
🍁 별이 빛을 잃으면 (3) 🍁
"Aku seperti dia, bintang diatas langit yang kutatapi saat ini. bintang yang akan kehilangan cahayanya dan jatuh terhempas ke bumi. Meninggalkan tahtanya di antara ribuan bintang dan raja malam sang bulan. Ya, aku seperti itu... saat aku bercahaya sama seperti lainnya, tapi lama-lama cahayaku akan padam, dan tidak akan ada yang mempedulikan diriku. Dan aku akan jatuh disaat yang tepat,dan dimana aku akan mengucapkan selamat tinggal kala pohon akan menggugurkan daunnya yang terakhir..."
-Byun Baekhyun-
...........................
(Author **** POV)
(Flashback *** ON)
Matahari makin meninggi, panas terik menerpa kota dengan sebutan negeri gingseng itu. meski waktu menunjukan pukul 09.00 pagi. waktu yang masih pagi namun, seakan matahari ingin sekali membagi semua kehangatannya pada semua orang. Termasuk pada dua remaja yang kini berada di dalam kamar, seorang remaja dengan wajah imutnya yang berusia remaja dan juga seorang bocah yang berusia lebih muda darinya. Yang selalu menunjukan cengiran khasnya, senyum kotak yang menggemaskan bagi siapapun. Termasuk sang kakak yang melihatnya merasa gemas bahkan ingin sekali mencubit pipi namja tampan yang ada di depannya. siapa lagi kalau bukan Kim Taehyung sang adik.
"Baekhyun hyung, buburnya tidak enak Tae... Tae tidak suka..." wajah menggemaskan dari seorang bocah dengan rambut hitam tak lupa poninya yang menutupi kelopak matanya. membuat Kim Taehyung tertutupi wajah tampannya.
"Tae.. Tae, kau jangan begitu nanti buburnya nangis lho..." Kim Baekhyun menyodorkan sesendok nasi ke arah mulut sang adik, tak lupa beberapa kali ia membujuk sang adik untuk mau membuka mulutnya. Namun, apa yang ia dapatkan hanyalah sebuah gelengan kepala dari sang adik, membuat Baekhyun menghela nafasnya, mencoba bersabar menghadapi sang adik yang menjadi manja saat dirinya sakit seperti sekarang ini.
"Biarin, aku tidak suka hyung... Tae... Tae mau makan ice cream, aku tidak mau makan bubur rasanya hambar hyung..." Taehyung lagi-lagi mengelak tak lupa ia mengembungkan kedua pipinya dan menoleh ke arah lain. Enggan membiarkan sendok dengan bubur di atasnya masuk begitu saja ke dalam mulutnya. Apalagi Taehyung benar-benar tidak suka.
Melihat hal tersebut, membuat Baekhyun menurunkan sendoknya dan kini menatap sang adik yang masih dalam mode merajuknya. Membuat Baekhyun gemas dengan tingkah sang adik, tak habis akal Baekhyun terus membujuk sang adik.
"Taehyung, apa kau masih ingat dengan janji hyung yang belum hyung beritahukan kepadamu?" Baekhyun mengulas senyumnya, mendengar apa yang dikatakan sang kakak membuat Taehyung menolehkan kepalanya. Menatap wajah sang kakak yang tersenyum sayang padanya.
Dan Taehyung tahu betul apa yang dimaksud Baekhyun sang kakak mengenai janji yang sempat disembunyikan beberapa minggu yang lalu, membuat Taehyung harus sabar menunggu rahasia kecil sang kakak yang akan ia tahu dalam waktu dekat. Dan apakah sekarang ini adalah saatnya.
Taehyung mengangkat sebelah alisnya, ia tolehkan pandangannya menatap ke arah kelender, dan ia melihat angka 25.
"Hyung, tapi bukankah kau akan menunjukan tepat tanggal 27? Bukankah itu masih dua hari lagi?"
Baekhyun tersenyum, ia tak menyangka ternyata daya ingat sang adik sangat kuat.
"Ne, kau benar Tae... tapi hyung akan memberitahukanmu sekarang... dan kau pasti akan senang..." Baekhyun menyentuh pundak sang adik, yang terbalut jaket berbahan sweater rajutan dari ibu tercinta.
"Kalau begitu ayo hyung... tunjukan... ayoayoayoayoayoayo...mmmppff"
Taehyung tiba-tiba terdiam saat kedua bibirnya disentuh oleh sang kakak dengan jemarinya.
"Aigoo... adikku yang manis kenapa menjadi namja yang cerewet seperti ini. hyung tidak yakin jika kau sakit Tae..."
Taehyung kembali mempoutkan bibirnya menatap kesal ke arah sang kakak yang selalu menggodanya.
"Isshhh... kau sangat menggemaskan Tae, jika kau yeoja banyak namja yang akan mengejarmu Tae..." Baekhyun kembali menggoda sang adik tak lupa kedua tangannya ia gunakan untuk menarik pipi gembul sang adik.
"Akhh... akhh... appo...appoo...."
Taehyung meringis kesakitan, saat dirasakan pipi gembulnya yang dicubit gemas oleh Baekhyun kakaknya. dan Baekhyun tidak menghiraukan protesan sang adik karena ia terlalu fokus mengerjai pipi gembul sang adik.
"Aaaaa... Baekhyun hyung, appo... nanti pipi Tae melar..."
"Hahaha... maafkan hyung Tae, hyung terlalu gemas melihat pipi mu yang seperti bakpao itu. kau makan banyak ya akhir-akhir ini, aishh... hyung kalah menggemaskan darimu Tae..."
"Uhhhh... Baek hyung, senang sekali mengerjaiku... Tae Tae tidak suka.."
"Aigoo... Tae jangan merajuk, kau ini seperti yeoja saja..." canda Baekhyun tak lupa ia menarik lembut pipi kanan sang adik.
"Biarin..." Tae mengucapkan dengan nada kesalnya dan masih berada di mode 'ayo merajuk' membuat Baekhyun gemas sendiri melihat wajah sang adik ketika sedang merajuk.
Dalam hati Baekhyun ia bertanya, terbuat dari apakah sang adik? Hingga memiliki tingkat kemanisan nan menggemaskan melebihi kadar. Dan Baekhyun bersyukur menjadi kakak dari bocah yang duduk di depannya.
"Tae, kalau kau mau memakan satu suap bubur hyung akan memberitahukannya padamu..."
Taehyung menoleh ke arah sang kakak yang kini menyodorkan sesendok bubur ke arahnya, membuat otak cerdas Taehyung berjalan dan tahu kalau sang kakak kini membujuknya.
"Baekhyun hyung membujukku ya, aku tidak akan tertipu..." Taehyung kembali merajuk. Membuat Baekhyun harus ekstra sabar menghadapi tingkah sang adik.
"Tae, apa kau mau membuat hyung sedih? Kau tahu bubur ini hyung yang buat lho... apa kau tega membuat hyung menangis.." Baekhyun menunjukan ekspresi sedihnya, ekspresi yang ia buat berharap sang adik akan luluh dengan wajah sedihnya.
"Tae, hyung tidak mau melihatmu sakit... kalau kau tidak makan kapan kau akan sembuh Tae. Dan hyung tidak mau kau sakit..." Baekhyun berujar, namun dalam setiap perkataannya tidaka kebohongan. Semua jujur tanpa ada yang ditutupi.
Dan Taehyung masih setia menatap wajah sang kakak, dilihatnya dan didengarnya nada sang kakak yang begitu jujur.
"Tae... hyung menyayangimu. Kumohon biarkan hyung menyuapimu dan minumlah obat... hyung sedih melihatmu sakit..."
Entah kenapa Taehyung merasa bersalah melihat sang kakak yang benar-benar sedih di matanya. dan di tatapnya semangkuk bubur yang masih utuh, bubur yang dibawakan sang kakak tadi dan Taehyung tahu, dari mana bubur itu ada. Mana lagi kalau bukan dari sang kakak Kim Baekhyun.
Dan Baekhyun masih menundukan kepalanya, namun tangannya masih ia arahkan kepada Taehyung. Melihat wajah tertunduk sang kakak membuat Taehyung semakin tidak enak, dan rasa bersalah dalam dirinya makin besar.
Dan hasilnya...
Dengan gerakan cepat kakinya turun menyentuh ke atas lantai. Dan mendekati sang kakak, memeluk sang kakak. Mendapatkan reaksi seperti itu dari sang adik membuat Baekhyun, membeku seketika, bahkan tangan yang masih memegang sendoknya mengudara. Dan dirasakan sang adik yang memeluknya saat ini.
"Hikkss... hiksss..."
Baekhyun tersentak, saat mendengar isakan sang adik. Ditaruhnya sendok yang sempat terdiam membeku dalam genggamannya. Dan kini Baekhyun memegang pundak sang adik, menatap wajah sang adik dengan hidung memerah dan air mata yang jatuh. Oh, tidak dia tidak suka melihat Taehyung yang menangis seperti ini, membuat Baekhyun merasa sesak dan sakit...
"Tae... Tae kenapa kau menangis, hem?" Baekhyun menyeka air mata itu, menatap wajah sang adik dengan gurat kekhawatiran yang nampak di wajah tampannya.
"Hikkss.... hikksss..." bukan jawaban yang muncul di bibirnya, namun isakan yang keluar dari bibirnya membuat Baekhyun semakin khawatir. Dan kini ia merutuki kebodohannya yang membuat sang adik sedih. Oh bodohnya kau Baekhyun, kau membuat adikmu menangis hari ini...
Greeppp...
Dipeluknya erat tubuh Taehyung, bersamaan dengan isakan yang lolos dari bibir adiknya. bukan ini yang Baekhyun inginkan, bukan ini rencananya. Ia tidak ingin membuat adiknya menangis, dia hanya ingin membuat adiknya Taehyung makan, tapi... ternyata perkiraannya salah. Justru Taehyung menangis dan kini dirasakan air mata yang menyentuh kulitnya dari balik kaos putih yang ia pakai.
"Tae... maafkan hyung ne. Tadi hyung hanya bercanda... sungguh..." Baekhyun berujar berharap sang adik segera tenang dari tangisnya, jujur hatinya tak sanggup mendengar isakan sang adik meski ia tahu Taehyung menangis karena tidak sengaja.
Dalam pikirannya mungkin Taehyung menganggap semua ini benar, dan membuat ia terbawa akan perasaan. Dan menangis di dalam pelukan sang kakak seperti ini, padahal apa yang dilakukan Baekhyun hanya semata-mata membuat sang adik makan dengan caranya.
Tapi kenyataannya....
Taehyung malah menangis, menjatuhkan air matanya dengan deras. Dan Baekhyun tidak menyukainya. Sungguh, sungguh tidak menyukainya....
"Hikkss... maafkan Tae... Tae... hiikss... hyung..."
"Tae, kenapa kau minta maaf? Kau tidak salah. Hei, berhentilah menangis hem..."
Di lepasnya pelukan tersebut dan kini Baekhyun menatap kelopak sembab sang adik, membuat ulu hati Baekhyun terasa sakit.
"Hiksss... karena Tae, Baek hyung sedih hikkss..." Taehyung menyeka air matanya yang jatuh dengan jeras, bahkan tubuhnya bergetar. Membuat Baekhyun dapat merasakan getaran tubuh sang adik.
"Hei, jangan menangis Tae... hyung baik kok.. hyung tadi bercanda. Maafkan hyung ne..." Baekhyun mengulas senyumnya, ia tak menyangka. Idenya membuat sang adik menangis sampai terisak seperti ini, dan Baekhyun menyesal telah melakukan ide seperti itu. ia kapok... sangat kapok...
"Hiksss... hikksss..." Tubuh Taehyung masih bergetar, dan air mata terus turun. Isakan sedikit terdengar, dan Baekhyun memeluk sang adik. Berharap tangisan sang adik Taehyung mereda.
"Maafkan hyung Tae, tadi hyung bercanda.... cepat sembuh ne, dan kita bisa bermain lagi..." bisikan lembut seorang kakak terdengar di telinga Taehyung. Membuat bocah dengan tubuh mungilnya itu menganggukan kepalanya dalam pelukan sang kakak.
Ada rasa tenang dalam diri Taehyung kala, sang kakak Baekhyun memeluk tubuhnya. Dipeluknya erat tubuh sang kakak dan kini ia kaitkan jemarinya di punggung sang kakak. Seakan Taehyung enggan melepaskan pelukan tersebut, membiarkan dirinya tenggelam dalam pelukan yang ia sukai sejak kecil. Dan Taehyung yakin saat ia masih bayi mungkin kakaknya juga sering memeluknya dalam gendongannya, dan ini adalah pelukan kedua yang Taehyung sukai setelah pelukan kedua orang tuanya.
"Nah, sekarang kau makan ne... nanti hyung akan mengajakmu kesuatu tempat, arra..." Baekhyun mengulas senyumnya, disekanya air mata sang adik.
Melihat wajah sang kakak yang mengulas senyum, membuat Taehyung juga mengulas senyumnya. Dan tak lupa ia menganggukan kepalanya. Melihat persetujuan sang adik, dengan segera Baekhyun mengambil semangkuk yang penuh dengan bubur tersebut dan segera mengambil satu sendok bubur tersebut menyodorkannya ke arah sang adik. Dan Taehyung membuka mulutnya, menerima suapan sang kakak dan mengunyahnya penuh semangat.
"Tae, makan yang banyak ne... kalau kau sembuh hyung janji akan mengajakmu... dan kita bisa bermain bersama. dan nanti jangan lupa minum obat ne... nanti eomma dan appa juga sedih kalau sakitmu belum sembuh.." dan Baekhyun mengeluarkan pendapatnya yang justru mendapatkan respon positife dari sang adik yang berupa anggukan kepala.
Baekhyun mengulas senyumnya, dan mengacak gemas rambut sang adik. Betapa bahagianya Kim Baekhyun memiliki adik seperti Kim Taehyung.
........................
PLAAKKKK...
"Hikkss... appa, sakitt..."
"DASAR ANAK KURANG AJAR!! APA YANG KAU LAKUKAN BAEK? KAU MEMBUAT ADIKMU SAKIT LAGI, BEGITU!!"
Amarah murka dan juga raut memerah muncul, membuat pria dengan sikap wibawa juga tegasnya membuncah. Emosinya meledak, saat diketahuinya sang anak kedua yang kini masuk ke dalam rumah sakit.
Baekhyun hanya bisa menangis, memegang pipinya yang memerah. Ia takut... sangat takut dengan amarah sang ayah, apalagi mendapat tamparan keras nan menyakitkan dari ayahnya, membuat namja dengan wajah manisnya itu menangis ketakutan.
"Baek, kau tak apa!!"
"Hikksss.... eomma..." Baekhyun memeluk sang ibu, mengeluarkan air matanya dengan deras menjatuhkan air matanya, hingga membasahi pakaian ibunya. Dan kini di tatapnya, wajah sang suami ketika wanita cantik dengan rambut yang diikat tersebut. bukan tatapan biasa melainkan tatapan penuh amarah, apalagi dilihatnya pipi Baekhyun yang memerah bekas tamparan sang ayah.
"Hikkss... eomma, Baek tidak tahu... sungguh... maafkan Baek, eomma karena Baek, Taehyung jadi sakit lagi..." Baekhyun mengadu dan masih memeluk tubuh sang ibu, bahkan manik matanya tak berani menoleh apalagi menatap pria yang ada disana.
"Jangan mencari alasan Baek, kau membiarkan Tae jatuh dari tangga. Ada apa denganmu, kenapa kau bisa lengah, hah!! Seharusnya kau menjaganya karena dia adikmu..." Tuan Kim mengeluarkan emosinya, menatap ke arah Baekhyun.
Dan Baekhyun meneteskan air matanya, meski kelopak matanya menjadi sembab. Dan rasa perih pada pipinya masih terasa.
"Suamiku, apa yang kau lakukan!! Jangan salahkan Baekhyun, kau tidak boleh menyalahkannya!!" kini wanita cantik dari dua anak tersebut mengeluarkan protenya menatap dengan tatapan menahan emosi mengingat sikap sang suami terhadap anaknya. Apalagi wanita cantik itu tahu, kalau Baekhyun benar-benar menyesal dan tidak sengaja.
"Jangan membelanya terus istriku, kau terlalu memanjakannya..."
Baekhyun memeluk erat tubuh ibunya, entah kenapa dirinya merasa takut melihat wajah sang ayah yang menggeram. Inilah yang ditakuti Baekhyun selama, ini. sang ayah yang marah dan juga kesal....
Seakan-akan emosi telah mengambil alih sang ayah dan sikap wibawa, ramah menjadi emosi dan kesal. Membuat Baekhyun sadar bahwa semua ini benar-benar salahnya, ya... salahnya. Jika saja Baekhyun tidak meninggalkan Tae karena hal bodoh itu. tak mungkin Taehyung sang adik masuk ke rumah sakit.
Apalagi sang ayah bertambah marah, saat mendengar Taehyung mengalami patah dan juga luka di bagian leher dan kepalanya. Membuat Baekhyun menyesal... benar-benar menyesal. Dan Baekhyun menyalahkan tentang kebodohannya.
"Hikksss... maaf appa, Baek tidak sengaja..."
Tuan Kim hanya menatap wajah sang anak dengan tatapan dinginya, membuat wanita cantik yang memeluk anaknya. Menahan emosinya dengan ekstra sabar. Sungguh kali ini ia tidak tahan dengan sikap sang suami yang selalu di sembunyikan dari dirinya dan juga orang lain. Dan wanita cantik itu hafal betul dengan sikap sang suami.
"Dengar Baek jika kau tidak menjaga adikmu dengan baik... appa tidak akan segan-segan untuk menghukummu. Kau dengar!!"
"Hikss... hikkss..." Baekhyun hanya bisa menangis menyembunyikan dirinya di balik tubuh sang ibu, dan wanita cantik itu memeluk anaknya dengan pelukan perlindungan dan menatap dingin ke arah sang suami.
Mendapatkan tatapan dingin sang istri justru tuan Kim lebih memilih untuk kembali masuk menemui putranya Kim Taehyung. Dan Baekhyun menatap kepergian sang ayah yang memasuki perawatan adiknya.
Suasana kembali hening, dan wanita cantik itu masih mengusap lembut punggung sang anak yang masih terisak dan tubuh yang bergetar ketakutan.
"Eom...eomma..."
Wanita cantik itu mengalihkan tatapannya, menatap wajah sendu sang anak. Hidung yang memerah dan juga kelopak yang sembab dengan air mata yang semakin deras mengalir.
"Tae... Tae, dia... hikksss..."
Sang ibu berjongkok menyamakan tingginya dengan sang anak, dan dipegangnya erat kedua bahu sang anak. Ditatapnya penuh sayang wajah sang anak, kedua bibir pucat yang tertutupi lipstik merah mudanya mengulas senyum. Disekanya air mata sang anak yang terus jatuh, dan menyibakan poni depan sang anak. Ia tahu betul bagaimana perasaan sang anak, apalagi ini menyangkut tentang Taehyung anak keduanya sekaligus adik dari putra pertama yang kini ada di depannya.
"Eomma... apakah Tae baik-baik saja..." air mata itu terus jatuh dengan nada sesenggukan menatap sang ibu yang kini berjongkok di depannya.
"Tenanglah Baek sayang, adikmu pasti akan baik-baik saja...." sang ibu mengeluarkan suaranya, nada penuh kelembutan dan ketenangan yang ia berikan kepada putranya berharap Baekhyun berhenti menangis dan yakin jika sang adik baik-baik saja.
"Eomma, maafkan aku... aku..."
"Shhttt... Baek sayang, jangan berkata seperti itu. ini semua bukan salahmu.."
"Tapi eomma, jika Baek disana... Tae dia..."
"Sudah, lebih baik kita berdoa... doakan adikmu supaya Tuhan memberikan kesembuhan padanya." Diusapnya pelan rambut sang anak oleh ibunya. Dan Baekhyun? entahlah hatinya merasa tenang ketika mendapatkan belaian lembut sang ibu.
"Nah, ayo kita berdoa..." sang ibu berujar lembut dan tak lama kini wanita cantik memejamkan matanya dan menautkan jemarinya seperti orang yang berdoa. Tak lama Baekhyun juga memejamkan matanya melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan ibunya.
Dipejamnya kelopak itu, diucapkan doa dengan tulus berharap Tuhan dapat mendengarnya dan mengabulkan pemohonannya. Dan tak terasa setetes air mata dari namja yang terkenal akan tubuh mungilnya turun, rasa penyesalan mendera dalam hatinya. dan juga ingatan bagaimana Taehyung sang adik jatuh membuat sesak dan sakit yang sempat hilang muncul kembali.
Dalam hatinya Baekhyun berharap dan berdoa...
'Tuhan, tolong... sembuhkan adikku, kumohon Tuhan... jangan biarkan ia pergi, aku menyayanginya... kumohon sembuhkan dia agar appa bisa tenang, begitu juga dengan eomma... Tuhan tolong kabulkanlah keinginanku, ini adalah doa yang tulus dari seorang hyung..."
(Flashback **** OFF)
..........................................
2017
"Wow... benarkah inI? ak...aku bertemu dengan..."
"Ne, tak kusangka kita akan satu project Kim Taehyung..."
Gadis cantik itu mengulas senyumnya, menyodorkan tangan kanannya mengajak bersalaman pada namja yang berdiri di depannya. namja yang terkejut akan kedatangan seorang gadis cantik yang terkenal. Bahkan namanya sudah cukup terkenal di Korea dan berbagai negara lainnya, Taehyung juga tahu bahwa gadis cantik di depannya juga salah satu artis dan juga penyanyi terkenal.
"Lee.. Lee Jieun.."
"Aigoo... Kim Taehyung, jangan gugup seperti itu..."
Taehyung menunjukan cengirannya, dan kini ia mengulas senyum kotaknya. Entah kenapa ia merasa pipinya bersemu merah saat dapat bertatap langsung pada gadis di depannya. apalagi Jieun merupakan salah satu idola yang tengah digandrungi beberapa fans di luar sana. Dan Taehyun tak menyangka jika penyanyi baru sepertinya akan berduet langsung dengan Jieun.
Apakah ini mimpi indah bagi Taehyung? Sepertinya begitu...
Dan kini Taehyung mengangkat tangan kanannya dan membalas jabat tangan gadis cantik di depannya.
"Ne, senang bisa satu project denganmu..." senyum kotak menawannya ia ulas kembali, menampilkan seretan giginya yang putih. Dan kini sepertinya akan menjadi teman dekat di tengah-tengah kesibukan pembuatan project yang diselenggarakan oleh salah satu agency.
....................................
....................................
"Appa...." Baekhyun berujar lirih, dan kini ditatapnya wajah sang ayah yang menampilkan wajah tegasnya, membuat Baekhyun kembali menundukan kepalanya.
Dan Baekhyun tahu bagaimana sikap sang ayah terjadap dirinya jika tidak ada ibu tirinya dan juga Taehyung tentunya, sikap dingin dan juga tegas sang ayah akan muncul jika ia bersama sang ayah hanya berdua.
Disesapnya secangkir kopi hangat yang sudah siap di atas meja, dan sang ayah kembali menaruh secangkir minuman tersebut. dan kini menatap bola mata sang anak yang tersembunyi di balik kaca matanya.
"Apa kau sudah melakukan tugasmu Baekhyun..."
Entah kenapa suara tegas itu membuat Baekhyun bergetar sedikit takut, apalagi sudah lama sekali Baekhyun tak mendengar suara tegas sang ayah. Terakhir suara itu muncul saat ia pergi, pergi meninggalkan Taehyung dan juga sang ayah. Ikut dengan ibunya pergi kembali ke Jepang tanah kelahiran sang ibu, hingga Baekhyun menghabiskan waktu remaja hingga dewasa di tanah negeri sakura tersebut, memulai karirnya sebagai model dan mampu memilik uang sendiri.
"Nne.. ne appa..." lagi-lagi rasa gugup itu muncul membuat Baekhyun menggigit bibirnya, tak seharusnya Baekhyun merasa gugup di depan sang ayah. Bukankah pria yang ada di depannya adalah ayahnya sendiri? tapi... kenapa justru Baekhyun merasa gugup. Entahlah hanya saja ras takut yang ia sembunyikan muncul begitu saja.
"Ta... Tapi.." Baekhyun kembali berujar. Menatap takut wajah sang ayah dan meneguk salivanya. Saat ia melihat sosok tegas di depannya. hingga tak terasa keringat dingin keluar dari pori-pori kulitnya. Entah kenapa ia ingin ibunya disini berdiri di sampingnya, dan menemaninya menghadapi sang ayah yang duduk di depannya.
Sementara sang ayah menopan dagunya dengan kedua tangannya yang bertumupu pada meja di sikunya, diangkatnya sebelah alisnya menandakan bahwa ia bertanya-tanya tentang apa yang akan dikatakan sang anak. Hingga akhirnya, Baekhyun mulai menggerakan bibirnya mencoba mengeluarkan ucapannya dengan nada kegugupan.
"Taehyung, dia masih keras kepala appa... tapi Baek akan berusaha, membuat ia menjadi namja yang lebih baik lagi... dan..."
"Sudah cukup!!!"
Tiba-tiba Baekhyun bungkam, ketika suara bariton itu menggema kembali dalam kantor pribadi sang ayah, membuat Baekhyun menatap penuh gugup pada pria di depannya.
"Aku tidak mau tahu, yang kuinginkan... buat Taehyung menjadi anak yang terdidik, dengan nilai sekolah yang semakin naik. Kau tahu akhir-akhir ini nilainya merosot dan aku takut karena itu disebabkan karirnya dan appa juga minta agar kau selalu mengawasinya dan mendidiknya. Kau tahu ayah selalu sibuk dengan kantor dan ibumu juga sibuk dengan usahanya. Dan satu-satunya yang bisa ayah andalkan hanya dirimu Baek..."
Baekhyun menganggukan kepalanya, paham dengan apa yang dimaksud sang ayah kepadanya. Ia tahu bagaimana rasa sayang sang ayah terhadap adiknya, rasa sayang yang cukup berbeda dari dirinya. Dan Baekhyun mensyukurinya, menerimanya meski ia tahu kalau hatinya yang selalu tersakiti karena perbedaan kasih sayang yang ia dapatkan dari sang ayah.
"Ne, appa Baek akan melakukan yang terbaik..."
"Memang sepantasnya begitu... kau anak yang paling tua disini. dan appa hanya ingin Taehyung mendapatkan masa depan yang lebih baik..."
Baekhyun kembali menganggukan kepalanya, entah kenapa ada rasa sakit dihatinya. Dalam pikirannya 'apakah ayahnya juga tidak memikirkan masa depan dirinya?' padahal Baekhyun juga ingin mendapatkan perhatian sama halnya dengan Taehyung.
"Kau tahu, appa juga tidak mau karir Taehyung luntur, kalau bisa lebih meningkat. Appa selalu melihat bagaimana perjuanganya untuk menjadi seorang artis hingga dia menolak untuk melanjutkan perusahaan appa, dan memilih bersolo karir, dalam usia belasan tahunnya dia mengikuti berbagai audisi, dan mengalami kegagalan berkali-kali. Bahkan ia selalu melakukan latihann setiap harinya, dan kau lihat Baek... anakku menjadi terkenal..." seulas senyum bahagia muncul di wajah tegasnya.
Deg...
Sakit itu datang, dan nyeri itu terasa. Dalam hatinya Baekhyun bertanya pada dirinya sendiri 'apakah aku bukan anaknya?' karena kedua telinga Baekhyun mendengar bahwa sang ayah hanya menyebut nama Taehyung dengan embel-embel anaknya. Dan Baekhyun ada di posisi siapa?
Hingga...
Ia memilih mengigit bibir bawahnya menahan sesak dan perih yang datang.
"Kalau begitu Baek kembali ke kamar dulu appa..."
Baekhyun tidak tahan, ia tidak ingin membuang air matanya jatuh begitu saja di dalam ruangan ini. rasanya ia ingin segera pergi dari ruangan, jika bisa rumah ini. Baekhyun tidak betah tinggal disini meski ia sudah dua hari tinggal disini.
Dan sang ayah hanya menganggukan kepalanya samar, dan tak mengeluarkan sepatah katapun.
Baekhyun berjalan, membalikan badannya dengan langkah kaki yang gontai dan menyembunyikan air mata yang jatuh tanpa ia undang.
...........................................
Ceklek...
Suara handle pintu terdengar saat seorang namja dengan wajah kelelahannya membuka pintu kamarnya. Nampak sekali wajah kelelahan dengan kantung mata, kantuk yang sudah datang menumpuk dalam dirinya. Ia menghembuskan nafas lelahnya dan sesekali merenggangkan badannya yang terasa mau remuk.
Diedarkan pandangannya ke segala penjuru, dan yang pertama ia lihat adalah ruangan yang gelap. Dengan segera Taehyung meraba-raba dinding dan menyentuh saklar hingga timbul bunyi klik..
Membuat penglihatannya semakin jelas kala lampu menerangi kamarnya dan Taehyung dapat melihat dengan jelas suasana kamarnya saat ini, ia taruh tasnya di atas ranjang tidurnya. Ia lepas sepatunya dan menaruhnya asal, tak lupa melepaskan jaketnya hingga nampak kaos putih dengan bahan tipis yang melekat di tubuhnya. Saat kakinya hendak melangkah menuju ke kasur empuknya. Tak sengaja...
Ia melihat gundukan besar dari balik selimut tipis, gundukan yang kini meringkuk bagai udang di sofanya dan Taehyung tahu siapakah namja tersebut.
Tatapan dingin ia arahkan ke arah namja yang terpejam kelopaknya, sepertinya namja di depannya sedang tertidur.
"Cih... tak kusangka, ku kira dia sudah pergi..." gumam Taehyung yang kini melengos pergi memilih menghampiri tempat tidur kesayangannya. Dan tak mempedulikan wajah Baekhyun yang mulai tenggelam dalam selimutnya.
Taehyung membaringkan tubuhnya menatap ke atas langit kamarnya, namun sesekali kedua netranya menatap ke arah sang kakak yang sedang tertidur di atas sofa. Ya, lagi-lagi ia melihat wajah kakaknya yang tertidur pulas.
Jam terus berdetak menimbulkan bunyi yang teratur di indra pendengaran Taehyung, dan entah kenapa rasa kantuk itu hilang saat tak sengaja kedua bola matanya melihat sesuatu di atas meja. Sesuatu yang menarik perhatiannya, segelas susu vanila yang telah siap.
Taehyung membangunkan tubuhnya, dan kini posisinya duduk. Diambilnya segelas susu itu dan menatap heran.
"siapa yang membuatnya, padahal eomma tidak pernah sekalipun membuatnya..." Taehyung menatap susu vanilla tersebut, dan memilih meneguk susu itu karena rasa haus yang menderanya. Hingga susu tersebut habis setengah.
Ia taruh kembali gelas itu, namun... tak sengaja manik netranya menatap secarik kertas. Karena pensaran dengan segera Taehyung mengambilnya dan membaca tulisan yang bertintakan biru tersebut.
Taehyung membaca dari bait awal hingga akhir, hingga senyum dengan decihan muncul di bibirnya menatap kembali ke arah sang kakak yang terlelap. Tatapan tidak suka dan juga kebencian yang ia berikan.
"Kenapa hyung seperti dia mempedulikanku, aku bisa menjaga kesehatan sendiri..."
Taehyung memandang gelas itu tidak suka, dalam hatinya ia menyesal meminum susu itu. jika tahu kalau segelas susu itu buatan sang kakak, Taehyung tak akan mungkin dan tak akan sudi meminumnya.
"Menyesal aku meminumnya, jika aku tahu kalau yang membuat susu itu model dewasa seperti dirinya, cih... memalukan.."
Taehyung tidak suka, benar-benar tidak suka. Kebencian dan egonya lebih besar. Bahkan ia tak menganggap kakaknya, menghilangkan perasaan saudaranya dari sang kakak. Ia sudah terlanjur marah dan sakit hati. Saat dimana ingatannya pertama kali ia melihat wajah sang kakak, wajah yang terpampang nyata di depannya. membuat dirinya diolok-olok, bahkan sempat mendapatkan bully . sangat jelas ingatan Taehyung bagaimana sang kakak yang menjadi model di sebuah majalah jepang yang terkenal menjijikan baginya.
Dan Taehyung muak, sangat muak... dulu ia berkata, apakah kakaknya tidak bisa berusaha lebih baik lagi? Kenapa kakaknya mau mencari jalan instan yang justru sangat menjijikan. Tak tahukah betapa malunya dirinya melihat pekerjaan sang kakak. Dan tahukah dia, jika dia selalu mendapatkan imbasnya, imbas yang dikenal sebagai seorang adik dari kakak majalah dewasa di Jepang.
Sungguh Taehyung benar-benar muak mengingat kejadian itu, dan menghilangkan rasa sayang terhadap kakaknya, kakak yang menyandang nama Byun di depannya.
"Aku muak melihatmu hyung, kau menjijikan..."
Satu kata pedas muncul di bibirnya, dengan gumaman dan emosi tertahan dalam dirinya. Hingga Baekhyun tak menpayadari jika sang adik telah mengumpatnya, karena dia masih terlarut dalam mimpinya.
.......................
12.00 p.m...
deg.. deg.. deg... deg... deg...
"Arrrghhhh... mpppfff...."
Keringat muncul di keningnya, dengan ukuran sebiji jagung. Kedua tangannya membekap mulutnya, kedua bola matanya terpejam menahan sakit yang amat sangat dalam dirinya. Dirasakan detakan jantungnya yang memompa begitu cepat dan sakit juga nyeri.
"Akh... sa..sakit.."
Baekhyun memegang dadanya, menitikan air matanya. mengigit bibir bawahnya hingga darah keluar. tengah malam dan juga angin malam berhembus, dirinya duduk di pojok kamar mandi yang berada di dalam kamar sang adik.
Menyandarkan kepalanya, menatap langir kamar mandi yang berputar dalam penglihatannya.
"Hikkss... eom...eomma... sa...sakit..." Baekhyun mengadu, menahan sakit dengan air mata yang jatuh. Berharap sang ibu datang dan memeluknya, atau setidaknya mengurangi rasa sakitnya.
Entah sudah berapa menit Baekhyun menahan sakitnya, padahal tadi saat sakit itu muncul mengganggu dan mengusik mimpi indahnya, namja tampan dengan tubuh mungilnya itu telah meminum dua butir obat yang sudah menjadi konsumsinya selama ini. tapi...
Seakan sakit itu enggan pergi, membuat Baekhyun harus menahan rasa sakit yang teramat di dadanya....
"Arghhh...."
Tes..
Tes...
Erangan lirih dan pilu terdengar di dalam kamar mandi, Baekhyun tak peduli jika bibirnya akan terluka karena ulahnya. Ia hanya tidak mau jika Taehyung adiknya bangun karena suaranya.
Dikepalnya kedua tangannya, pandangan sayu dan juga penglihatan berkunang-kunang ia rasakan. Sakitnya semakin bertambah, Baekhyun merasa heran apakah tubuhnya tidak mempan dengan obat itu lagi? Padahal biasanya beberapa menit sakit itu berkurang, tapi sekarang....
Justru sakit itu tak kunjung hilang, membuat Baekhyun harus menahan penderitaannya...
"Arrghh... eomma... to..tolong aku..." kaki Baekhyun bergerak hingga tanpa sengaja menumpahkan seember penuh dengan air dan membuat celananya yang menyentuh lanati kamar mandi itu basah. Dirasakan kakinya yang dingin karena air tersebut, dan Baekhyun tidak peduli mengingat sakitnya jauh lebih penting. Karena rasa sakit itu semakin menjadi.
"Eomma... jan,,,jantungku..."
Bruukkk...
Nafas Baekhyun tersenggal, kepalanya dan tubuhnya membentur dingin dan basahnya lantai. Setetes air mata jatuh dengan tangan kanan yang menekan kuat dadanya berharap rasa sakit itu hilang.
Rasanya sangat... sakit... sakit....
Seperti ditusuk ribuan jarum dalam waktu yang bersamaan, dengan susah payah Baekhyun menelan salivanya. Dalam hatinya ia belum siap pergi, ia belum ingin...
Masih ingat kewajibannya, sebagai seorang kakak... ia ingat akan janjinya sebagai seorang anak pada ayahnya. Ia harus membuat Taehyung lebih baik, mendidik sang adik dengan caranya... berharap masa depan Taehyung sang adik lebih baik. Dan itulah yang diinginkan Baekhyun, tanpa diminta, tanpa disuruh... dan ini kesempatannya bukan? Selama bertahun-tahun terpisah, hingga akhirnya dirinya bertemu meski pertemuan awal yang cukup pahit baginya.
Baekhyun menatap nanar ke depan pintu, tubuhnya ia paksakan untuk berdiri, mencoba keluar dari toilet, tapi...
Tubuhnya rasanya lemas, dan sakit telah mengambil alih tubuhnya membuat ia hanya mampu dengan posisinya tubuh yang terbaring di atas lantai yang dingin dan basah dengan dada yang terasa sangat sakit.
Tes...
Dan lagi air mata itu jatuh seiring detakan jantung yang begitu cepat, bagi Baekhyun ini adalah rasa sakit yang paling sakit diantara rasa sakit yang ia rasakan. Dan sialnya itu membuat Baekhyun lemah dan rapuh seperti saat ini.
Ringisan dan juga wajah menahan sakit, membuat namja dengan rambut coklat creamnya ini bersusah payah...
Ia harus keluar, dan pergi ke rumah sakit....
Dengan bersembunyi, tidak ada yang boleh tahu...
Akan sakitnya, bahkan Taehyung sekalipun.
Bagi Baekhyun biarlah rahasia ini dia yang tahu....
Dalam hatinya Baekhyun berdoa semoga rasa sakit itu menghilang, dan dia bisa bangun. Berusaha semampunya...
Hingga....
"Arghhh... eomma..." Baekhyun tidak tahan, dia mengerang dan berharap jika Taehyung tak mendengarnya. Ia tidak tahan, sungguh sakit... benar-benar sakit.
Dengan nafas tersenggal, juga buliran keringat keluar dari keningnya dengan bibir pucatnya mmebuat Baekhyun nampak miris dan berantakan.
"Eom...eomma..."
Dan terakhir gelap datang menghampirinya, membuat tangan itu jatuh di atas lantai dengan kelopak yang terpejam. Dan tak ada yang tahu, bahkan sang pemilik kamar sekalipun. Jika di dalam kamar mandinya, terdapat namja yang tak sadarkan diri, namja yang berjuang menahan rasa sakit akibat penyakitnya.
Bersamaan dengan itu dua butir daun telah turun, diantara daun yang masih menguning. Dua daun kering yang jatuh, menandakan musim gugur masih berjalan, hingga menunggu kedatangan gugur terakhir....
Dan Taehyung ia bermimpi, mengarungi mimpi indahnya, tak mengetahui jika sang kakak tengah sekarat dalam kamar mandinya.
Namja yang akan kehilangan cahayanya...
Byun Baekhyun..
.................................
TBC...
Hai semua kembali lagi dengan chap ini, entah kenapa author lagi mood buat ngelanjutin nih ff, tenang ajjah bagi yang menunggu ff lainnya lagi masa pengetikan dan akan segera menyusul untuk up...
Aku tahu nih chap gaje banget, maafkan aku ne... author udah usaha maksimal...
Oh ya maafkan author jika nih chap banyak yang typo masih bertebaran...
Jangan lupa vommentnya ne, kristan sangat diperlukan bagi author....
Oke, sekian dari saya...
Sampai jumpa di next chap ya...
Gomawo and saranghae...
#el
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro