
봄이 하늘이나 죽음이됩니까? (66)
" Jangan menyakiti hati lainnya karena Tuhan tidak menciptakan manusia untuk membunuh perasaan hati satu sama lain, terkadang manusia bisa lebih rendah dari pada binatang buas sekalipun. Seburuknya dan sebuasnya binatang, mereka tak pernah mentelantarkan anak apalagi membuangnya."
.
.
.
(Author **** POV)
Satu bulan bukanlah waktu yang sedikit untuk mereka yang sedang berlindung diri dari pihak yang berusaha memburu mereka. Tinggal di dalam pondok sederhana dengan fasilitas yang seadanya di dapat dari seorang teman yang murah hati dan sedia membantu mereka di saat mereka sendiri belum menemukan masalah di tengah kehidupan mereka yang mulai rumit. Kim Taehyung hanya bisa melihat buku tabungannya yang sudah menipis karena lama tidak menerima job, dia memilih vakum sampai waktu tidak di tentukan demi alasan keamanan. Sang ayah berada di luar sana mencarinya dan memburunya hingga dia selalu melakukan penyamaran untuk terus bersembunyi.
,Dia melihat sang kakak yang membuat adonan kue untuk dijual olehnya jika dilihat lebih sang kakak nampak kurus dengan tangan yang terlihat lebih ramping dari sebelumnya. Mereka cukup makan akan tetapi sang kakak terkadang memilih untuk menyerahkan bagian makanannya pada Taehyung yang suka memakan camilan. Baekhyun juga seakan tidak mempedulikan dirinya sendiri dan berusaha bekerja keras dengan apa yang dia bisa. Jika dia sudah sangat terjepit kemungkinan juga dia akan memilih menjadi modeling lagi secara tersembunyi tentunya.
"Hyung, bolehkah aku membantumu berjualan atau melamar pekerjaan mungkin. Aku tak tega melihat dirimua yang bekerja keras untuk aku yang pemalas ini hyung." Taehyung berharap jika sang kakak mengijinkannya, meskipun itu sedikit susah karena dulu dia meminta tapi tak diperbolehkan.
"Tae... aku sudah beberapa kali bilang padamu, ayah disana dan dia sedang mencarimu. Aku tidak ingin mengambil resiko saeng, kau tahu setelah tabungan hyung terkumpul aku akan membawamu ke Jepang dan kita menjalankan hidup disana. kebetulan aku mempunyai kenalan yang bisa membantu mereka."
Taehyung mengalah, dia tak mudah mengalahkan pondasi keras kepala sang kakak yang jauh lebih mementingkan keselamatan dirinya. Pernah menangis satu kali dan itu dilakukan secara sembunyi saat pondok sepi dan dia menangis karena dia tak bisa melakukan apapun dengan status pengangguran sementara. Sedikit membenci ayahnya karena dia menjadi jauh dari kebiasaan normalnya. Dia mengikuti sang kakak tanpa ada paksaan, dan mungkin inilah saat dia melihat Tuhan sedang menguji kesabarannya.
Beruntung Taehyung bukan orang yang lari dengan cara meminum alkohol saat mendapatkan masalah besar. Dia tak tahan dengan minuman memabukan itu dan pasti akan membuat kebisingan dengan bibir cerewetnya, Satu tamparan pernah mengenainya lantaran dia muntah di sepatu sang ayah ketika dalam keadaan mabuk, tentu saja dia tak sengaja. Akan tetapi dijelaskan juga percuma, pada akhirnya dia memang salah dan mengalami trauma dengan minuman setan itu.
"Baik hyung, aku hanya... ingin membantumu." Taehyung duduk di kursi, di depannya ada roti yang dibuat sang kakak sengaja disisihkan untuk dirinya. Memakan makanan berbahan tepung gandum itu dengan nikmat, sama seperti buatan ibu mereka.
"Jangan berkecil hati dengan ucapanku Tae, jika sudah aman kau bisa melanjutkan pekerjaanmu. Sayang jika suaramu tidak lagi kau pertunjukan, akan tetapi ayah membuat kita harus menjaga jarak aman." Baekhyun senang sang adik bisa memaklumi ucapannya untuk ke sekian kalinya.
Selama sebulan itulah Baekhyun menyiapkan semuanya, dia memikirkannya di mana dia selalu mencari pencerahan. Duduk di bawah pohon musim gugur yang sudah habis dan kini setelah sekian lama datanglah musim semi meski bau bunga belum dia cium. Bersyukur jika dia masih diberi umur panjang akan tetapi dia bohong jika tak merasakan sakitnya kambuh.
Dia ingin sekali menolak diagnosis dokter tiga minggu sebelumnya dimana dia jatuh pingsan dan sang adik yang meronta keras dengan khawatirnya juga Jieun yang sudah bersusah payah membawanya ke rumah sakit. Hari demi hari dalam diamnya dia meminum obat dalam dosis tinggi dan juga uang nya terkuras habis karena harga obat yang mahal. Baekhyun pernah tak minum sehari agar dia bisa minum obat itu saat dia merasa kambuh akan tetapi sebaliknya, dokter menegurnya disaat dia jatuh ambruk dan kambuh. Sayangnya dia harus mengkonsumsi obat yang dia simpan selalu dalam sakunya setiap hari selama sisa hidupnya, Jantungnya bertambah lemah seiring waktu berjalan dan usianya bertambah.
Apakah sang adik tahu?
Tentu saja tidak, namja tampan itu hanya tahu bahwa sang kakak sedang dalam masa pemulihan dimana dia juga tahu bahwa penyakit Jantung sulit disembuhkan akan tetapi di satu sisi Taehyung juga tidak mengetahui bahwa sang kakak berada di level kronis. Baekhyun lagil-lagi harus menggigit bibir bawahnya saat dia merasakan denyut nyeri yang menyerangnya. Tangannya yang sejak tadi mengaduk bahan roti tersebut berhenti sekadar untuk menyentuh gemuruh luka dadanya. Dia tak ingin mengeluarkan suara rintihan yang bisa saja membuat sang adik khawatir dan pasti dia juga akan tahu kondisi buruknya sekarang.
Cukup dia dan Tuhan yang tahu dengan keadaan kesehatannya yang sekarang.
"Baekhyun hyung, apakah sakitmu sekarang tidak kambuh? Lain kali kita coba periksa agar kita bisa tahu apakah hyung baik saja. Jangan memilih diam dan membuatku tak tahu apapun aku cukup parno dengan kejujuran hyung waktu itu." sang adik tak menoleh dia terlalu fokus dengan makanannya dan Baekhyun juga menundukan kepalanya menahan ringisan getirnya.
Menghirup oksigen agar dia tidak terlihat sedang menahan sesak, dia juga mengulas senyumnya dengan memikirkan beribu alasan yang tepat untuk tak membuat sang adik jatuh curiga. Taehyung bukan namja yang pintar jika sang kakak akui akan tetapi dia juga tak suka dibohongi.
"Aku baik Tae, untuk apa aku kerumah sakit jika keadaanku baik-baik saja." dia mengatakan dengan suara normal dan nada tenang, dia berbohong dengan wajah yang menelan kekecewaan akibat kebodohannya dia merasa untuk apa dia melakukan hal itu jika saja dia tak ingat bagaimana sedihnya Taehyung melihat dia jujur kala itu.
Menyembunyikan semuanya dengan rapi, dan sang adik tentu saja tidak curiga meski hatinya was-was. "Bisakah besok kita memastikan keadaanmu hyung, aku hanya ingin tahu dan menjadi adik perhatian untukmu." Memang benar di khawatir bahkan dia sedikit tak bernafsu memakan rotinya kali ini lantaran memikirkan sang kakak satu bulan ini. "Jangan khawatirkan keadaanku, aku tanpa kau ketahui juga memeriksakan diri. Aku tidak ingin mengganggu waktumu dan ini hanya sakit kecil saja. Kau jangan risau, doakan saja hyungmu ini sehat selalu dan mempunyai stok nyawa dan umur banyak."
Entah kenapa ucapan Baekhyun terlihat menyimpan suatu perasaan yang membuat sang adik bungkam, dilihat dengan jelas bagaimana Taehyung menundukan kepalanya dan dia juga meremat roti di tangannya. Bimbang dan juga bingung menjadi satu, akan tetapi dia tahu bahwa sang kakak terlalu menyayanginya.
"Jangan menyimpan apapun lagi hyung, aku tak ingin menjadi kecewa dan menjadi adik yang bodoh tanpa tahu kesehatan kakaknya sakit. Tapi ijinkan aku untuk ikut membantumu hyung, satu bulan ini kau sudah memperhatikan diriku lebih." Taehyung tersenyum dia memalingkan wajah ke belakang dan melihat sang kakak yang membalas senyumannya, suasana canggung memang ada akan tetapi dua kakak beradik ini bisa menyatukan tempo suasana menjadi lebih abstrak.
"Apa yang membuatmu menjadi perhatian denganku Tae, aku hyung yang kuat." Baekhyun tak ingin menjadi lemah, seperti musim gugur yang sudah ia lewati dengan sesak.
"Kau sangat kurus." Jawaban itu sangat singkat, sang kakak yang mendengarnya secara tak langsung tertohok. Dia memang menyadari keadaannya yang menyedihkan dengan menyimpan segala rahasia yang baru. Apakah dia juga harus jujur mengatakan hal lebih di satu sisi dia juga masih memperhatikan sang kakak yang menjadi serdadu mafia yang mengerikan.
Terkadang Baekhyun sempat mengeluh tak menyukai latar kehidupannya yang sudah sangat mentok untuk dirinya, terasa pelik dan menyesatkan. Bahkan dia juga berfikir bagaimana nasib sang ayah yang mungkin saja sebentar lagi berubah saat waktu yang di tetapkan tiba, hari pembalasan yang akan dilakukan oleh seseorang yang jatuh terjebak dan tersesat dalam sebuah candu.
"Hyung, aku merindukan Luhan hyung. Bagaimana kabarnya, apakah dia bersama dengan eomma. Eomma belum resmi bercerai akan tetapi aku juga tak bertemu dengannya." Taehyung menaruh dagu pada meja di depannya, Baekhyun sempat mengambil kesempatan untuk meminum obat itu langsung menyembunyikan lagi dalam kantungnya dengan gerakan cepat.
Sang adik bertanya pertanyaan yang sulit, dia menggantung dan sedikit bimbang. Berbohong lebih banyak sementara malaikat mencatat amal buruknya, akan tetapi menceritakan sang kakak yang sudah kehilangan arah sama seperti menelan bara api yang membakar tenggorokan. Namja itu memejamkan matanya sekali lagi, sakit di dadanya tak terasa akan tetapi mentalnya untuk melakukan kebohongan dia paksakan naik. "Ya...." hanya ucapan lirih yang bisa dia katakan dengan ucapan sangat singkat.
Marah memang ada, tentu saja dia juga tidak berminat untuk memutuskan hubungan dengan Luhan akan tetapi jika saudaranya tahu apa yang akan terjadi? Bahkan yang dia tahu bahwa adiknya sangat benci dengan seorang pecandu.
Bahkan rasa pahit obat itu masih menyangkut di tenggorkannya.
.
Seperti sesuatu yang gila dalam pencarian tak berujung hasil, sang kepala keluarga yang sudah dijauhi ketiga anaknya itu duduk dengan sombongnya. Dia menatap seorang ajudan yang sudah babak belur karena ulahnya, dia hendak diserang akan tetapi dia lebih pintar.
"Siapa sekutumu, anak haram itu atau kau hanya musuh baru untuk memburuku?"
Dia menarik dagu pria itu dengan tongkat di tangannya, dia seakan menunjukan kuasa dan menunjukan siapa dia. Menatap remeh dengan senyum mematikan ajudan malang itu. Wajah babak belur dengan mata yang membiru bengkak, dia juga tak takut dan tak kenal belas kasihan meski dia tahu bahwa nyawanya di ujung tanduk.
"Baekhyun yang membayarmu kah?" dia mengingat nama itu dengan apik, sengaja dia lakukan agar dia bisa menuliskan nama itu di buku kematian. Daftar list musuh terbesarnya yang menjadi anaknya di dalam kartu keluarga, membawa kabur penghasil kekayaannya kelak. Dia juga memainkan permainan itu dengan pelan dan sesekali mengancam sang istri yang kemarin ketahuan menguntitnya.
Ajudan itu diam, dia tak mengenal siapa yang dimaksud pria di depannya. Rasa sakit itu semakin ada saat dengan sengaja tuan Kim menekan pipinya yang lebam. Itu seperti alunan melodi saat mendengar rintihan kecilnya, seperti setan kecil yang terlalu lemah dan kesakitan.
Diam dan memperhatikan, sepertinya nama itu terasa asing bagi bajingan yang hendak mengganggunya. Ada satu nama yang terlintas dalam benaknya, dan dia kembali menyunggingkan senyum jokernya.
"Kau pasukan istriku kah?"
Terdiam dengan tatapan yang seperti menyembunyikan sesuatu, dia merasa bahwa dia seperti terjepit akan sesuatu. Merasa dia akan mati jika tak memberitahunya dan sekarat jika dia memberitahukannya. Sama saja dua hal yang berbeda tapi satu tujuan, jalan menuju kematian.sepertinya ada yang lebih kejam dari pada seorang algojo di jaman Fir'aun.
Tanpa ada sebuah anggukan atau gelengan pria itu masih saja tetap diam dengan segala kebisuannya, dia hanya bisa pasrah sembari tubuhnya di geret dan dibawa pergi entah kemana, yang pasti bukan untuk di lepaskan. Sudah banyak sekali orang yang mencoba membunuhnya sebulan ini akan tetapi dia masih belum bisa menunggu ketiga anaknya tercinta, dia juga menunggu kedatangan salah seorang yang bisa saja mencoba menghancurkannya.
"Sepertinya aku tidak boleh meremehkan siapapun sekarang." Gumamnya sembari menatap bayangan dirinya di depan cermin dengan wajah yang terpaut terlalu membanggakan diri tapi sudah tua, dia tak muda lagi. Terlebih Luhan yang bisa saja mati atau memang sengaja di biarkan hidup, dia mengambil sebuah pisau dan beberapa barang yang pernah di gunakan untuk mencoba menghunus tubuhnya. Pria dan wanita mereka sama saja menyamar sebagai maid di rumahnya atau anak buahnya, sepertinya memang benar kematiannya sedang diincar dan butuh waktu besar lagi untuk dia menemukan dalang tersebut.
Dia hanya bisa menebak jika Jung Junghwa salah satu orang yang patut di curigai, investor dengan perusahaan kecil itu bisa saja mengkhianatinya. Terlebih salah satu pulau atas nama Taehyung sang anak belum jua di dapatkan, ini sangat pelik dan membutuhkan ambisi. Mungkin memang benar dia harus membenci istrinya meski sudah mati, lantaran dia memutuskan memberikan harta berharga itu pada seseorang yang sudah penyakitan.
"Kau bahkan sekarat Baekhyun." dia meletakkan foto anak sulungnya, yang dia dapat saat mencoba membongkar sesuatu. Menemukan foto itu dan berharap bisa menggunakan ritual setan untuk membunuhnya akan tetapi itu tidak rasional dia lebih memilih menghancurkan dengan menggunakan logika. Sebuah gebrakan hebat datang pada dirinya mengetahui riwayat sang anak yang menunjukan ketidakseimbangan hidup membuat dia tersenyum senang dan melihat ada celah longgar disana.
Dia menyukai bau musim semi, meskipun dia tidak suka musim semi. Ada pemicu dari rasa sukanya ini, sesuatu yang abstrak namun tak nampak. Seperti dia mendulang emas di balik jam pasir yang memainkan waktunya. Dia berdiri dan berjalan melihat di salah satu halaman belakang luasnya, dia melihat sebuah pertunjukan yang menghiburi dirinya disaat dia penat dengan kerja dan urusan. Bukan hal menyenangkan akan tetapi dia menyukai. Apa itu kekejaman? Sepertinya...
Dia melihat ajudan itu terpasung dengan samurai yang sudah menggores tubuhnya, tak ada ampun dan tak ber-kemanusiaan. Sepertinya dia mencoba menjadi malaikat maut Tuhan dengan mempermainkan nyawa. Nyawa yang tak bersalah bisa saja, hanya karena ambisi juga dia menyukai musim tahun ini. Dia menunggu kematian sang anak karena penyakit dari Tuhan.
Iblis memang....
.
Ada yang mendesis dengan wajah yang tenang, dia berada di depan pria yang menjadi tuan besarnya. Satu bulan ini kehidupannya yang berubah total, bahkan dia sudah membeberkan semua itu pada namja yang kini juga berada disana.
"Apa kabarmu Byun, sudah lama aku tak melihatmu. Kau datang secara sembunyi menemui kakakmu tapi kau tidak pernah menunjukan batang hidungmu." Zou adalah nama aslinya, dan itu semua karena ungkapan Baekhyun pada sang kakak yang sudah mempercayai sang adik. Akan tetapi dia sudah tak dapat keluar jika dia ingin, dia terlanjur candu dan menikmati hal demikian.
"Aku tidak ada urusan denganmu, Zou." Mengatakan tanpa ada senyum disana, wajah datar dengan mimik yang tegas. Dia cukup yakin untuk tidak terbunuh siang ini.
Dengan berani dia menantang dan dia datang dengan sebuah makanan dari yang dibuat tangannya untuk Luhan yang tersenyum dengan mata yang berubah tak seterang dulu. Baekhyun kehilangan manik humoris itu dan dia cukup berani menginjakan kakinya di markas orang itu. Jiwa berandalnya seakan terlahir lagi di tanah kelahiran lebih besar ketimbang hidupnya yang malang di Jepang. Khawatir sang kakak adalah hal yang lumrah.
Andai saja dia tak mengatakannya dia bisa saja pergi dari sini dengan cepat.
"Aku tidak ingin, kau bawa pulang saja berikan pada adikmu yang manja itu." suara Luhan membuat Baekhyun menatap tak percaya, dia berhenti di langkah kakinya dengan jantung yang berdetak kaget. Sebuah penolakan yang halus dari dirinya yang masih di pedulikan, membuat seseorang disana menyunggingkan senyum seperti kemenangan.
"Apa yang kau katakan Luhan hyung?" dia menanyai dengan sekali lagi. Dirinya juga merasa argument mengenai perubahan sang kakak yang tak lagi waras itu benar, Luhan melempar makanan yang dia bawakan dan membuat Baekhyun terdiam sekian detik makanan yang sudah hancur berantakan tanpa dia pungut. Entah apa itu, yang jelas... Luhan seakan jijik dengan kebaikannya.
"Hei hei Luhan kau tidak boleh seperti itu dengan saudaramu, hem." Pria dengan kuasa penguasa wilayah itu seakan menjadi kompor, hanya duduk dan memperhatikan interaksi menarik dua saudara beda orang tua itu. Baekhyun mengepalkan tangan menahan emosi tapi tak ada niat untuk menghajar siapapun, sementara Luhan tersenyum girang dengan memainkan narkobanya.
Keparat, atau bajingan? Dua kata yang tepat mana untuk Luhan yang sudah terjebak dalam obat laknat milik pria sialan itu. Baekhyun sendiri hanya melihat jika kakaknya yang dulu telah lama mati dalam waktu satu bulan dimana musim gugur akan berakhir satu minggu yang lalu. Jantungnya bisa saja sakit jika dia tak menahan adrenalin kemarahan ini.
Ini semua salahnya... salah pria yang pernah menjebaknya dan tak akan lagi.
"Dia bukan adikku, dia bahkan beda orang tua. Aku... sudah menyadari satu hal, hidupku aku jalani sendiri agar aku mencapai tujuan."
Dia mendekati Baekhyun dengan senyum entah tak bisa ditebak dia menepuk bahu itu seperti membersihkan debu dari pakaiannya. Baekhyun merasa aura tak nyaman dari sang kakak yang sudah berubah lebih dalam gelap. Apakah ini efek terlalu lama ketika Luhan menyimpan masalah dirinya tentang sang ayah. Akankah Tuhan bisa mengampuninya sekarang? Padahal... Luhan sudah terlanjur jauh untuk kembali ke jalan yang benar.
Lalu yang menjadi pertanyaan Baekhyun, dimana Luhan yang dulu. penyayang dan suka bercanda, janji dia mengatakan bahwa dirinya, Taehyung juga Kyungsoo itu saudara. Beruntung juga Taehyung tak tahu dan Kyungsoo juga tak akan diberitahu olehnya agar dia bisa fokus dengan pendidikannya. Baekhyun menyimpan masalah ini sendiri dengan dia yang menyimpan aib sang kakak di depan keluarganya.
"Mungkin eomma akan kecewa berat denganmu, anaknya membuang makanan seperti ini." ucapan tanpa rasa takut dia hanya kesal dan berusaha mendinginkan pikirannya dengan cara naluriah. Luhan seperti kehilangan rasa manusiawi dan persaudaraannya, dia bahkan mengacungkan pistol miliknya di depan kening Baekhyun yang tak berubah ekspresi meski nyawanya berada di satu lubang mematikan itu. Tanpa mereka sadari Zou terlihat senang dengan salah satu keahlian Luhan yang menghiburnya.
"Tau apa kau soal ibuku, Baekhyun." Luhan masih menghisap narkoba itu dia menikmati setiap hisapan itu sampai dia seperti mabuk atau berhalusinasi. Baekhyun hanya bisa tersenyum getir melihat kegilaan ini.
"Lakukan saja jika kau mau membunuhku, kau juga enyah bukan melihatku."
Dia seperti menantang Luhan yang sedikit kehilangan akal, suasana menegang di balik para ajudan bos besar yang menyaksikan dengan sikap siap mereka. mungkin benar narkoba itu mematikan sama halnya mematikan naluri manusia, dan membuat Baekhyun bersumpah akan melaknat orang itu termasuk Luhan yang sudah kelewatan batas. Tak butuh lima detik untuk pistol itu menempel di depan keningnya, dia merasakan senjata mematikan itu sudah seperti benda yang akan menghabisinya. Mungkin ini akan terdengar gila, tapi Baekhyun siap mati jika memang saatnya. Setidaknya sang adik akan dibawa teman yang bisa dipercayai, karena sudah ada wasiat disana.
Luhan seperti bermain dengan lidahnya dia menggigit lidahnya dan memperhatikan sekitar dengan tajam, dia seperti ingin melakukannya di balik tangannya yang mencoba menekan jalur tembak senjata itu. memejamkan mata sebentar untuk tak merasakan sakit di jantungnya lagi mungkin, karena demi apapun Tuhan pasti sudah merencanakannya.
Beruntung jantungnya tidak kambuh dan dia tentu saja akan merasakan saat terakhir dalam keadaan sehat yang majemuk. Lalu, Luhan seakan sudah tak peduli dengan hadapannya dan dia seakan hendak tak sabar menghabisinya.
DOOORRR!!
Gelap, tapi dia masih bernafas. Apakah dia sudah langsung di surga? Dia mendengar suara tembakan yang memekakan telinga hingga merasa akan tuli karenanya.
"Pulanglah, kau masih memiliki Taehyung."
Luhan seperti memerintahkannya hingga membuat namja bermarga Byun itu langsung membuka kelopak matanya dan melihat bahwa rupanya dia masih belum mati. Jujur dia lemas, sangat lemas namun masih bisa berdiri. Melihat sebuah dinding yang berlubang karena tembakan senjata kakaknya, lalu apa kabar dengan tengkoraknya jika Luhan benar-benar menghabisinya siang ini.
Si pemilik senjata itu kembali mundur, memberi ruang pada Baekhyun yang menghela nafasnya cepat. Dia masih lemas dan sempat terhuyung, hampir saja.... apa yang sebenarnya dia lakukan tadi? Tanpa sadar tuan Zou mentertawakan kebodohan Baekhyun yang cukup membuat dia terhibur. "Jangan temui aku jika kau bermaksud menggagalkan rencanaku. Aku tidak seburuk itu untuk membunuh saudaraku, karena senjata ini hanya khusus untuk ayahmu." Menatap dengan atensi tajam di balik mata rusanya.
Dia bukan ayahku, Baekhyun enggan mengakuinya karena dia juga sudah dibuang. Akan tetapi dia masih bisa peduli pada pria itu. ini terasa sulit saat Baekhyun mengakui bahwa apa yang dilakukan Luhan suatu kebodohan. Hukum karma dari Tuhan.Baekhyun hanya bisa bermain kata tanpa ia utarakan, dia berfikir hingga jungkir balik dalam otaknya, mengenai apa dan mengapa? Rasional... mungkin saja tidak, karena dia melihat mesin pembunuh yang diciptakan pria yang sedang terkekeh disana. Sungguh bajingan besar memang.
Luhan menghilang pergi tanpa ucapan salam atau selamat tinggal. Mengabaikan Baekhyun setelah dirinya berusaha menyakitinya dengan teman kesayangannya itu. Permainan yang tak akan disukai oleh Baekhyun sampai kapanpun, bahkan dia memilih berpose telanjang bulat di depan majalah jika harus disuruh membunuh Luhan. Demi apapun dia seakan menebak permainan bos besar disana. Tatapan yang seperti ingin mengulitinya, Baekhyun juga harus ingat dengan adiknya, Kim Taehyung yang masih membutuhkannya. Bocah namja itu pasti akan menangis jika dia mati karena saudaranya sendiri.
Pergi menjauh adalah hal baik, bukan seorang pengecut atau seseorang yang lemah. Hanya saja seseorang yang mendapatkan kesempatanya nyawa panjang untuk mencari strategi, dia bukan anak buah Athena yang suka melakukan perang akan tetapi dia mencari jalan keluar. Karena dia tak ingin ada karma, justru hukum negara yang harus diterima sang ayah. Karena itu janji pada mendiang ibunya, yang menuntut Baekhyun untuk tidak menjadi penjahat dalam situasi apapun.
Akan tetapi Luhan sepertinya tidak mendapatkan petuah, dan tentu saja Baekhyun menyayangkan semua itu. Baekhyun pergi dan punggungnya tak nampak lagi.
.......................................
TBC...
Sudah lama aku gak nulis fanfict dengan genre mendadak seperti ini, apa menurut kalian bagian ini menjadi aneh karena aku sengaja membuat plot cepat agar kalian bisa menebak wacana apa selanjutnya?
Kalian di pihak siapa?
Baekhyun?
Luhan?
Karena konflik tercipta dan kalian pasti penasaran kan dengan kelanjutannya? Mohon jaga kesehatan karena wabah ini masih melanda jangan sampai kalian sakit dan tetap makan yang banyak dan bergizi. Gendut tak papa asal kalian tak masuk dalam ruang isolasi tanpa melihat dunia luar.
Lebih menyeramkan di kurung di rumah dari pada menjadi gendut wkwkwk. Jadi jangan sampai kalian membuat kesehatan kalian terganggu oke.
Terima kasih untuk dukungan kalian, semoga aku masih bisa menciptakan karya lainnya.
Gomawo and saranghae
#ell
13/06/2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro