Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

남겨진 낙하 한계에 도달 (77)

" Tangan ini susah menggapai, tak bisa ku raih dan hanya mampu kulihat.... Tak apa segalanya sama bagiku meski aku tahu, ada kalanya aku mengucapkan selamat tinggal..."
.
.
.
(Author **** POV)

Rasa ini kian tercekat saat keduanya terjebak dalam sebuah pengepungan di mana banyak sekali orang yang menghadang jalan keduanya untu iak meloloskan diri darinya, sang pemimpin bedebah yang mencoba untuk mengambil jantung mereka berdua. Berusaha menghindari dari kejaran sang malaikat maut membuat Taehyung menarik sang kakak untuk masuk dalam sebuah ruangan kamar. Tentu saja saat dia selesai meloloskan tembakan ngawur nya.

Beberapa ambruk karena kaki mereka tertancap peluru darinya, ini kesempatan bagi Taehyung menerobos mereka yang ambruk dan membawa sang kakak melewati lorong yang berbelok. Sedikit tak tega saat dirinya merangkul tangan sang kakak yang terluka.

"Baekhyun hyung kau masih kuat?" bertanya dengan raut khawatirnya, dia sesekali memberi semangat pada sang kakak yang sedikit kehabisan tenaga.

"Tae aku bisa berjalan sendiri kau lari lah terlebih dahulu selamatkan dirimu." Terlalu takut jika sang adik akan ditangkap membuat Baekhyun semakin rela untuk membebaskan nya dari kekangan sang ayah.

Sang adik mencoba agar dia bisa menjaga sang kakak, sesekali melirik ke belakang untuk melihat siapa yang mengejarnya, ada rasa takut saat melihat bayangan itu mendekat ke arah mereka. Bukan hal yang mudah untuk bisa lolos dalam situasi seperti ini, hanya berharap jika Tuhan memberikan jalan untuk keduanya lolos dari maut mencekam ini.

"Hyung kita kemana ada dua jalan disini." Kedua saudara ini sedikit kebingungan, keduanya juga tak yakin jika ini jalan keluar yang benar. Di sisi lain Baekhyun juga khawatir dengan keadaan menjepit seperti ini. Akan tetapi ketika mereka melangkah ke kanan sesuatu datang dan mereka sekelompok orang dari arah belakang.

Begitu juga dengan dua lorong yang kini dihadang oleh mereka.

"Lari kemana kalian?!" Hardik salah seorang dengan pistol yang teracung ke depan.

Baekhyun merasa keadaan seperti ini memang membahayakan hidup adiknya dia merasa bahwa ini adalah akhirnya, hingga pada akhirnya Baekhyun melepaskan rangkulan adiknya dan menatap tajam ke arah mereka. "Tae, bersembunyilah dalam pintu sana. Biar mereka yang aku urus, hemm.."

Taehyung merasa jika aura sang kakak berbeda saat dia melihat lirikan tajam itu, bergidik ngeri dan tak ada alasan lain untuk menolak perintah sang kakak. Dia masuk ke dalam sebuah ruangan dan tiba-tiba saja, tendangan sang kakak memulai kegaduhan saat seorang lainnya mencoba menerobos masuk membawa Taehyung.

"Jangan sentuh adikku!" Tendangan telak mengenai bagian ulu hati orang malang tersebut, Baekhyun yang mempunyai keahlian bela diri menggunakan samurai yang dia bawa dan melayang kan pedang tajam itu dengan mudahnya, menebas mereka dengan mudahnya hingga kulit mereka tergores. Baekhyun sesekali berteriak untuk melampiaskan emosinya.

Dia marah dan murka, dia juga menggunakan pistolnya meninju juga meloloskan pelurunya hingga gerakan yang sulit sekalipun ia lakukan, ketika dua orang hendak menebasnya dengan samurai Baekhyun melakukan saltonya dan mengunci dua orang langsung itu dengan kedua kakinya, serta mematahkan leher mereka. Teriak kesakitan itu tak terdengar lantaran mereka sudah kehilangan nyawa.

Taehyung berusaha menahan pintu yang mencoba untuk membuka tersebut, sang kakak tidak mungkin menghalangi pintu itu dengan detail bahkan dia melihat bagaimana Baekhyun yang berada tak jauh darinya melawan mereka dengan senjata yang dia bawa. Pistol itu masih di tangan Taehyung akan tetapi tangannya masih gemetar, dia tidak dilahirkan untuk menggunakan senjata.

Dalam celah disana dia melihat bagaimana sang kakak yang berusaha melawan mereka dan mencoba melindungi nya dengan kemampuan yang dimilikinya. Rasa-rasa nya Taehyung adalah orang paling bodoh yang membiarkan sang kakak berusaha sendiri.

Baekhyun meninju dan menendang dengan tubuh yang berputar pada setiap sisi beberapa derajat dia juga memperhatikan gerakan sang lawan yang mencoba untuk menyerang nya. Dia berhasil menahannya dengan tangan yang menjadi tameng, dia sendiri meloloskan peluru lagi dengan cara menembak jitu beberapa orang disana. Rasanya sangat tidak adil jika satu lawan begitu banyaknya orang disana, siapa sangka begitu sibuknya Baekhyun menghajar mereka justru sang adik mendobrak pintu itu dan melakukan tembakan yang tak terkendali di sana.

Refleks tengkurap dengan tangan yang menahan kepalanya agar tetap ke bawah, Taehyung menggunakan snipper FX3000 yang digunakan oleh tentara dalam penyerangan jarak dekat. Entah darimana dia dapat yang pasti itu bukan senjata milik nya

Semua tumbang dan itu ulah Taehyung yang tak bisa mengontrol posisi tangannya agar diam dan dia juga memasang wajah bingung saat dia tak bisa menghentikan senjata itu meski seluruh musuhnya sudah jatuh tak bernyawa. "OH ASTAGA!! YAAKK MEREKA MATI!!!" otak pintar sang adik mulai bekerja, dia menciptakan penyerangan brutal yang tak pernah dia lupakan seumur hidupnya.

Baekhyun sadar bahwa tak ada bunyi pistol keras seperti tadi, kepalanya dia dongak kan untuk memastikan apa yang terjadi. Dia melihat sang adik yang menatap blank.

"Taehyung kau tak apa?" Memeluk sang adik dan memberinya tepukan pada punggungnya dengan tenang. Dia masih merasakan bagaimana syok nya Taehyung karena hal tadi.

"Hyu-hyung ak-aku..." Taehyung bergetar seluruh tubuhnya kedua matanya melihat bagaimana mayat itu bergelimpangan, dia sudah sangat mati kutu sekarang. Banyak melihat manusia tak bernyawa dan terlebih darah segar yang sangat anyir.

"Saeng, ayo kita pergi dari sini. Tak apa, kau sudah menyelamatkan aku. Sekarang kita pergi sebelum Lee Tak kembali dengan membawa lainnya lagi." Dirangkulnya sang adik, mengajaknya untuk pergi dengan langkah kaki yang gontai dan lemas. Baekhyun bisa merasakan bagaimana lelahnya Taehyung dan takutnya dia, ini sama saat...

"Nafasku sesak Hyung...."

"Tae kau tak apa? Apa yang terjadi Tae?"

Sang adik jatuh ke samping di mana sang kakak sudah siap menahan beban tubuhnya yang mulai ambruk. Wajah Taehyung nampak pucat dan ini bukan suatu hal yang pernah terjadi padanya. Mengeluh jika sesak membuat Baekhyun semakin khawatir hingga dia menyuruh sang adik untuk duduk bersandar pada sebuah dinding.

"Kau tak apa?" Sang kakak bertanya lagi dia tak akan bisa tenang jika begini.

"Dadaku sakit hhhh...." Helaan nafas dengan Taehyung yang mencoba meraup banyak oksigen sang kakak juga tak tahu harus apa, situasi cukup genting dan dia sendiri juga mulai merasa sedikit nyeri pada dadanya. Beruntung dia sudah meminum obat sebagai antisipasi.

"Kita akan keluar dari sini oke, Luhan hyung pasti juga menemukan jalan keluar dan kita akan membawamu ke tempat aman, aku dan Luhan hyung akan menjagamu oke." Baekhyun memberikan harapan terang pada sang adik dia juga memeluknya dan mengusap rambutnya sayang. Tak akan dia biarkan siapapun menyakiti adiknya.

Taehyung menganggukkan kepalanya, nafasnya menjadi sangat pendek dan dia juga terbatuk. Dia merasa bahwa kadar oksigen di sekitarnya rendah, kakinya juga terasa ngilu sekarang. Buru-buru dia mengambil sebuah botol obat dalam sakunya, Baekhyun memperhatikan setiap gerakan yang dilakukan adiknya.

"Taehyung, apa yang kau minum?" sang kakak mengangkat sebelah alisnya, dia tak akan menduga bahwa sang adik akan meneguknya dengan cepat tanpa air putih. Itu bukan vitamin dirasa. "Tae katakan padaku apa yang kau minum." Dia mengguncangkan tubuh sang adik, dia sangat khawatir. Tentu saja... Dia juga tak akan tahu apa yang disembunyikan oleh adiknya.

Rasanya dia tidak bisa berbohong kali ini, dia harus mengatakannya agar dia juga tak merasa menyimpan beban begitu lama. Dengan perasaan takut sang adik menatap manik kekhawatiran kakaknya dia mencoba tersenyum dengan sangat manis seperti yang dia lakukan, baik-baik saja. Hal itu yang menjadi kekuatan Taehyung untuk mencoba jujur dan dia juga tidak akan membebani sang kakak dengan dia yang tahu bagaimana sekaratnya sang kakak. Dia akan menahan semuanya sampai titik darah penghabisan.

"Maafkan aku, sebenarnya aku sakit." Dia menunduk, Taehyung merutuk kebodohannya yang tak pandai menyembunyikan rahasia. Dia menangis tapi dia usap juga air matanya, dia tersenyum dan mengatakan satu kata.

"Aku depresi dan emfisema membuatku sedikit sulit bernafas." Sudah satu tahun aku kambuh dan kata appa, ketika aku kecil aku pernah mengalaminya dan ketika aku besar kemungkinan aku kumat karena beban pikiran yang aku tahan itu dimulai ketika aku debut.

(Emfisema adalah salah satu penyakit progresif jangka panjang yang menyerang paru-paru dan umumnya menyebabkan napas seseorang menjadi pendek. Jaringan paru-paru, yang berperan pada bentuk fisik paru-paru dan fungsi pernapasan, pada pengidap emfisema sudah mengalami kerusakan. )

Rasanya semua yang menjadi titik tumpu Baekhyun oleng dia tak ingin satu kata tentang kesehatan medis terdengar atau dialami sang adik, bahkan melihat Taehyung yang membawa obatnya saja dia tak sanggup tahu. Mungkin ini alasannya ketika dia pulang dan mendapat ancaman agar sang adik tidak terlalu stress dengan pendidikannya, mendidik dia agar bisa mendapatkan nilai baik.

Rahasia apa yang dia tak tahu hingga dia jatuh merosot dengan dinding menjadi tumpuannya. Dia menatap sang adik yang tersenyum tak apa.

"Lalu apakah sakit mu berbahaya?" Dia tak ingin mendengar sang adik mengatakan hal yang dia tak inginkan, akan tetapi dia juga butuh jawaban untuk menenangkan hatinya.

"Tidak selama aku bisa menenangkan diriku, kata dokter ini masih ringan akan tetapi aku tidak boleh stress. Sejak kecil aku sudah mengetahui hal ini itulah mengapa aku lebih suka lari dari masalah dan seakan tak mempedulikan masalah yang aku hadapi, meski kenyataannya aku gila karena memikirkan appa."

Rasanya sangat lemas, meski sang adik mengatakan itu semua sebagai sesuatu yang masih baik tapi bagi Baekhyun itu sama saja petaka. Dia tak suka adiknya sakit, dia juga tak suka jika adiknya menjadi seperti dirinya yang lemah.

"Jangan memarahi ku hyung, aku juga tak mau seperti ini." Ucapnya dengan lirih, bahkan dia juga sedikit menyesal dengan kebenaran yang terasa berat dalam setiap lidahnya.

Baekhyun merasa jika sang adik pasti selalu menangis, dia juga tak mampu melihat kesedihan itu lebih lama. Dengan wajah berlapang dada dia pada akhirnya mendekati sang adik dan memeluknya hingga menenggelamkan wajahnya di dalam rengkuhan hangatnya. Baekhyun merasa bahwa dia juga sesak tapi dia tak ingin memperlihatkan garis kesedihan nya, cukup tegar dengan dia mengatakan bahwa ini semua baik saja.

"Maafkan aku hiksss... hiksss..." Dia terisak menjatuhkan kepalanya dalam rengkuhan hangat sang kakak. Taehyung merasa damai akan hal itu, dia juga semakin erat saja memeluk sang kakak. Dia tak menangisi dirinya, akan tetapi dia menangisi keadaan sang kakak yang jauh dari kata baik saja.

"Hei tak apa, jangan di pikirkan. Aku senang kau masih baik saja, lain kali jangan tahan masalahmu. Kau harus bisa melampiaskannya juga agar semua lega. Dan kau juga tak akan sakit Saeng."

Taehyung menganggukkan kepalanya dia merasa nyaman saat sang kakak memberinya nasihat bahkan dia juga menjadi tenang akan hal ini. Bukan hal yang mudah memang akan tetapi keduanya yakin mereka bisa melewati semuanya.

Hingga pada akhirnya sang kakak melepaskan pelukannya dan menenangkan sang adik sama seperti dia lakukan ketika Taehyung masih kecil. Menyatukan dahi mereka dan menguat kan satu sama lain. Mereka sudah terikat dengan persaudaraan yang kuat. Seperti biasa disini Baekhyun menjadi yang selalu menenangkan yang muda, si bungsu akan selalu manja padanya.

"Kita akan terus bersama, eomma dan Luhan hyung mereka juga. Tenanglah kegilaan ini akan berakhir dan kau bisa berbaring dengan nyenyak." Baekhyun menggenggam erat tangan sang adik, memberikan semangat.

Keduanya bahkan tersenyum, semua akan baik bukan?

"Ayo kita harus pergi sebelum yang lain datang."

Keduanya pun melanjutkan pelarian.

.

Luhan terpental membentur kaca dia juga mengalami benturan di bagian punggung belakangnya, rasa sakit menyerangnya saat dia merasa seseorang menendangnya di sisi kanan. Tendangan sang ayah sama seperti dia ingin membunuh penjahat saja.

"Kau tidak akan bertahan lama disini, sebaiknya kau menyerah Luhan. Aku tidak akan mengampuni mu karena kau bukan putraku." Dia menggunakan tongkat bisbol miliknya untuk mencoba menghancurkan wajah sang anak dengan gerakan menekannya, sang anak sukses menghindar dan membuat pria ini berteriak kesetanan.

Dengan santai Luhan membuang ludah yang bercampur dengan darah, persetan dengan namanya dosa dia tak bisa menahan kekesalannya terlebih fakta bahwa ayahnya tewas karena si brengsek. "Aku yang akan menghabisi mu terlebih dahulu sebelum kau melakukannya." Dia membanting senjata nya yang rusak dan menggunakan sebuah tongkat drum yang menjadi miliknya.

Bukan senjata yang kuat akan tetapi jika di tangan nya dua tongkat itu akan menjadi senjata yang cukup membuat dia menjadi membiru sekujur tubuh.

Namja keturunan Cina ini pun menyerang tuan Kim dengan gerakan yang cukup mumpuni akan tetapi pria yang ada disana juga tak kalah jago dengan kemampuannya membuat Luhan merasa bahwa dia tidak bisa meremehkan kemampuan ayah tirinya.

Rasanya sangat menarik jika Luhan bisa mengalahkan dan menuntaskan ambisinya, nyatanya keduanya saling menyerang dan menghindar juga membuat hantaman kedua benda di tangannya berbunyi dengan berisik.

Luhan berhasil menyerang bahu sang ayah dan menendang pria itu meski gagal karena rupanya tangan sang ayah lumayan keras dan bisa membuat perlindungan yang cukup kuat. Sejak kapan sang ayah belajar ilmu bela diri sejenis hapkido?

Luhan bahkan menggunakan Wushu. Keduanya sama-sama memendam kebencian yang sangat besar, seperti tak ada pengampunan pada keduanya dan mereka juga sama-sama kuat dalam segi perlawanan. Keduanya saling mengeluarkan teknik yang jauh dari kata rendahan, Luhan yang disebut sebagai berandal kecil hanya bisa mengulas senyum saat beberapa kali dia membalas pukulan sang ayah.

Katakanlah hal itu sebuah kebanggaan, sementara dirinya berusaha menghindar dari pedang samurai yang tiba-tiba saja berada di tangan tuan Kim. "Kau akan aku cincang seperti daging." Ayah tiga putra ini bahkan tak mempedulikan adab dan sopan santunnya dia sengaja menunjukan betapa gamblangnya dia.

Hinga tangannya bergerak ke kanan dan Luhan yang menghindar ke kiri, begitu sebaliknya hingga tongkat drum di tangan Luhan terlepas, samurai itu mengenai tangannya dan darah seakan bersorak keluar. Perih dan sakit itu menyengat saat buih keringat miliknya mengucur, sial.

"Kau bahkan hanya putra yang tak tahu diri, bagaimana bisa aku membiarkan mu hidup. Kau dan Baekhyun hanya pengganggu." Pria itu menebas dan mengenai pot di belakang Luhan, sempat menghindar hingga melompati sofa dan malangnya sofa juga beberapa alat rumah tangga lainnya menjadi korban.

Tuan Kim seakan membabi buta dia bahkan tak mengenal mana musuh dan mana teman, Luhan sampai menemukan semua badannya untuk menghindar. Beruntung dia mempunya tubuh yang lentur bak karet karena sering berlatih, dia juga merasa bahwa ayahnya sangat gila. Dalam hal otak yang bodoh!

"Kau tahu tuan ayah, bahwa aku berfikir kau tak sekedar gila tapi memalukan. Lihatlah dirimu kau seperti babi bertanduk yang ingin menyeruduk." Luhan terkekeh dia berjongkok di atas meja dengan wajah meledek, demi apapun dia akan mengabadikan momen menjijikan ini dan akan membuang kenangan interaksi ini dalam liang lahat otaknya.

"Kau akan mati!" Dia menebas sekali lagi dan mengenai meja yang di tempati Luhan dan dalam kesempatan dia mencoba menyerang, sayang sekali Luhan gagal melakukan perlawanannya. "Dalam mimpimu." Lagi-lagi namja tampan itu meledek dia menjulurkan lidahnya dan sempat memberikan bokong pada ayah tirinya. Sifat kurang ajar memang!

Sepertinya ada yang terlalu menikmati keseruan ini hingga Luhan sampai membiarkan dan memberikan waktu pada ayahnya untuk mencoba membunuhnya, dia seperti kancil yang lincah. Tubuhnya yang seperti para peserta pangkur.

Andaikan kedua adiknya dapat bersenang sepertinya akan bahagia sekali dia bisa membahagiakan kemenangan ini bersama, saat melihat wajah ayahnya yang kesal dan mengesalkan.

"Dimana Baekhyun, aku sampai melupakannya."

Rutuk nya dengan tangan yang menahan serang sang ayah, menggunakan sebuah sapu itu.

.

Baekhyun sudah terpojok dia membentengi sang adik untuk tetap di belakangnya, tangan kanannya terluka dan senjatanya terlempar cukup jauh kesana, masih ada banyak peluru disana. Mencoba melihat adalah celah atau kelemahan musuh rasanya tidak ada, kenapa dia harus menemukan manusia keparat seperti Lee Tak. Dalam mimpi pun Baekhyun tak pernah berharap untuk menghadapi pria pembunuh itu.

Dia hanya ingin mengejar Taehyung sang adik atas suruhan ayahnya, berapa harga menyewa manusia jahat di depannya? Seorang penjahat internasional buronan para polisi.

Mencoba menjatuhkan nya dengan melompat dan menyerang akan tetapi dengan mudah pria itu menangkap kakinya dan menjatuhkan Baekhyun seperti sebuah kapas. Dia dengan sengaja memelintirkan engsel kakinya, dan membuat Baekhyun berteriak kesakitan.

Taehyung ingin berlari menolong akan tetapi sang kakak melarangnya, rasa takut bercampur ketika dia melihat manik mata yang ingin membunuh nya. "Kau ingin melihatnya mati bukan?" Lee Tak sengaja meretakkan kakinya dan membuat jeritan kesakitan itu mengisi kehamapaan lorong rumah.

"Taehyung pergi dia akan membunuhmu pergi cepat!!" Baekhyun tahu bahwa dia tak akan bisa menang dia menyuruhnya untuk lari tanpa menoleh ke belakang.

Taehyung nampak menggelengkan kepalanya dia juga takut sekaligus tak tahu harus apa hanya saja dia juga menodongkan sebuah pisau lipat milik kakaknya untuk pertahanan diri.

"Aku tidak ingin meninggalkanmu hyung!" Taehyung serius dia bukan penakut atau pengecut. Dia akan menolak perkataan itu jika dia tak rela mati. Kakaknya merasa adiknya bodoh tak lari dari bahaya. "Jika kau mati aku yang akan merasa bersalah! Akhhh!" Bunyi gemelutuk tulang membuat Taehyung berteriak tak terima.

Kaki sang kakak, dan wajah kesakitan itu jangan lagi. "Bedebah! Lepaskan kakak ku sialan, jangan sakiti dia!" dengan nada sedikit mengancam dan Taehyung seakan mencoba menyerang dengan menggunakan pisau di tangannya. Hingga dia melihat jika sang kakak di paksa berdiri dan dengan keras dia mencoba mencekik leher sang kakak.

"Aku akan mematahkan lehernya!"

Taehyung harus apa jika dia mencoba menyerang nya maka sang kakak akan mati dengan leher yang patah, sesuai ancamannya dia bukan orang sembarang bahkan kakaknya sendiri belum mampu melawannya.

"Ikut dengan ku dan menurut lah pada tuan Kim kau akan menyelamatkan nyawanya."

"Jangan Tae kau harus lari ayah ingin mendapatkan hak mu, lari lah aku tak akan merelakan mu Tae!"

Baekhyun terbatuk saat bagian tengkuknya di pukul dengan keras hingga ambruk, kedua mata sang adik terbelalak dan dia melihat Baekhyun yang memuntahkan sedikit darah.

"HYUNG!!!"

Taehyung tercekat saat dia berhenti mendekati kakaknya. Bagaimana tidak? Sebuah pistol datang tepat di keningnya, membuat kedua bola mata namja tampan itu terperangah sekaligus takut. Dia, seperti ingin dibunuh oleh seseorang.

"Keparat jangan Taehyung!"

Baekhyun di tendang dia merasa bahwa sendinya mati rasa, tubuhnya sangat sakit sampai dia merasa akan lepas engselnya. Sang adik tak bergerak karena pistol itu masih di depan matanya, lubang yang akan membawa dirinya pada kematian.

Baekhyun berusaha melawan dengan menahan kaki Lee Tak dan membuat pria yang sedang ingin menjadikan Taehyung targetnya ini sedikit kesal dan dengan keras menggerakan kakinya untuk melepaskan rangkulan sialan tangan itu.

Jujur saja, Baekhyun sedikit menangis dan memohon. "Jangan bunuh adikku, kumohon!" Dia memelas dan dibalas senyum mengejek, "kau bahkan dengan sombong ingin membunuhku tadi."

Demi apapun Baekhyun merasa bahwa dunia akan berhenti jika sang adik tewas. Dia akan menyalahkan dirinya di depan makam sang ibu dan tidur dalam keadaan gila. Untuk apa dia hidup jika dia tak bisa melindungi adiknya, mati saja! Mungkin sugesti untuk bunuh diri akan selalu merasukinya.

Sampai sekarang Taehyung terduduk tak bergerak. Dia masih takut dan tak bisa mengeluarkan suaranya dia merasa seluruh pikirannya kosong, pada akhirnya dia menjatuhkan tangannya dengan lemas, pasrah.

"Mati saja kau!"

"TIDAAAKKK!"

DORRR!!!

Kepulan asap kecil keluar dari lubangnya, senjata yang mematikan itu mengeluarkan bunyi suara bersamaan dengan teriakan tidak darinya. Apakah sesuatu yang buruk tengah terjadi?

"Taehyung, kau tak apa?!" Baekhyun berdiri dan terduduk dia memeluk tubuh sang adik dan mengusap kepalanya sayang dia bahkan sedikit menangis karena hampir saja sang adik hendak pergi meninggalkannya.

Manusia sialan itu jatuh ambruk ke belakang sebelum dia mewujudkan perkataannya tadi. Kepala belakang nya bocor karena serangan seseorang dari belakang.

Pria itu, Lee Tak mati dengan mata yang terpejam dengan tangan yang masih menyentuh senjatanya. Mati dengan kepala bocor dan berdarah dan itu karena dia yang sedang bergetar memegang senjatanya dengan posisi yang membidik.

"Kyungsoo!"

Baekhyun terkejut dengan kedatangan Kyungsoo bak seorang pahlawan.

.

Luhan bersumpah akan membunuh pria bajingan di depannya, dia berusaha memeluk tubuh penuh darah yang merah pada bajunya. Wanita cantik yang berada hangat dalam pelukan sang anak.

"Hikksss... Sialan!!! Kau ayah sialan!!"

Luhan mengumpat dia tak kuasa menahan air matanya, dia berada di ruang tengah dimana dia hampir membawa pria itu di ruang utama untuk menjebak dan melakukan perlawanan. Namun, dia merutuk pada dirinya sendiri lantaran rasa candunya pada obat membuat dia kambuh dan kehilangan kewaspadaan.

Ibunya menjadi korban...

................

TBC...

Bagaimana? Seru gak? Udah tinggal satu chap nih dan kalau kepanjangan mungkin aku bagi jadi dua. Karena jari ini ada batas untuk bergerak hehehe....

Oh ya jangan lupa dukungan ya semangat author adalah semangat dari kalian.

Jangan lupa jaga kesehatan dan jangan lupa ibadah yang rajin, kita doakan bumi Indonesia selalu sehat.

Kalau ada salah dalam menulis maafkan saya...

Salam cinta dari saya untuk kalian, gomawo and saranghae

#ell

26/06/2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro