Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

두 번째 카운트는 길다, 당신은 무엇을 할 것인가? (72)

"Senda gurau yang tak akan di lupa, hanya akan diingat sebagai kenangan berharga. Karena itulah cara seseorang menghargai yang lain meski kenyataannya orang lain membencinya dengan alasan yang salah. Dia yang terjebak dalam fase menang sendiri."

.

.

(Author **** POV)

Pro dan kontra dalam hatinya terkadang berkecamuk saat Baekhyun menatap semesta yang senja, perjalanan memang jauh dan masih ada banyak yang dipersiapkan seperti menemani Luhan memanggil bala bantuan dan dia cukup muak dengan anak buah Zou. Hidup pahit dan gelap sudah pernah dilakukan oleh Baekhyun, masuk dalam model majalah dewasa adalah pilihan untuknya menyelamatkan ibunya dari ambang kematian. Walau, Tuhan sudah membawanya ke Surga yang indah. Sekejap dia memejamkan mata saat siluet cahaya matahari menerpa wajahnya dia mengambang dan menggantungkan semua pikirannya di dalam otaknya, lagi-lagi rasa kecamuk itu datang dan menghantuinya, seperti ingin menghancurkan niat utamnya menyelamatkan Taehyung adiknya.

"Apa kau menyesal Baekhyun?" Luhan yang membawa kemudi mobil dia menatap sang adik yang duduk di sampingnya di belakang mereka ada sepaket senjata yang tak kalah mematikan biasa digunakan untuk perang di jaman sejarah, itu baru kemungkinan karena nyatanya mesin pembunuh itu lebih modern.

"Tidak, hyung... aku lebih menyesal saat dulu masuk dalam dunia hitam yang membelengguku dan membuat eomma pergi dengan tidak tenang." Baekhyun mentertawai kebodohannya saat dia berpura-pura menikmati pekerjaan kotornya, memamerkan aset yang diberikan Tuhan dan menodainya dengan beberapa mata yang melihatnya demikian. "Aku tahu kau sudah banyak menyimpan deritamu, yang kau lakukan dulu adalah sebagian pecahan kenangan buruk. Kau menyayangi eommamu, jika aku di posisimu mungkin aku akan melakukan demikian disaat tidak ada pilihan yang akan membantumu." Dia menyentuh pundak sang adik dan mengulas senyumnya, sebenarnya dia tak ingin membawa Baekhyun lebih jauh dalam persoalan balas dendam ini.

Akan tetapi, Baekhyun juga punya hak untuk melawan pria gila disana. mendengar jawaban sekaligus nasihat itu membuatnya tersenyum, dia cukup lega dan senang bahwa Luhan mengerti perasaannya. Jarang ada orang yang sepaham dengannya walaupun Taehyung sempat mencemoohnya dan sepertinya sang adik juga tak mempermasalahkan pekerjaan di masa buruknya, akan tetapi tetap saja jejak rekaman hidupnya yang kotor itu masih ingat. Jika anak cucunya mendengar dan tahu nanti apa yang akan terjadi? Tapi... apa mungkin dia akan hidup sampai tua? Bahkan dia tengah berjuang dalam sekarat dan berusaha menyelamatkan sang adik.

Baekhyun berfikir sejenak dia menopang dagu dengan tangannya dan menghadap kaca mobil yang mempertontonkan sebuah pemandangan pantai yang cantik, sungguh alami dan indah membuat dia sejenak melupakan masalah dan tersenyum. Luhan melihat bagaimana Baekhyun melihat pemandangan itu dengan wajah yang sangat ceria, ada senyum tipis yang Luhan tunjukan sampai tangannya keluar dari kaca jendela dan dia memberi aba-aba pada anak buah lainnya untuk pergi duluan ke markas menyiapkan semua tentunya.

Dengan cepat mobil yang tadi mengikuti mereka dari belakang kini berpindah dan bergerak cepat di depan mereka, menyalip dan juga menuruti apa yang diperintahkan Luhan melalui kode tangannya itu.

Saking asiknya melihat kesana, membuat Baekhyun terjingkat saat mobil yang ia tumpangi berbelok arah, dia menyadari bahwa mobil yang mengikuti mereka berdua sudah berada jauh di depan dan tentu saja Baekhyun menoleh ke arah Luhan yang terlihat tampan saat menggunakan kacamatanya dan dia melihat namja itu tertawa dengan puas dan sikapnya menunjukan bahwa dia manusia paling peka di dunia.

"Semesta akan marah denganku jika aku mengabaikanmu, masih ada waktu dan kau bisa melepaskan rantai menyakitkan itu hemmm..." Luhan seperti malaikat tanpa sayap yang bisa diandalkan bahwa Baekhyun semakin menyayangi kakaknya itu. Dia tertawa meringis seperti anak kecil dengan seruan 'daebak' suara lirihnya saja dapat dibaca oleh Luhan sendiri melalui gerakan bibir Baekhyun yang sengaja mengambang.

Kenyataannya Tuhan masih memberikan Baekhyun keluarga yang bisa membuat dia bahagia, mungkin saja ada secercah harapan. Mungkin saja dia bisa bertahan dan mungkin saja jika dia memang ditakdirkan menyelamatkan adiknya, memang sang ibu memintanya untuk tak membuat permusuhan dan juga peperangan dengan sang ayah dia akan melakukannya dengan caranya, dimana dia mungkin bisa menyelamatkan semua dengan cepat. Luhan memang masih dalam dendam dan amarah besar akan tetapi, dia bisa saja membuat sang kakak sedikit mengenal maksud semesta dan Tuhan menciptakannya, di sini dia hidup di bumi penuh manusia yang beragam banyaknya.

Kemelut dalam hatinya kian melonjak akan tetapi kewarasan dalam dirinya masih terjelas dan terpatri disana, di dalam hatinya. Diam tak bersuara hanya suara deru mesin mobil yang melaju ke pasir pantai dan juga jantung yang berdetak dengan normal, untuk saat ini bagi Baekhyun waktu adalah kenangan dan waktu adalah dasar untuk dia menjalani hidup di tengah dirinya yang seperti pohon kesayangannya.

"Tuhan bantu aku..." monolog dalam dirinya saat dia tersenyum lagi dan menyentuh dadanya dia mensyukuri setiap hembusan nafasnya dan bangga, bahwa dia hidup dalam marga ibunya dan dia hidup sejauh ini untuk hak adiknya. Kim Taehyung masih dalam zona perlindungannya.

"Kita akan bersenang-senang sejenak." Luhan tersenyum senang tanpa tahu apa yang diharapkan Baekhyun untuknya, sebuah panjang umur mungkin.

.

Taehyung merasa jika dia hidup dalam lingkaran sang ayah yang tak bisa ditebak dengan pemikiran dangkalnya, pipi memerah bekas tamparan sang ayah masih ada disana dan sedikit membengkak. Dia hanya terdiam saat seorang wanita yang sudah berumur 70 tahun mengompres pipinya, dia adalah Jung Shi gyung. Seorang baby sister yang merawat sejak Taehyung dilahirkan dan bekerja disaat ayah Taehyung memiliki istri yang tak lain ibu kandung namja di depannya dan kakaknya yang ternyata sudah ia pernah temui saat Baekhyun pulang kerumahnya untuk pertama kalinya.

Tak ada yang berbicara dan suasana ruangan kamar terdengar sunyi, hanya suara korden jendela yang terkena angin sore dan juga dentakan jam dinding. Wanita tua itu tersenyum senang, di manik matanya yang rabun dia masih bisa melihat namja yang dulu sering dia gendong dan ganti popoknya, sekarang sudah sebesar ini dan menjadi seorang entertaintment yang tampan. Pantas saja dia sangat mirip dengan perilaku tuan Kim dalam segi tegasnya juga bentuk wajahnya.

"Apakah pipimu masih sakit, Tae..."

Suara serak Shi Gyung membuyarkan lamunannya, Taehyung terperanjat saat dia merasakan dinginnya es yang sudah mengobati bengkak pipinya. Dia memikirkan sesuatu sampai dia tidak tahu apa saja yang dilakukannya untuk mengobati pembengkakan ini.

"Tidak, sudah baikan terima kasih mama..." Taehyung tersenyum, dia memanggil akrab wanita di depannya. Ya, dia memang sangat dekat hingga dia memanggil wanita itu layaknya seorang ibu, dia juga menyayanginya sama seperti dia menyayangi orang tuanya. Taehyung memang sangat manja dengannya akan tetapi dia juga harus belajar bahwa wanita di depannya lah yang sudah mengajarinya banyak hal.

"Kau jangan membuat appamu marah, lihatlah wajah tampanmu astaga nak..." raut khawatir itu membuat Taehyung meringis tak enak dia juga membiarkan kedua pipinya di lihat oleh wanita di depannya, tangan keriput penuh perasaan yang membuat intensitas Taehyung terjebak dalam apa itu kasih sayang. Hingga dia menyentuh dan menangkup tangan wanita di depannya, dia mengamati wajah yang sudah menua dengan rambut yang tak lagi hitam. Wanita itu sudah merabun akan tetapi Taehyung masih menganggap dia wanita yang sehat dan kuat. Rindu memang, dia ingin menjadi anak kecil rasanya meskipun itu hanya halusinasinya saja.

"Mama, terimakasih telah mengkhawatirkanku. Aku sangat merindukanmu, kau pensiun dengan cepat dan meninggalkanku saat aku SMP, aku sempat marah padamu tapi aku tidak akan lama dan kau sudah mengobatiku dan juga hatiku. Jangan khawatir aku tidak akan membenci appa seperti nasihatmu." Taehyung berbisik dengan tangan yang sudah memeluk wanita itu erat, dia memejamkan matanya lantaran terlalu menikmati wangi sang mama yang sudah ia kenal sejak dulu. Bau kayu manis, hal yang membuat Taehyung tenang dan betah dalam pelukan seseorang yang sangat menyayanginya.

"Kau anak baik Tae, itulah mengapa aku sampai menganggapmu sebagai anak. Kau sudah membuat hariku sebagai wanita menjadi berwarna." Dia mengusap punggung yang muda dan memberikan senyuman juga tawa khasnya, tawa yang amat disukai oleh Kim Taehyung dan tentu saja itu membuat dia menjadi nampak seperti namja yang hangat.

"Eoh, lalu kenapa anda tidak menikah lagi. Padahal anda dulu sangat cantik mama." Taehyung mengerucutkan bibirnya seperti anak kecil, dia sengaja menggoda sang mama agar tersenyum. "Aku tidak mau menikah karena aku sangat mencintai mendiang suamiku dan lagi aku yakin dia menungguku dan melihatku menjalani kehidupan ini dengan bahagia." dia menepuk punggung tangan Taehyung, keduanya bahkan berbicara dengan akrab di atas tempat tidur seperti yang Taehyung lakukan saat usianya menginjak 10 tahun dimana wanita di depannya ini memberikan pengertian mengenai ayahnya yang menikah lagi.

Ya, dulu Taehyung mempertimbangkan masalah besar ini pada sang mama, karena dia belum bisa mengambil keputusan. Dia sama seperti Luhan yang sempat menentang pernikahan ayahnya.

"Tapi anda kesepian tanpa seorang anak dan suami. Apa anda tidak menyesal mama?" Taehyung terlalu ingin banyak tahu, beruntung wanita di depannya tidak mempermasalahkan dirinya dan justru senang hati menceritakan banyak hal.

"Kenapa aku kesepian, sementara aku sudah merawatmu sejak kecil. Kau dulu sangat menggemaskan sampai kakakmu selalu mencium pipimu, kau sangat gendut dan mungil bahkan kau menangis jika kau menyentuh benda kotor. Kau itu spesial dan kau sangat kesayangan ayahmu, kakakmu dan juga ibumu. Kau seperti harta keluarga Kim yang sangat bersinar Taehyung." Sang mama mencoel hidung bangir namja di depannya, membuat Taehyung merasa geli dan tentu saja Taehyung meringis dan tak mengeluarkan protes sama sekali hanya wajah kesal yang dibuat untuk memperkeruh suasana.

"Jadi maksut mama aku sudah kau anggap anak?" Taehyung nampak semangat bahkan dia mengangkat kedua tangannya dengan girang, entah kenapa pembicaraan keduanya menjadi tak secanggung dan lebih menyenangkan. Beberapa kali suara Taehyung tertawa terpingkal terdengar, dan membuat tuan Kim yang tak sengaja melewati pintu kamarnya mendengar. Dia diam sebentar saar mendengar tawa Taehyung yang bercengkrama dengan salah satu pekerja setianya itu berbincang, dia tersenyum dengan sangat senang mendengar tawa si bungsu.

Meninggalkan mereka berdua untuk urusan lebih penting, Taehyung memang sudah membaik maka dia tidak harus meminta maaf untuk kesalahan yang tak sengaja melepaskan emosinya itu, bukan?

.

"Kau bahkan sudah menarik perhatianku saat lahir, aku senang bisa menjadi pengasuhmu dan mengurusmu kau itu anak idaman dan kau bisa saja lahir di rahim wanita lain. Tapi, ternyata Tuhan menjadikanmu keluarga Kim. Lihatlah kau sudah sebesar ini dan sifatmu masih sama, periang sekali." Dia bahkan mengusap pipi Taehyung dengan sayang.

"Bukankah seorang Kim Taehyung harus selalu periang? Mama mengajarkanku, dan lagi aku tidak mudah menangis jika sesuatu yang memang melukaiku itu terjadi. Jujur aku merindukan masakanmu itu mama. Aku akan memakan semuanya sampai habis."

"Astaga nak kau membuatku tersipu, aku tidak sejago itu membuatmu senang. masakanku hanya masakan desa yang kau saja bisa membelinya di restorant." Shi Gyung berusaha menyembunyikan rasa malunya karena Taehyung terlalu memujinya dengan senyuman lembut yang membuat namja di depannya semakin ceria.

"Tidak ada yang sepintar dirimu mama dalam mengurusku dan membuatkanku makanan. Tanganmu sangat ajaib." Taehyung mengucapkannya dengan semangat dan dia mengedipkan matanya ekspresi yang dia lakukan saat sedang bercanda dengan orang terdekatnya, jarang dia menunjukannya pada siapapun jika pada orang asing yang tak bisa sepaham dengannya.

"Kau ini bisa saja, sudah saatnya kau mengurus dirimu karena kau sudah besar. Kau bukan Kim Taehyung kecil yang selalu menggunakan kaus kaki saat tidur bukan?" wanita itu mencubit sedikit pinggang Baekhyun, dia tidak melukai namja itu akan tetapi membuat Taehyung tertawa karena geli.

"Hahahaha... oh astaga cukup mama... ampun aku janji tidak akan mencuri kue lagi." Taehyung seolah-olah menjadi anak kecil, dimana dulu dia pernah melakukan kesalahan mengambil makanan di dapur. Kue coklat brownies untuk ayahnya yang ulang tahun ke-30 dan justru dia mencoel kue itu dan menambalnya dengan tanah liat yang dia buat seperti kue brownies. Taehyung kecil hanya berusaha menambal makananya yang separuhnya dia ambil tanpa tahu bahwa kue itu menghancurkan mood ayahnya yang sangat menyukai coklat. Dia tidak tahu apapun apa yang dia perbuat.

Untung saja Taehyung masih kecil dan dia juga anaknya, jika tidak mungkin saja dia sudah digantung diatas menara gedung.

"Ya, kau pria kecil yang nakal bahkan ayahmu heran kenapa bisa ada cacing menggeliat dalam kue. Mama tahu bahwa kau nakal, jika kau mau kue mama bisa membuatkannya lagi dengan bentuk wajah singa, kesukaanmu." Dia memukul bahu Taehyung tanpa menimbulkan rasa sakit dan menjewernya sekali dalam bentuk hukuman karena kenakalan Taehyung yang terkadang melewati batas.

"Aw, maafkan aku mama. Karena aku tidak ingin menunggu tapi sungguh cacing itu pasti kenyang makan kue ayah hahahaha..."

"Dasar anak nakal."

Taehyung tertawa terpingkal sampai menjatuhkan tubuhnya diatas ranjang dengan tawa menyebalkan, dan membuat wanita itu menggelengkan kepalanya. Dilihat dari sisi manapun Taehyung terlihat mirip dengan Baekhyun kakaknya, tak ayal jika mendiang nyonya Byun memang mewriskan mereka garis wajah pada keduanya.

Mereka pemuda yang baik dengan karakter masing-masing lantas dia juga sedikit heran kenapa tuan Kim sangat berbeda karakter dengan kedua putranya.

Tapi dia bisa apa? hanya seorang wanita tua yang mencintai kehidupannya sederhana, melihat Taehyung tertawa seperti ini juga membuat dia menjadi sangat baik. Dia merasa bahwa Taehyung penggambaran seseorang yang ingin mengerti dirinya, sikapnya juga tak sombong jika mengenal lebih dekat meskipun sebagian orang menganggap dia menyebalkan. Akan tetapi, dia jadi ingat ucapan mendiang nyonya Byun jika Taehyung menyembunyikan luka dengan caranya. Mungkin saja, dia menyimpan caranya dengan demikian. Taehyung itu anak baik dan tetap akan seperti itu persepsinya.

"Jadilah pria dewasa dan kau pantas berbahagia nak.."

Anggap saja ucapannya adalah doa seorang ibu pada anaknya, karena makin banyak doa maka makin cepat Tuhan mengabulkan. Ternyata, banyak yang menyayangi si bungsu akan tetapi Taehyung sepertinya hanya tahu beberapa orang atau segelintir saja.

.

.

Kyungsoo tak akan menyangka bertemu dengan seorang artis cantik yang menyapanya saat dia membeli makanan untuk hari ini. Dia berjalan dengan nyonya Xi yang juga mengajaknya mengisi perut kosong dan kebetulan takdir seperti menemukan mereka dalam tujuan yang sama hingga ketiganya mengalami perbincangan satu arah.

"Jadi anakku Baekhyun dan Taehyung tinggal di pondok milikmu?" sang ibu cukup terkejut tak sangka kedua anaknya tinggal cukup jauh dari jangkauan suaminya. Akan tetapi dia malah semakin khawatir saat mendengar ucapan Jieun yang mengatakan bahwa Baekhyun pergi entah kemana mencari Taehyung.

"Sebenarnya Taehyung berada di rumah suamiku, Kyungsoo memberitahukan padaku. tapi... kami menyusun rencana untuk melawan suamiku, karena dia pria yang licik."

Jieun mendengarnya tidak terkejut dia bahkan memaklumi dan hanya mengangguk dengan sedikit ucapan balasan karena dia juga antara takut dan tidak karena mencamupri urusan keluarga besar ini.

"Kau sepertinya tidak terkejut, apa kau sudah tahu tentang hal ini?" selidik nyonya Xi dengan menebak sedekat apa hubungannya dengan kedua anaknya, bukannya tak suka akan tetapi banyak orang yang tahu akan membuat masalah tambah runyam.

Jieun sedikit tergagap entah kenapa ucapan wanita di depannya seperti sedikit mengintimidasinya, sebentar dia menatap ke arah Kyungsoo yang justru namja itu mengangguk dengan pelan seakan Kyungsoo memberitahu dirinya untuk tenang.

"Ya.. tapi maafkan aku, aku tidak bermaksut untuk mengikuti urusan orang lain akan tetapi Baekhyun meminta tolong dan aku janji tidak akan memberitahukan pada siapapun masalah ini. karena aku juga punya etika." Jieun sangat gugup sampai dia mengusap leher di belakangnya karena merinding, dia juga bingung dan takut bahwa sikapnya kurang ajar itu saja.

Suasana sedikit diam, dan pada akhirnya ibu tiga anak ini memaklumi dan tidak mempermasalahkannya, dalam diam dia mengangguk meski dia sedikit ragu untuk mempercayai orang. Tak sedikit pernah pun dia membawa orang luar untuk ikut campur dalam masalah ini akan tetapi, jika dia sahabat sang anak mungkin bisa mentolerir.

"Tak apa, aku menghargai usahamu untuk mendapatkan anakku." Dia mengatakan hal itu dengan gamblang, membuat baik Kyungsoo dan Jieun terkejut bersama.

"A-apa maksut anda?" mimik wajahnya menjadi serba salah dia juga bingung dengan apa yang diucapkan wanita yang merupakan ibu dari sahabatnya itu.

"Tidak ada, hanya ingin bersenda gurau saja." dia mengatakannya dengan seulas senyum yang tipis tapi sedikit mengerikan.

Dalam diam Jieun tak sebodoh itu untuk menerka ucapan wanita di depannya, secera tak langsung dia direndahkan dan dia juga menatap Kyungsoo dengan wajah sebal yang justru dibalas dengan gelengan kepala tak tahu apapun. Kyungsoo berkata jujur karena dia juga baru tahu bahwa nyonya Xi begitu mengerikan jika sedang menyindir.

Tak ada pembahasan yang panjang lagi, karena Jieun merasa dia terjatuhkan harga dirinya. demi ketenangan hatinya dia bahkan berniat menolong Baekhyun sendiri, dia akan menolong sahabatnya itu dengan caranya dan membuktikan pada wanita yang sudah meremehkannya itu. Mungkin dia boleh kesal akan tetapi dia juga sadar dia tak bisa memaksa semua orang untuk menyukainya. Karena demi apapun di dunia ini pasti ada manusia yang pembenci.

Sepergian Jieun, Kyungsoo juga diam dan hanya menyeruput kopi itu dengan otak yang berpikir dengan sangat keras, dia menerka apa yang terjadi dan kenapa ibunya Luhan bisa sangat berubah sifat dalam sekejap menimbulkan rasa takut dan ngeri dengan sendirinya.

"Jangan takut aku hanya menggertak gadis itu, karena aku ingin lihat seberapa besar dia peduli dengan anak-anakku. Dia memang gadis yang baik dan aku menyukainya, tapi caraku menyukainya memang seperti ini. Anggap saja sebagai motivasi untuknya.." dia menoleh ke arah Kyungsoo dan mengedipkan sebelah matanya juga tak lupa menjetikan jemarinya.

Membuat namja bermata bulat itu bisa bernafas dengan lega ya, dia cukup senang dan dia sudah salah menduga bahwa nyonya Xi bukanlah orang sekejam itu. mungkin saja dia seperti ini karena untuk melindungi ketiga putranya.

Benar kata ayahnya, setiap ibu mempunyai cara berbeda melindungi anaknya akan tetapi cinta mereka sama besar. Sadar atau tidak Kyungsoo rindu ibunya, dan lagi-lagi dia mengatakan pada dirinya 'dia baik-baik saja.'

Melirik ponsel dan berharap bahwa Baekhyun mengirim pesan padanya, karena dia juga menyimpan khawatir.

.

Luhan melanjutkan langkahnya terlebih dahulu, dia berjalan melewati bebera orang yang sudah berdiri berjejer disana. disampingnya ada Baekhyun yang menatap mansion baru keparat yang sangat dia benci, Zou orang yang sudah menjebaknya.

"Selamat datang Byun Baekhyun, kau pada akhirnya mendapatkan bantuanku hem..." pria itu mengatakannya dengan senyum sinisnya dia meremehkan Baekhyun yang menatapnya tak suka. Jujur saja dia muak melihat wajah manusia biadab itu.

"Aku hanya menerima bantuan Luhan hyung, tak ada kaitan denganmu." Baekhyun mencibir akan tetapi dia juga menyimpan dendam yang sangat besar.

"Kenapa? Luhan juga bekerja untukku, ya... meski dia kaya dan menciptakan aliansi sendiri." dia menikmati dialog ini demi apapun hanya Baekhyun yang bisa mengimbangi percakapannya.

"Dalam mimpimu!"

Pistol itu masuk dalam sakunya saat Luhan memberikan senjata itu padanya, dia juga sudah siap mental untuk membawa adiknya pulang.

"Ya, cucu kesayanganku saatnya kau tunjukan siapa dirimu."

"AKU BUKAN CUCUMU!"

Gemelutuk gigi namja muda itu menatap tajam, hembusan angin masuk menerobos ruangan yang sunyi tersebut, menyaksikan Baekhyun yang menunjuk tajam pria yang duduk disana, wajah murka adiknya baru pertama kali Luhan lihat dan itu bukan emosi biasa.

"Tuhan aku tidak ingin menjadi cucu seorang penjahat."

............................

Tbc...

Menurut kalian chapter ini aneh gak? Masih bisa diterima gak ya kalau di bukukan, kadang author punya rencana pingin jadiin fanfic author buku cetak supaya ada jejak seninya Cuma belum rezeki mungkin dan masih dalam proses hehe. Semoga kalian puas dengan hasil yang aku buat dan semoga kalian juga bisa terinspirasi dari apa yang saya buat.

Oh iya, berikan kesan dan pesan untuk chapter ini ya , kalau ada kekurangan mohon dimaafkan semoga di next chap akan lebih baik lagi.

Jangan lupa jaga kesehatan dan terima kasih untuk partisipasinya dengan membaca karya saya.

Jangan kapok buat mampir ke lapak saya.

Salam cinta untuk kalian, gomawo...

#el

20/06/2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro