Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

너 싫어? (22)

"Musim ini, akan menjadi musim favoritku. Musim yang akan menjadi saksi segala cerita di siksa waktu. Membayangkan daun kering yang jatuh dari induknya, bagaikan hujan salju putih nan cantik. Mengadahkan tangan, memperlihatkan telapak tanganku. Membiarkan sebuah daun kering berbentuk bintang jatuh dengan cantiknya. Saat itulah aku akan tersenyum, tanpa adanya air mata. Membawa perasaan lega dan bahagia... karena aku yakin, jika aku akan mendapatkan sebuah cinta dan pengakuan 'dia'. Seseorang yang akan selalu menjadi atensi kehidupanku, penyemangatku dan miracle bagiku. Bagiku, setiap detak jantung ini adalah waktu yang diberikan Tuhan untukku, dan untuk itulah aku tak akan menyia-nyiakannya. Walau satu detikpun. Ijinkan aku, bermain melodi piano, dan kau yang menyanyikan lagu kasih sayang. Di bawah guguran daun, disaksikan musim gugur, di bawah langit senja. Karena aku ingin memperlihatkan pada dunia, pada semua mata. Bahwa aku dan kau adalah dua saudara yang saling menyayangi dan hidup diantara ribuan manusia. Dan aku akan melakukannya, jadi... tunggulah waktu itu tiba saeng. Karena aku akan melakukannya, sebelum kematian menjemputku. Merenggut detak jantungku. Kim Taehyung hyung janji untuk menepati janjiku, kali ini..."

- Byun Baekhyun-

(Author **** POV)

Taptaptaptaptap....

Ketukan cepat langkah kaki, diantara daun kuning yang telah mengering dan jatuh di jalan setapak. diantara pohon bintang dan pohon bunga sakura yang sengaja di tanam. Tak menghiraukan tatapan aneh para manusia yang senantiasa berlalu lalang disana, menerobos mereka yang bersileweran dengan kegiatan mereka masing.

Beban berat di punggung tak ia hiraukan, kedua netranya tak pendar dan tetap fokus. Kedua tangan yang menahan beban di punggungnya, deru nafas lelah dan terengah tak ia rasa, buliran keringat sebutir jagung di keningnya belum sempat ia seka. Yang ada dalam pikirannya, adalah 'Jangan sampai terlambat, jangan sampai terjadi buruk dengannya...'

Menepis pikiran buruk yang berkecemuk dalam otaknya bukanlah hal yang mudah dilakukan oleh dirinya. Dengan usaha yang keras dirinya berusaha menjaga keseimbangan, dirinya tahu bahwa seseorang yang tengah ia gendong dalam keadaan tak sadarkan diri. Berharap tidak ada kata terlambat untuk kali ini.

Byun Baekhyun, dirinya terlihat damai dalam ketidaksadarannya. Dengan kepala bersandar pada bahu kanan namja yang kini menggendongnya, tak merasakan guncangan tubuh yang membawa dirinya dengan langkah lari cepat. Tak bisa merasakan bagaimana khawatirnya seseorang yang kini membawanya. Sampai namja dengan wajah manisnya itu juga tak sadar jika beberapa daun kering jatuh di atas tubuh dan rambut yang mulai menghitam itu.

Sepertinya dedaunan ikut mengantarkan kepergian Baekhyun yang tak sadar dalam gendongan khawatir seorang namja dengan tekadnya.

"Tuan Baekhyun, kumohon jangan menyerah hosh... hosh..."

Raut khawatir yang tersembunyi di wajah datarnya. Mata bulat yang sedikit berkaca, dengan peluh keringat yang tak ia hiraukan. Terlalu berkecamuk dalam otaknya mengenai keadaan sang tuan muda yang tak sadarkan diri. Dengan bibir putih pucat, dan wajah bak kekurangan darah.

"Hei anak muda, bisakah kau berhati-hati??!!"

"Aigoo... yaaakkkk dasar anak muda jaman sekarang!!"

"Omo!!!"

Beberapa orang yang berlalu lalang, terkejut. Ada yang tidak terima saat Kyungsoo menyenggol mereka. Terlalu terburu-buru hingga Kyungsoo mengabaikan sebuah sopan santun dan tata krama yang sudah lama melekat dalam dirinya. Meski norma itu berlaku di jalanan sekalipun.

"Sebentar lagi kita akan sampai tuan, sebentar lagi kau akan sadar. Tuan Baekhyun jangan menyerah."

Mengucapkannya, seperti tak ada keberatan sama sekali. meski pada akhirnya ada nafas tersenggal yang lolos dari bibirnya setelah mengucapkan dialog tersebut.

"Ingatlah Taehyung, tuan Bbaekhyun... Aaku akan mem- hosh.. hoshh... bantumu."

Sedikit berkunang, apalagi nafas itu hampir kekurangan oksigen. Langkah kakinya semakin cepat menerobos pepohonan yang seperti menangis, menjatuhkan dedaunan yang ia lewati. Mengusap dengan cepat setetes dua tetes air mata yang lolos dari kedua kelopak bulatnya. Tetap dalam pikiran positif-nya. Meyakini jika Tuhan tidak akan mengambil tuan muda dari dirinya, juga orang yang masih menyayanginya.

Berpikiran untuk menaiki taksi? Oh tidak... saat menemukan tubuh tak bergerak di atas lantai dengan kedua kelopak mata yang tertutup tak sadarkan diri. Membuat Kyungsoo tak sempat berpikir untuk mengambil dompetnya, mengabaikan segala barang penting dan memilih menghampiri tubuh tuan muda yang tak berdaya. Dengan tubuh yang sama tingginya dengan sang tuan muda, Kyungsoo melakukan tindakan yang tak terduga. Mengangkat tubuh lemah itu dan menaruhnya di belakang punggungnya. Berlari tanpa permisi, keluar dengan tergesa hingga tanpa sadar pintu gudang yang ia lalui tertutup sendiri. melewati halaman kecil rumah besar majikannya, melewati gerbang utama. Hingga akhirnya Kyungsoo berhasil sampai disini.

Jika kalian berpikir apakah Kyungsoo lelah? Kalian salah...

Tidak ada rasa lelah dalam dirinya. Seakan menguap begitu saja, tergantikan dengan sebuah harapan dan juga kepedulian yang begitu besar. Karena seorang Kyungsoo akan selalu berada disisi sahabat, keluarga, bahkan saudara yang telah ia anggap. Selalu, dan selamanya begitu. Meski pada akhirnya jika ada pilihan dimana jika suatu hari nanti, Baekhyun membutuhkan sebuah jantung, maka Kyungsoo menjadi orang pertama yang akan memberikannya.

Dengan ikhlas, tanpa ada imbalan apapun...

Lalu apakah diantara kalian masih ada yang meragukan kesetiaan Kyungsoo?

.

.

.

Taptaptaptap...

Kurang dua menit, jarak Kyungsoo dengan rumah sakit yang ia tuju akan sampai pada akhirnya. Merasa jarak semakin terkikis membuat Kyungsoo menambah kecepatan kakinya. Menggendong erat tubuh Baekhyun yang terlelap nyaman dalam sandaran di pundak sang sahabat.

Meski oksigen terus berkurang, pacu jantung semakin cepat, lelah semakin menyerang tapi tak ada kata berhenti untuk langkah kaki yang bergerak cepat itu.

Sedikit berkunang tapi Kyungsoo tetap memaksakan tubuhnya, dalam benaknya 'sedikit lagi...' berkali-kali hal itu ia ucapkan dalam pikirannya, sebagai penyemangat dirinya untuk terus berlangkah.

Byun Baekhyun, sepertinya kau masih mempunyai seorang sahabat yang begitu tulus. Terbukti dengan tekad besar dan tindakan yang ia lakukan sekarang untukmu, lalu ataukah kau akan benar-benar pergi dan membiarkan adanya kesedihan dan tetesan air mata dari seorang yang begitu tulus mempedulikanmu. Kuharap Tuhan masih memberikan kesempatan, dan kau jangan menolak sebuah kesempatan. Meski dirimu diambang ketidakmampuan.

Kyungsoo, sepertinya kau adalah namja yang mempunyai rasa sosial yang begitu tinggi. Dibalik kepolosanmu kau juga menyimpan sebuah kasih sayang pada lainnya, walau dia bukanlah saudara atau bagian kelurga. Andaikan semua manusia memliki hati yang tulus dan kebaikan besar, pasti akan indah....

Berlari...

Lari....

Lari...

Terus berlari...

.

Dengarkan langkah kaki itu Baekhyun...

.

.

Rasakan kekhawatiran dari sahabatmu...

.

.

Tetaplah bertahan....

.

.

Bukankah musim gugur belum berakhir....

.

.

Biarkan waktu mengisi dirimu hari ini, dan bukannya dirimu yang menghilangkan waktu.

.

.

Tolong bertahanlah....

.

.

Kau adalah namja yang kuat....

.

.

Seperti kata 'eommamu..'

.

.

Jangan tinggalkan dongsaengmu, Taehyung...

.

.

Brukkk...

"Akh!!"

Suara benturan, dengan lutut yang membentur kerasnya aspal jalan setapak. dengan tubuh yang membungkuk, satu tangan kanan yang menjadi penyangga. Dan juga tangan kiri yang memegang beban di punggungnya.

Rintihan sakit itu lolos mendadak, setelah kakinya tersandung oleh sebuah batu. Merutuki kebodohannya yang tak berhati-hati, dan hampir membuat Baekhyun jatuh dari gendongannya. Untungnya, dengan sikap Kyungsoo mampu menjaga posisi sang tuan muda agar tetap aman.

"Maaf tuan aku hampir menjatuhkanmu."

Dengan sekuat tenaga Kyungsoo memaksakan tubuh lelahnya, kaki yang bergetar karena rasa sakit juga lecet yang menimbulkan darah di kakinya. Mencoba memaksakan tubuhnya yang berkeringat untuk berdiri. Karena Kyungsoo tidak ingin kata terlambat menghampiri tuannya.

Hingga...

Taptaptaptap...

Langkah kaki itu bergerak, membiarkan darah yang cukup banyak keluar dari lututnya. Perih dan sakit tak ia pedulikan, menahan sakit dengan mengeluarkan desisan dan rintihan adalah pilihannya.

"Tuhan berikan keajaiban, kumohon..."

Doa dari hati seorang Kyungsoo yang kini ia lakukan.

Dan setetes air mata yang jatuh dari kelopaknya. bukan air mata karena rasa sakit di lututnya, tapi karena...

Takut kehilangan sang sahabat....

Tuhan, dengarkanlah doa hambamu...

.

.

.

Tes...

Kedua kelopak mata yang terpejam itu, membuka. Melihat kembali daun kering yang jatuh di telapak tangannya beberapa menit yang lalu. Tatapan dari manik hitamnya, tertuju begitu dalam, wajah teduh tanpa ekspresinya seketika berubah. Mengulas sebuah senyuman tipis, di balik wajah bercahayanya. Membiarkan rambut hitam legamnya tertiup angin.

Bangun dari duduknya, berdiri tepat disamping pohon bintang yang berdiri kokoh di sebuah rumah besar dengan marga 'Kim' yang ia pandang. Membiarkan musim favorit miliknya menjatuhkan beberapa helai daun padanya.

Seakan ingat dengan kejadian di masa lalu, ditemani daun yang berguguran. Dan juga...

"Jangan sampai kejadian masa lalu terulang Kim Taehyung. Kau terlahir bukan untuk mengulangi hal yang sama bukan?" gumamnya seolah dirinya tahu dengan masa lalu yang dialami namja yang baru saja ia sebut namanya.

Tubuh yang tak terlihat, dengan pakaian putih yang membalut kulit putih pucatnya. Jangan lupa senyum manis bagaikan gula miliknya, dengan mata sipit yang kini terfokuskan pada seorang namja yang kini berdiri di depan pohon. Pohon tempat dimana dirinya juga berdiri.

Tak apa, karena ia tahu Taehyung tak akan menyadari kedatangannya. Tak menyadari keberadaan dirinya. Dirinya yang hanya sebuah makhluk yang tak nampak.

"Taehyung..."

Bergumam, memanggil nama namja yang kini mendongakan kepalanya. Sembari memejamkan kedua matanya. Dapat dilihat dengan jelas oleh sesosok itu, wajah anak kedua dari keluarga Kim yang kini menjalani takdir dari Tuhan.

Dan sosok itu paham, jika Taehyung tak akan bisa mendengar panggilannya. Apalagi melihat dirinya...

Tersenyum dengan tipis...

Memandang setiap inci wajah namja di depannya, dalam otaknya. Ia berpikir, masih sama...

Tak lama...

Tangan seputih susu itu menyentuh pohon yang ada disampingnya, memejamkan matanya sebentar. Membuat cahaya putih berpendar darinya. Membuat seekor kupu-kupu bersayap putih muncul tiba-tiba, terbang mengitari kepala Taehyung yang sedari tadi fokus dengan pikirannya.

"Byun Baekhyun, ini bukan waktumu...."

Tersenyum...

Memandang dedaunan yang gugur di musim favoritnya.

Menatap dan menjatuhkan manik sipitnya pada namja yang kini menitikan air matanya samar. Dan ia paham betul, dengan perasaan Taehyung.

"Hati kecilnya masih mempedulikanmu. Meski egonya selalu membentengi pikiran dan logikanya, Kim Taehyung dia berharap akan dirimu..."

Lagi...

Si pemilik mata sipit itu memejamkan matanya. tersenyum dengan sangat manis... seketika tubuhnya bercahaya. Makin lama cahaya itu makin terang, sementara tak ada seorang pun yang melihatnya. Lama-kelamaan wujud dengan baju putih itu mulai pudar, mulai menghilang. Tapi samar-samar kelopak sipit itu membuka, dengan sebuah bibir tipis yang bergerak. Berucap tak bisa di dengar oleh siapapun, hanya angin yang menjadi saksinya.

"Jangan membenci hyungmu, Tae..."

Ucapnya setelah dirinya benar-benar menghilang. Dengan cara indah, disusul beberapa daun yang berguguran dan terbang jauh di bawa angin. Seakan daun itu adalah dirinya yang benar-benar pergi terbawa angin.

Taehyung?

Tes...

Meneteskan air matanya tiba-tiba.

Setelah dirinya melihat kupu-kupu putih yang kini terbang diantara dedaunan yang berguguran. Seperti merasakan de ja vu. Terlihat nyata...

Apalagi saat melihat gambaran dirinya dengan sang kakak, Byun Baekhyun.

.

(Flashback **** ON)

"Hyung, apakah pohon ini akan tumbuh menjadi pohon yang cantik?"

"Ya, Tae.... pohon ini akan menjadi pohon yang cantik."

"secantik apakah hyung? apakah seperti eomma?"

"Ne, saeng... pohon ini akan tumbuh cantik secantik eomma kita."

"Baekhyun hyung, besok kalau besar Tae akan mengajak eomma.. appa dan hyung duduk disini. lalu kita akan makan masakan buatan eomma."

Kedua tangan mungil itu menyentuh tanah yang masih basah, begitu juga dengan tangan remaja yang menyentuh dan membenarkan posisi pohon bintang itu.

"Waaaa... pasti seru. Hyung akan menantikan masa itu, dan ayo kita lakukan itu saat musim gugur bagaimana?"

Tanya Baekhyun dengan senyumnya. Melihat sang adik yang kini menatap polos ke arahnya.

"Eoh? Kenapa harus musim gugur hyung?"

"Karena di musim gugur, kita bisa melihat daun jatuh dengan cantik Tae. Dan saat itu tiba, hyung akan menyanyikan lagu untukmu, eomma dan appa. lalu hyung akan menggendongmu dan mengajakmu berlari di bawah daun yang berguguran. Kau tahu, musim gugur adalah musim yang cantik menurut hyung. apalagi saat senja, kita bisa melihat langit oranye sama dengan warna daun bintang yang kita tanam."

"Wahhh... benarkah hyung? horeeeee... pasti menyenangkan. Kalau begitu Tae ingin cepat tumbuh besar, dan belajar bernyanyi. Agar bisa menyanyi bersama hyung."

"Ne, dan jadilah bintang. Jadilah bintang yang paling bercahaya, arra?!"

"Arra!! Taehyung akan menjadi bintang. Bintang di hati Baekhyun hyung, juga eomma dan appa..."

Cengiran kotak di wajah imutnya, impian seorang bocah. Dan harapan yang diaminkan oleh sang kakak.

Keduanya mengulas senyum, menampilkan cengiran dan gigi putihnya.

Masa dimana....

Musim gugur di senja yang tenggelam...

Tepat saat daun terakhir jatuh pada hari itu.

(Flashback **** OFF)

.

"Baekhyun hyung..."

Tes...

Meneteskan air mata kala memori masa kecil yang indah berputar dalam otaknya.

"Kim Taehyung..."

Merasa terpanggil apalagi setelah tepukan di pundaknya. Bisa Luhan lihat bagaimana netra yang berkaca di manik mata sang adik. Tersenyum getir saat melihat wajah adiknya yang terkenal keras kepala dan nakal itu. hati Luhan berdenyut sakit saat melihat sang adik tak sekandungnya seperti ini.

Sepertinya jiwa Luhan sebagai sang kakak tumbuh untuk Taehyung.

"Kita temui Baekhyun." Senyum Luhan yang tipis tersirat rasa khawatir.

"Dimana?" Rasa penasaran Taehyung muncul. Apalagi kejadian tadi membuat Taehyung...

"Rumah sakit, Kyungsoo mengabariku." Luhan berusaha tenang meski hatinya tidak.

"Kenapa, ada apa dengan Baekhyun hyung. tadi kita, lalu gudang itu kosong, ak-aku aku..."

"Kau masih menyayangi Baekhyun bukan?" tanya Luhan, menyentuh pundak Taehyung. Menampilkan senyumannya. Menatap wajah Taehyung yang tanpa ekspresi namun terasa sendu. Oh, jangan lupa mata berkacanya.

"......" hanya diam, terlalu bingung dengan respon yang ia berikan terlebih hatinya.

"Arra, aku mengerti..."

Setelahnya Luhan menarik pergelangan tangan Taehyung. Membawa namja muda yang masih terdiam karena pemikirannya. Karena ini kesempatan bagi Luhan, untuk mempersatukan hubungan yang renggang antar saudara. Sekaligus menguak rahasia apa yang di maksud Kyungsoo lewat telefon tadi.

Berharap semua baik-baik saja.

Miracle, datanglah pada orang-orang yang mengharapkanmu....

...............

Tbc....

Hai semua apa kabar kalian, tak terasa author udah ngetik sampai sejauh ini. tak terasa nih ff otw mau end. Tinggal nunggu beberapa chap panjang lagi sampai kode end muncul sebagai penyelesaiannya.

Oh ya adakah yang sadar dengan teka-teki dalam chap ini, author yakin kalian pasti merasa tak asing dengan sebagian chap ini. hehehe... harap maklum ide author suka berkelana. Baca dengan seksama dan temukan teka-tekinya.

Vomment cantik dan dukungan kalian akan selalu menjadi semangat saya. Tanpa kalian author bukan apa-apa. terima kasih semua atas dukungan kalian selama saya di dunia orange. Dua tahun sudah author berkreasi di dunia orange ini. kuharap kalian tidak bosan dengan ff author.

Salam kenal...

Salam hangat...

Cinta...

Gomawo...

SEMOGA KALIAN BAHAGIA SELALU...

#el

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro