
반란의 시작 (62)
" Apa kabar dengan hati yang sudah lemah tapi terpaksa bertahan? bahkan Tuhan pun seakan tak sanggup untuk membaca kisah hambanya yang begitu menyedihkan. Rasanya yang namanya kebahagiaan itu begitu jauh dari pandangan mata dan butuh waktu lebih dari setahun untuk menggapainya. Apakah bisa?"
.
.
.
(Author ***** POV)
Kepala itu berdenyut pusing, ia tak bisa berfikir jernih saat perjalanan pulang tadi. Bukannya dia enggan menerima apa yang ia dengar saat ini, hanya saja ini terlalu singkat untuk ia pahami. Pusing... sungguh pusing bahkan badannya saja sudah oleng jika dia tak berpegangan dengan tembok. Tak bisa meminum seteguk air pun saat dia berusaha membasahi kerongkongannya yang kering, membuat dahaganya semakin menjadi dan otaknya sangat sulit berfikir berat saat ini. Rasanya semua ini adalah mimpi buruk yang mungkin saja akan hilang saat dia bangun, akankah ini benar dia sendiri mencoba untuk membangunkan dirinya dengan mencubit tangan saja sudah gagal. Dia kehabisan akal rasanya dan merasa jika dunia berusaha menjebak dalam kegilaan yang haqiqi. Banyak orang bilang dia artis muda yang berbakat namun nyatanya dia bodoh dalam hal ini.
Bodoh...
Sangat bodoh, karena sang kakak telah memberitahukan kejujuran yang begitu pahit di depannya. Bukan tubuhnya yang remuk dan sakit, akan tetapi hatinya lebih remuk dan sakit. Kala tarikan nafas oksigennya makin menyempit, membuat tangan kanan miliknya menggenggam meja makan yang ada disana. Kim Taehyung dengan beribu permasalahannya yang datang dalam waktu beberapa menit saat itu. sudah setengah jam untuk dia sadar akan bagaimana kisah sang kakak.
Dia tersedak dan tak mengindahkan untuk meminum segera air di gelas yang setengah kosong itu. menepuk dadanya kuat dan berusaha agar rasa sedaknya itu hilang, tenggorokannya memang pahit tapi Taehyung sendiri tidak peduli. Dia terlampau tak bisa berfikir dengan jernih dan memilih menikmati rasa nyeri dari obat dari pil pahit yang ditelannya. Rasanya dia ingin meminum lebih dari dosis yang ditentukan agar dia bisa segera memejamkan matanya tidur dan bangun saat sadar bahwa itu semua mimpi buruk.
Tapi sepertinya bukan manakala rasa pusing itu semakin menjadi dengan sesak teramat sangat di dadanya. Membuat Taehyung melangkah lari dengan sedikit kencang dan menuju ke kamar mandi. Jika kalian berpikir dia ingin mendinginkan badannya itu salah besar, justru yang ia rasa kerongkongannya sangat sakit dan lidah itu menjadi pahit. Dia muntah dan pada akhirnya tiga pil obat yang sengaja ia minum itu keluar sudah. Dia sempat tercekik karena obat itu dan dia justru menangis karena sakit di tenggorokannya juga hatinya.
Sadar atau tidak kedatangan Baekhyun justru membuat hatinya terguncang, bukannya membaik justru Taehyung berteriak frustasi dan meminta sang kakak untuk segera pergi dari hadapannya. Dia merasa dia tersiksa dengan melihat kedatangan sang kakak, dia merasa jika dia menjadi akan sangat marah luar biasa kepadanya. Dia mengusir sang kakak agar tangannya tak sengaja melukainya, akan tetapi Baekhyun keras kepala untuk mendekati sang adik.
"Taehyung ini aku tolong tenanglah maafkan hyung, aku melakukan ini karena aku menyayangimu!" ucap Baekhyun dengan tangan yang memaksa untuk memeluk sang adik yang sedang mengamuk.
Taehyung terus saja memporak porandakan isi kamar mandi itu, dia bahkan berteriak marah dengan sedikit mendorong tubuh sang kakak. Ini wajar karena Taehyung sudah lama tidak meledak seperti ini. membuat Baekhyun meringis sakit kepalanya lantaran benturan keras saat mengenai dinding.
Rasanya kepalanya sangat pening dengan mata yang memburam, dia tak ingin menyalahkan sang adik yang tak sengaja melakukannya. Ini kesalahannya lantaran dia mengatakan dengan jujur saat itu juga. Tidak melihat waktu dan mungkin Taehyung belum siap untuk hal itu.
Sampai akhirnya...
"ENYAHLAH HYUNG HIKKSSSS PERGILAH BIARKAN AKU SENDIRI AKU INGIN SENDIRI HUH!"
Meledak, Taehyung melempar sebuah botol sampho ke arah kakaknya dan alhasil itu membuat Baekhyun berdarah tepat di hidungnya. Terbelalak dengan kedua mata yang masih berkaca, Taehyung melihat tetesan darah itu meleleh dari hidunganya. Dia melihat kedua telapak tangannya yang bergetar dia melakukannya dan itu tidak baik.
"Akhhh... sakitnya." Rutuk Baekhyun tanpa sadar dia mengusap hidung itu. pada akhirnya dia mimisan dan membuat Taehyung seakan membeku melihatnya. Benar, dia menyakiti kakaknya dan sukses menjatuhkan air matanya. Dia sendiri seperti merasakan sakit, sakit tak berdarah namun hatinya hancur lebur.
"Tak apa Tae, aku baik saja kau duduklah di ruangan aku akan menjelaskannya padamu hem." Baekhyun nampak tenang dengan tangan yang ingin menyentuh pundak sang adik namun tak sampai itu. Dia tak ingin memaksa sang adik dan melihat dirinya mengamuk seperti tadi. Tak akan baik dan dia akan membuat Taehyung semakin jauh darinya, kemungkinan akan ada cara lain untuk membuat adik kesayangannya itu mengerti. Hingga tanpa sadar namja muda itu mengangguk setuju dengan kaki yang bergerak tanpa menolak. Menuju kesana ruang yang biasa mereka gunakan untuk duduk makan bersama atau sekedar bercanda. Hanya saja tatapan sang adik nampak kosong.
Baekhyun seakan merasa sakit dan ngilu, dia kambuh dengan detak jantung hampir tak terkontrol. Ya... seharusnya dia butuh banyak istirahat dan mengurangi aktivitas beratnya sampai minggu depan akan tetapi lantaran takut Taehyung melakukan hal onar membuat dia melangkah cepat dan lari menyusul. Dia memaksakan oksigennya dan sering menahan sakit saat dia merasa sakit di jantungnya kala mencoba berlari, hingga keringat dingin itu keluar dengan sendirinya begitu banyak. Dia tak ingin menunjukan sakitnya yang datang dan mengusap wajahnya cepat dengan sapu tangan, dia berharap semoga obat yang baru saja ia telan cepat mampu mengurangi rasa sakitnya.
Dia tak butuh minum lantaran dia tak mau membuang waktu, menghentikan pendarahan di hidungnya dan menyumpalnya dengan tisu beberapa kali setelah diganti. Baekhyun rasa ini sudah cukup hanya untuk menghentikannya saja. Dia lantas menoleh ke depan cermin, disana di balik pintu kamar mandi yang masih terbuka tak sengaja kedua manik mata miliknya melihat wajah seseorang yang nampak kosong dengan tetesan air mata yang jatuh. Kim Taehyung dia menangis dan justru menghancurkan keyakinan Baekhyun untuk mengatakan lebih jauh lagi.
"Kenapa kau sangat bodoh memberikan kebenaran itu Baek, sementara kau tahu adikmu tak akan suka. Dasar bodoh! Bodoh! Kau bodoh!"
Baekhyun sendiri justru menangis, entah kenapa hatinya semakin ngilu, sakit dan itu bukan berasal dari jantungnya yang berdetak setiap detiknya. Rasa sakit yang berbeda saat kau melihat orang yang kau sayangi terluka. Baekhyun sangat sesak hingga dia menepuk dadanya sedikit keras, mendongakan kepalanya ke atas dan menghirup oksigen banyak dan terisak. Baekhyun terisak dengan hati menjerit tak kuasa, dia gagal menjadi seorang kakak dan anak dari mendiang ibunya untuk menjaga amanah. Dia sangat bodoh dan juga nekat dalam melakukan hal apapun sampai dia bisa melihat angan masa depan yang datang di masa kini adalah gambaran sekarang. Gambaran ketika dia terlunta dan menangis dengan kebodohannya di depan sang adik yang mungkin bisa saja membencinya.
Melihat bayangan dirinya yang murka, Baekhyun yang melihat dirinya sendiri teramat jijik. Dia mengingat bagaimana dia berpose dan bagaimana kehidupannya di Jepang selama masa sulit. Tak ada kata bahagia setelah kematian ibunya, penyemangatnya juga menghilang seperti Tuhan memberikan dia sebuah karma. Kesempatan... datang disaat seperti ini cukup tepat, dan dia menghancurkannya dengan pilihan transparan.
Mungkin hatinya lega akan tetapi hati sang adik pasti hancur dengan kepercayaan sirna. Baekhyun memejamkan matanya dia meraup oksigen sebanyak yang dia bisa, matanya sedikit sembab dengan ekspresi kacaunya. Dia tak peduli dengan apa yang akan terjadi setelah melanjutkannya, dia ingat akan pesan ibunya untuk memberikan hak pada adiknya sebelum sang ayah bertindak cepat. Kedua tangannya bergerak mengerat menyentuh pinggir meja kamar mandinya, di depan kaca kecil kamar mandi disana Baekhyun sedikit menundukan kepalanya.
Siap...
Dia siap menerima segala hal meski dia akan dibenci kedua kalinya. Jantungnya tak sakit lagi dan mimisannya juga berhenti walau belum sepenuhnya. Melihat pistolnya sekali lagi, dan meyakinkan apa yang akan dilakukan pada saat itu benar terjadi. Taehyung harus mengerti keadaanya dan setidaknya mendukung pilihannya. Walau mungkin akan terjadi keributan dan sang adik justru masih terdiam di sana. Dia seorang kakak dan itu tugasnya, melindungi si bungsu dari ketamakan ayahnya yang tak bisa diubah. Ibunya saja sudah berjuang dan Baekhyun lah yang meneruskannya meskipun itu sulit.
"Eomma, apa yang menjadi pilihanmu dan apa yang menjadi pesanmu akan aku lakukan. Taehyung anak baik dia menjadi tumbuh dewasa berkat perhatianmu disana, eomma... jika pun aku tak selamat mungkin saja Luhan hyung bisa menjaganya. Eomma, katakan pada Tuhan untuk tidak mengambil Luhan hyung dan memberinya umur panjang."
Harapan kecil yang berisi kan doa, dia berharap pada Tuhan juga ibunya di surga. Dia berharap apa yang dia rencanakan dan dia inginkan terjadi. Dia akan melakukannya, memberikan hal yang harus Taehyung ketahui sebelum dia kehabisan waktu untuk menjelaskannya. Berharap jika sang ayah bisa dimasukan dalam sel penjara agar hukuman menjadi karma untuknya. Meski dulu dia tidak akan pernah bisa menang melawan ayahnya yang tamak. Tentu saja... dia hanya menjadi sebuah benteng untuk adiknya dan Baekhyun tak akan masalah dengan hal itu.
Hingga pada akhirnya ketika dia berjalan keluar dari kamar mandi, dia melihat Taehyung menoleh ke arahnya dengan ekspresi yang dia sendiri tak bisa menebaknya. Keduanya terdiam dalam rasa canggung yang mendadak datang luar biasa.
"Tae..."
Sang kakak memanggil dan Taehyung yang menoleh enggan menatap, hingga tarikan sabar nafas sang kakak yang menjadi andalan Baekhyun menenangkan dirinya.
Sepertinya sang adik sangat marah padanya....
.................................
Mobil BMW itu melaju kencang, seseorang pergi memecah jalan raya dengan kecepatan tinggi. Dia mengulas senyum tipisnya setelah dia mendapatkan kesempatan memakai mobil mahal serta datang ke suatu tempat. Xi Luhan namja dengan darah keturunan Cina ini datang menuju ke tempat dimana dia selalu berdoa.
Sebuah kelenteng khas buatan warga Cina di masa lampau adalah tempat untuk dirinya menenangkan hati. Dia ingin bertemu dengan Tuhan secara batin, agar hatinya yang semerawut bisa tenang. Berhenti disana dan melihat masih ada para biksu yang menjaganya. Tempat ibadah itu juga masih bagus dan rapi, dia masuk dengan mobil yang sudah ia pakirkan pun dia kunci. Dia ingin melakukannya atas dasar keinginannya.
Saat melangkah masuk dia melihat cahaya lilin yang berjumlah seribu menerangi ruangan tersebut para penjaga disini yang melakukannya dan Luhan bisa khusyuk melakukan ibadahnya. Sementara disana masih ada seseorang yang menghidupkan sisa lilin yang mati. Kedatangan Luhan membawa rasa terkejut pada penjaga kuil, sedikit heran lantaran melihat pemuda berjaket datang di malam hari apalagi wajahnya sedikit babak belur seperti habis dihajar seseorang.
Mengabaikannya dan melanjutkan kegiatannya, dia cukup senang masih ada orang yang sudi melakukan ibadah di malam dingin seperti ini. sekalipun dia bukan orang baru yang melakukannya, dengan sedikit hati-hati si penjaga yang berpakaian seperti biksu itu pun keluar dan tak ingin mengganggu keseriusan pemuda itu. Walaupun masih ada hal yang dia lakukan.
Pada akhirnya Luhan pun memulai ibadahnya, dengan ditemani kunang-kunang yang terbang di luar kuil dan menambah keelokan disana. Sayang hanya bisa dibayangkan dan tak bisa melihatnya secara langsung.
Luhan disana masih berdiri tanpa goyah dia sudah lima menit memejamkan matanya dan berdoa, berinteraksi dengan Tuhan dengan wajah datarnya. Dia meminta banyak hal dan hanya dirinya juga Tuhan yang tahu. Ada wajah segurat rasa rindu saat dia meneteskan air matanya, kemungkinan dia ingat ayahnya lantaran selama ini yang mampu membuat dirinya menangis adalah dua sosok yang dia sayangi. Ayah, ibu... keduanya adalah orang yang berarti bagi dirinya juga hidupnya. Walaupun sang ayah sudah pergi meninggalkannya terlebih dahulu.
Dia merasa doanya sudah cukup dia lakukan, sampai akhirnya dia mengamini doanya dan harapannya serta memberikan penghormatan pada Tuhan. Dia tak sadar jika seorang biksu berdiri di sampingnya dan memberikannya sesuatu. Luhan menoleh dengan wajah sedikit terkejut tak menyangka kedatangan seseorang di saat dia hendak berbalik untuk pulang.
"Bawalah obat ini, oleskan di bekas lebammu dan kau akan pulih." Ucapnya dengan wajah damainya. Luhan sejenak terdiam, dia melihat sebuah salep kecil yang belum pernah ia tahu. sedikit mengangkat alisnya dengan perasaan hati bertanya.
"Ini buatan kami, di kuil ini kami menggunakan tanaman herbal gunakanlah dan kau akan merasakan efek baiknya. Jika kau membiarkan lebam itu akan membengkak."
Lagi-lagi biksu itu meyakinkan penawaran baik bagi Luhan, dengan tersenyum Luhan mengangguk dan menerima pemberian penjaga disini. Dia mengucapkan terima kasih dengan bahasa Cinanya dan juga memberi hormat seperti yang diajarkan oleh ibunya. dia sangat senang masih ada orang yang mempedulikannya dalam hal sekecil ini.
"Anda sangat baik, aku sangat berterima kasih."
"Sama-sama sudah sepantasnya sesama manusia saling menolong."
Keduanya membungkuk hormat dengan damai, Luhan melihat waktu semakin malam dan cuaca disini bertambah dingin dengan sopan namja tampan itu pamit untuk kembali pulang. dia sudah tenang dengan hati yang puas meminta pertolongan pada Tuhan. Ditanggapi dengan anggukan kecil biksu disana, dia juga ramah dan membuat Luhan setenang ini serta jauh berbeda dari sebelumnya. Rasa sumpek di hatinya mendadak menghilang dan dia merasakan hal itu jauh lebih menyenangkan dari pada yang dia kira.
Dia berdiri sebentar saat melihat pemandangan indah yang merasuk dalam penglihatan di matanya. tersenyum dengan tipis dan melihat sekitarnya dia berdiri di mana kunang-kunang sedang melakukan tugas mulianya. Menunjukan keajaiban mereka di depan matanya dan menghibur hatinya yang sedikit lara. Hatinya memang terasa majemuk tapi itu hanya sebentar dan sekedar sebatas.
"Appa kau benar jika dunia ini indah, kau mengatakan itu dengan bukti yang nyata saat aku lihat. Aku merasa nyaman dengan kehidupanku dan memang kau marah saat aku melakukan hal nekat itu."
Luhan rasanya sangat malu pada Tuhan juga dunia yang sudah memperbolehkan dirinya manusia seperti dirinya berada disini. Luhan sepertinya tak pernah bersyukur pada kehidupan dia harusnya paham dengan ucapan ayahnya saat dia kecil. Hidup bahagia jika dilakukan dengan hal sederhana, dia menyesal telah mengabaikan ucapan sang ayah soal itu. Rasanya dia menjadi sangat tidak berguna dan justru menyedihkan ketimbang Baekhyun yang selalu mengejar dan membuat Taehyung mengakuinya sebagai seorang kakak. Tanpa Luhan sadar dia telah melupakan impiannya.
Dia akan memulai hal kecil yang baru, mungkin saja setelah semua masalah ini selesai. Dia tak ingin ada seorang pengganggu yang membuat dia terjebak dalam rasa gila yang sama dan memaksa dia untuk mencapai keputusasaan yang membuat dirinya sendiri justru merugi.
Mungkin dia ingin sedikit lama disini, tak ingin membuang kesempatan ini pergi dan tak bisa ia lihat lagi. Manakala dia sangat suka dengan keindahan dan juga kesempurnaan yang selalu melekat dalam kesenangan batinnya. Dia berharap Tuhan memaafkan semua kesalahannya dan menjadikan dia manusia lebih baik. Segera menyelesaikan masalah ini walau pada nyatanya akan ada pertumpahan darah yang datang lagi, di saat itulah dia membaca sebuah pesan.
Dari Baekhyun untuk dirinya...
Dia merindukan adiknya tersebut, bahkan ingin mengobrol lebih panjang jika punya kesempatan. Mungkin hal itu akan segera datang, dan akan dia lakukan.
"Byun Baekhyun siapakah jati dirimu?"
Bertanya-tanya dalam setiap pemikiran nalarnya dia hanya penasaran siapa adiknya sampai bos mafia saja tertarik dengan Baekhyun juga yang berhubungan dengan sebuah senjata.
Pada akhirnya ada yang mengawasinya, sejak dia sampai disini dan seorang Luhan tak menyadarinya. Rasanya akan sangat penasaran memang akan tetapi, dia masih menunggu waktu hingga pada akhirnya.
Ada senyum jahat dari pria itu, dia memperhatikan putranya yang sedang ada disana dengan keadaan baik saja. Menarik... bahkan istrinya saja menalak hanya karena anak kurang ajar disana dan dia pada akhirnya membuat sebuah pemikiran.
Rencana berdarah yang menyebabkan sebuah kematian....
Sepertinya tuan Kim mulai gila setelah apa yang terjadi.
"Anak-anakku appa sangat merindukan kalian..." bisiknya dengan suara berat dan tegasnya, bahkan terasa merinding lantaran telinga mendengarnya. Itu karena suara tersebut membuat merinding takut.
.............................
Tbc...
Apa kalian akan menduga chapter seperti ini, sudah kah kalian mendapatkan gambaran untuk chapter selanjutnya? Disini author berusaha agar kalian mendapatkan sedikit adrenalin disaat baper tengah melanda kalian. Oh iya terima kasih untuk dukungan kalian selama ini, semoga author masih bisa menghibur kalian.
Tetap semangat untuk kalian puasa. Dan tetap semangat menjalankan aktifitas di tengah puasa. Salam sayang untuk kalian....
Sampai sekarang ini apakah kalian puas dengan cerita yang author buat. Jika ada kekurangan atau kesalahan mohon berikan masukan yang membangun dan bukan kritikan yang pedas ya hehehe. semoga kalian cukup senang dengan chapter yang saya tulis ini. Tunggu saja tanggal mainnya dan bagaimana next episode selanjutnya.
Tetaplah sehat dan semoga kita berjumpa bertatap langsung dan senyum sapa.
Gomawo and saranghae...
09/05/2020
#el
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro