Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

다음 갈등이 시작될 때 (19)

(Flashback **** ON)

(Luhan **** POV)

Saat itu, adalah hari dimana usiaku genap sebelas tahun. Untuk kesekian kalinya, aku mendapatkan ucapan selamat, dengan lilin berbentuk angka yang terpasang apik di atas kue tart rasa coklat. seperti biasa, kado selalu aku dapatkan, dengan berbagai kemeriahan yang aku dapatkan.

Itu dulu....

Setahun sebelum umurku bertambah seperti sekarang.

Aku pikir, di usiaku sekarang. Aku akan mendapatkan pengalaman... dan alangkah indahnya bukan jika momen yang sangat jarang aku dapatkan bisa terjadi di hari spesial. Terlebih itu terjadi kala usia menginjak ke angka lebih lanjut.

Tapi...

Sepertinya itu hanyalah bualan belaka.

Terkadang aku berpikir kenapa orang dewasa mudah sekali berbohong, malah lebih parahnya mengingkari sebuah janji. Alangkah bodohnya aku yang begitu percaya dengan janji manisnya. Mengatakan bahwa 'akan ada waktu antara ayah dan anak'.

Bolehkah aku tertawa? Menertawakan kebodohan dan juga kebohongannya. Jujur aku muak, mendengar semuanya. Kurasa aku adalah orang paling kecewa. Merasa nyeri di dada dan sesak. Rasa sakit karena penghianatan jauh lebih terasa dibandingkan rasa sakit karena goresan pisau yang tajam di kulit. Bolehkah aku menutup luka hati ini dengan sebuah perban, atau setidaknya memberikan setetes obat merah. Berharap jika luka di hati ini mengering dan bukannya semakin menganga. Ah, entahlah aku sudah terlalu bodoh sepertinya, betapa lucunya aku memikirkan pertanyaan konyol ini.

Tak nafsu, meski dihadapkan pada sebuah kue tart rasa coklat kesukaanku.Duduk terdiam dengan memandang dalam kue di depanku. Kedua telingaku tak tuli kala mereka, yang datang dalam undangan hari jadiku bernyanyi. Menyanyikan lagu ulang tahun yang menjadi ikon dalam setiap acara bertambah umur bukan?

Dan aku tidak tertarik.....

'Saengil chukae ham-'

BRAKKK!!!

BRUKKKK!!

"KYAAAAAA!!!!"

"ASTAGA!!!"

"Hei ada apa?! apa yang terjadi dengannya?"

"Hikkksss.... eomma... hikkksss... takut hikkksss...."

Aku bahkan tidak peduli dengan respon mereka. Ketakutan teman sebayaku, atau anak kecil yang kini menangis memeluk kaki ibu mereka. Aku tidak peduli dan tidak akan pernah. Cukup muak aku dengan segala sandiwara ini. mengingat begitu banyak janji yang membuatku harus merasakan apa itu kekecewaan. Mungkinkah mereka masih menganggapku sebagai bocah yang bodoh?

"Luhan apa yang kau lakukan nak? Kenapa dengan sikapmu itu, kau sedang apa nak?!"

Lengkingan suara ibuku, membuatku sadar bahwa. Aku terbawa emosi dan kesal berlebih membuatku menatap datar kue tart yang sudah tak terbentuk di lantai. Memilih diam dan tak menghiraukan kemarahan ibuku adalah salah satu bukti. Bukti dimana aku melakukan sebuah protes.

"LUHAN JAWAB EOMMA, APA YANG KAU LAKUKAN. KAU MEMBUAT SEMUA TAMU TAKUT NAK!!!"

Sepertinya ibuku terlanjur kesal, terdengar jelas bagaimana bentakan itu terdengar. Membuatku melirik datar ke arahnya, tanpa berniat menjawab pertanyaannya.

"LUHAN CEPAT KATAKAN!!"

"Kemana appa?"

"......"

"Eomma kenapa appa tak datang, kemana dia? Bukankah dia berjanji untuk menemuiku eomma?"

"......"

"Eomma, dimana appa?"

"......."

.

.

.

Aku menghela nafas kecewa, selalu saja. Setiap kali aku bertanya ayah dimana justru ibu hanya diam, tak ada satupun niat untuk menjawab pertanyaanku. Bahkan amarahnya seakan meluap kala aku melontarkan pertanyaan yang mungkin bagaikan racun mematikan baginya.

"Eomma..."

Aku sudah tidak tahan, haruskah aku merengek seperti biasanya?

Haruskan aku mengeluarkan puppy eyes dengan wajah memelasku?

Ataukah aku harus menelan kekecewaan dan menahannya sendiri. mengetahui bahwa ternyata apa yang aku bayangkan tak akan pernah terjadi di dunia nyata. Sejujurnya aku adalah bocah kesepian. Bocah tanpa teman ataupun seorang kakak atau adik. Anak pertama sekaligus anak semata wayang dalam keluarga.

Kekayaan yang begitu melimpah, itulah yang dikatakan oleh beberapa tamu. Lahir dari keluarga terpandang. Bagaikan seorang pangeran penerus perusahaan dengan tingkat kesuksesan yang tiada akhir. Dan sungguh hal itu didapatkan oleh ayahku dengan cara tidak mudah dan apapun akan ia lakukan untuk mendapatkannya.

Sejujurnya, aku merindukan momen kebersamaanku dengan sang ayah.

Bahkan, aku merindukan bagaimana ayah mengajariku akan segalanya. Berharap aku akan menjadi sepertinya seorang namja dewasa pekerja keras yang sukses.

Membuatku menyanggupi keinginannya....

"Eomma, dimana appa? bukankah dia berjanji untuk datang?

"......"

"Eomma kenapa diam, apa benar appa membenciku membuatku harus menunggu lama. Eomma... tunjukan dimana appa, aku akan menjemputnya jika appa sedang terjebak macet."

"....."

Sepertinya benar jika semua memberi sebuah harapan palsu....

.

.

SREEEETTTTT!!!

SRAAAKKKKKK!!!

PRANKKKKK!!!!

"KYAAAAAAA!!!!"

"Omo, dia mengamuk!!!?"

"LUHAN!!!?"

"hikkksss... huaaaaaa takuttttt..."

"Hikkssss... hikkkkssss ayo kita pulang..."

"Maaf nyonya, sepertinya kami harus pulang. Karena sikap tak patut anakmu, membuat anakku ketakutan. Kami permisi..."

"Hikkksss... eomma, ayo kita pulang."

"Ma..maafkan aku. Maafkan Luhan, dia tidak tahu dengan apa yang dilakukannya."

.

.

.

Ulang tahun yang benar-benar kacau...

Dan itu semua karena aku. Segala tingkah kecewaku.

"Luhan ikut eomma! Jangan membantah!!"

Benarkah aku yang salah untuk kali ini? kala jiwa memberontakku muncul?

Entahlah, yang pasti....

Semua orang dewasa sama saja....

(Flashback **** OFF)

..............................................

.

.

.

.

(Author **** POV)

"Luhan?"

"........."

"Apa kau benar-benar menantang appamu?"

"Ya."

"Kau kurang ajar rupanya..."

"Memang, dan inilah aku. Jika appa bisa kenapa aku tidak."

"Kau!!!"

"Jangan salahkan aku appa, salahkan sikap appa. dan ingat akan dosa, karena Tuhan tidak pernah tidur appa!"

"Beraninya kau!!!"

"Ya, karena aku adalah Luhan. Dan aku tak takut siapapun selain ibu dan juga Tuhan. dan bukannya kau Appa. karena kau bukan ayah kandungku."

Kedua tatapan antara anak dan ayah tak sedarah itu begitu intens, dimana yang muda menolak dan memberontak pada yang tua. Tata krama dan sopan santun yang selama ini ia pelajari dan diaplikasikannya di depan sang ayah menguap begitu saja. Semenjak dirinya menginjakan kaki di rumah ini, dan melihat begitu banyak ketidakadilan yang terjadi sekilas di depan matanya.

"Jangan bilang kau seperti ini hanya karena Baekhyun!"

Ya, tuan Kim dengan segala tingkat ego yang tinggi. Tak suka dengan seorang pembangkang, apalagi hal itu dilakukan sang anak.

"Appa terlalu pilih kasih!"

Luhan dengan segala argumennya mengatakan sepotong keadilan yang terlihat di depannya.

"Tahu apa kau! Jangan campuri urusan appa. kau tidak tahu apapun tentang Baekhyun, dan juga masa lalu appa. Kau hanya anak sambungku tidak lebih!"

Oh, begitu lucu ucapan sang ayah membuat Luhan mengulas senyum kecilnya.

"Appa jahanam! Sudah kuduga appa berpikiran seperti itu. apakah anda cukup pantas mendapatkan gelar seorang ayah, melihat tingkah anda membuatku muak!"

"Jaga kata-kata laknat itu anak muda. Kau tidak tahu apapun tentangku, dan kau jadilah anak penurut atau kau akan appa kirim ke luar negeri dan melanjutkan studymu disana!"

"Apa menurut appa aku belum cukup cerdas, hingga membuat appa memberikan ancaman itu padaku. Berpikir yang logis dengan mengirimkanku ke luar negeri melanjutkan study bisnis yang jujur saja adalah paksaan dari appa. dan aku menurutinya, menuruti semua tingkah egomu hanya demi eomma. Karena aku sadar yang kuhadapi adalah seorang tuan Kim yang serakah."

Begitu panjang ucapan Luhan membuat tuan Kim terdiam sesaat hingga akhirnya, sang anak menampakan senyum manisnya.

"Jangan lupa appa, siapa aku. Aku bukanlah Luhan anakmu, tapi aku adalah anak dari seorang..."

Entah kenapa keringat tuan Kim mengucur seketika dia ingat, dan lupa bahwa dia berhadapan dengan siapa.

"Jangan lupakan jika ada darah mafia dalam diriku appa."

Sial!

Sepertinya tuan Kim mencari bahaya di dalam kandang sendiri.

"Luhan jangan ancam appa, atau eommamu yang akan kena dampaknya."

Tentu saja...

Keduanya memang tak ada yang mengalah, hanya saja. Tuan Kim lah yang paling licik disini.

"Aku diam bukan karena aku takut, tapi karena aku sadar bahwa ada Tuhan yang mengawasiku. Tapi jika kau menyeret eomma ku dalam bahaya aku tak akan bisa memaafkanmu. Dan oh ya, jangan bawa yang lainnya. Kau tahu, anda terlihat seperti pengecut jika memakai ancaman, itulah kenapa aku peduli dengan Baekhyun. karena dia...."

Luhan mengulas senyumnya, menatap sebuah bunga cantik yang terpampang apik tak jauh dari tempat ia berdiri.

"Mengajarkanku apa itu hidup sesungguhnya..."

Ucapan yang begitu tulus saat Luhan mengatakannya.

Membuat seseorang yang tak sengaja mendengar dari luar, menatap tak percaya. Tapi siapakah seseorang yang tak sengaja mendengar perbincangan menegangkan itu?

.....................

Panasnya masih terasa, namun pelukan hangat itu tak hilang sudah. Merapatkan selimut yang dipakai sang adik, memberikan kasih sayang yang terbaik bagi namja muda yang masih terpejam itu. sesekali jemari itu menata poni sang adik, merapikan posisinya. Agar, kelopak atas sang adik tak tertutup.

Bukan hanya itu saja kecupan sayang tak lelah ia berikan, mengingat bahwa dulu dongsaeng kesayangannya lah menyukai hal itu. masa lalu bocah yang indah adalah memori yang ia miliki, sangat bersyukur karena Tuhan masih memberikan ingatan yang kuat padanya.

"Cepat sembuh TaeTae." Lirih dan sayang, memanggil panggilan kecil sang adik adalah favorit Baekhyun saat ini. apalagi inilah kesempatannya bisa dekat dengan sang adik, meski keadaan sang adik membuat nampak jahat lantaran kesempatan itu datang ketika sang adik sedang sakit.

"Nghhh..." lenguhan lirih lantaran panas menyerang tenggorokan yang muda. Mata terpejam karena pusing yang masih mendera, kedua bibir sedikit bergetar lantaran dingin masih menyerang. Membuat Taehyung nampak menyedihkan dimata sang kakak.

Tak tega melihat sang adik jatuh sakit. Apalagi tak berdaya karena lemas seperti ini, ingin sekali Baekhyun menggantikan posisi Taehyung sang adik. Tapi....

Baekhyun berpikir mungkin ini adalah takdir Tuhan, Baekhyun ingat jika orang yang diberikan sakit dosanya akan lebur. Lalu, apakah dosa Taehyung juga akan lebur karena sakit demam? Ah, Baekhyun berpikir aneh hanya karena cerita orang dulu. Tapi... bukankah sebuah mitos bisa menjadi nyata.

Dirasakannya deru nafas sang adik yang teratur, sadar atau tidak Taehyung melingkarkan kedua tangannya di tubuh sang kakak. Membuat Baekhyun merasa tercekat dengan reaksi sang adik yang tiba-tiba dan tanpa ia sadar. Jika biasanya Taehyung akan mendorongnya karena enggan ia dekati, justru dalam keadaan sakit Taehyung dengan mudahnya melingkarkan kedua tangannya di tubuh sang kakak. Seakan meminta pelukan ketenangan padanya, hal yang membahagiakan memang saat Baekhyun mengulas senyumnya. Mungkinkah ini adalah doa yang dikabulkan Tuhan untuknya?

Dieratkannya pelukan sang adik, didekatkannya jarak antara dirinya dengan sang adik. Wajah yang saling berhadapan, menangis terharu saat dirinya bisa sedekat ini dengan sang adik. Biasanya Taehyung akan menolak semua itu, namun... kali ini semua tidak ada penolakan.

"Eomma, Tae semakin tampan dan dewasa. Bahkan dia jauh lebih tampan dariku, eomma.... aku jadi iri pada dongsaengku ,"

Baekhyun terkekeh, mendengar penuturannya sendiri.

"Eomma, Baek bahagia. bahagia.. bisa sedekat ini dengan TaeTae. Sudah lama Baek menantikan hal ini, eomma... apakah Baekhyun jahat meninggalkan TaeTae dalam waktu lama?"

Tes...

Tes..

Tes...

Tes..

Tanpa sadar air mata itu jatuh, membuat setetes cetakan basah di atas bantal putih nan empuk.

Membiarkan air mata itu jatuh sepuasnya, asal hatinya yang sedikit sesak terasa lega.

"Penyakit anda semakin parah tuan Baekhyun, kapanpun sakit anda bisa kambuh. Satu-satunya yang bisa menyelamatkan nyawa anda adalah melakukan operasi. Hanya saja kami membutuhkan pendonor, dan lagi... kemungkinan keberhasilannya hanya 50-50."

Memejamkan mata sebentar, kala ucapan bagaikan surat kematian itu terngiang di telinganya.

"Anda jangan banyak bergerak dan kelelahan, anda bisa kekurangan oksigen dan membuat kinerja jantung anda berkurang. Untuk saat ini saya akan memberikan obat pereda sakit. Jika jantung anda kembali kambuh minumlah segera dan datanglah ke sini. Agar hal yang menakutkan dapat di cegah."

"Lalu apakah hidup saya masih lama lagi dok? Karena anda bilang, sakit saya semakin parah..."

"Saya tidak bisa mengatakannya, Tuan. Karena saya juga bukan Tuhan, tapi melihat kondisi jantung anda, saya perkirakan kapanpun anda bisa meninggal karenanya. Ah, maaf membuat anda takut, tapi itu hanya perkiraan. Dan anda bisa mencegah sakit anda kambuh adalah hal yang terbaik."

"Gwenchana dokter, saya juga merasa begitu. Terima kasih untuk sarannya..."

"Sama-sama tuan, kuharap akan ada keajaiban untuk anda. Saya juga akan mencari pendonor yang cocok untuk anda."

"Tidak usah repot-repot dok, aku tahu apa yang direncanakan Tuhan. mungkin ini adalah yang terbaik, karena eomma selalu bilang. Bahwa takdir Tuhan akan selalu berakhir indah jika kita percaya, dan aku percaya akan ada yang indah ke depannya."

"Tuan Baekhyun, anda adalah namja baik..."

"Terima kasih..."

Ya, tentu saja. Ingatakan bagaimana percakapan itu selalu terlintas. Bahkan sampai terbawa mimpi kala Baekhyun terlelap dalam tidurnya, bagaikan pengingat baginya. Dan tentu saja, hal itu akan menjadi rahasia kecil Baekhyun. tanpa ada seorang pun yang tahu termasuk Taehyung dan juga keluarga Kim lainnya.

Perlahan tangan kanan itu bergerak.

Menyentuh dada kirinya, merasakan detakan jantungnya yang terasa normal. memejamkan matanya dan mengatur nafasnya pelan. Ketika ada sedikit nyeri yang ia rasa, maka Baekhyun akan mencoba mengaturnya. Mengontrol oksigen dan memejamkan matanya. menyembunyikan ketakutan dan raut kesakitannya.

"Kumohon jangan kambuh, disaat aku berhasil memeluk adikku. Kumohon jangan sakit disaat aku mempunyai kesempatan. Ijinkan aku menemani adikku, beberapa hari sebelum daun terakhir jatuh."

Tes...

Tes...

Kali ini Baekhyun sangat berharap.

"Aku tahu kau mulai lelah, tapi bolehkah aku mendapatkan kesempatan? Aku masih punya janji pada appa dan eomma. Tolong ijinkan aku untuk terus merasakan detakmu, ijinkan aku bernafas dan melihat dunia. Biarkan aku melihat penyemangat hidupku lebih baik esoknya."

Merasakan detak jantungnya, mengatur dan mengatur berharap nyeri itu berkurang.

"Aku menyayangi Taehyung, ijinkan aku. Kumohon... berikan kesempatanku untuk waktu bersamanya. Waktu diriku menjadi hyung bagi seorang Kim Taehyung..."

Tes...

Tes...

Sebisa mungkin Baekhyun mencegah air mata itu untuk tak jatuh di wajah sang adik, karena bisa saja Taehyung akan terbangun karena ulahnya.

Tapi...

Tanpa ia tahu...

Ada satu tetes air mata yang jatuh...

Setetes air mata yang tiba-tiba saja keluar dari sudut matanya, dan dia menangis dalam diam. Tanpa ada niat sedikitpun untuk mengubah posisinya.

Apalagi saat mendengar ucapan Baekhyun yang memanggil namanya, nama lengkap dirinya.

Kim Taehyung....

...................

.

.

.

.

"Kyung?"

"Ah, Luhan hyung... apa anda membutuhkan sesuatu?"

Terkejut tentu saja, saat Luhan datang dari arah belakang.

"Kau melamun? Apa yang kau pikirkan Kyung?"

Bukannya menjawab pertanyaan Kyungsoo, justru Luhan mengajukan pertanyaan lain pada namja dengan mata bulat tersebut.

"Ah, tidak... tidak apa-apa hanya saja. Tadi aku agak mengantuk jadi aku kurang fokus."

"Kalau begitu kenapa kau tidak pergi istirahat, bukankah kau belum mengambil jatah istirahatmu."

"Begitu banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan hyung, aku akan istirahat setelah memberikan majalah baru untuk nyonya."

Kyungsoo mengulas senyumnya, menatap yakin ke arah tuan mudanya. Tapi tetap saja ada kata ragu dalam diri Luhan.

"Biarkan aku saja, kebetulan aku akan bertemu eomma. Kau istirahat dan jangan lupa makan. Jaga kesehatanmu karena aku tidak mau kau sakit esoknya, arra!"

"Eh... eh tapi hyung, aku.. aku.."

"Aishhhh... sudahlah jangan membantah. Kau tahu aku tidak suka dibantah. Istirahat dan jangan lupa makan. Awas saja jika kau melanggar keputusanku hem?"

"Hyung tapi.. tapi..."

"Cha, tenangkan pikiranmu. Aku akan mengantarkan majalah ini tanpa rusak apapun Kyungsoo."

Dengan pelan Luhan memaksa Kyungsoo, mendorong punggung namja bermata bulat itu untuk masuk dalam kamarnya. Menyuruh maid setianya untuk beristirahat.

Ceklek!

"Kyung jika kau melanggar, kau akan kena azab jadi pororo jadi kuharap kau jangan melanggar ya. Karena azab lebih kejam dari fitnah." Ucap Luhan percaya diri, setelah menutup pintu kamar Kyungsoo. Apalagi dirinya terkekeh karena ucapannya, merasa lucu dengan kata-kata azab yang ia ucapkan.

.

"Nah sekarang aku akan bertemu eomma, dan mengantarkan majalah ini un-"

Seketika ucapan itu terhenti, entah kenapa atensinya terdiam begitu saja. Melihat sejenak ujung tulisan di bagian halaman belakang majalah yang ia pegang. Merasa tak asing dengan nama yang ia baca. Membuat Luhan mengalihkan atensinya ke seluruh halaman belakang majalah.

Seketika...

Badannya terasa kaku, bibirnya kelu dan juga pikirannya kacau.

Membaca tulisan yang tertera dengan jelas, dengan huruf kapital yang begitu nyata.

"Hot Modelling."

Tercetak jelas pada judul halaman belakang dan seterusnya terdapat tulisan dalam bahasa jepang yang ia ketahu artinya.

Byun Baekhyun.

Seakan dunia runtuh jemari Luhan merasa lemas, menjatuhkan majalah yang baru saja ia pegang. Mengingat bagaimana beberap detik yang lalu wajah Baekhyun tertera pada cover tersebut. sebuah majalah edisi jepang satu bulan yang lalu. Yang kini terbit sampai di Korea.

Pose panas, dengan bau dewasa...

Membuat Luhan susah payah menelan ludahnya, oh ingatkan Luhan jika yang ia lihat adalah salah. Apakah benar yang ia lihat adalah Baekhyun? Byun Baekhyun saudaranya. dongsaeng sekaligus hyung adiknya, Kim Taehyung.

Wajah kebingungan nampak jelas diwajahnya terlebih dia baru mengetahui sebuah fakta bahwa Baekhyun bekerja pada sebuah pemotretan majalah dewasa terkenal di Jepang. Apalagi pose tersebut...

Terlihat menggairahkan, saat dengan jelas Baekhyun berpose seperti itu dengan wanita bule berpakaian sangat minim atau sexy. dan pose yang paling berbahaya menurut Luhan adalah ciuman panas antara Baekhyun dengan wanita amerika itu. oh... sepertinya mata Luhan tidak suci.

"ASTAGA MATAKU TIDAK POLOS!!"

Berteriak heboh dan jangan lupa menutup mata dengan kedua tangannya tiba-tiba.

"Jika appa atau eomma tahu, Baekhyun pasti mendapat masalah."

Berpikir sendiri, menyadari sendiri.

"Apa yang harus aku lakukan?"

Mengerti posisi Baekhyun jika semua tahu, membuat Luhan pusing. Seketika kedua tangannya mengusak kasar rambutnya hingga berantakan.

"Aigoo.. kenapa aku baru tahu sekarang."

Menggigit kuku jempol dengan gelisah, hingga tanpa sadar...

"Luhan kau kenapa?"

Bagaikan petir menyambar, suara itu...

"Eom...eomma..."

Menatap terkejut pada sang ibu, membuat sang ibu. Yang tak lain nyonya Kim merasa aneh dengan tingkah sang anak, meneliti sang anak dengan pandangannya hingga akhirnya tatapannya jatuh pada sebuah majalah yang tergeletak tak berdaya di atas lantai.

"Itukan majalah eomma, astaga rupanya kau yang membawa. Berikan pada eomma, eomma baru saja memesan majalah itu sayang."

Satu kata yang terbesit di pikiran Luhan saat itu adalah...

"Kacau sudah!"

Apa yang akan kau lakukan Luhan?

................................

Tbc...

Hai semua apa kabar? Adakah yang rindu dengan kedatangan ff ini? maafkan aku yang lama banget buat up, maaf membuat kalian kesal karena waktu vakum yang cukup lama buat ff ini dan lainnya. Tolong pengertiannya karena kesibukan author di real life membuat author menyicil ff ini dan meluangkan waktu sebaiknya. Adakah yang masih setia dengan ff ini?

Bosankah kalian dengan ff ini?

Maaf kalau cerita ini malah makin membuat kalian bosan atau apa TT

Kuharap kalian dengan suka rela memberikan sebuah bintang kecil dan komentar penyemangat. Berikan semangat untuk author.

Oh ya menurut kalian apa yang akan dilakukan Luhan untuk menyelamatkan Baekhyun? lalu apakah Baekhyun tahu jika pose dewasanya sampai di Korea. Aku jadi takut kalau Taehyung ngamuk :v padahal udah mulai deket.

Doakan yang terbaik buat vbaek.

Salam cinta untuk kalian.

Gomawo and saranghae...

#el

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro