Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

반란의 시작 (46)

" So goodbye, to the lonely me who once hide in the dark."

.

.

.

( Baekhyun **** POV)

Dulu, ketika aku masih kecil....

Aku selalu bermimpi menjadi sesuatu yang berguna. Seseorang yang bisa menciptakan hal yang bisa menimbulkan senyum dan bangga. Entah itu sebuah predikat pendidikan ataupun juga pekerjaan.

Terkadang melihat bagaimana ayah dan ibuku tersenyum sembari merangkul pundakku adalah hal yang aku impikan ketika aku menginjak bangku sekolah dasar. Dimana aku selalu berangan hal itu terjadi, dengan bunga ucapan selamat yang kupegang begitu juga dengan adik kesayanganku. Aku akan ajak dia melihat dan mengajarinya sebagai orang yang sukses. Memberikannya jalan dan menjadi benteng agar dia menjadi sebuah bintang yang lebih bersinar diantara lainnya.

Seperti celoteh polosnya yang aku ingat hingga saat ini, dan bagaimana tatapan jernih dengan bibir yang melengkung keatas. Membuat diriku tak pernah bosan untuk melihatnya karena ia terlihat sangat manis saat melakukan hal demikian.

Tapi....

Apakah ini hari terakhirku sebelum semua impianku tercapai?

Apa hanya sampai disini perjuanganku sebagai seorang kakak?

Apakah aku harus menyerah dengan rasa sakit yang aku derita, sementara disini aku berjuang untuk hak adikku dan memperjuangkan sesuatu yang ia miliki.

Bisakah Tuhan, kau menungguku untuk menyelesaikan janji pada ibuku. Aku hanya tidak ingin dianggap sebagai manusia munafik di depan pemakaman ibuku.

Aku bertahan di dunia yang kejam ini hanya untuk Taehyung adikku, aku berjuang dengan sisa tenagaku untuk semua hanya untuknya. Dan aku bertarung dengan keegoisan ayahku hanya untuk memperjuangkan hak adikku. Apakah aku harus pergi dengan hal sia-sia, sementara apa itu 'kesalahan' masih berada disana.

Tuhan....

Tak ada yang bisa menolong adikku secara langsung jika bukan aku. Bisakah kau berikan aku kekuatan untuk bertahan? jangan pisahkan aku dengan rohku, jangan jauhkan aku dengan dunia ini. Sebelum karma datang pada ayahku, dan keadilan datang kepada kami. Biarkan daun berguguran sampai habis, tapi kumohon jangan denganku.

Aku selalu yakin kau tak akan sekejam itu pada hambamu, dan aku termasuk manusia ciptaanmu. Apapun tujuanmu menciptakanku lahir di dunia ini, aku akan mencari tahu dan sedang aku jalani. Tolong... kurangi rasa sakit ini, aku sudah tidak tahan dengan sakit yang kian mencekik kerongkongan ini.

Aku hanya ingin bertarung dengan tubuh yang kuat untuk menghadapinya. Berikanlah keajaiban padaku sampai titik darah penghabisan...

Dan kau boleh menjemputku pulang, bertemu denganmu dan bertemu dengan ibuku di Surga.

Saat itulah aku akan meninggalkan adikku untuk berjuang di dunia...

Meski siap atau tidak, aku tahu kau akan tetap memanggilku. Karena sejujurnya aku takut akan mati, dan meninggalkan semua yang aku sayangi...

Mereka....

Yang aku perjuangkan hak dan keadilan, dari tangan ayahku...

.

.

Pandanganku gelap, aku tak peduli bagaimana pusing dan sakitnya kepala belakangku saat aku telah membenturkannya beberapa kali. Rasanya sedikit basah dan perih saat menempel pada dinding di belakangku. Diantara cahaya lampu yang remang aku hanya bisa duduk dengan lemas disini, meremat dadaku yang belum menunjukan tanda membaik. Semua obat sudah aku telan, tanpa meminum air sedikitpun. Aku tak peduli karena aku sudah biasa akan pahitnya.

Hanya saja, tubuhku mengalami respon yang lama untuk mengalami rasa membaik. Terasa sangat menyiksa dan aku tak tahu apakah aku harus menyerah dan berteriak meminta tolong. Dalam setengah hatiku aku masih memiliki tekad untuk diam, menunjukan bahwa aku 'baik-baik saja.' Tak bisa menunjukan kelemahanku hingga membuat rasa khawatir datang dari Taehyung, Luhan hyung dan Kyungsoo.

Aku akan diam dengan rasa sakitku dan berharap aku akan baik saja. menangis dalam diam bukan hal yang memalukan bagiku karena aku memang membutuhkannya saat ini. Aku tak peduli jika aku lemah, aku tak peduli jika aku cengeng. Aku hanya berjuang dengan sakitku.

Saat ini, aku...

"Eom-eomma..."

Aku merintih, rasanya kepalaku terlalu berat hanya untuk bersandar. Aku yang tak sanggup memilih menjatuhkan tubuhku yang bertahan duduk sedari tadi. Memilih dinginnya lantai kamar mandi sebagai tempat pertahanan terakhirku. Aku tidak peduli jika wajahku pucat, bibirku kering. Rasanya kedua kelopak mataku terasa lemas hanya untuk sekedar membuka.

Aku tidak tahu apakah aku akan hidup dan bernafas esoknya. Ketika aku merasa tubuhku tak mampu untuk bangun. Aku pikir inilah saatnya aku meminta tolong pada siapapun, tapi... kerongkonganku seakan tak bisa mengeluarkan suara. Aku seperti manusia bisu yang mendadak lumpuh. Aku tak bisa apa-apa selain menjatuhkan air mataku pasrah. Sakit ini kian terasa dan aku mendiamkannya. Apakah ini efek obat yang terlalu aku brutal meminumnya tanpa membaca anjurannya terlebih dahulu. Keteledoranku yang mungkin saja terjadi karena aku terlanjur merasakan sakit disini.

"To-tolong aku akhhhh..."

Tanganku hanya bisa mengambang di depan bak mandi yang merupakan benda mati. Aku bodoh... aku hanya disini dan bersembunyi dari pandangan Taehyung dan masih berharap bantuannya. Apakah aku bukan orang yang tolol? Aku ingin mentertawakan diriku sekaligus mengasihini diriku ini.

"Akkhhhh... Eom-eomma, sa-sakit..." aku hanya bisa terbaring miring pasrah, aku merasa aku sudah berada diujung tanduk. Aku ingin menyudahi sakit ini, tapi apakah dengan kematian?

Kalian tahu? hal pertama yang aku ingat adalah adikku. Bagaimana dia dan seperti apa selanjutnya saat aku tinggalkan. Walau kenyataannya sempat ada kebencian yang ada. Sebelum semua terjadi berubah menjadi indah menurutku.

Aku masih punya kesempatan dan peluang kecil. Aku hanya menunggu jika dipanggil disaat yang tiba, tapi...

Aku sebenarnya tak ingin menyerah.

Ayahku pasti akan tertawa dan senang jika aku mati dan dia menang...

Iya, pasti....

Aku akan menutup mataku....

Sekarang dan mungkin...

Se-

"BAEKHYUN HYUNG??!!! ADA APA DENGANMU, HYUNG.... TOLONGGG!! TOLONGGG... LUHAN HYUNG, KYUNGSOO HYUNG... BAEKHYUN HYUNG DIA HIKKKSSSS... KUMOHON DATANGLAH!!!"

Itu adikku, dia datang dengan wajah paniknya. Samar-samar aku melihatnya berteriak histeris dengan memanggil nama Luhan hyung dan Kyungsoo. Dia bahkan membiarkan kepalaku berada diatas pahanya. Menepuk cepat pipiku pelan, dan aku membuka setengah kelopak yang terasa berat ini.

"Hyung... Baekhyun hyung aku mohon bangunlah hikkksss... hikkksss... jangan tinggalkan aku Baek hyung hikkksss... LUHAN HYUNG, KYUNGSOO HYUNG DIMANA KALIAN CEPATLAH DATANG! HYUNGKU DALAM BAHAYA, EOHH!!!"

Aku tidak ingin melihat Taehyung menangis walau itu untukku. Aku merasa ini tidak baik untuknya dan ah... aku tidak suka jika bayi kesayangku menangis hanya untuk lemah sepertiku. Apakah aku harus membuat dia diam seperti biasanya? Jangankan memarahinya, memanggil namanya saja rasanya terasa sulit. Yang aku lakukan adalah mengangkat tanganku, aku ingin menghapus air mata itu dan sekedar memeluknya. Seperti yang aku lakukan ketika aku dan dirinya masih kecil.

Kulihat dia sadar akan pergerakanku, membuat dia diam melihatku. Dia yang tak lagi berteriak panik seperti tadi, membuatku mengulas senyumku. aku ingin menunjukan diriku bahwa semua 'baik-baik saja.' aku akan menunjukan itu padanya, dan tak apa.

"Tae- Tae, ja-jangan menangis... hyu-hyung ok..." ini terasa berat dan aku akan menahannya. Melakukannya dengan baik tanpa kesalahan meski sedikit gagal.

Tapi...

Yang aku lihat sebaliknya, apa yang aku pikir dia akan tenang justru malah sebaliknya. Dia menangis dan sedikit takut, bibirnya bergetar seperti orang kedingingan dengan pandangan yang bingung. Aku sedih pada diriku, karena aku tak mampu membuat adikku tenang disaat seperti ini.

Ngomong-ngomong...

Aku merepotkan ya...

Aku tertawa dan menangis secara bersamaan, dan adikku terlihat tidak menyukainya....

.......................................................

(Author **** POV)

Meski malam sudah melewati pukul satu dan pagi mungkin saja akan cepat menjelang, disaat orang lain merasa lelah akan aktifitas mereka justru sebaliknya... mereka yang memakai jas putih kebesarannya dengan pengalaman medis yang mereka dapatkan dan bukti sarjana mereka. Dengan sumpah dan janji sebagai penolong medis membuat mereka yang sibuk dengan tubuh tak beradaya itu bergaduh.

Dokter...

Suster...

Semua kebutuhan medis yang lengkap...

Ucapan tegas tanpa ada teriakan yang menimbulkan kepanikan olehnya. Dia dengan dua alat kejut jantung yang sudah terpasang dengan volume yang diatur oleh wanita dengan gelar susternya. Beberapa dari mereka segera melakukan tugasnya sembari berharap dan berdoa bahwa perjuangan mereka tak sia-sia.

"Naikan intesitasnya, kita harus menyelamatkannya."

Dengan gerakan cepat suster pria merobek bagian depan baju Baekhyun. membuat tubuh putih itu terpampang dengan keadaan dia yang tak kunjung membuka matanya. jantungnya semakin melemah di perjalanan dan saat itulah Luhan mengeluarkan jurus mengebutnya. Membelah jalanan kota dan menerobos lampu merah, hampir menimbulkan kecelakaan beruntun jika Luhan tak lihai memainkan mobilnya.

"1, 2, 3 Go!!"

Tubuh itu bergerak, kejutan jantung yang membuat siapapun merasa ngilu. Baekhyun belum sadar...

"Lakukan lagi, tambah intesitasnya. 1, 2, 3, Go!!!"

Baekhyun bergerak tapi tidak sadar, dengan cepat dokter muda itu menggosokan kedua alatnya dan memeriksa monitor detak jantung yang mengalami penurunan. Ini buruk dan harus segera ditolong.

"Kita tidak boleh kehilangannya, kita harus pacu sampai dia bangun. Tambahkan lagi setengah, kita harus yakin dan berhasil." Dokter itu sangat bertanggung jawab, ia tidak mengenal pasiennya tapi nyatanya dia ingin menyelamatkan nyawa Baekhyun yang ada diujung tanduk.

Dan disinilah perjuangan dokter itu dimulai...

"Sekarang, 1,2,3, Go!!!"

Berharap Baekhyun bangun adalah yang terpenting untuk saat ini.

.

.

.

...................................

Luhan tahu bagaimana kisruhnya hati seorang Kim Taehyung. Ia juga tahu bagaimana adiknya yang keras kepala ini begitu cengeng dalam pelukan dan tangisnya. Ia akan membiarkan Taehyung menangis sesuka hatinya sampai lega, dan itu karena Baekhyun yang sedang berjuang antara hidup dan matinya.

Kyungsoo seperti kehilnangan jiwa, ia hanya bisa memandang lantai dengan tatapan kosong. Kedua bola mata bulatnya menunjukan kekhawatiran begitu besar pada sahabatnya, Kyungsoo yang tak mampu menangis hanya mampu diam dengan segala kemelut dalam hatinya. Tak ada siapapun berani mengusik dirinya karena dia memilih diam sebagai jawaban terbaiknya.

Tetap saja itu membuat Luhan khawatir. Ia nampak menjadi pondasi kuat yang menjaga kedua namja yang sedang kemelut dengan pikiran mereka sendiri. tak menangis dan berekspresi bingung juga takut seperti keduanya. Yang ada hanya datar dengan sikap menenangkan Taehyung yang menjadi cengeng mendadak.setengah hatinya Luhan mengutuk dirinya, menyalahkan dirinya sendiri karena tak menyadari bagaimana keadaan Baekhyun.

"Baekki hyung... hikkksss... hikksss..." Taehyung terlihat frustasi di wajahnya, ia seperti menghadapi kenyataan pahit ini. Ia juga tak siap menghadapi kenyataan buruk yang terjadi pada kakaknya. Berharap semua akan baik-baik saja.

Untuk pertama kalinya Taehyung mau memeluk Luhan, untuk pertama kalinya Taehyung mau menangis dalam pelukan kakak Cinanya, dan untuk pertama kalinya Taehyung menangisi keadaan kakaknya setelah beberapa lama tahun dirinya sempat menyimpan benci pada sang kakak.

Dan ini pertama kalinya seorang Xi Luhan menangis karena perbuatan Taehyung, ia lebih memilih menangis dalam diam. Entahlah... Luhan menyukai menangis tanpa suara dan menunjukan apa itu kesedihan.

"Kim Taehyung, kakakmu akan baik saja."

Namja berdarah Cina itu mengeratkan pegangan kedua pundaknya pada sang adik. Mengulas senyum tipisnya untuk semangat, ia bahkan meyakinkan Taehyung bahwa Baekhyun akan selamat. Meski kemungkinannya kecil dirasa.

"Hikkssss... Baek-Baekhyun hyung, di-dia..."

Taehyung tergagap, dia sangat kalut dan bimbang. Ia sangat ketakutan, susah payah Luhan menghentikan gerakan resah adiknya, beberapa kali juga dirinya memaksa Taehyung untuk sekedar menatap matanya. Ia melihat Taehyung seperti seorang gila, menangis.... berantakan. Bayang – bayang Baekhyun yang sedih terngiang di otaknya. Oh... jangan sampai hal itu terjadi, sebisanya Taehyung harus tetap tenang meski hasil esoknya mengecewakan.

"Kim Taehyung, dengarkan hyung... jangan sampai kegelisahanmu mengacaukan hati dan pikiranmu. Disana ada dokter handal oke... yakinlah mereka bisa menolong saudara kita. Hyung akan mengerahkan seluruh dokter terbaik untuknya, kau jangan khawatir. Kau jangan sampai terlalu down. Baekhyun tak akan menyukai hal itu."

Luhan tersenyum sembari melunak, senyuman miring itu terpancar jelas diwajah tampannya. Jujur saja sikap Luhan membuat namja muda dengan wajah tampannya itu melunak. Ia rasa sang kakak tak seburuk yang ia kira, mungkin hubungan mereka tak sedekat itu hingga Taehyung berpikir bahwa Luhan itu menyebalkan.

Segala ucapan Luhan bagaikan mantera penenang itu mampu menghipnotis dirinya. Tanpa sadar ia mengangguk perlahan mengiyakan apa yang dikatakan sang kakak padanya. Wajah kepolosan itu lahir di wajah dewasanya, sebuah adegan dimana Luhan yang mengusap air matanya pelan. Menyentuh kelopaknya yang sembab, kulit basah yang ada dikelopak tadi mengering karena usapan lembutnya. Taehyung spontan menutup matanya pelan nan syahdu, perasaan yang untuk pertama kalinya dirasakan langsung olehnya. Luhan yang terlihat ambisius dan menjengkelkan ternyata bisa sesayang dan selembut seperti ini.

Tak ada bedanya dengan sang kakak kandung, Byun Baekhyun.

"Tae, maafkan hyung. Kau sekarang di sini bersama Kyungsoo hyung, ada sesuatu yang harus aku urus." Luhan tersenyum, ia mengusap rambut sang adik hingga berantakan. Selang beberapa waktu melihat ke arah jendela pintu dimana Baekhyun yang sedang di tolong dengan alat kejut jantungnya.

Meski didalam sana menegang ia masih berharap keselamatan untuk adiknya.

"Luhan hyung mau kemana?" tanya Taehyung yang menahan tangan sang kakak, dengan kedua bola mata yang berkaca.

"Ada sesuatu yang harus aku selesaikan, jika semua sudah selesai. Aku akan disini, tenanglah semua baik- Kyungsoo... aku titip Taehyung padamu." Luhan menatap namja bermata bulat itu, yang langsung dibalas anggukan Kyungsoo.

Keduanya seakan mengerti meski lewat tatapan mata sekalipun.

Waktu terus berjalan dan Luhan enggan menyia-nyiakannya. Memilih berdiri dan pergi dengan langkah kakinya setelah melambaikan tangannya pada Taehyung yang menatap dirinya sendu. Jujur saja sang adik memang menggemaskan seperti kata Baekhyun, rupanya mode Taehyung yang polos bisa ia lihat secara langsung. Sangat disayangkan jika selama ini Taehyung terjebak dalam emosionalnya, terjebak dalam naluri yang penuh drama kebencian kedua orang tuanya dulu. Hingga kepolosan Taehyung tenggelam dalam kebengisan dan kesombongan yang ditaruh oleh pria keturunan iblis menurutnya.

Harta...

Tahta...

Kasta...

Ayahnya benar-benar....

" Appa, aku tak akan memaafkanmu! Ini semua karenamu, hhhh... kau akan menerima semuanya! Baekhyun... maafkan aku. Maafkan aku... aku tak bisa menahannya. Maafkan aku..." tatapan kebencian... nafas yang begitu menggebu. Tajam dan mematikan, tegas dan emosional. Salah satu tangan yang masuk dalam sakunya, terselip sedikit dari luar.

Apa kalian tahu apa isinya?

Benda hitam mengkilat, sekian lama tersembunyi di balik pakaiannya. Yang menyapa kalian yang sedang membaca kisah ini. benda yang mampu mengeluarkan sesuatu yang mematikan. Menembus dan berdarah, sakit dan melengking keras.

Pistol dengan peluru yang disimpan sebaik mungkin sebelum ia dewasa, sebelum ia kuat dan sebelum ia berani seperti sekarang. Luhan yang sudah berpura-pura terlalu lama untuk mengalah.

Sebuah tekad terdalam dihatinya...

Mengalahkan sang ayah yang menghancurkan segalanya....

Koruptor sekaligus, Ayah terburuk di dunia....

"Tolong ampuni aku Tuhan.." kedua bola mata yang berkaca, dan suara yang terdengar berat mengatakannya.

.....................................

.

.

.

"Baekhyun hyung...."

Kali ini Taehyung dapat bernafas lega, melihat bagaimana tubuh terbaring lemah dengan selimut setengah yang menutupinya. Ia yang terlihat damai di wajah pucatnya, Taehyung mengusap kasar wajah leceknya dan Kyungsoo yang beridiri disampingnya dengan tenang.

Baekhyun masih hidup....

Berita baik bukan?

Selang beberapa menit kemudian ada sebuah panggilan, tertera nama seseorang yang dikenal dan sangat di dekatnya. Kedua bola mata Taehyung yang sempat memburam, nama 'Ibu' dalam bahasa Cinanya.

Dan ketika panggilan terima warna hijau itu ia tekan....

"Anyeong..."

Dari arah sana... ada tangisa wanita.

"Eomma..."

Benar atau tidak, yang pasti sang ibu menangis, yang pasti sang ibu sedang tergagap memanggil namanya.

Lebih buruknya...

Sesuatu yang buruk telah terjadi...

................................

Tbc...

Bagaimana menurut kalian mengenai chapter ini, apakah kalian merasa cocok dengan chapter ini? adakah yang masih menunggu kelanjutannya. Maaf kalau hasilnya kurang memuaskan author sudah berjuang dengan baik untuk bisa melanjutkan ff ini. maaf kalau banyak typo dan cerita makin gaje, jangan kapok untuk membaca kelanjutannya lagi ya.

Jangan lupa vommentnya ya, semoga kalian terhibur dengan fanfic ini. tunggu next chapter episode segera mungkin akan menemukan titik terangnya. Semoga kalian puas....

Bahagia selalu....

Sorry, typo bertebaran dan kegajean melintas.

Gomawo and saranghae...

#el

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro