Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

🍁 마지막 잎, 신에게 기회를 주다 (12)🍁

'Apa yang kulakukan itu semua untukmu, apa yang aku usahakan hanya untukmu. Setiap kali usaha yang aku lakukan, tetes keringat dan juga apapun itu hanya untukmu. Bahkan aku rela sakit dan menahan sesak hanya untuk kebahagiaan dan juga masa depanmu. Mungkin kau berpikir bahwa sekarang yang kau dapat adalah sesuatu yang cukup dan patut kau banggakan. Tapi jika kau tahu di masa depan yang penuh akan misteri yang tak kau ketahui, mungkin saja akan ada masalah yang siap menantimu. Dan aku sebagai seseorang yang mungkin tak pernah anggap aku sebagai berarti, atau sebagai orang asing semata. Tapi tak apa.... asal aku bisa berada disisimu di kejauhan aku sudah bahagia. karena melihatmu bahagia adalah kebahagiaanku saeng.... dan kau tahu? bahagia itu sederhana. Dan bahagiaku adalah.... melihat adikku bahagia..."

-Byun Baekhyun-

..................................................

(Author **** POV)

(Flashback **** ON)

Tok... tok.... tok.....

Suara ketukan pintu terdengar namun apa guna, suara ketukannya tak mampu membuat seseorang yang berada di balik kamar itu mau membuka pintunya. Sudah cukup lama bocah remaja itu mengetuk dan mengetuk.

Tok... tok.... tok....

Lagi dan lagi... suara ketukan pintu itu ia lakukan. Namun sama seperti sebelumnya tak ada tanda-tanda kenop pintu itu berputar, tak ada tanda engsel itu bergerak dan tidak ada tanda pintu itu terbuka. Membuat bocah remaja yang sudah sedari tadi mengetuk pintu berbahan kayu itu mengetuk pintu itu perlahan. Bahkan suara ketukannya tak sekeras ketukan awal, apalagi terdapat wajah putus asa yang nampak di wajah tampan dan manisnya.

Tok... tok... tok...

"Taehyung?"

Helaan nafas muncuk begitu saja bersamaan dengan kepalanya yang menunduk. Terlihat dengan jelas bagaimana wajah frustasinya apalagi menghadapi seorang bocah kesayangannya yang tengah merajuk di dalam. Ya, merajuk tapi karena apa? dan hanya Baekhyun yang tahu apa yang menjadi pokok permasalahannya saat ini, karena dia adalah kakak dari bocah yang sedan ia bujuk.

"Taehyung kau marah?"

Pertanyaan yang cukup konyol memang, saat tahu jika sang adik enggan keluar dari dalam kamarnya. Cukup tahu memang kalau sifat sang adik begitu keras kepala meski usianya masih bocah dan Baekhyun memakluminya.

Entah sejak kapan punggung itu menempel di depan pintu, terlihat dengan jelas bagaiaman wajah kebingungannya yang mendongak. Menatap langit rumahnya yang akan menjadi rumah terakhirnya. Rumah terakhir? Yang benar saja...

Tapi kenyataannya memang begitu, mendapatkan kenyataan bahwa ternyata ada kata perpisahan dari kedua orang tua mereka. Membuat Baekhyun paham... membuat Baekhyun mengerti di usianya yang masih terbilang muda. Di usia yang harusnya diisi kenangan akan masa bermain dan juga kesenagan bersama keluarga, kini harus dialami dengan kenyataan yang begitu pahit. Menerima takdir yang sudah di tetapkan Tuhan untuknya, ketetapan mengenai kerasnya hidup yang akan ia alami setelah mengetahui jika ia akan hidup di tengah keluarga yang tak utuh lagi.

Dan sekarang apakah dia harus menghadapi kenyataan? Kenyataan bahwa sang adik marah dengan dirinya. Lalu apa yang Baekhyun saat ini lakukan adalah mencoba membujuk sang adik agar mau mengerti bagaimana posisinya saat ini.

Kepalanya masih mengadah nampak dengan jelas bagaimana wajah sendunya. Menatap ke atas langit dan melamun... tentu saja. Memikirkan bagaimana keadaannya saat ini. membuat Baekhyun pusing dan diam adalah pilihannya, meski kenyataannya dirinya ingin sekali berteriak dengan isak tangisnya.

Ingin sekali Baekhyun menangis memeluk adiknya, menumpahkan segala sesak dan beban tangisnya. Memanggil nama sang adik dalam raungannya menerima pelukan hangat dari sang adik, dan juga mendekap sang adik dalam dekapannya untuk terakhir kalinya, sebelum ada kata perpisahan di antara mereka.

"Taehyung kau marah dengan hyung?"

tes...

jatuh sudah air mata itu, jatuh dari kelopak yang mulai sembab dari wajah tampan dan menggemaskannya.

dan jujur saja ini terlihat menyedihkan apalagi Baekhyun nampak kacau saat ini.

duduk di lantai dengan punggung bersandar di depan pintu, menatap langit dengan tatapan kesedihannya. Jujur terasa begitu kentara aura kesedihan yang terpancar dari dirinya, dan jangan lupa ini akan menjadi tempat terakhir bagi Baekhyun merasakan kesedihannya.

Sementara di dalam kamar, dimana seseorang yang tersembunyi di balik pintu kamar itu nampak seorang bocah yang menekukan kakinya. Menundukan kepalanya, menyembunyikan wajah kesedihannya yang penuh akan air mata itu. nampak kelopak matanya yang sembab dengan hidung yang memerah apalagi kedua pipinya yang telah basah akan air matanya yang begitu berlinang.

Katakanlah jika seorang bocah bernama Kim Taehyung itu nampak hancur dan kacau, sama halnya dengan seseorang yang sedari tadi sibuk membujuknya dari luar pintu.

"Hikksss... hikksss... hikksss..."

Isakan itu terdengar lirih meski begitu samar-samar Baekhyun mampu mendengarnya dari luar. Jujur Baekhyun hancur mendengarnya, mendengar sang adik yang menangis terisak.

Membuat dia merasa gagal menjadi seorang kakak....

"Tae...."

Suara Baekhyun, membuat Taehyung yang menenggelamkan kepalanya melirik sedikit, ke arah pintu kamarnya yang telah tertutup. Dan Taehyung hanya memilih diam, sembari mendengarkan kata-kata apa yang akan dikatakan sang kakak. Meski air mata masih saja mengalir dari kelopaknya.

"Aku tahu kau marah dengan hyung Tae, aku tahu kau kecewa dengan semua ini. kau masih kecil untuk mengetahui hal menyakitkan ini.... hyung paham Tae. Hyung paham, tak seharusnya kau mengalami hal seperti ini, di usiamu seharusnya kau mengalami kebahagiaan bukan kesedihan seperti ini. maafkan hyung yang tak bisa menjadi hyung terbaik untukmu seperti janji hyung tempo itu..."

Masih sama Baekhyun dengan posisi sendunya, apalagi di sudut bibirnya terulas sedikit lengkungan senyuman tak lupa air mata yang jatuh begitu saja.

Dan Taehyung menopang dagu diantara kedua lututnya yang tertekuk, tak bersuara dan tak menjawab ucapan sang kakak.

"Orang tua kita bercerai Tae, dan kau mungkin paham jika eomma dan appa tidak bisa bersama. menyakitkan memang, tapi ketahuilah masalah orang dewasa ternyata banyak hal yang tak terduga. Sama dengan sekarang ini..."

"......"

"Maafkan hyung yang tak mampu menahan mereka untuk tetap bersama, maafkan hyung yang tak bisa menepati janji hyung padamu. Hyung gagal Tae... Hyung gagal, kau pantas kecewa dengan hyungmu yang gagal ini. karena hyung sadar jika hyung tak mampu melakukannya..."

"....."

"Jadilah anak kuat Tae, jadilah bintang seperti hyung inginkan. Ketahuilah masalah ini bukan akhir segalanya, percayalah kau akan mendapatkan kebahagiaan di masa depan. Jangan kecewakan appa yang sangat menyayangimu lebih dari dari dia menyayangi hyung. kau beruntung karena appa begitu menyayangimu begitu juga dengan eomma..."

"...."

Tes...

Tes...

Tes...

Begitu deras tetes air mata yang keluar dari kelopak mereka. Mereka yang bersandar dan dibatasi oleh pintu yang terkunci.

"Istirahatlah Tae, tak apa jika kau masih marah dan tak mau bertemu dengan hyung. tak apa... hyung memakluminya, mengetahui jika dirimu baik-baik saja dalam kamar itu saja sudah cukup bagi hyung. oh ya Tae... besok jangan bangun terlambat bukankah kau akan masuk sekolah hem?"

"....."

Masih sama, Taehyung tetap diam tak menggubris ucapan sang kakak yang kini mengulas senyum sendunya. Namun kedua telinganya tak mampu mengelak ucapan nasihat dari sang kakak.

"Mungkin besok akan berbeda saeng, jadilah anak mandiri dan bangun pagi sendiri. nyalakan alarm dan bangun pukul 5 pagi, lalu mandi dan memakai pakaian musim semimu. Dan jangan lupa sarapan yang bergizi agar kau tidak mengantuk dan lapar di sekolah. Pakailah sepatumu dengan benar dan jangan sampai terbalik, jangan lupa bawa bekal siangmu. Jangan lupa membawa buku pelajaranmu dan jangan lupa mengecek tugas rumahmu agar guru tidak marah."

Tes...

Tes...

Tes...

Baekhyun menangis, namun dirinya menangis diantara senyumnya.

"Hyung tidak akan bisa menemanimu seperti biasanya. Maka dari itu hyung memintamu agar kau bisa mengatur jadwalmu sendiri jika kau tidak mampu bibi Yoo dan appa pasti akan membantumu. Dan tenang saja ada Kyungsoo bukan? Yang akan mengantarmu kemanapun kau mau? Dia akan memboncengmu dengan sepedanya, dan kau tidak usah khawatir Kyungsoo orang yang dapat kau percaya karena hyung mengenalnya."

"Hikksss... hikksss... hikksss...."

Isakan itu muncul, dan benar saja isakan itu keluar dari bibir seorang Kim Taehyung.

"Jangan jadi anak nakal, jangan membuat masalah di sekolah turuti apa kata gurumu dan belajarlah dengan baik. Oh ya jangan lupa turuti kata appa, karena kau tidak mau membuat appa marah dan kecewakan? Jangan takut dengan paman Kim, meski dia mantan tentara dan terkesan galak. Sejujurnya dia sayang pada ponakannya. Kalau kau tahu setiap kau bertemu dengannya dan menjadi anak yang baik paman Kim akan memberikan permen dan uang jajan pada kita. Atau mungkin padamu esoknya, tersenyumlah jika menyapa orang dan jangan mencari musuh. bertemanlah sebanyak-banyaknya tapi teliti juga dalam mencari teman. Karena terkadang ada teman yang belum cukup baik bagimu Saeng..."

"Hikkksss... Baekh hyung... hikksss..."

Memanggil nama sang kakak dalam isakannya, itulah yang dilakukan Taehyung saat ini.

"cuci kakimu, gosok gigimu dan tidurlah karena hari sudah malam. Hyung juga akan tidur saeng..." tersenyum dan terlihat miris saat Baekhyun melakukannya.

"Baek hyung... hikkksss... hikksss...."

Begitu hancurnya hati Baekhyun mendengar suara isakan sang adik meski lirih, tapi apa boleh buat pintu itu masih terkunci bukan. Bahkan sang pemilik kamar sibuk menangis, dan tak apa bagi Baekhyun. kalau dipikirkan ini jauh lebih baik bukan? Dari pada dirinya harus merasakan sakit dan sesak yang lebih lagi saat melihat sang adik membuka pintu. dan dirinya melihat wajah sembab sang adik, dan justru akan membuat seorang Baekhyun tak ikhlas untuk meninggalkannya. Ya meninggalkan seseorang yang amat ia sayangi dan berarti bagi seorang Baekhyun. siapa lagi kalau bukan adik tercinta, Kim Taehyung.

"Aku Kim Baek- ah... bukan tapi Byun Baekhyun. hyung dari seorang Kim Taehyung, berjanji. Janji untuk selamanya, janji antara seorang hyung dan dongsaeng dan ikatan darah dari seorang saudara. Akan selalu menyayangi antara saudara kapanpun itu. tak akan pernah membenci dan akan selalu mendoakan yang terbaik untuk adiknya. dan semoga Tuhan mengabulkan harapan kecil ini, karena aku yakin Tuhan melihatnya. Melihat bagaimana seorang kakak yang gagal ini berharap yang terbaik untuk adiknya. selamanya dan selamanya...."

Tes....

Tes...

Tes....

Tersenyum meski menangis....

Mencoba tegar meski itu sulit....

Mencoba kuat meski itu sakit...

Meski jatuh namun tetap berdiri, dan Baekhyun tahu jika Tuhan tak pernah tidur. Tuhan tak buta dan Tuhan mengetahui segalanya dengan apa yang dilakukan hambanya. Dan biarkan setiap ucapannya di dengar oleh sang Tuhan. mengucapkannya dengan kemantapan hati dan mencoba membuktikan jika apa yang ia ucapkan akan menjadi prioritas yang dijalaninya di masa depan. Bahkan Baekhyun siap kapanpun itu....

'meski sesak, meski sakit tak apa. meski jatuh dan meski gagal tak apa.... karena siapapun percaya. Bahwa Tuhan tak pernah tidur, Tuhan selalu melihat dan percayalah akan ada kebahagiaan yang menantimu di masa depan.'

Seperti itulah definisi kepercayaan Byun Baekhyun saat ini.

Definisi yang ia buat dan ia gagas....

Benar bukan Baekhyun?

(Flashback **** OFF)

......................................

Pusat kota Seoul 12.00 a.m

"Baekhyun bisakah kau tidak keras kepala. Kumohon jangan paksa fisikmu jangan paksa dirimu... lebih baik kau pedulikan kesehatanmu Baek. Kau tidak lupa kan dengan ucapan dokter yang memintamu untuk istirahat. Kumohon Baek aku khawatir denganmu..." Kyungsoo dirinya kini memapah sang sahabat berusaha membantu Baekhyun berjalan menuju bangku taman yang ada disana. Wajah khawatir dan nada yang tersirat akan kekhawatiran nampak jelas terdengar dan Baekhyun dirinya....

"Ani... Kyung, Tae dia..."

"Jangan memikirkan adikmu yang sama sekali tak memikirkanmu Baek. Bahkan dia tidak peduli kau mencarinya sampai kau sendiri seperti ini." terdengar tegas memang, apalagi setelah mendengar ucapan Kyungsoo membuat Baekhyun terdiam dengan sudut bibir yang melengkung sedih. Dan Kyungsoo yang sadar akan ucapan tegas yang tak sengaja terlontar hanya bisa menyesal, menelan ludahnya kesusahan dan merutuki dirinya yang bodoh dalam ketidaksengajaannya saat itu.

"Baek ak...aku minta maaf. Aku tidak bermaksud membentakmu kawan." Sesalnya, dan Baekhyun dirinya mengerti bahwa temannya sungguh-sungguh tak sengaja membentaknya.

"Tak apa Kyung, gomawo sudah mengkhawatirkanku. Tenanglah aku baik, aku tidak mau membuang waktuku. Aku akan mencari Tae selama diriku masih mampu, istirahat sebentar tubuhku akan pulih. Tenanglah sobat percaya padaku... kau percaya bukan?"

Baekhyun mengulas senyumnya menolehkan pandangannya menatap ke arah sahabatnya yang kini merangkulnya. Ditatapnya senyum itu membuat Kyungsoo ingin menangis saja. Apalagi melihat Baekhyun yang mengulas senyum, senyum untuk menyembunyikan kesedihannya.

"Baekhyun?"

"Aku hanya ingin menemukan Tae, dan meminta dia pulang karena aku sangat merindukannya. Bahkan appa juga... aku tidak mau mengecewakan appa dan eomma kyung."

"Baek..."

"Tenanglah aku masih kuat, kau lihat aku masih disini dan kau masih merangkulku. Jangan khawatir akan keadaanku Kyung..."

"hhhh...." helaan nafas pasrah dilakukan oleh Kyungsoo, mengetahui fakta bahwa sahabatnya memang keras kepala.

Benar-benar keras kepala.

Keduanya melangkah, tak lupa dengan Kyungsoo yang merangkul sahabatnya Baekhyun dan membawa sahabatnya duduk untuk beristirahat.

.

.

.

"Aissshhhh.... kenapa paman lama banget sih?"

Terlihat dengan jelas bagaimana wajah ngedumel seorang Kim Taehyung saat ini, topi pedora yang digunakan tak lupa kacamata hitam yang menutupinya, membuat ia nampak tak dikenali oleh orang-orang kecuali jika dirinya nekat memberikan identitasnya di depan publik.

Memang seorang artis muda sepertinya harus menjaga diri dari publik yang haus akan sebuah infotainment membuat dia mau tidak mau berpenampilan sedikit tertutup agar terhindar dari paparazi.

Terlihat wajah cemberut menggemaskannya saat dirinya mempoutkan kedua bibirnya seperti bocah berusia tujuh tahun saja. Tapi memanglah begitu dia seperti seorang bocah yang terjebak di dalam tubuh seorang bocah.

Berkali-kali Taehyung berjalan mondar-mandir bahkan sesekali melihat ke sekitar sesekali bersenandung ria guna menghilangkan kebosanan. Bahkan sesekali Taehyung bermain-main dengan benda sekitar hanya untuk menghibur hatinya yang dirundung rasa kekesalan dan bosan tingkat akut hanya untuk menunggu seorang pria yang dekat dengan Taehyung.

Di saat Taehyung sibuk-sibuknya bermain-main dengan keadaan sekitar tiba-tiba saja seseorang menepuk pundaknya, dan Taehyung merasakannya membuat dia memasang muka kesalnya. Dalam pikirannya terlintas sebuah nama dan Taehyung siap-siap dengan beberapa semprotan untuk orang yang kini menepuk pundaknya.

"Aissshhhh.... Paman kenapa lama se-"

"....."

Seketika Taehyung terdiam, mana kala manik matanya menatap secara intens seseorang yang baru saja menepuk pundaknya. Dan saat kedua manik itu bertemu...

Tiba-tiba saja kedua pipi Taehyung memerah seketika, apalagi keringat dingin tiba-tiba saja keluar dari dahinya. Perasaan gugup melingkup dirinya apalagi baru saja ia melontarkan suara kekesalan sekaligus bentakan yang tak sengaja dan tak ia sadari.

'Bodoh kau Kim Taehyung!' merutuki kebodohannya sendiri. membuat Taehyung salah tingkah, ingin rasanya Taehyung menenggelamkan dirinya di dasar lautan merah. Saat dia harus dihadapi kenyataan berhadapan langsung dengan....

"Ji...Jieun Nuna..."

"Taehyung kita bertemu lagi..."

Ya, benar saja tak sengaja Taehyung bertemu dengan salah satu penyanyi bersuara merdu sekaligus seorang artis yang mendapatkan predikat 'ratu k-pop' siapa lagi kalau bukan Lee Ji Eun atau yang sering dipanggil IU.

"Ha...Hai..." dan hanya sapaan gugup yang dilontarkan Taehyung.

Oh mimpi apakah kau Taehyung?

.

.

.

"Baek? Gwenchana?"

"Akh...Kyung, ak...aku shhhhh sakit Kyung... hhhhh...."

"Baek bertahanlah, ak...aku akan menggendongmu kita ke dokter ya?"

"Hikksss... sa..sakit, jantungku rasanya mau hhhh...Argghhh Kyung sesak... hikkksss..."

"Baekhyun, omo! SIAPAPUN TOLONG AKU, TEMANKU KESAKITAN. KUMOHON PANGGILKAN TAKSI!!!"

Seketika Kyungsoo berteriak mengeluarkan suara kerasnya, meminta bantuan orang-orang sekitar, bahkan dengan sigap kedua tangannya menahan tubuh yang mulai ambruk itu. membantu Baekhyun yang mengerang kesakitan, ditambah lagi bibirnya yang benar-benar pucat.

"Kyung, ob...obat ak..aku butuh obat argghhh..." dengan tangan bergetar Baekhyun menggapai sebuah pil obat yang tersembunyi dari dalam sakunya. Melihat bagaimana tangan itu menggapai dengan susah payah, membuat Kyungsoo dengan sigap memasukan jemarinya ke dalam jaket sahabatnya, merogohnya dan mengambilnya.

Ya, terlihat satu botol kecil pil yang ia yakini adalah obat pereda rasa sakit milik Baekhyun.

Dengan segera Kyungsoo memberikan obat itu dan dengan cepat Baekhyun membuka tutup pil itu membuat obat dalam botol itu jatuh meski beberapa. Dengan segera Kyungsoo memberikan sebotol air mineral yang entah sejak kapan ia beli.

"uhukk...uhukkkk...uhukkkk..."

"Baek, pelan-pelan." Dengan sayang Kyungsoo mengusap punggung sahabatnya nampak wajah khawatir di wajah tampannya, sedih memang melihat sang sahabat seperti saat ini.

Baekhyun?

Dirinya mengatasi keadaannya dengan sendiri membiarkan obat itu memberikan efek yang baik bagi jantungnya, dan benar saja beberapa menit kemudian detakan jantungnya berangsur normal. sungguh Baekhyun merasa sedikit lega karena rasa sakit yang sempat ia alami berangsur baik.

Begitu juga dengan Kyungsoo, meski lega namun tak menghentikan kedua manik matanya yang berkaca-kaca.

"Baekhyun?"

"Tenang Kyung aku-"

Bruukkkkk....

Dan mendadak pelukan hangat terasa, membuat Baekhyun sedikit membelalakan kedua matanya apalagi ketika dia melihat dan mendengar.

"Hikkksss... kau , kau membuatku takut Baek... hikksss... aigooo dasar sialan, teman sialan hikkksss... hikksss..."

Dirasakan lengan Baekhyun yang dipukul pelan, dan benar saja. Kyungsoo kini menangis, menjatuhkan air matanya dengan isakan lirih yang begitu sendu.

Tak lama Baekhyun sadar jika ternyata Kyungsoo sahabatnya begitu khawatirnya terhadap dirinya, apalagi Baekhyun mengingat bagaimana teriakan panik sahabatnya itu. membuat Baekhyun merasa bersalah.

"Kyung ma...maaf aku membuat khawatir dirimu sobat.."

Dan entah kenapa air mata itu jatuh juga, meski kenyataannya Baekhyun tak menginginkannya.

Kenapa tiba-tiba banyak air mata jatuh....

Seperti pohon naple yang menjatuhkan daunnya.

Dan bahkan pepohonan ikut menangis saat ini.

Apakah itu tandanya akan ada yang pergi?

Karena jujur Baekhyun menyembunyikan sesuatu...

Sesuatu mengenai keadaannya.

'Anda harus mendapatkan seorang pendonor agar anda bisa tertolong karena...'

Baekhyun tersenyum getir mengingat setiap ucapan dokter saat itu apalagi...

'Saya takut jika umur anda tak panjang lagi...'

Tes...

Oh benar, Baekhyun lupa... benar-benar lupa akan kata-kata keramat itu.

Sebuah vonis dokter yang benar-benar menghantuinya.

Apakah Baekhyun juga menyusul eommanya?

.

.

.

Tbc...

Hai semua kembali lagi dengan chap ini? siapa yang dah lama menunggu nih chap? Maaf ya ide baru muncul dan mood ngetik lagi rajin wkwkwk....

Btw siapa yang bosen ama cerita ini? semoga tidak ya. Karena author butuh kalian hinggan nih ff selesai dan ada kata end.

Jangan lupa vommentnya ya....

Karena kalian adalah semangat buat author.

Maaf typo dan gaje, muehehehe....

See you next chap...

Gomawo and saranghae...

#el

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro