기적을 가진 신. (20)
MV diatas membuatku mendapatkan inspirasi untuk chap ini, We Young (Chanyeol ft Sehun)
.
.
.
.
.
(Author **** POV)
"Nghhh..." lenguhan itu terdengar, merasa ada yang kosong ketika tangannya tak sengaja menyentuh permukaan kasur di sampingnya. Lamat-lamat kelopak itu membuka, membawa penglihatan yang jelas oleh empunya.
Pelukan hangat yang dirasakan Taehyung entah kemana hilang, oh... mungkinkah dirinya terlanjur nyaman saat itu?
"Akh... shhhhh..." berdenyut, rasa sakit di kepalanya ternyata masih ia rasakan.
Pelan-pelan, adalah salah satu yang ia lakukan kala memaksa tubuhnya untuk bangun.
"Jam berapa ini?" bertanya pada dirinya sendiri, fakta yang menunjukan bahwa dirinya terbangun dengan kamar yang luas. Tercium bau harum daun pinus di indera penciumannya. Entah sejak kapan bau itu ada, mengingat bahwa Taehyung jarang sekali memakai wewangian, jangankan wewangian. Membereskan kamarnya saja dia belum pernah, hanya beberapa maid tertentu saja yang boleh masuk untuk membersihkan kamar sang artis muda tersebut.
Dirasakan kepala yang sedikit nyaman, perlahan Taehyung menjatuhkan kedua kakinya. Menapaki dan merasakan kulit yang bertubrukan dengan lantainya dingin kamar. Meski lemas, tapi setidaknya demam di tubuhnya reda. Tak berkeringat, tak kesakitan. Mungkinkah tugas yang dilakukan oleh 'dia' membuahkan hasil.
Mengingat bagaimana sang penjaga tak tidur seharian sampai malam tiba.
Taehyung terdiam, menyadari bahwa sekarang sudah menunjukan pukul 20.00 malam. Tak disangka, ternyata dia tertidur selama itu jika sakit. Tak elak jika salah satu pemicu jangka panjang tidurnya adalah sebuah kehangatan yang memeluk dirinya. Membawa dirinya dalam mimpi yang indah dan membuat dirinya betah.
Sadar betul jika Baekhyun begitu...
"Bodoh!" satu kata lirih muncul dari bibirnya, tersenyum kecut dan menoleh ke kanan. Menepis kebodohan yang ia anggap sebagai sebuah kekhilafan. Mengingat bagaimana dirinya malah memeluk erat tubuh itu, dan tertidur pulas dalam pelukan seorang yang menyayanginya. Membuat Taehyung merasakan apa itu penyesalan.
"ck!!" decakan tak suka kembali lolos. Sudah biasa ia lakukan, sejak kedatangan sang kakak di kehidupannya.
Tak ingin lama memikirkan hal yang ia anggap bodoh, Kim Taehyung dengan segera beranjak dari tidurnya. Memasang raut dingin dan datarnya, membiarkan penampilannya sedikit berantakan. Melangkahkan kakinya di depan sebuah kamar mandi, hendak membersihkan kotoran di tubuhnya. Melupakan fakta bahwa tubuhnya belum bisa terkena air yang dingin.
Beberapa detik kemudian artis muda itu telah berdiri, memegang kenop pintu. hendak membuka dan mendorong pelan, memasuki ruang dengan diameter lumayan kecil tersebut. namun, saat langkah kaki kanannya sudah menyentuh lantai. Sebuah suara menginterupsi dirinya, membuat wajah datar itu semakin tertekuk dengan raut tak suka. Hafal betul siapakah pemilik suara sesungguhnya.
"Tae, kenapa kau mau masuk ke kamar mandi?"
Ya, benar saja. Suara kekhawatiran itu ada, tangan yang membawa semangkuk bubur itu kini bergerak. Menaruh nampan tersebut di atas meja kamar sang adik. Berjalan cepat guna menghampiri dirinya yang masih dengan posisi memunggunginya.
"Bukan urusanmu!" ucapnya sarkatik.
"Tentu saja itu urusanku Tae, kau masih sakit dan hyung tidak mau kau melakukan hal yang tidak-tidak di saat tubuhmu belum pulih." Baekhyun sepertinya sudah terbiasa dengan ucapan sarkatik sang adik, terbukti bagaimana dirinya masih mengekspresikan rasa kekhawatirnya. Tanpa ada guratan kecewa dan sedihnya.
"Aku mau mandi, jangan campuri urusanku!"
Mencoba masuk, dan lagi dirinya tak bergerak saat sebuah tangan menahan lengannya.
"Jangan keras kepala Tae, dengarkan nasihat hyung. kau hanya akan menambah parah sakitmu." Baekhyun menampilkan wajah seriusnya, dia benar-benar protektive akan keadaan adik kesayangannya.
"Lepas!" Taehyung begitu keras kepala, tanpa menoleh pun dirinya masih betah dengan wajah dinginnya.
"Tidak! Jika hyung melepasmu. Maka hyung membawamu dalam masalah!"
Baekhyun tentu saja tidak akan membiarkan adik keras kepalanya itu, tak setuju dengan sikap Taehyung yang susah untuk diatur.
"Hhhhh..." dihelanya nafas namja dengan senyum kotaknya itu. tubuhnya tiba-tiba terasa lemas, Taehyung pikir mungkin ini karena dirinya kebanyakan berdiri. Tak dapat dipungkiri jika perkataan hyungnya ada benarnya. Jika dirinya 'benar-benar belum pulih.'
"Hyung sudah masakan bubur untukmu, makanlah dan minum obatmu. Hyung akan panggilkan dokter untuk memastikan keadaanmu, karena hyung ingin kau sembuh Tae."
"Aku sudah sembuh, terima kasih sudah memperhatikanku. Sekarang jangan ganggu aku."
"Tidak, hyung tidak akan mendengarmu. Kau terlalu keras kepala Tae, dan hyung akan tegas mulai hari ini."
"....."
Diam...
Suasana menjadi tegang tiba-tiba.
"Jangan buat Appa atau Eomma khawatir, pikirkan keadaanmu. Dengarkan kata hyung Tae."
"....."
Diam, seketika bibir itu tak mampu berucap apa-apa. sekilas juga bayangan tamparan yang dilakukan sang ayah kepada sang kakak saat melindunginya terngiang di kepala Taehyung. Bagaikan sebuah video yang terus di putar.
Ah, mengingatnya saja membuat dada Taehyung sakit dan sesak tanpa diminta.
"Ayo, duduklah dan kau harus makan."
Dengan pelan tangan itu menarik sayang sang adik. Membuat reaksi yang muda untuk mengikutinya, dan Baekhyun berada di depan menuntun sang adik menuju ranjang nyaman di sampingnya. Taehyung terdiam sembari menatap datar punggung sang kakak, jangan lupa dengan lengan yang terikat kuat oleh genggaman sang kakak.
Dan Baekhyun? dirinya mengulas senyumnya. Senyum tipisnya, merasa bahagia. di dalam benaknya, akhirnya sang adik menurut juga. Meski hanya sedikit, tapi tak apa. setidaknya Taehyung mau mendengar perkataannya. Toh, itu semua untuk kebaikan Taehyung bukan?
Sepertinya akan ada hubungan baik kali ini,
Semoga....
.................................
"Hhhhh...."
Helaan nafas pasrah, leher dan kepala yang bersandar pada kursi santai yang ia duduki. Menatap ruang pribadi miliknya. Menyandarkan kakinya di sebuah meja berbahan kayu tempat dimana dirinya mengurus tugas-tugasnya.
Lampu dengan pencahayaan samar yang sengaja dibuat, detakan jam yang bagaikan musik waktu yang menemaninya. Xi Luhan itulah dia, namja berdarah Cina-Korea, anak tiri dari seorang pemimpin sekaligus pengusaha terkenal di Korea. Seorang hyung bagi kedua adik sambungnya.
Wajah tampan yang lebih menjurus cantik telah lama melekat padanya. Apalagi dirinya juga merupakan sebuah pewaris utama perusahaan ayahnya, mengingat bagaimana kecerdasan dan dedikasi yang ia miliki. Potensi yang mumpuni untuk membawa perusahaan sang ayah kelak. Katakanlah dirinya akan diangkat sebagai CEO muda di masa depan.
Wajah lelah, dengan helaan nafas pelannya. Memejamkan mata hanya untuk menenangkan pikiran yang telah terlanjur terisi akan stok masalah. Disaat Luhan selesai dengan suatu masalah untuk saat ini, justru masalah itu datang kembali. Kali ini, bukan masalah besar. Tapi benar-benar super bermasalah.
"Aku harap aku tidak mengalami migran esoknya, hampir saja eomma lihat."
Bergumam sendiri, menatap langit kamar. Seakan langit kamar itu adalah seorang yeoja cantik yang pernah ia lihat di televisi.
"Sebaiknya Baek kukasih tahu tidak ya?" menimang pikirannya, memilih mana yang akan menjadi terbaik ke depannya. dan jujur itu adalah pilihan yang sulit.
"Jika aku kasih tau tentang majalah itu. Baek pasti akan terkejut dan juga merasa kecewa dengan dirinya. Tapi... jika tidak, maka appa atau pun eomma akan terkejut kalau majalah itu sampai ketawan. Apalagi dongsaeng titisan alien itu pasti akan semena-mena dengan Baekhyun. mengingat Taehyung adalah dongsaeng paling kurang ajar, dan ter-keras kepala yang pernah aku temui."
Luhan jadi kesal sendiri, mengingat wajah adik tirinya Kim Taehyung.
"Aishhhh... kenapa juga alien itu menjadi adik Baekhyun. Rasanya, keliru jika Baek mempunyai dongsaeng seperti Tae. Menurutku Baek terlalu baik untuk Taehyung."
Luhan semakin menampilkan raut kesalnya.
"AISSHHHHH, EOTTOKHE???!!" Mengacak surai coklatnya, berharap frustasinya segera menghilang.
Ini bukan masalah serius dan Luhan tahu akan hal itu, apalagi Luhan berpikir pastinya majalah itu sampai di Korea. Mengingat bahwa majalah original dari Jepang saja sampai disini.
Jika bisa Luhan ingin ke penerbit pusat, dan meminta pada sang pemilik untuk memblokir penyebaran majalah itu, atau kalau perlu ke percetakan di negeri Sakura itu. agar berhenti memsarkannya. Karena satu gambar majalah tersebut maka Baekhyun dipastikan akan berakhir di kolong jembatan dengan ucapan yang menjatuhkan harga dirinya.
Oh tidak, Luhan tak akan membiarkannya. Hatinya tak tega jika itu terjadi, itu akan menjadi catatan buruk bagi sang ayah bukan? Apalagi Luhan yakin pasti malaikat sudah mencatat tindakan sang ayah yang menurutnya tidak ada baiknya sama sekali.
Sepertinya Luhan membutuhkan liburan untuk menghilangkan beban pikirannya. Padahal baru beberapa hari dirinya berada disini.
"Masalah semakin rumit saja." Logat Cina itu muncul, mencoba merilekskan dirinya pada sandaran sofa.
Sembari mengingat....
Kebohongan kecil yang terpaksa ia buat, hari ini.
.............................................
(Flashback **** ON)
(Luhan **** POV)
"ASTAGA MATAKU TIDAK POLOS!!"
Aku berteriak terkejut. Rasanya aku telah berdosa karena tidak sengaja. Jujur aku telah kehilangan kepolosanku beberapa detik yang lalu. Sial! Apakah aku sedang bermimpi buruk?
"Jika appa atau eomma tahu, Baekhyun pasti mendapat masalah."
Otakku memang cerdas, makanya aku berpikir demikian. Naluriku sebagai manusia baik masih ada. Membayangkan bagaimana wajah iblis appa dan juga wajah sendu eomma membuatku tak mampu. Oh... jangan lupakan aku bagaimana waktu itu appa menampar pipi Baekhyun secara brutal. Membuatku bergidik ngeri saja.
"Apa yang harus aku lakukan?"
Oke, Luhan sepertinya kau harus esktra berpikir keras, memikirkan hal terbaik apa yang akan kau lakukan?
"Aigoo.. kenapa aku baru tahu sekarang."
Tanpa sadar aku mengacak rambutku frustasi, ini jauh dari apa yang aku pikirkan. Jujur aku tak tahu apa yang membuat Baekhyun bisa masuk dalam sesi majalah tersebut. sepertinya aku harus menyelidikinya supaya tidak ada masalah besar ke depannya bukan?
"Luhan kau kenapa?"
Oh tidak, sepertinya ada seseorang yang datang di saat tidak tepat...
"Eom...eomma..."
Dengan pelan aku membalikan badanku, menatap wanita cantik berambut pendek lengkap dengan pakaian coklat mahalnya. Sederhan namun terlihat elegan apalagi sang eomma memang cantik dari lahir bukan.
"Itukan majalah eomma, astaga rupanya kau yang membawa. Berikan pada eomma, eomma baru saja memesan majalah itu sayang."
Senyuman seorang ibu yang begitu aku damba, bisakah aku melihat jika senyum itu berubah saat majalah jatuh itu berpindah tangan. Diam-diam aku melirik halaman yang kebetulan berada di posisi bawah. Sepertinya aku bernafas lega untuk saat ini, saat melihat keberuntungan yang bisa dikatakan sedikit.
"Kacau sudah!"
aku hanya berteriak dalam hati, bimbang dengan apa yang aku lakukan. Sementara eomma berjalan mendekatiku. Mungkin dia cukup bingung dengan sikap diamku terlebih lagi eomma adalah salah seorang yang paling peka terhadap anaknya.
"Luhan kau sakit? Kenapa kau berkeringat sayang?" tangan halus yang dulu menggendongku itu kini berpindah, menyentuh keningku. Merasakan suhu tubuhku yang keringat dingin. Bukan karena sakit, melainkan kebingungan haqiqi yang tengah aku alami.
"Hehehehe..."
Oh, bodohnya aku yang malah menunjukan cengiran terbodoh. Sepertinya aku harus berpura-pura gila atau apa untuk menjadi alasan pengalihan yang tepat.
"Lu kita ke dokter ya, sepertinya kau tidak enak hem?"
"Ah, ti-tidak eomma. Aku baik saja, hari ini cuaca sangat panas eomma. Iya panas huhh, huhhh. Aigoo sepertinya neraka banyak penghuni sehingga tidak mampu menampung hingga dunia kena panasnya."
Aku bicara ngawur, beracting kepanasan sembari mengipasi wajahku dengan kedua tanganku. Apakah aku terlihat memalukan saat aku melakukannya?
"Kau yakin? Padahal hari ini cuaca sedikit dingin. Kau tidak apa kan sayang?"
"Hahahaha... benarkah tapi Luhan kepanasan eomma. Lihat aku seperti cacing di padang pasir, huaaaa panasnya aigoo."
Tak butuh waktu lama, aku berjongkok segera mengambil majalah, dan kugunakan untuk mengipas tubuhku. Tetap menjalankan sebuah kebohongan kecil untuk kebaikan bukan suatu masalah bukan?
Sepertinya eomma tidak mencurigai majalah yang aku pegang saat ini.
"Kau yakin sayang. Kau berkeringat sangat banyak."
"Ah, iya eomma aku baik. Lihat eomma, Luhan merasa baik berkat majalah ini." aku terus mengkipasi tubuhku agar actingku terlihat sempurna aku membuka beberapa kancing kemejaku, dan menaikan lengan bajuku. Memang terlihat sedikit memalukan, tapi jika di depan sang ibu tidak masalah bukan?
"Kau pakai saja majalah itu nak, sepertinya kau lebih membutuhkannya. Tapi kau baik saja kan? Eomma takut kau kenapa-napa sayang." Wajah sendu itu membuat aku terenyuh.
Uh, betapa berdosanya aku membohongi wanita yang telah melahirkanku.
"Te-terima kasih eomma, Luhan akan segera ke ruangan. Dan beristirahat sebentar."
Aku sampai tergagap ketika melihat bagaimana sayang eomma padaku."
Sepertinya aku menjadi anak durhaka karena berbohong, semoga Tuhan tidak mengutukku menjadi Malin Kundang seperti di cerita legenda.
(Flashback **** OFF)
.................................
(Baekhyun **** POV)
Kalian tahu hal yanng paling membahagiakan bagiku diantara hal di dunia ini adalah...
Saat aku melihat Taehyung menghabiskan makanannya dengan lahap, bahkan tanpa aku suapi dirinya begitu bersemangat untuk memakannya. Membuatku tak berhenti mengulas senyumku.
"Enak?"
Aku bertanya dengan semangat, menatap sang adik dengan binar harapan besar.
"Biasa saja." Ucapnya, tak lupa dengan dengusannya. Tapi tak apa, aku tetap senang karena semangkuk bubur buatanku dilahap habis oleh dongsaeng kesayanganku. Terlenih lagi, ini pertama kalinya Taehyung mau memakan masakanku setelah beberapa tahun yang lalu terakhir aku memasakan masakan kesukaannya, yang dibantu eomma tentunya.
"Apa kau mau lagi Tae?"
"Tidak, aku sudah kenyang. Aku mau tidur!"
Meski judes, tapi aku lebih menyukai Tae yang seperti ini. karena menurutku Tae yang seperti ini adalah Taehyung yang sehat.
"baiklah, tapi minumlah obatmu."
"Tidak mau, aku tidak suka."
Nada kekanakan, yang sadar atau tidak sadar. Membuatku sedikit terkejut mendengarnya, mungkinkah sifat manja Taehyung yang bersembunyi muncul juga.
"Wae? Kau harus minum Tae. Agar kau, sembuh."
"Aku tidak suka rasanya sangat pahit, apalagi obat itu membuatku lemas dan juga mengantuk. Aku tidak bisa bangun dan bosan berbaring, lagi pula aku sudah baikan, hanya saja aku merasa dingin saat ini."
Apakah aku bermimpi kali ini?
Taehyung kini semakin banyak berbicara, dan itu terjadi di depanku.
"Baiklah tapi kau minum susu hangat ini. hyung yakin paginya kau akan merasa baikan, arra."
Aku menyodorkan segelas susu di depannya, sembari mengulas senyumku. sementara Taehyung menatap dingin ke arah segelas susu putih yang aku sodorkan ke arahnya.
"Tenanglah, tidak ada racun di dalamnya." Aku mencoba mengeluarkan candaanku, meski aku yakin akan gagal karena dirinya tak menyukai dengan hal apapun yang aku lakukan.
Kulihat Taehyung hanya diam, tapi tidak untuk tangannya. Jemarinya menaut erat gelas yang aku sodorkan. Rasa hangat di gelas tersebut kini tak kurasakan saat gelas itu berpindah tangan.
Oh, mungkinkan Taehyung mulai menghargai hasil kerjaku?
Glek.. glek... glek... glek...
Rasanya bahagiaku berkali lipat melihat dia minum dengan semangat. Oh, eomma... rasanya aku ingin memeluk dongsaengku dan menangis bahgia karenanya.
tes...
tanpa sadar air mataku jatuh tanpa aku minta.
Bahagianya aku....
Karena takut ketawan, aku segera mengusap kelopak mataku. Menyeka air mataku sampai.
Grep!
"Eomma?"
Tubuhku rasanya kaku, tiba-tiba saja dadaku merasa sesak. Tanganku membeku mendadak, dengan kedua bola mata yang membola. Kurasakan ada seseorang yang memelukku saat ini. pelukan yang terasa dengan tangan melingkar di tubuhku, berpikir apakah ini hanya sebuah mimpi? Lalu panggilan yang aku dengar tadi apakah juga bagian dari mimpi?
"Eomma."
Oh, sepertinya aku sedang bermimpi. Tapi, kenapa begitu nyata?
"T-Tae..." aku terbata, terlalu kaget saat merasakan hal ini. aku memilih diam, dan terus berharap bahwa ini bukanlah bagian dari bunga tidurku. Tuhan apakah ini jawabanmu atas doaku? Saat aku dengan nyata merasakan pelukan adikku kembali?
Apakah ini yang disebut miracle?
....................
(Taehyung **** POV)
"Aku tidak tahu perasaan apa ini, tapi mendadak aku memeluknya saat tanpa sengaja aku melihat dirinya menangis. sekilas aku mengingat wajah eomma. Yang jujur, mirip sekali dengan wajah namja yang membuatku muak beberapa hari ini. Aku bingung reaksi yang aku lakukan ini apa?"
aku terdiam, namun masih memeluknya.
"Kenapa wajah sialan itu harus mirip dengan eomma, aku tidak bisa menahan diriku untuk memeluknya. Melihat sialan itu menangis malah justru membuatku melihat eomma. Jujur aku merindukan eomma. Bahkan aku tak bisa datang ke pemakamannya, biar bagaimanapun aku pernah menjadi tokoh cerita dalam kehidupan eomma. Hal yang tak mampu aku benci adalah eomma, meski faktanya eomma memang ada kesalahan."
Diam...
Diam...
Bingung dengan pemikirannya....
"T-Tae..."
Hanya suara gagapnya yang aku dengar tapi aku masa bodoh dengan hal itu, yang ingin aku lakukan adalah....
Membuang rasa jijik dan juga benciku. Memeluknya dengan terpaksa, karena aku sadar bahwa. Wajah yang sesungguhnya adalah pemilik seorang bintang majalah dewasa menjijikan, sangat-sangat menjijikan. Aku tak akan mengakuinya, itulah sumpahku selama ini.
Dan sialnya, bintang dewasa itulah yang menuruni wajah eomma....
Aku benar-benar membencinya....
...................................
Tbc...
Hai adalah yang kangen dengan ff ini? bagaimana menurut kalian tentang masalah dalam chapter ini. semakin menarik bukan? Apakah di next chapter hubungan Baekhyun dengan Taehyung semakin membaik. Oh, sepertinya ada keajaiban kecil yang dialami Baekhyun meski itu hanya sebuah kebetulan.
Lalu siapa yang kangen dengan tingkah konyol Kyungsoo yang tanpa disadari jika bergabung dengan aksi Luhan. Btw jangan tiru sifat Luhan yang bohong ya karena itu tidak baik wkwkwk.
Oh ya, yang minta banyak momen Vbaek. Tenang pasti bakal ada kok. Cuma ditunggu di saat yang tepat biar ceritanya tetap nyambung dan membuat kalian semakin penasaran.
Pertama-tama saya ucapkan terima kasih karena kalian sudi membaca cerita saya. Target penyelesaian ff ini adalah December, jadi mungkin maksimal ff ini adalah 25 atau lebih mengingat banyak konflik yang harus aku selesaikan.
Oh ya untuk baby kookie aku undur karena laptop masih dibawa bokap. Ini ajjah aku up lewat hape karena kebetulan dah aku draft. Maaf banyak typo, dan dimaklum hehehe...
Vomment cantik kalian aku tunggu, kuharap kalian senang dengan chap ini. kita doakan semoga ada akhir bahagia dalam chap ini.
Terima kasih untuk dukungannya tanpa kalian author bukanlah apa-apa.
Salam cinta untuk kalian...
Gomawo and Saranghae...
#el
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro