Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

나는 좋다. 나는 그것을 안다. (26)

.................................

Tak ada hal yang tak mungkin di dunia ini.

Saat sebuah miracle terjadi, tentu saja Tuhan telah mengijinkannya. Disetujui olehnya, membuat takdir mampu menuruti semua perintahnya. Tuhan adalah penguasa dari segala tata surya dunia. Dimana Tuhan berkehendak, apapun terjadi. Seperti halnya sebuah harapan dan doa yang di kabulkan olehnya.

Siapa yang bilang jika harapan itu tak akan bisa tercapai?

Siapa bilang jika Tuhan tak mendengar doa kita.

Dan siapa yang bilang jika takdir tak akan berubah.

Kalian salah jika menganggap ketiga hal itu sebuah ketidakmungkinan.

...........

(Author *** POV)

Siang semakin terik, lalu lintas yang cukup ramai. Berlalu lalang orang-orang sekitar berjalan di sekitar. Waktu juga semakin hari semakin menuju ke senja. Dimana hiruk pikuk dan rasa lelah pasti ada.

Jejeran toko dibangun dengan kokoh di pinggir jalan. Gedung pencakar langit, cafe terkenal dan juga barisan mall berdiri dengan kokoh di sisinya. Mengisi kepadatan kota yang penuh akan bangunan kuat itu. seakan pondasi tersebut memenuhi tanah dengan sebutan negeri Gingseng tersebut. cukup ramai memang, karena disini adalah pusat kotanya Korea. Jantung kehidupan dan juga aktivitas warga, diantara mereka yang berlalu lalang justru ada dua sosok manusia yang menarik perhatian kita.

Kedua tangan dengan jemari lentiknya itu mendorong pelan kursi roda di depannya, berjalan di sisi kanan. Dekat dengan pakaian store yang cukup terkenal, disinilah namja yang terkenal akan senyum kotaknya itu berjalan. Seorang namja yang terduduk anteng di atas kursi roda hanya mampu terdiam. Sedari tadi, sejak perjalanan keluar dari rumah sakit, menaiki mobil hitam mercedes yang terpakir disana, sampai pada akhirnya dirinya berada disini. bersama sang adik yang juga membisu, tak ada niat sedikitpun untuk mengajaknya berbicara. Berbanding terbalik dengan sikapnya saat berada di rumah sakit, dimana saat itu Kim Taehyung sang adik mengajaknya mencari baju.

"Tae, kau akan tampil dimana? Bolehkah hyung tahu?"

Mencoba mencairkan suasana, dengan cara mengajak berbicara sang adik.

Tapi...

Ekspetasi tidak sesuai dengan kenyataan,

Taehyung hanya diam, Baekhyun yang teracuhkan. Membuat nyeri dan sakit itu datang pada namja dengan tubuh mungilnya itu. semburat wajah kesedihan terpancar di wajah Baekhyun. menundukan kepala, adalah salah satu cara menyembunyikan raut kesedihan milik Baekhyun. entah Taehyung melihat atau tidak. Tapi yang pasti tanpa sengaja Baekhyun bergetar, seperti menahan isakannya.

Sepertinya Baekhyun tidak ingin Taehyung tahu jika dirinya mennagis karena mulut mematikan sang adik.

"Silahkan masuk tuan..." dibukakannya sebuah pintu oleh security yang menjaga pintu masuk di depan toko tersebut. tanpa sadar Baekhyun sudah sampai di tempat tujuan, di dengarnya langkah kaki sang adik yang begitu tegas. Memasuki ruangan yang luas nan sejuk karena ac. Banyak pakaian yang terpampang disana, dengan harga diskon juga beberapa promo yang terpajang rapi.

Baekhyun mengedarkan pandangannya, menatap ke sekeliling dengan cukup kagum. Jujur Baekhyun sudah lama sekali tidak masuk ke tempat ramai dan sebesar ini. terakhir dia berada dalam gedung agensi selepas pemotretan dimana dia menghabiskan kontraknya. Bahkan, disini pun Baekhyun lebih banyak menghabiskan dirinya di tempat kerja, dimana dirinya berkerja sebagai guru anak-anak.

"Tae..."

"Diam! Jangan banyak tanya hyung."

Tatapan tegas itu terpancar, berjalan dengan sedikit cepat. Membuat Baehyun bungkam seketika.

Dua anak adam kini berada, di tengah pusat pembelanjaan.

Berjalan diantara orang-orang yang sibuk memilih pakaian yang terpasang apik disana. bukan hanya itu saja, ada juga anak muda yang asik berselfie, bervlog ria atau malah mengobrol dengan kantung belanjaan banyak di tangannya.

Taehyung masih memfokuskan kedua matanya, mengedarkan tatapannya. Menatap ke sekitar, fokus dengan apa yang ia cari. Tetap setia mendorong kursi roda yang di duduki sang kakak. Dalam benaknya, Taehyung hanya ingin semua ini selesai. pulang dan tidur tenggelam dalam selimutnya, dan bukannya pergi bersama dengan orang yang membuat ia muak sejak pertama seseorang itu menginjakan kakinya di Korea dan tidur menumpang di dalam kamarnya.

"Coba kita kesana." Ujar Taehyung sadar ataupun tidak, mendorong kursi roda tersebut. Baekhyun hanya mengangguk pelan, menurut kemana sang adik akan membawa dirinya. Terlalu bingung karena Baekhyun memang jarang keluar, terlebih sudah cukup lama dirinya tak memasuki tempat pembelajaan sebesar ini.

Taptaptaptap....

Suara langkah kaki, ditambah dengan deritan roda yang menggesek lantai tersebut. cukup ramai memang, terlebih hari ini adalah hari libur.

Berjalan...

Melihat sekitar...

Fokus pada sebuah produk yang ada di ujung sana...

Mendorong kursi roda sang kakak sedikit cepat...

Dugh!

"akh!"

Ketika tak sengaja, sisi pegangan kursi roda itu membentur. Membuat Baekhyun yang semula duduk dengan tenang sedikit meringis, lantaran ada cairan panas yang mengenai telapak tangannya. Bukan hanya itu saja, ada beberapa yang tumpah mengenai baju bagian bahunya. Serta sedikit rambut coklatnya, membuat dirinya mencium bau mochacino dari seorang turis asing.

"YAAAKKK KALAU JALAN LIHAT-LIHAT!! PUNYA MATA TIDAK!?"

"HEI ANAK MUDA, KENAPA MENYALAHKANKU. KAU YANG HARUSNYA HATI-HATI."

"Tapi kopi panasmu hampir mengenai hyungku dasar bodoh!!"

"Apa kau mengataiku bodoh! Keparat kau, apa kau tidak diajari sopan santun hah?!"

"Yaaakkk... kau yang salah malah menyalahkan. Dasar tak tahu diri!"

"APA?!!"

Tiba-tiba saja suasana menjadi tegang, membuat atensi pengunjung mall teralihkan.

"Tae, sudahlah hyung tidak apa-apa. Tuan maafkan adikku, dia gampang sekali emosi."

"Yaaakkk!! Kenapa hyung menyalahkanku. Justru dia yang salah. Hei kau minta maaf pada hyungku. Karena kopi panasmu hampir melukai hyungku!"

"Sembarangan kau yang tidak hati-hati, kau membawa orang pincang hah?!"

"Dasar lambe setan! Jaga ucapanmu, orang tua bukannya tambah bener malah tambah bobrok!"

"APA??! KAU MENGATAIKU HAH!"

"KENAPA?! KAU PIKIR AKU TAKUT DENGANMU PAK TUA!?"

"Taehyung sudahlah hyung tidak apa-apa. tolong jaga emosimu saeng." Baekhyun berusaha menengahi, entah kenapa perdebatan semakin panas saja.

"Hei bung! Jaga adikmu, cara bicaranya sungguh tragis!"

"Maafkan adikku tuan, maafkan adikku."

"Hyung jangan meminta maaf padanya, dia yang salah. Hei ahjussi.... jaga mulutmu. Kau tak tahu berhadapan dengan siapa hah?!"

"Apa peduliku, kau hanya artis yang naik daun itu kan? Alah.... aku tak peduli. Meski kau seorang artis, kau hanyalah manusia."

"Dan kau pak tua yang tidak mau disalahkan!" saking kesalnya Taehyung menggunakan logat cinanya. Menatap tajam ke arah pria dengan tubuh gempalnya.

"Dasar bocah sialan!!" ucapan logat Jepang itu terlontar, membuat seseorang sakit hati dengan ucapannya.

"JAGA UCAPANMU TUAN. UCAPANMU SANGAT MENGHINA ADIKKU!!"

Oke, kini semua tercengang. Terlebih Taehyung tak menyangka sang kakak berteriak lantang dengan aksen Jepangnya. Jujur Taehyung juga tidak tahu apa artinya.

"apa yang kau bilang?!"

"Jaga ucapanmu tuan. Atau kau akan mendapatkan kasus pencemaran nama baik!!" oke, Baekhyun serius. Benar-benar serius, ini menyangkut nama adiknya bukan?

"Kau berani?"

"ya!! Enyahlah!"

Keduanya berbicara dengan bahasa jepang. Membuat Taehyung sedikit pusing mendengarnya.

Menegangkan...

Satu kata yang cocok untuk suasana saat ini.

Tanpa sadar ada tatapan kagum yang terarahkan...

Tatapan seorang Kim Taehyung pada wajah tegas sang kakak. Dilihatnya sang kakak yang menarik nafas menggebu, menatap tajam ke arah pria yang mengajaknya ribut tadi. Tanpa sadar hati Taehyung tersentuh, sungguh tersentuh. Meski ia tidak tahu apa artinya. Tapi, Taehyung yakin jika sang kakak tadi...

Membela dirinya, membela entah karena ucapan pria itu mungkin.

Terharu...

Suatu rasa yang belum pernah Taehyung rasakan.

Sebuah perasaan yang menandakan bahwa...

Sang kakak benar-benar membelanya...

Byun Baekhyun, atau mungkin sekarang Kim Baekhyun...

"Baekhyun hyung..." lirih Taehyung.

............................

Di tempat lain...

"DASAR ANAK JAMAN SEKARANG! SEMENA-MENA DENGAN YANG TUA MANA HARGA DIRI KALIAN, MEMPERMALUKAN BANGSA SAJA!"

Entah sejak kapan suara Xi Luhan menggema. Membuat beberapa orang mempersiapkan ponsel atau mengalihkan perhatian mereka untuk menyaksikan apa yang tengah terjadi.

"Hei dude tenanglah, kami hanya ingin meminta pinguin itu untuk menyembah kakiku. Sebagai hukuman dia karena telah membuat bajuku kotor kau paham!!" ucapan tegas dibarengi dengan tangan yang menarik kerah leher namja keturunan cina tersebut.

Ya, dua anak orang kaya dengan dandanan berandalnya. Kira-kira masih berusia tujuh belas dan delapan belas.

Saat tatapan menantang itu tertuju, bukannya takut justru Luhan semakin bergairah untuk menantang balik ke arah berandal yang dengan kurang ajarnya menarik kerah lehernya. Tak jauh disana, tepatnya diantara keduanya ada Kyungsoo yang menatap sedikit takut. Ke arah tuan muda yang membelanya dan juga seorang namja dengan tingkah brutalnya.

Kyungsoo merutuki kebodohan dan kecerobohannya, tak berhati-hati saat mengambil makanan untuk dirinya dan tuan muda. Dan justru tak sengaja menubruk dua orang yang berjalan dengan langkah cukup cepat. Membuat keseimbangan Kyungsoo terganggu, hingga sukses membuat noda merah saus pada baju putih bersih milik namja tersebut.

Rasa takut tercetak di kedua binar mata bulatnya. Apalagi saat namja dengan tampang berandalnya tersebut memaksa Kyungsoo untuk mencium kakinya. Padahal jarak usia namja tersebut berbeda tiga tahun dari Kyungsoo. Sikap kurang ajar namja itulah yang memancing Luhan untuk menolong sahabat sekaligus saudaranya.

Tak terima dengan Kyungsoo yang tertindas oleh orang asing yang tak punya otak.

"Dunia akan hancur dengan kebodohan kalian!" itu Luhan. Membalas tatapan tajam dengan namja bernama Park Shin Woo itu. seorang anak politikus yang Luhan ketahui dan ia ingat saat tak sengaja melihat sebuah berita acara.

"Apa yang kau bilang bedebah!!!" berteriak lantang, mengeratkan tarikan kerah baju pada Luhan.

Sementara disana Kyungsoo sedikit takut saat melihat tindakan yang mungkin akan dilakukan pada tuan mudanya. Ingin sekali Kyungsoo menyudahi keributan tersebut, namun Luhan menghentikan tindakan Kyungsoo dengan memberikan sebuah kode pada tangannya.

"Kau seorang anak politikus dari marga Park! Tak seharusnya kau bersikap selayaknya preman jalanan tak berilmu. Kau tahu pengemis masih jauh lebih baik dari pada tingkah kurang ajarmu!!" tak ada tatapan takut di wajah tampan nan manis itu.

Membuat seseorang disana sangat geram dengan tingkahnya.

Ingin sekali anak muda tersebut menghajar namja yang ia tarik kerahnya.

Suasana semakin canggung...

Tak ada yang memisahkan keduanya, atau menghalangi mereka dari keributan. Malahan beberapa orang menikmati keributan yang terjadi layaknya sebuah tontonan gratis jalanan. Oh... sepertinya dunia benar-benar hancur dengan orang bodoh. Seperti yang Luhan katakan beberapa menit yang lalu.

"Benar bukan? Lebih baik jaga sikapmu atau kau akan mempermalukan nama baik dan nama margamu." Dengan nada mengancam Luhan mengucapkannya secara mantap, tanpa ada nada bergetar sedikitpun dari bicaranya.

Membuat namja muda tersebut melepaskan cengkramannya. Kala melihat senyuman tipis mematikan milik Luhan. Sedikit terkejut saat melihat senyum yang tersirat akan beberapa makna tersembunyi tersebut.

Luhan dengan sikap wibawanya, membenarkan kerah bajunya. Menatap sedikit tajam ke arah namja di depannya. Sembari mengulas senyum miringnya.

"hei kau minta maaflah padanya. Jangan berpikir kalau patut disembah ya, memangnya kalian berdua berhala. Terutama kau rambut landak!" ucap Luhan secara sarkatis ditambah dengan jemari telunjuknya yang mengacung tepat di depan Shin Woo.

Hingga raut seorang anak politikus itu mendengus tak suka. Bukan itu, hanya saja ada aura yang menakutkan. Tiba-tiba saja keluar dari tubuh Luhan.

"Pergi atau aku berubah pikiran." Ujar Luhan, mengibaskan tangannya. Memerintahkan kedua remaja itu untuk enyah.

Tatapan tajam masih ada, dibalas senyuman miring si darah cina. Kyungsoo pun tak luput dari tatapan mereka. Hingga akhirnya namja dengan kedua bola mata bulatnya itu tertunduk untuk kesekian kalinya.

Dalam hatinya Kyungsoo bersyukur, dirinya selamat dari terkaman kedua berandal yang tak tahu aturan itu.

"Kyung, ayo kita pulang. Aku akan meminta mereka membungkus makanan." Merangkul pundak sang sahabat, membawa Kyungsoo berjalan disampingnya. Tentu saja Kyungsoo mengiyakan.

"Terima kasih." Ucapnya lirih, dengan sikap polosnya juga kepala yang menunduk.

"Untuk?" Luhan mengernyitkan alisnya.

"Karena anda telah menolongku Luhan hyung." hormatnya, dengan tulus.

Tak ayal jika Luhan begitu mudah akrab dengan Kyungsoo. Terlebih Kyungsoo orang yang baik. Juga, mempunyai sikap loyal dan solidaritas yang tinggi.

"Tidak masalah." Hingga akhirnya balasan dari sang tuan muda. Yang membuat siapapun memiliki pemikiran yang sama tentangnya. Gambaran mengenai sosok majikan yang baik dan bijaksana.

Tapi...

Apakah benar demikian?

.......................

"Jangan sekali-kali anda menghina adikku. Anda tak pantas menghinanya walau sepatah kata pun!" nada begitu tegas dengan jemari yang teracung, di depan pria yang baru saja menghina adiknya.

"Adikmu yang memulai terlebih dahulu. Sikapnya tak lebih dari binatang, dia berani menghinaku. Kau bisa tidak mengajari adikmu yang berandal ini hah? dia sungguh memalukan kau tahu?!"

"Apa hak anda berbicara begitu. Sementara anda hanya orang tua yang mempunyai pemikiran dangkal. Berani sekali anda menghina adikku, apa anda sudah lebih baik dari adikku?!" Baekhyun tak bisa menahan emosinya, jika itu menyangkut nama baik adiknya.

Dilihatnya dengan mata kepala sendiri oleh Taehyung tentang sang kakak, sang kakak yang membelanya hingga sampai pada akhir ini. dirinya tak akan menyangka jika sang kakak akan semarah itu. satu hal yang membuat hati Taehyung sempat tersentuh yaitu, kemarahan Baekhyun yang beralasan membela dirinya.

Dirinya yang sejujurnya sangat kurang ajar dengan sang kakak, Byun Baekhyun.

"Kau hanya pemuda cacat yang tak tahu diri!" balasnya yang tak kalah tegas. Dengan emosi yang meledak pria dengan logat Jepangnya itu justru hendak menampar Baekhyun. saat telapak tangan itu kurang beberapa centi menyentuh pipi mulus itu, tiba-tiba saja pergerakan tangan itu terhenti. Merasa ada seseorang yang menahan aksinya.

Dialihkan atensinya, menatap pada si pemilik tangan yang menahan gerakan tangannya.

"Kau?!!" geram si pria tersebut. saat melihat Taehyung yang seenak jidatnya menggagalkan aksinya.

Di lain pihak Baekhyun menatap tak percaya, hampir saja tangan pria itu menamparnya. Tapi, dengan berani Taehyung menahan semuanya. Membuat kalimat tidak percaya timbul di dalam hatinya.

"HEI PAK TUA, JAGA BICARA ANDA! APA ANDA INGIN LEBIH BOBROK DENGAN SIKAP ANDA. HARUSNYA ANDA SADAR, BETAPA SEPUHNYA DIRI ANDA. JANGAN HINA HYUNGKU DIA TIDAK CACAT! INGAT ITU!!" itu Taehyung, tentu saja.

"Hei anak muda sudah cukup kesabaranku. aku akan melaporkan dirimu pada pihak wajib." Kini pria itu mengganti logatnya dengan bahasa Korea tentunya.

"Oh silahkan saja, aku tidak takut dengan anda. Memangnya hanya anda yang bisa panggil polisi hah?! aku juga bisa asal kau tahu saja. Aku akan menyewa ratusan pengacara dan menuntut anda!"

"Dasar anak ingusan yang tak tahu diri. Apa kau pikir karena kau terkenal dan kaya aku akan gentar dengan ancamanmu. Aku yakin kau pasti takut denganku kan? Ayo ngaku saja!"

"Enak saja, tidak ada manusia yang lebih menakutkan dibandingkan kakakku, Kim Luhan. Kalau kau tahu dia seribu kali lebih menakutkan ketimbang dirimu." Ucap Taehyung entah sadar atau tidak. Untung saja Luhan tidak ada disana, jika iya. Mungkin Luhan akan besar kepala.

"Alahhh... banyak alasan kau bocah! Siapa Luhan, jika berani! Suruh dia kesini, dasar kurang ajar!"

"Hei pak Tua, seharusnya anda banyak beramal. Anda sudah uzur, dasar pria tidak ingat umur."

"APA??!!"

"Apa hah?! kau melototiku? Dasar pria sepuh!!"

"Bajingan tengik kau! Beraninya kau mengataiku hah?!"

"Memang benar kau be-"

"STOP!"

Seketika keduanya terdiam. Saat mendengar suara keras dari Baekhyun. tak terasa kini keduanya menatap dimana Baekhyun yang terduduk di dekat Taehyung. Menundukan kepalanya, yang saat ini mengepalkan kedua tangan yang anteng di atas pahanya. Saat itulah ada rasa sakit di hati Taehyung, saat tahu...

Tes...

ada air mata sang kakak yang jatuh.

"Baekhyun hyung?" gerakan refleks ia lakukan, berjongkok di samping sang kakak. Hati nurani dirinya sebagai sang adik bergerak. Entah sadar atau tidak, namun nyatanya Taehyung melakukannya. Melupakan sikap yang selama ini ia lakukan, sejak pertemuannya dengan sang kakak.

"Kumohon hentikan semua perdebatan ini hikkksss... hikksss... ini keterlaluan. Kau... hikksss... kenapa kau menghina adikku.."

Kedua tangan itu kian meremas, membuat kain celana yang ia pakai sedikit kusut.

"Aku, aku..." tiba-tiba saja pria tadi salah tingkah. Sungguh ini di luar perkiraannya, terlebih melihat Baekhyun yang menangis seperti ini. membuat rasa iba dan tidak enak hati muncul dari nuraninya.

"Minta maaf pada Tae cepat!! Minta maaf!!" bentak Baekhyun. menatap tajam dengan manik mata yang basah karena menangis.

"......"

"MINTA MAAFLAH PADA TAEHYUNG!"

Pada akhirnya, suasana menegangkan itu tidak berubah. Membuat beberapa orang bisa merasakannya, menyaksikannya secara langsung ada seorang kakak yang menuntut maaf pada orang lain demi adiknya. meski beberapa dari mereka menganggap Taehyung lah yang memulai keributan.

..................

"Luhan hyung, apa kau yakin?"

"Dengan?"

"Tuan Tae..."

Cukup takut mengucapkan kata itu terlebih Kyungsoo ingat betul bagaimana perlakuan Taehyung terhadap Baekhyun selama ini.

"Jangan meragu, aku yakin anak itu tidak akan sembrono."

"Aku khawatir hyung."

Luhan menoleh, melihat Kyungsoo yang tertunduk. Luhan tahu bagaimana dekatnya Kyungsoo dengan Baekhyun meski tak lama.

"Jika Taehyung berani berbuat buruk pada Baekhyun. aku pastikan dia dipecat dari adikku." Memegang setir, menatap ke jalan dengan celotehnya.

"Kau sungguh lucu hyung. memang ada pemecatan seorang adik."

"Tentu saja ada..."

"Aku baru tahu."

"Aku akan mencetuskannya agar seluruh dunia tahu."

"Terserah hyung, aku akan mendukung hyung apapun itu sekalipun hal gila sekalipun. Karena Luhan hyung tetaplah Luhan hyung."

Suasana yang cukup menyenangkan bagi keduanya mengobrol bersama.

Seperti sekarang ini.

Seulas senyum muncul dari wajah tampannya, mendengar ucapan Kyungsoo seakan mendapatkan semangat dalam dirinya. Tapi, dibalik senyum itu justru ada otak yang tengah berpikir. Terus dan terus melakukannya, apalagi dia...

Ingat akan ucapannya, saat bersama Taehyung empat mata.

'Appa, tunggulah... aku akan menyelesaikan semuanya.'

Siasat berbicara, dalam hati yang terdalam. Dibalik wajah penuh keceriannya, tersimpan sakit dan dendam yang rapi disana. tak bermaksud benci tapi munafik jika bilang tidak. Sudah lama Luhan menyimpannya. Bagaikan sebuah rahasia tersimpan dalam kotak. Saat kunci itu di temukan, maka....

Rahasia itulah yang akan menjadi penyelesaiannya. Untuk karir sang ayah, Tuan Kim. Juga....

Haknya sebagai anak kandung dari mendiang ayahnya.

Luhan hanya, ingin memerdekakan haknya.

.......................

"Taehyung, kau sangat cocok menggunakannya dik."

"Benarkah? lalu bagaimana dengan ini. aku menyukai motifnya."

"Menurut hyung bagus, tapi kau terlihat imut jika menggunakan Hodie itu."

"Aishhh..."

Baekhyun tersenyum, menatap sang adik yang mencoba beberapa pakaian. Ya, setelah kejadian tadi Taehyung mendapatkan ucapan maaf dari pria tersebut. begitu juga dengan Taehyung yang awalnya keras kepala kini sudi meminta maaf. Entah dirasuki apa, Taehyung berubah 180 derajat, seakan Taehyung yang dulu kembali ke raga aslinya.

"Hyung tunggulah disini aku akan mencoba ini."

Tak lama, Taehyung masuk dalam sebuah ruangan ganti. Mencoba jas berwarna biru terang dengan perpaduan hodie putih. melakukan eksperimen stylenya.

Baekhyun tentu saja dengan senang hati mendengarkan ucapan sang adik. Terlalu bahagia dengan sikap tak acuh dari adiknya. seperti mendapatkan sebuah keajaiban.

Diedarkannya pandangannya. Disana Baekhyun bisa melihat beberapa pakaian yang terpajang. Cukup ramai memang dan sepertinya Baekhyun akan memasukan kegiatan hari ini sebagai hari bahagianya di Korea.

1 menit...

2 menit...

3 menit...

Deg!

Nafas tercekat.

Detak jantung yang terasa berdetak keras.

Memegang pegangan kursi roda di dekatnya.

Kepala yang menunduk, dan bibir bawah tergigit refleks.

Sembari dalam hati Baekhyun berdoa, berharap....

"Jangan lagi..."

.

Segera ucapkan selamat tinggal pada daun yang telah berguguran, meski baru beberapa.

...................................

Tbc...

Aku tahu chap ini sangat gaje, mungkin membosankan karena konflik belum selesai. maaf jika chap ini tak sesuai dengan ekspetasi kalian, karena author memang mengalami titik lemah kehilangan ide. Setelah melewati beberapa halangan author sangat bersyukur karena bisa menyelesaikan chap ini. semoga kalian terhibur dengan apa yang author suguhkan pada kalian.

Terima kasih untuk kesetiaan kalian terhadap hasil karyaku, semoga kalian tidak pernah bosan membaca ffku.

Semangat untuk kalian...

Aku yakin kalian akan memberikan segala dukungannya, tanpa aku minta.

Gomawo and saranghae...

#el

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro