa ini sangat sulit. Sementara hatinya tak terima dikatai demikian, sadarkah sang ayah jika harga dirinya seperti dijatuhkan secara perlahan. Sementara Taehyung benar-benar ingin berdamai dengan sang kakak.
Ia sudah melakukannya....
"Kau pegecut besar Kim Taehyung!"
Melepaskan cengkraman sang anak sekali sentak, Taehyung yang lengah karena ucapan sadis sang ayah terdiam membeku. Ia merasa segala pandangan dan pikirannya kosong. Ia juga tak tahu kenapa hatinya mudah sekali mencelos mendengar ucapan sang ayah yang benar-benar menyindirnya. Membiarkan sang ayah pergi begitu saja, tak ada niat untuk memintanya berhenti atau mengejarnya dan memaksa penjelasan seperti yang ia kira sebelumnya.
Kakinya kaku, tubuhnya tak mampu bergerak bagaikan patung. Dia mendapat sentilan tepat diotaknya dan membuat ia susah untuk berpikir jernih. Kepergian Tuan Kim menyisakan antara anak dan ibu yang saling diam tersebut.
Sang ibu yang kini bersandar lemas di dinding sembari melirik pintu ruangan anaknya yang berada di ruang ugd. Dan Taehyung yang memejamkan matanya, mengusap wajahnya kesal. Melenguh kesal dan mengacak rambutnya kasar untuk menghilangkan rasa pusing dikepalanya. Ia yang sekarang frustasi dan menjadi tontonan orang yang melewatinya.
"Bukankah dia Kim Taehyung? Penyanyi terkenal itu?"
"Kau benar, untuk apa dia dirumah sakit? Apakah keluarganya? Daebakkk! Ini akan menjadi kasus yang besar."
Taehyung mendengar perbincangan dua wanita muda yang kebetulan melewatinya. Sadar jika dirinya sedang difoto secara diam lewat ponsel mereka membuat Taehyung melirik tajam kearah mereka. Jengkel dengan sifat dua manusia yang berani mencampuri urusannya membuat namja tampan pemilik senyum kotak itu menghampiri mereka. Mengacungi jemarinya kearah mereka, tatapan emosional yang jarang ia perlihatkan di depan publik. Membuat kedua wanita itu bergetar takut saat melihat tatapan intimidasi itu.
"Jangan campuri urusanku, atau aku akan hancurkan ponsel kalian. Hapus dan pergi atau kau aku tuntut atas pencemaran nama baik!" Taehyung mencoba berbaik hati, ia tak segan memberikan sebutan kasar pada mereka berdua jika keduanya bukanlah wanita. Atau lebih parahnya lagi bisa saja Taehyung membogem keduanya jika sesama namja.
"Ba-baiklah... ma-maafkan kami, kami... kami..."
"HAPUS DAN ENYAHLAH KALIAN, AKU TAK SEGAN BERBUAT KASAR, HEH!"
Kedua wanita cantik itu segera menuruti apa yang diminta pria didepannya. Dengan tangan bergetar mereka berhasil menghapus apa yang diminta. Pergi dengan tergesa-gesa karena takut dengan sikapnya.
Taehyung membenci manusia seperti mereka. Sangat membencinya....
Sadar atau tidak, pintu terbuka. Menampilkan seorang dokter yang membuka maskernya, membuka sarung tangan medis yang penuh darah dan membuangnya ke tong sampah yang telah disediakan. Sang ibu yang menangis dan mendekat segera bertanya padanya. Mengenai keadaan anak kandungnya.
Begitu pula dengan Taehyung yang kini juga dirundung rasa cemas.
"Bagaimana keadaan anakku dok..." berusaha berbicara dengan jelas tanpa ada isakan, ia berharap agar Tuhan berbaik hati padanya.
Mencemaskan Luhan jauh lebih menakutkan dari pada apapun. Sang ibu yang tak akan tenang dan semakin tenang ketika melihat ekspresi dokter yang tak sesuai harapan.
"Luhan, dia..."
Semoga apa yang ditakutkan tidak terjadi.
..............................
.
.
.
"Tuan Baekhyun!"
Kyungsoo terperanjat dari duduknya, ia segera datang menghampiri majikan mudanya. Dilihatnya tangan yang bergerak itu dan membuat dirinya sedikit heboh. Segera saja namja bermata bulat itu berlari keluar, memanggil dokter atau suster untuk memeriksa majikan mudanya.
Perasaan senang dan bahagia tercetak diwajahnya, beberapa menit kemudian Kyungsoo datang dengan dokter dan suster. Tak lama kemudian kedua kelopak mata itu bergerak, mulutnya bergerak pelan. Sampai akhirnya Baekhyun sadar dan manik mata itu membuka...
"Tuan Baekhyun?" panggil Kyungsoo lagi, ia berdiri disisi dokter wanita di sampingnya. Membiarkan sang ahli memeriksa keadaannya. Harap-harap cemas sekaligus lega.
Baekhyun mengambil kesadaran, kedua pandanganya sedikit mengunang dan buram. Berkali-kali ia mengedipkan mata, makin lama pandangannya makin jelas. Dan ia bisa melihat cahaya lampu diatasnya. Menengok....
Ia melihat Kyungsoo, yang berdiri disana. ketika sang dokter memeriksa detak jantung Baekhyun, tangan Baekhyun bergerak terangkat. Perlahan dan perlahan, tepat di depan Kyungsoo.
"Dia memintamu mendekat, sini." Sang dokter memberikan ruang, ia tersenyum ramah dan memasukan stetoskopnya kembali. Kyungsoo segera mendekat sahabatnya ia lega karena Baekhyun masih bisa bertahan sejauh ini. berita bagus untuk Taehyung dan Luhan pikirnya.
"Kyungsoo... " terucap dengan lemah dan juga lirih. Baekhyun yang menatap sahabatnya dengan manik mata berkaca, seperti terselip sebuah kesedihan yang belum diketahui sang sahabat.
Sampai akhirnya, Baekhyun...
"Hikksss... Luhan hyung, hikksss...."
Kyungsoo tak tahu mengapa Baekhyun menangis, ia sendiri merasakan tangannya dicengkram kuat oleh sang sahabat. Ditambah lagi dengan dia yang memanggil nama Luhan dalam isakan mendadaknya.
"Kau kenapa?" dan Kyungsoo semakin khawatir, entah ia khawatir dengan keadaan yang berubah menjadi menegangkan atau khawatir dengan nama Luhan yang terlintas dalam pikirannya.
Ada apa dengan Luhan sebenarnya?
..........................
Tbc...
Tak terasa fanfic ini sudah sampai chapter sejauh ini. siapa yang masih setia dengan vbaek yang kadang gemes dan absurd ini. apakah kalian suka dengan suguhan cerita yang aku tulis ini? bagaimana akhir kisah selanjutnya. Ditunggu ya biar gak penasaran, kan sayang kalau ditinggalin di tengah jalan gitu ajjah ,ehe...
Fanfic ini mungkin akan selesai pada bulan desember 2019. Untuk perayaan tahun baru yang akan jatuh tahun depan, setelah itu aku bisa fokus ke ff lainnya dan menyelesaikannya juga. oh ya sekedar kasih tahu jika banyak ff yang aku unpub untuk aku revisi dan aku publish setelah ff yang aku masih up ini selesai. masih banyak hutang yang aku lunasi dan aku lakukan secara perlahan agar hasilnya maksimal.
Terima kasih dukungannya selama ini, tanpa kalian author hanya butiran debu yang tak dikenal dan tanpa peminat. Terima kasih semua, aku cinta kalian...
Kudoakan kalian bahagia selalu....
Sorry, typo bertebaran dan kegajean melintas. Harap maklum karena kak author hanya manusia biasa yang pernah berdosa.
Salam cinta sayang hangat untuk kalian J
Gomawo and saranghae...
#el
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro