Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

낙엽 뒤에서 답 (57)

"Kapan kau akan menggugurkan dirimu? Saat aku hanya bisa meratapi indah hijaumu yang telah menguning. Apakah aku akan seperti dirimu, yang lahir menghijau dan menjadi tua kering lalu jatuh setelah semua proses kehidupan telah selesai aku laksanakan. Lalu, apa yang akan aku lakukan selanjutnya? Tetap menunggumu gugur atau menghentikan kematian yang akan terjadi padamu, tapi aku bukan Tuhan. Hanya manusia yang masih mengeluh akan keadaan yang terjadi. Aku harus apa?"

.

.

.

........................

(Author **** POV)

Sungguh merepotkan, itu yang dipikirkan pria berkepala rumah tangga ini saat sang istri menangis terisak di depannya dengan banyaknya air mata yang sudah mengalir dengan derasnya. Ketika para suami di luar sana pasti akan khawatir atau malah berusaha menenangkan belahan hatinya, tapi tidak untuk salah satu manusia dari sekian juta ini. Seakan dia adalah pria kuat yang tak menunjukan bahwa dia tak akan sedih atau mennagis melihat istrinya mengeluarkan air mata.

Hingga pada akhirnya dia hanya bisa diam tanpa ekspresi yang berarti sementara wanita yang sudah beberapa tahun menjadi istrinya tak percaya dengan ucapan suaminya kemudian. Rasa sakit itu muncul hingga membuat rasa sesak ingin berteriak marah tapi takut jua lantaran sang suami malah melihatnya begitu tajam. Seakan dia membungkam membisu lantaran perlakuan itu.

"Kau kenapa? bukankah kau ingin memprotes? Lalu apa yang kau harapkan, bukankah anak itu hendak membunuhku kemarin?" seperti menantang dalam ucapannya, kedua tangannya menyentuh pundak si wanita dengan kuat melalui cengkramannya. Bukan hal baik saat mereka berdebat dengan disaksikan beberapa maid yang kasihan dengan nyonya mereka. Ini pemandangan langka lantaran selama mereka bekerja disini tak ada yang membuat keduanya ribut. Hal yang paling mengejutkan saat tragedi dimana persidangan majikan muda mereka yang datang dari Jepang. Seakan mengulang konflik lama itu yang dilihat salah satu pekerja tuan Kim yang hanya bisa menatap sedih atas keributan rumah tangga itu.

Dimana nyonyanya sedang beradu ribut dengan sang suami yang seakan mengacuhkan dirinya. ditambah rasa sedih saat tahu bahwa tuan mudanya hilang diculik dalam keadaan tak sadarkan diri. Berharap semoga kejadian dulu tidak terjadi lantaran, yang ia takutkan saat tuan mudanya Taehyung akan seperti waktu itu. menimbulkan konflik besar dan pada akhirnya tuan muda Taehyung sempat kehilangan nyawanya.

Tapi itu tidak terjadi lantaran seseorang telah menyelamatkannya dan dia pun sudah berjanji untuk merahasiakannya.

"Tuan muda Taehyung, tuan Baekhyun aku takut kejadian lama terulang lagi. Tuan dan nyonya... kenapa kalian harus merasakan hal yang sama kedua kali dalam waktu berbeda. Tuhan kapan perselisihan majemuk ini akan segera berakhir?"

Seperti berdoa dalam hatinya, berharap semua berakhir dengan damai. Tapi, kenyataannya seseorang seperti enggan untuk berubah, dan dia akui itu adalah tuan Kim yang ia hormati.

.

"Kau membiarkan Luhan di bawa penculik itu sementara aku menangis darah untuk memintamu menemukannya?! Dimana hatimu suamiku?!! Dia anakmu, kau sudah menganggapnya anak seperti janjimu, hah!!" Wanita separuh pucat itu mendorong bahu sang suami, dia seakan tertampar dengan sikap suaminya yang terkesan masa bodoh.

Apa yang dilakukannya saat melihat anaknya dibawa orang? bukan main... dia seperti penjahat sekarang.

"Apa kau berani melawanku, kau sangat tidak terhormat karena melakukan hal demikian istriku!" dia seperti membentak tapi dia tak main tangan walau begitu tetap saja sang istri ketakutan setengah mati hanya dengan menatap matanya. ya, dia yang selama ini terbiasa dengan tatapan sayang suaminya seakan mati dengan perilakunya demikian. ini tak wajar itu pikirnya, seakan dia tak mengenal suaminya lagi.

"Siapa kau? Apakah kau suami yang aku cintai... pria terhormat yang sayang anak ku. Siapa kau... yang tega mengatakan Luhan itu tidak penting dan kau mengatakannya tanpa beban rasa bersalahmu. Siapa kau.. kau bukan pria yang meminangku dengan janji, dengan mengatakan bahwa kau akan menjadi kepala keluarga yang baik. Siapa kau... apakah kau pria yang aku cintai?"

Sang ibu tertawa sinis meski dia menangis, dia menatap suaminya dengan menggelengkan kepalanya. Dia merasa jika sosok di depannya adalah iblis. Sadar atau tidak dia menyetujui ucapan Baekhyun yang mengatakan bahwa ayahnya adalah iblis berwujud manusia. Bahkan istri pertamanya saja menderita, bukan ayal jika selama ini Baekhyun menahan kebencian dan berusaha menjadi anak yang baik. Dia menyesal karena menampar anak baik itu dan menuduhnya seperti penjahat padahal sosok di depannya lah penjahat sesungguhnya.

Tuan Kim seakan tak peduli dia tak menggubris, istrinya hanya setengah gila lantaran kehilangan Luhan yang ia pikir bisa saja ini akal-akalan anaknya yang depresi. Bukan apa, hanya saja dia tak yakin jika Luhan diculik, Luhan anak yang nekat dengan banyak cara hanya untuk melenyapkannya dan meledak hebat seperti kemarin. Tapi seketika dia pun juga bertanya siapa yang menculik anaknya itu. apakah salah satu musuh perusahannya dengan mengancam akan membunuh anak tirinya itu? tak peduli... dia masih punya Taehyung yang mewarisi kekayaan yang ia idamkan hanya saja masih ada Baekhyun dan itu menyulitkannya.

"Kau hanya banyak bicara istriku, kau gila sama seperti anakmu yang gila itu."

PLAAAAKKKKKK!!!

Tak terima...

Amarah mendongkrak keluar dengan gerakan tangan yang menampar keras pipinya. Bekas merah telapak tangan yang menghiasi wajah kepala rumah tangga itu tercetak seperti sebuah mesin printer. Sakit memang sampai dirinya pun tak sadar meringis menahan sakit, menoleh dan menatap tajam. Sialnya, wanita itu mendapatkan tamparan balasan yang jauh lebih menyakitkan. Membuatnya jatuh terjerembab dengan isak tangis yang keluar. ingin meraung dan mengamuk tapi tubuh itu terdorong lagi, suaminya sudah kalap hingga dia mencekal dagu istrinya dengan kuat dan menyakitkan. Tersenyum menyeringai saat melihat wajah penuh air mata dan berantakannya itu, wajah yang mirip dengan anaknya yang kurang ajar itu.

"Kau tahu aku tidak suka ditampar bukan? Meski kau istriku... dan lagi ibuku bahkan tak pernah menamparku, beraninya kau!" dia menatap begitu tajam membuat istrinya bergetar takut. Tapi apa daya hanya isakan tangis yang keluar dan bukan ucapan memohon untuk di lepaskan. Apakah ini sifat asli suami yang ia banggakan di depan kalangan temannya, keluarganya dan anaknya. dia salah mengerti dengan apa itu cinta hingga dia terjerembab di dalam jurang yang baru setengah dalam.

Jujur saja bahkan suaminya yang dulu tak pernah sekalipun kasar dan melakukan tindakan seperti demikian. hanya kasih sayang untuknya dan anaknya penuh dengan kesederhanaan. Apakah ini yang dirindukan Luhan anaknya? apakah dia ibu yang jahat hingga tak paham dengan apa yang dirasa sang anak. memang benar tak ada yang bisa menggantikan posisi suaminya. Karena sejak dulu hubungan mereka harmonis, sampai Tuhan memberikan takdir berat untuknya.

"Kau sialan, aku menikahimu untuk masa depan Luhan. Agar dia mendapatkan kasih sayang seorang ayah, putraku itu tidak gila dan kau menuduhnya demikian. kenapa kau sejahat ini pada kami, aku membelamu di depan orang bahkan menampar anakmu Baekhyun dengan tanganku sendiri. Aku menjadi ibu yang buruk bagi anakku dan itu karena kau, suamiku! Apakah aku salah hah!" dia melepaskan tangan itu dengan kasar, wanita itu masih punya harga diri. Dan lagi dia tak ingin diinjak seperti ini, bagaikan binatang yang tak berdaya saja.

Amarahnya tak kalah besar dengan sang suami, bahkan dia mengancam sedikit suaminya jika ternyata dia menculik Luhan.

"Apa kau yang menculik Luhan, hem?" tatapan menantang dengan senyuman tipis yang menyindir bahkan dia berdiri dan menunjuk wajah tegas tak berperikemanusiaan itu.

"Bicara apa kau?"

"Bicara??!! Aku bicara soal Luhan, dimana Luhan suamiku. KAU PASTI YANG MEMBAWANYA BUKAN?!!" Membentak dia kehilangan kesabaran yang sudah ia tahan, dia bahkan tersenyum dengan nada menyindir hingga tak sadar bahwa dia mengeluarkan umpatan kasar yang tidak pernah ia keluarkan. Ya, dia sangat kesal hingga dia melakukan demikian, dan ketika tuan Kim hendak menamparnya lagi justru sang istri menahan tangan suaminya.

Dia tak peduli lagi dengan hormat dan sopan santun kepada suaminya. Bahkan ucapan untuk menalaknya sangat lantang, dia mengatakan itu banyak sekali ucapan.

"Kau sudah membuatku kecewa, mentelantarkan anakku dan membuat semua anakmu menderita dengan egoismu! Aku akan membawa hak asuh Luhan, Baekhyun dan Taehyung."

"Apa yang kau katakan? Kau ingin membawa Taehyung?" seakan tidak terima dengan apa yang akan dilakukan sang istri, hendak menamparnya lagi saat itulah kekesalan istrinya memuncak dengan kecepatan tak terduga juga tenaga yang besar. Tubuh besar tegap dan sedikit gemuk itu terbanting dengan keras. Jatuh ke lantai dan membuat si korban meringis kesakitan apalagi, kepala belakangnya terasa nyeri dan pusing. Bukan main saat istrinya itu menggunakan teknik bela dirinya yang ia simpan selama menjadi seorang ibu. Bahkan suaminya tidak ada yang tahu jika dia peraih olimpiade bela diri. Mungkin dia sudah lupa banyak teknik tapi untuk satu ini, dia bisa membalas perlakuan kasar suaminya.

"Ingat suamiku, aku akan menceraikanmu jika kau masih menjelekkan anak-anakku aku akan lebih melakukan sekedar dari membantingmu. Selama ini aku menjadi istri yang baik untukmu dan kau membalas dengan seperti ini. lihatlah! Aku akan membunuhmu kalau kau ternyata penculiknya sialan!"

Tersenyum kemenangan, dia menyeka air matanya dia tak peduli dengan siapa dia mengatakan kata tersebut. sudah saatnya dia memperhatikan sang anak dan dia menyesal karena dia terlambat.

"Sialan kau, kau sudah membuatku akhhh... sialan kepalaku."

"Itu tidak seberapa dengan rasa sakitku, pantas saja nyonya Byun menceraikanmu. Aku baru sadar bahwa aku menikahi binatang sepertimu, bajingan!"

Mengumpat dengan tatapan sadis ia bahkan melepaskan sepatunya yang mewah dan melemparkannya ke arah sang suami.

"Ini aku kembalikan barangmu, kau hanya pembohong sialan. Kau tidak mencintaiku dan aku juga tidak mencintaimu sekarang. Ada tanpa adanya kau aku bisa menjaga semua anakku, dan menemukan Luhan. Lihat siapa saja yang besok akan menjadi lemah. Kau atau aku! Aku minta cerai !"

Pergi dengan kebanggaan tersendiri, mendadak dadanya tak sesesak tadi. Oh, dia bukan tokoh ibu yang lemah sama seperti yang ia lihat di sinetron kebanyakan. Berjalan dengan egonya dan mengangkat kepalanya dia tak ingin masalah semakin besar karena mempertahankan rumah tangga yang memang diakhiri lantaran pihak yang tidak mendukung. Apalagi suaminya sendiri yang membuat cintanya mati. Ya... mati dia seperti enggan berminat lagi, hingga ia tak akan pernah menginjakan dirinya di hadapan sang suami begitu sidang perceraian terjadi. Sekarang dia harus menemukan Luhan, dia menyimpan kekayaan yang ditinggalkan suaminya. Dan saatnya dia menggunakan kebebasannya.

Jalan utama adalah menemui Baekhyun dan meluruskan keadaan. Menyesal... setelahnya Luhan akan ia temukan dengan meminta bantuan dan janji untuk tak lagi mempercayai pria di belakangnya, pria yang ia tinggalkan dengan terpaksa dan tak ada kata menyesal. Yang ada... jika dia mempertahankan rumah tangganya, dialah wanita yang akan menyesal di seluruh dunia. lantaran suaminya tak jauh beda dengan psiko akut.

...............................

Ini tak seperti apa yang ia duga, saat dia bangun dan ternyata dia berada di sebuah padang ilalang dengan rumput yang hijau diatasnya. Memakai baju putih sebagai simbol suci itupun juga ia baru sadar. Percaya atau tidak Luhan seperti berada di dunia lain. Apakah ini surga?

Melihat kedua tangannya yang tak pucat dan seperti biasanya, wajahnya nampak ketakutan tapi itu tak lagi ada saat melihat hembusan angin seperti menyambut dirinya yang sudah bangun dari tidur nyenyaknya. Namja tampan itu seakan menjadi manusia yang sendiri disana, karena tak ada siapapun disana selain tumbuhan yang menjadi keelokan sekitarnya.

"Dimana aku..."

Bergumam dengan wajah penasarannya, dia yang menoleh ke kanan dan ke kiri mencari suatu hal. Bukan... dia juga kebingungan ini dimana. Baru pertama kali dia di tempat asing nan indah ini. seperti bukan dirinya saat dia melihat sebuah pantulan air sungai yang tak jauh darinya, dia datang dengan merangkak dan melihat wajahnya di bayangan air sungai itu.

"Ini... apakah aku di surga?" tebaknya dengan menatap ke atas langit, tidak... matahari bahkan cukup terik untuk menyengatnya. Apakah surga sama dengan dunia yang dia pijak? Berfikir bahwa dia sudah mati dengan segala pertanyaan dan kebingungan dengan keadaan saat ini. Bukan suatu kemudahan memang saat dia mencoba berteriak dan sesekali meminta tolong agar seseorang ada yang mendengarnya.

Tetap saja...

Dia seperti berada disini sendirian.

"Apa mungkin aku dibuang, tapi.... apa aku masih hidup?" dia menyentuh dadanya sendiri. memeriksa keadaannya dan merasakan masih ada detak jantung disana. oh... benar dia masih hidup. Rasanya sangat lega dan dia berharap dia masih bisa hidup karena ada yang harus dia lakukan. Sepintas otaknya muncul gambaran Baekhyun juga Taehyung, ah... dia ingin kembali jika dia harus datang menolong mereka. Tapi... dia harus melangkah ke arah mana? terlalu banyak jalan dan hanya pemandangan hamparan luas yang tak tau arahnya kemana. Sedikit takut jika ada binatang buas datang mencelakainya, tapi...

"AADDAKAH ORANG DISINI? SIAPAPUN TOLONG AKU..." dia kebingungan tapi mencoba tetap tenang. Menyusuri beberapa langkah ilalang yang menghalangi jalannya. Terasa sedikit sulit saat kaki telanjangnya menyentuh tanah di bawahnya. Anehnya dia tak merasa sakit saat batu dan kerikil tak sengaja ia injak, walaupun beberapa kali dia berusaha mengimbangi tubuhnya yang oleng karena sedikit lemas.

"HALOOOO... ADAKAH SESEORANG DISINI???!!!!" dia berteriak memanggil, berharap masih ada manusia yang bisa menemaninya mencari jalan keluar. makin dalam dia masuk dalam kebun ilalang, makin tenggelam tubuhnya disana. Tak nampak lagi di tempat ia terbaring tidur tadi, dia menyibak dan menyibak terus masuk dan masuk hingga dia menemukan sebuah tempat dimana tak ada satupun ilalang yang menutupinya. Dilihatnya jika ilalang di sekitar sana membentuk seperti pagar berbentuk lingkaran di tengahnya ada sebuah piano dan seseorang tak ada disana.

Heran...

Bagaimana tidak? Luhan melihat alat musik dan tidak ada pemiliknya. Apakah benda itu sengaja dibuang? Ah... aneh padahal jika dilihat alat itu masih bagus dan bersih tidak mungkin sampah sebagus polesan dari toko seperti ini. Luhan mengitari sekitar dia sempat berpikir bahwa dia masuk dalam kawasan proses syuting sebuah film. Beberapa kali dia memanggil seseorang namun tak ada yang menjawab. Dia merasa jika dia memang sendiri.

"ADAKAH SESEORANG DISINI, HEI... KAU MENINGGALKAN PIANOMU DISINI. HALOOOO ADAKAH SESEORANG DISINI?!"

Tak ada yang menyahut, dia seperti manusia hantu yang berada di dunia lain. Mendadak tubuhnya merinding dan membuat dia menggigil takut tanpa sadar. Luhan pun juga menepuk pipinya dan mencubit tangannya hingga dia sendiri berteriak seperti orang bodoh yang mencoba bangun dari mimpi anehnya. Tak berhasil yang ada sikapnya seperti orang bego yang terjebak dalam tubuh dewasa.

"Astaga, aku memang sendiri." Luhan semakin panik saja, bahkan dia bergerak ke kanan dan ke kiri melihat sekitar dengan wajah bak anak kecil yang menggigit bajunya tanpa sadar. Bukan dia sengaja agar terlihat imut, dia memang tak sengaja melakukannya dan tak ada rasa malu dalam dirinya meskipun yang melihatnya justru malu seperti itu.

"Ini gila, sepertinya aku di surga!" dia berpendapat sendiri, memilih duduk pada kursi di depan piano dang menjatuhkan kepalanya diatas tuts alat musik klasik itu. Kepalanya terasa berat saat ini, apalagi dia merasa tak akan bisa pulang. ngomong-ngomong ini seperti piano yang ia idamkan sejak kecil, dia sadar saat melihat salah satu stiker yang dipasang pada bagian tubuh alat musik itu. tepat diatas tuts piano itu, sebuah tanda yang dipasang oleh dirinya dan ayahnya saat hendak memilih piano yang akan dia beli esoknya.

"Ini kan..." menyentuh sticker bergambar salah satu tokoh favoritnya ketika kecil, cars. Dimana dia mengingat dengan betul bagaimana dirinya yang menuntut ayahnya ketika ingin dibelkan suatu barang. Itu dulu saat sang ayah masih belum sesukses kala itu, dan Luhan masih bisa merasakan kebahagiaan dan waktu begitu banyak dengan sang ayah.

Ya, dia dulu masih memakai popok dan sang ayah masih suka memangkunya dan mengacak rambut hitamnya yang tak lebat. Saat itu dia merasa anak paling bahagia dan selalu tersenyum senang ketika ayahnya mengajak dia berpergian sekalipun ayahnya mengajak hanya untuk memancing ikan dan dijual lagi olehnya.

"Appa..."

Bibirnya bergerak sendiri memanggil sang ayah, tak sadar jika air matanya ada yang jatuh. Basah sudah pipinya dan Luhan mengambil satu tetes air mata yang jatuh itu, dia melihat bagaimana air mata itu berada di ujung jemarinya. Ini...

"Appa..."

Luhan seakan merindukan sosok ayah yang mewarnai masa kecilnya, di hatinya tak ada pria hebat selain ayahnya. Dia bahkan memejamkan matanya hanya untuk menetralkan nafasnya yang sesak. Kenapa dia malah menangis secara mendadak, dan ayahnya selalu muncul dalam ingatannya. Ini adalah kesekian kalinya Luhan menangis sebelum dia memulai beradu konflik dengan ayah tirinya untuk mengambil haknya dan kedua adiknya.

"Luhan..."

Seperti disambar petir, ketika sebuah suara memanggil namanya. suara yang tak asing dan menjadi hafalan bagi Luhan ketika usianya tujuh tahun, ditambah lagi dia memanggil dengan nama cina yang membuat Luhan menangis tanpa diminta.

Benarkah itu?

Seperti suara malaikat terhebat dalam dirinya, ingin menoleh tapi dia takut itu hanya mimpi dan juga suara yang kebetulan saja lewat. Tapi, saat Luhan belum siap membalikan badannya tiba-tiba saja.

"Luhan anakku, apa kabarmu?"

Termagu... terdiam...

Seorang pria duduk disampingnya dengan senyuman hangat yang menghiasi wajah keriput tuanya dan dia menyentuh pundak kanan sang anak, membuat Luhan tergagap. Bukan apa, dia melihat seseorang yang bisa meluluh lantakan hatinya dan menangis seperti sekarang.

"Hiksss appa..."

"Kemarilah putraku, aku merindukanmu."

Apakah ini sebuah mimpi?

.

.

.

...........................

Kyungsoo tak ada dan Baekhyun tak tahu dia dimana. Tak ada kabar atau pamit seperti biasa yang ia lakukan, mungkinkah dia mendapat panggilan dari ayahnya hingga Kyungsoo tidak sempat menemuinya. Tapi... Baekhyun sedikit khawatir. Kejadian yang banyak ia lalui membuat dia sedikit parno. Bahkan dia masih memikirkan keadaan kakaknya, Luhan yang belum sempat ia temui dan meminta pamit pulang padanya. Bagaimana tidak... sang ibu sudah melarang dirinya menemui putranya, dia tak ingin menimbulkan masalah yang akan membuat Taehyung adiknya kerepotan.

Jika seperti ini Baekhyun tidak ingin sang adik mendapatkan masalah seperti waktu itu. mungkin nanti sore Baekhyun akan datang kesana, menemui sang kakak dan melepas rindu. Bagaimana pun Luhan adalah orang baik meski dia mendapat kabar jika dia mengancam ayahnya dan mencoba membunuhnya.

Entah apa... Baekhyun merasa jika dia...

"Luhan hyung apa yang kau pikirkan waktu itu, apakah aku yang tidak peka hingga kau melakukan hal itu karena kau marah. Dan aku.... hhh... hyung apakah kau baik? Jika iya bangunlah Taehyung dia juga mengatakan rindu atas kecerewetanmu dan teori tak masuk akalmu yang membuat kami tertawa. Apa kau akan meninggalkan kami, saudaramu ini?"

Dilihatnya foto Luhan yang mengulas senyum bahagia, dia merangkul dirinya, Taehyung dan Kyungsoo yang duduk di tengah. Foto yang bagus karena seperti kumpulan keluarga yang bahagia. wajah tampan mereka juga sangat pantas di dalamnya, Baekhyun justru tersenyum mengingat bagaimana humorisnya sang kakak.

Dia menyentuh dadanya, memejamkan matanya untuk merasakan kalbu yang begitu besar. Mendambakan kehadiran seseorang yang telah menjadikan dirinya sebagai manusia yang berada, seperti halnya sebuah adik yang mengharapkan kakaknya pulang dari kerja. Rindu... dan begitu juga dengan Taehyung yang tanpa sadar memainkan komputer di depannya. tidak ada yang bisa ia kirimkan tentang pesan yang ingin ia tanyakan melalui ayahnya.

Entah...

Sejak saat itu Taehyung sendiri seperti enggan bertemu ayahnya secara langsung. Tak ingin melihat dan seperti ingin membenci, walau berbagai cara telah ia tepis. Tapi, tak seperti mengenal ayahnya lagi dan Taehyung membenci hal itu. membenci semua yang dikakukan ayahnya lantaran apa yang dia lihat adalah kesalahan.

"Appa, aku merindukanmu. Tapi... aku lebih merindukan eomma. Appa, aku menyayangimu tapi aku lebih menyayangi eomma. kenapa kau berubah?"

Terucap lirih seperti sebuah curahan hati yang menyendu, Taehyung menatap langit dengan beribu pertanyaan diatasnya. Dia pusing tapi dia diam, dia sakit bukan sakit badan. Dia sakit dan itu sakit hati, perasaan yang teriris bagaikan sebuah nadi yang terpotong benda tajam. Taehyung tak tahu jika ternyata sakit hati itu seperti ini, rasanya dia seperti waktu kecil itu.

Sampai tak sadar jika dirinya menangis, dengan menatap langit kamar terdiam. Apakah dia merasa sesak? Entahlah dia seperti tak bisa merasakan sesuatu dan hatinya justru amburadul. Andaikan sang ibu masih ada kemungkinan Taehyung akan menjadi manja dan mengadu. Tentang semua...

Semua tingkah ayahnya yang kini ia ketahui, bahkan ia rahasiakan dari kakaknya Byun Baekhyun. karena suatu alasan, yaitu... sayangnya Taehyung kepada kakaknya dan mendiang ibunya. sebuah janji yang ditepati, meski ini sulit.

Ya, sulit... sama halnya sebuah pohon untuk bertahan di musim gugur. Yang membuat dia sulit melepaskan ribuan daun dari atasnya. Sulit...

sulit sekali....

..............

Tbc...

Sudah selesai dengan chap ini kali ini akan mengetik buat kelanjutan besok tapi aku

Akan mengatur jadwal agar bisa rapi. Oh iya jangan lupa vommentnya semoga

chapter kali ini bisa mengetuk jiwa kalian. Oh iya jangan sampai bosan dengan

fanfic ini ya aku harap kalian tetap menunggu kelanjutannya.

Author akan berusaha agar next chap lebih cepat.

Oh ya jangan lupa jaga kesehatan ya, semoga kita berada di lindungan Tuhan. jangan lupa perbanyak ibadah dan sebentar lagi Ramadhan tiba, tetap semangat oke.

Salam cinta dari author untuk kalian...

Semangat dan salam bahagia...

Gomawo and saranghae...

21/04/2020

#el

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro