가을의 선서? (31)
" Beribu kata maaf tak cukup memperbaiki satu kesalahan berdampak fatal. "
...................
(Author **** POV)
Disinilah dia, seorang namja muda dengan karier cemerlang. Membawa nama baik bagi tanah kelahirannya. Diantara dunia entertaint yang sulit, dia berhasil. Seperti satu banding seratus. Dimana setiap orang mempunyai mimpi sukses di kemudian hari. Dengan jalur mereka masing-masing. Tentunya, sesuai kemampuan mereka.
Di balik layar, terasa gugup saat kakinya melangkah tepat disana. menatap cermin dengan pandangan gelisah. Namun, tak mengikis ketampanannya. Hati yang risau, ketakutan-ketakutan yang selalu ia pikirkan selanjutnya. Satu nama yang menjadi kegundahan hatinya sebelum tampil di depan semua orang. yaitu, kegagalan.
Demam panggung.
Sebuah penyakit rasional yang menghentikan rasa percaya diri setiap orang. kehilangan sebuah kepedean tidaklah baik. Apalagi di acara resmi dan akan ditontong secara langsung ataupun di media khalayak. Rasanya sungguh tercekik ketika membayangkan akan terjadinya kegagalan yang tak diharapkan. Terlebih rasa gugup, hingga membuat tubuh bergetar sangat sulit dikendalikan. Inilah yang menjadi seorang Kim Taehyung harus meminum beberapa air mineral di botolnya.
Ya... kurang lima menit lagi, dirinya akan tampil. Itulah sebabnya sepuluh menit sebelumnya dia terpaksa meninggalkan sang kakak di bangkunya. Jika dulu Taehyung bisa sesuka hati meninggalkan sang kakak dimanapun dia berada. Kini berbeda, dia ingin sekali dekat dengan sang kakak. Mungkin nanti malam setelah acara ini Taehyung akan tidur dengan sang kakak. Seperti dulu, ketika dia masih bocah dan membutuhkan sandaran seperti kakaknya Baekhyun.
Oh, imajinasi yang sangat nyata dalam otaknya. Sungguh, Taehyung merindukan masa itu. sekarang waktunya dia menulis kenangan masa lalunya dengan usianya kini.
"Tae, segeralah bersiap. Penampilanmu akan dimulai dua menit lagi." Ucap salah satu staf, dengan sebuah proposal di tangannya. berjalan menghampiri namja muda tersebut dan menepuk pundak kanannya, tanda semangat.
Taehyung mengangguk sebagai respon, tanpa suara karena tertutup rasa gugupnya. Kali ini ia bertekad untuk tidak menghancurkan perfom nya. Ia harus tampil secara maksimal dan sebaik mungkin. Maka, dengan begitu sang kakak senang bukan?
"Kim Taehyung apa kau siap?" suara lembut dari Jieun membutarkan pemikiran semangat diri Taehyung. Untung saja Taehyung tidak terlonjak. Bagaimana tidak? Jieun tiba-tiba datang di belakangnya. Membuat jantungnya berdegup kencang dari biasanya.
Mengetahui bagaimana respon Taehyung membuat Jieun sadar. Jika, ternyata kedatangannya membuat patner menyanyinya gugup seperti sekarang.
"Astaga aku terkejut, noona..." mengusap dadanya, sembari menetralkan jantungnya.
"Ah, maafkan aku Tae. Jika aku mengejutkanmu." Mengulas senyumnya, merasa bersalah telah mengejutkan juniornya.
"gwenchana noona. Aku tidak menyangka kedatanganmu hehehe." menampilkan cengiran bodohnya. Apalagi menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Oh ayolah Taehyung malu mendapatkan senyuman seorang gadis cantik yang ada di depannya sekarang ini.
"Kalau begitu, ayo kita segera tampil. Aku yakin penonton tidak sabar menyaksikan performa kita." Jieun mengulurkan tangannya, berniat mengajak adik dari sahabatnya yang ia yakin menunggu pertunjukannya dengan Taehyung di depan.
Tangan itu dengan santainya mengamit lengan Taehyung, penuh semangat Jieun melangkahkan kakinya. Membawa Taehyung berjalan di sampingnya menuju panggung aksi yang ditontong ratusan pengunjung. Meski acara formal tetapi ini tetap saja dilihat pasang mata. Membuat Taehyung harus mengatur detak jantungnya yang tak biasa. entahlah... baru pertama kali dia merasakan hal ini.
Apakah karena malam ini ada sang kakak yang melihatnya, membuat Taehyung menjadi seperti ini. dalam batinya dia berdoa semoga tidak ada kesalahan yang terjadi olehnya.
Oh kenapa kakiku gemetar? Runtuk Taehyung sesaat kaki itu melangkah di atas lantai bersih. Dengan sorakan beberapa orang di bawah panggung sana, jangan lupa tepuk tangan juga beberapa gadis yang mengelukan namanya. seorang idola yang dipuja oleh kaum hawa bagi seluruh dunia yang mengenal namanya.
Disanalah, Taehyung berdiri di atas panggung bersama dengan seorang penyanyi cantik yang merupakan seniornya. Berbekal sebuah mic di tangannya Taehyung memulai aksinya. Menyapa dan mengumbar senyum kotak menawannya. Bayangkan saja jika banyaknya gadis atau fansnya berteriak heboh meski dalam acara formal sekalipun. Justru, inilah yang menjadi wacana utamanya. Mengutamakan kualitas dari pada kuantitas. Itulah sebabnya kenapa acara malam ini mengundang banyak penyanyi juga artis terkenal yang sedang digandrungi kaum muda ataupun berbagai usia.
Senyum itu tak lekang luntur, mengankat kedua tangannya. Taehyung, menyapa seluruh penonton. Dirinya, nampak tampan dengan pakaian yang di pilihkan oleh kakaknya. tepuk tangan semakin meriah ketika musik pembuka di mulai. Alunan piano dengan sebuah gitar dari pemain di belakang mereka membuat suasana semakin riuh. Keduanya seperti membawa pengaruh positife bagi energi penontonnya.
Ketika musik masih dimainkan, disanalah Taehyung melambaikan tangannya. melambai pada seseorang yang ia jatuhkan atensinya. Dengan senyum kotaknya Taehyung juga bergumam memanggil nama sang kakak. Seperti berkaca di antara lampu sorot panggung yang mengitarinya.
Disanalah Byun Baekhyun melihat sang adik bersinar layaknya bintang. Rasa bangga dengan haru bercampur menjadi satu. Bangga karena sang adik memiliki karier lebih baik dan haru ketika Baekhyun memiliki kesempatan seperti ini. mengingat jika saat ini Baekhyun berada di ambang kematian.
Seluruh penonton berdiri, bertepuk tangan ketika Jieun memainkan bait pertama lagunya. Sebuah lagu yang Jieun nyanyikan bersama HIGH 4 yaitu boy band asal korea dengan judul Not spring, Love or Cherry blossom. Hanya saja disini Taehyung menjadi patner bernyanyi gadis cantik tersebut.
Ketika melihat semua penonton berdiri sembari bertepuk tangan, ingin sekali Baekhyun berdiri dan ikut bersorak lebih keras mendukung sang adik di atas panggung sana. Ingin sekali dia berteriak pada semua orang dengan sebutan, lihatlah itu adikku! Ingin sekali Baekhyun berteriak keras lebih cepat ketika sang adik mulai menunjukan suaranya. Ingin sekali Baekhyun menari dan mengangkat tangannya tinggi, membuang rasa malu dan juga bertepuk sekeras mungkin ketika Taehyung juga menyanyikan bagiannya bersama Jieun.
Ingin sekali Baekhyun melakukannya....
Hanya saja waktu belum mengijinkan, begitu juga dengan tubuh yang terasa lemas luar biasa.
Menganggap semua ini bukan kesialan, hanya keberuntungan yang tertunda.
Taehyung menatap sang kakak, meski bernyanyi dia membagi arah fokusnya. Kepada penonton juga padanya. Saat itulah isyarat seorang adik tiba, dimana manik netra hitam arang itu mengatakan pada Baekhyun 'Terima kasih untuk dukungannya.' Seperti sebuah telepati dari hati ke hati.
"Eomma, lihatlah dia eomma. Dia seperti bintang." Ucapnya, dengan mengulas air mata yang sempat jatuh dari kelopaknya. tidak! Baekhyun tak ingin menangis, dia akan tersenyum tak boleh merusak acara sang adik, tidak!
.
.
"Hei kau?!"
Ketika acara berlangsung tepat dimana Taehyung tampil, Baekhyun mengalihkan atensinya. Terkejut saat bangku sang adik terisi oleh seseorang. Seorang wanita cantik berusia sekitar 30 tahun, dengan lipstik berwarna merah merona. Membuat namja dengan tubuh mungilnya itu mengernyit bingung, lantaran tak kenal siapa wanita disampingnya.
"Kau Byun Baekhyun bukan?"
"Ke-kenapa anda bisa mengenal saya. Apakah kita pernah bertemu?"
"aku tahu akan segala hal disini, termasuk dirimu. Yang..."
Perlahan wanita cantik itu mendekat, tepat di telinga Baekhyun. seperti melakukan sebuah....
"Alangkah lebih baik aku panggil kau, nama panggung dewasamu. Mizu-"
"Siapa anda??!"
"Aku, adalah penggemarmu Baekhyun. ternyata kau lebih tampan dari pada foto majalah dewasamu."
Bisikan begitu seduktif, hanya saja Baekhyun merasa risih dan sedikit takut. Sungguh, ini diluar dugaannya. Tak akan ia sangka jika ada yang mengenalnya, padahal dia...
"Hei lihatlah wanita muda disampingmu itu. sebentar lagi dia akan membaca bagian akhir majalah itu. kuharap dia tidak akan terkejut ketika sadar rupanya, ada foto dirimu yang begitu seksi."
Mati...
Baekhyun serasa ingin mati...
Dan sialnya, wanita di sampingnya adalah istri manager adiknya. ya, salah satu penunjang karir sang anak. oh... gawat ini sungguh diluar ekspetasinya.
"Bisa kau temani aku malam ini?"
Rayuan maut pun terjadi....
Dimana Baekhyun melontarkan tatapan tajam mematikannya. Sebuah tatapan yang menyembunyikan rasa khawatir dan ketakutan yang besar dalam dirinya. Sungguh Baekhyun merasa dia seperti berhadapan dengan wanita gila.
"Kau bukan tipeku, ahjuma!" begitu pedas, sangat pedas. Terlebih Baekhyun mengatakannya dengan mantap.
Sampai pada akhirnya, raut wajah ketidaksukaan timbul pada wanita cantik itu. bibir yang terlapisi lipstick merah menyala itu buktinya. Lekukan bibir yang begitu sesuai dengan wajah mendadak judesnya. Apalagi Baekhyun menampilkan wajah santainya. Seperti berhadapan dengan teman sebaya yang tak disukainya.
"Sialan!" desisnya, wanita berambut panjang ini nampak kesal. Dirinya juga sempat memukul Baekhyun akibat sikap Baekhyun yang seperti menolak ajakannya. Hanya saja dia tidak bisa, lantaran tempat yang ia pijaki ini sangat ramai dengan pengunjung. Menghindari sebuah kasus adalah hal terbaik dari pada mendapat kasus. Seperti itulah pedoman manusia kebanyakan.
"Kau harus sekolahkan mulutmu terlebih dulu, jika kau berniat mengajakku." Sindir Baekhyun. menyenderkan tubuhnya di kursi roda layaknya kursi tamu rumahnya. Jangan lupa tatapan yang fokus pada sang adik dan telinga yang tetap mendengar suara berat dari Taehyung di depannya.
"80 juta!" tak banyak akal wanita ini malah menawarkan segepok uang yang menggiurkan. Berharap jika model sekelas Baekhyun mau menemani dirinya yang jatuh pada fanatik namun misterius.
Memang menggiurkan angka seperti itu. Tapi, apa yang diharapkan sulit di dapat. Bagaikan memutari gunung sepuluh kali dan kau lelah ketika pada putaran kedua.
"Enyahlah, aku tak butuh. Lagi pula gajiku lebih besar dari pada yang kau tawar."
Sadis namun menyakitkan....
Sepertinya Baekhyun menikmati aksi saraktiknya. Apalagi melihat geraman kekesalan pada wanita itu membuat Baekhyun diam-diam terkekeh. Ia tidak peduli dari mana wanita ini tau akan dirinya dan siapa dia yang jelas. Baekhyun berpikir pastinya ini ada sangkut pautnya dengan orang rumah. Tapi siapa? Apakah sang ayah. Ah, rasanya tidak mungkin, dia kenal bagaimana sifat sang ayah terhadap dirinya.
Baekhyun lebih tahu kalau sang ayah tidak pernah mempedulikannya. Bahkan, ketika kematian sang ibu di Jepang. Sang ayah tak datang dan tak ada niat untuk mengucapkan bela sungkawa. Rasanya saat itu Baekhyun sia-sia menangis di balik telefon umum. Saat tahu esoknya hanya ada dia di pemakaman sang ibu dengan tetangga yang masih punya hati terhadap dirinya juga ibunya.
Saat itulah Baekhyun sadar jika sang ayah tidak mencintai ibunya. Hanya mencintai kekuasaan dan harta.
.
"Kau meremehkanku Byun, kau pikir kau akan aman dengan keadaanmu sekarang!" menggertak namun lirih, tatapan tajam bagaikan sebilah pisau. Oh jangan lupa jika senyum evil nampak di wajah cantiknya.
"Apa ancamanmu. Aku sudah tahu bagaimana menghadapi orang sepertimu." Seolah menantang, meski dalam hatinya merasa takut.
"Kau lupa bagaimana statusmu, lihatlah wanita di sampingmu apa kau lupa?" menunjuk dengan dagunya, terlihat senyum penuh kemenangan dari wanita cantik tersebut.
"apa yang kau mau?" tak kalah tajam Baekhyun mengumpulkan seluruh keberaniannya. Dia tidak bisa meremehkan wanita di depannya.
"Ikut aku dan kau akan tahu. atau kau enggan dan melihat rasa malu untuk adikmu." Sembari melirik lembaran majalah yang sudah terbuka. Sebentar lagi majalah itu akan berpindah menjadi halaman belakang. Oh sungguh sial! Pikir Baekhyun ketika foto laknat itu terpampang dan menyebar sampai sekarang. Baekhyun pikir sang pemilik majalah tidak akan menyebarkannya sampai ke Korea. Dan nyatanya... semua keluar dari ekspetasinya.
"Siapa kau! Apa maumu, hah!!" kesal sudah Baekhyun saat ini. rasanya dia ingin membunuh wanita di depannya jika tidak ingat dosa. Baginya, tak ada yang boleh mengotak-atik kehidupan adiknya. cukup jangan sampai Taehyung mendapatkan masalah.
"Awas saja jika kau merencanakan sesuatu yang buruk pada adikku wanita ular!" sergah namja dengan tubuh mungil itu, hampir saja kaki kanannya bergerak hendak berdiri. Jika saja ia tidak ingat kalau dia belum bisa bangun karena efek obat. Tapi.... rasanya Baekhyun ingin sekali menghempaskan wanita kurang ajar di depannya.
"Jangan tanya padaku. tanyakan pada tuan Mo." Ucap wanita cantik itu. menaruh atensi pada pertunjukan di depannya.
"Tuan Mo?" mengernyit kedua alisnya, merasa terheran dengan nama yang diucapkan wanita tersebut. hingga pada akhirnya dalam otaknya Baekhyun terus berpikir, adakah nama yang dikenal olehnya.
"Aku akan memberimu kesempatan. Datanglah besok malam, di bar. Aku akan mengirimkan alamatnya di gmail. Tenang saja akses mengenai dirimu semua ada. Tak perlu repot menulis nomer kontakmu." Dengan pedenya wanita cantik itu memakai kaca mata hitamnya. Tersenyum tipis meski samar, yang sayangnya tak dilihat oleh Baekhyun yang sibuk dengan ribuan pertanyaan di otaknya.
Dan satu lagi siapa tuan Mo yang dimaksud?
"Aku Shin Ha, aku asisten pribadinya. Selamat menikmati malammu, dan tenanglah karir adikmu akan aman asal kau mau datang, oke.." berbisik dengan jarak cukup dekat. Melihat bagaimana wajah penuh amarah Baekhyun membuat ia senang. cukup senang dengan respon kemarahan namja mungil di depannya, dan terkekeh ketika melihat keringat yang kentara akan rasa gugup keluar. sepertinya Baekhyun takut akan suatu hal, dan Shin Ha tau akan hal itu.
"Permisi, bisakah kau menolongku. Noona..."
Berjalan, melewati Baekhyun yang enggan mengalihkan pandangannya. Meski kedua telinganya masih mendengar interaksi dari yeoja di sampingnya. Namun, Baekhyun yakin jika Shin Ha melakukan sesuatu untuk mencegah rasa takutnya.
Akankah dia harus bersyukur?
Atau malah...
Takut?
"Tolong bantu aku mencari toilet."
"Oh tentu, mari ikut saya."
Ditaruhnya majalah itu tepat di samping Baekhyun. membuat Baekhyun bisa melihat dirinya yang sedang berada disana. dirinya yang tabu dan laknat. Dirinya yang terjebak dalam pekerjaannya, dan dirinya yang pernah menikmati uang dari hasil menjijikan. Dirinya yang...
Dirinya yang...
Yang...
Yang...
.
Taptaptaptaptaptap.....
.
.
.
.
Berjalan....
.
.
.
Menjauh....
.
.
.
Seperti gelap pada Baekhyun.
.
.
.
Sendiri....
.
.
.
Hilang...
.
.
.
Dan.....
.
.
.
"Taehyung."
Tes...
Ingin rasanya Baekhyun merosot sekarang juga.
..............................
Kyungsoo tak tahu kenapa dia bisa dipanggil datang kemari. Kini dia berada di dalam kamar sang tuan muda. Dengan tubuh memunggunginya. Duduk dengan televisi pribadinya, seakan ragu Kyungsoo bertanya. Entahlah ada rasa gugup dalam hatinya. seperti merasakan aura berbeda dari dalam sini.
"Luhan hyung, anda perlu apa? hingga anda memanggil saya." Sikap sopan dan juga hormat yang sangat besar pada tuan mudanya. Membungkuk hormat walau si tuan muda tak melihat sikapnya secara langsung.
"Duduklah." Terucap singkat dan jelas dengan Luhan yang menepuk-nepuk sofa kosong di sampingnya. Di depan televisi layar lebar miliknya.
Kyungsoo hanya bisa mengangguk, tak ada hal yang bisa ia lakukan selain menurut. Yang ia tahu jika tuan muda sedang membutuhkan seseorang untuk menemaninya menikmati acara televisi malamnya.
"Temani aku, disini aku bosan Kyung. Apakah aku harus menyeretmu agar kau duduk di sampingku?" tanya Luhan sekali lagi, menolehkan kepalanya dan mengulas senyumnya. Senyum yang manis.
"B-baik tuan." Kyungsoo meng-iyakan permintaan Luhan. Tak ingin membuat majikan mudanya kesal atau marah. Kyungsoo, segera mendudukan pantatnya dan merasakan nyaman setelahnya duduk di samping Luhan yang sedang melihat film action hollywood.
Yang Kyungsoo sendiri juga tidak tahu akan jalan ceritanya. Meski dialog sang pemain sudah di tulis dalam bahasa Korea.
Ketika namja bermata bulat itu melirik, yang ia lihat adalah Luhan yang datar dan juga tenang. Menikmati film aksi di depan layar disana. Kyungsoo hanya diam, dan diam terlalu bingung dan kaku. Mungkin ini membuat Luhan menyadari ketidaknyaman namja bermata bulat disampingnya.
1 menit...
2 menit....
3 menit....
4 menit....
5 menit....
.
.
.
.
"Tujuh hari kemudian, daun akan jatuh. Musim gugur akan segera selesai. lalu, apa kabarmu Kyung? Kau tak rindu padaku?"
Kyungsoo mengernyit heran, menerka benarkah ini suara namja di sampingnya atau ia salah dengar.
"Nihao.... kau sedang apa?" suara layaknya anak kecil dengan aksen cadelnya jangan lupa logat khas seorang anak. membuat Kyungsoo membulatkan kedua kelopak bundarnya.
Menoleh...
Ingin segera tahu apa yang terjadi, melihat sesuatu yang memang harus diketahuinya. Apalagi saat ia tahu jika Luhan menirukan gaya suara yang tak asing baginya. Gaya khas yang ia hafali dan ia ingat, khas dari seseorang bayangan di cermin. Seseorang yang ia tahu. yaitu, dirinya....
"Lama tak berjumpa Kyung. Lulu ingin bermain ketapel dan rumah dari batu."
Deg!
' Ketika sesuatu mengejutkanmu, maka saat itulah kau akan merasa mati. Jantung yang seketika berhenti memberimu kabar bahwa kau tak bernyawa. Tapi, jika kau masih bernafas saat masih terkejut, yang patut kau syukuri adalah... kau masih disayang oleh Tuhan.'
Kyungsoo terkejut dengan mulut yang membulat berbentuk 'o'. Berbeda terbalik dengan Luhan yang tersenyum. Senyum yang mengingatkan Kyungsoo akan....
"Maafkan aku Kyung, aku membuat eommamu tiada dengan kau yang celaka. Maafkan aku Kyung yang membuatmu amnesia sebagian."
"Lu-Luhan hyung." lirih dan lemas, rasanya ini seperti mimpi. Otak yang secara otomatis memutar memori laksana film dokumenter. Membuat masa lalu itu terulang, dan terulang serasa kejadian tersebut terjadi beberapa menit yang lalu.
Darah...
Dirinya yang merasakan sakit di kepala...
Dan terakhir sang ibu yang berusaha mengeluarkan seseorang dari mobil yang hendak terbakar. Gambaran samar mengenai sang ibu yang menggendong tubuh seorang bocah, namun karena suatu hal sebuah truk menabrak tubuh ibunya hingga terpental.
Yang Kyungsoo lihat adalah, sang ibu melindungi bocah berdarah cina dalam pelukannya. Membuat seluruh darah tercetak di kulit putihnya.
Merah...
Merah...
Merah...
Eomma....
"Kau??!!"
"Maafkan aku, sobat."
Tes...
Untuk pertama kalinya, Luhan menjatuhkan air matanya. menangis untuk pertama kalinya, di depan seseorang yang menjadi kenangan masa kecilnya. Juga masa kelam yang untungnya sempat terlupa oleh sahabatnya. Hanya saja, Luhan dihantui rasa bersalah. Bersalah karena sikap bocahnya, dan menyesal karena membiarkan hal buruk terjadi pada orang terdekatnya.
Tentu saja, hal itu membuat....
"Teman..." Terucap dengan air mata yang lolos dari kelopak. Sebuah drama babak penyelesaian yang sebentar lagi tiba. Dimana konflik semakin memanas. Tepat dimana malam ke
satu sebelum daun jatuh terakhir.
Sebelum...
Baekhyun menepati janji untuk pergi....
Dan Luhan yang segera memulai janjinya.
Janji bak penyambutan daun gugur terakhir...
Pertanda apakah ini? apakah akhir dari cerita ini sudah nampak?
.........................
.
.
.
"Baekhyun hyung aku menyayangimu, janji jangan tinggalkan Tae."
............................
Tbc...
Hai semua kembali lagi dengan author yang kacangan ini. alhamdulilah bisa up satu cerita yang kalian tunggu, dan bikin kalian semangat buat baca setiap kisahnya.
Btw maaf gantung, biar makin degdegan saat kalian baca ehe....
Mungkin sapaan ini terlihat singkat tapi percayalah coretan singkat ini mewakili setiap ucapan panjang lebar dari saya.
Sekian dari saya, kecup manja penuh cinta untuk kalian.
Semoga kalian sehat dan bahagia selalu...
Gomawo and saranghae...
#el
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro