가을에 태어난 그로부터의 반역 (73)
"Menunggu adalah sesuatu yang memang sangat menyebalkan akan tetapi menunggu kematian adalah sesuatu yang tak diinginkan, pertanyaannya... sudahkah kau hidup dengan berguna sementara dirimua hanya berusaha menendang masalah dan mencoba lari dari kenyataan. Tanpa kau sadar semua malaikat telah memperhatikanmu, jadi... lebih baik kau menunggu dan menjalankan kehidupan semestinya, karena mati tak bisa kau hindari."
.
.
(Author **** POV)
Siapa bilang Baekhyun akan selalu menangis dan lemah juga pasrah dengan kenyataan saat seseorang mencoba menghancurkan seluruh atensi kehidupannya yang terhitung oleh waktu. Dia pemuda tangguh yang berjuang sampai sekarang demi sang adik dan mengabaikan dirinya sendiri untuk kepentingan dia yang sedang ditahan penjahat egois dalam hidupnya, ayahnya.
Wajahnya yang membiru tak dia pedulikan saat tatapanya nyalang dia edarkan pada seluruh orang disana, dia baru saja mengeluarkan ludahnya saat menghajar seorang pria yang mempunyai jago dalam bela diri samurai. Dengan keras Baekhyun membanting pedang itu sampai seluruh orang tergagap kecuali Luhan yang memperhatikan pertandingan itu berakhir dengan epic, Byun Baekhyun menjadi pemenangnya.
"Aku menang dan jangan campuri urusanku Zou."
Dia menunjuk telunjuknya ke arah pria disana, dia bahkan menatap jengah pria yang ada di singgasananya itu dia bahkan tak terima saat kematian ibunya yang dibahas dengan membawa hak waris yang diterima sang adik, dalam pergulatan ini dia menang meskipun lawannya berbadan besar sekalipun. Dia juga sukses membuat beberapa tulang pria itu padah dengan goresan samurai yang lumayan dalam, meskipun dia hampir membunuhnya bukan berarti namja itu manusia kejam dan Bekhyun berbaik hati membiarkannya hidup meskipun dia baru saja melihat tatapan marah itu.
"kau memang cucuku, Baekhyun jangan mengelak dengan ucapanku." Dia bersikeras dan seperti membujuk agar namja dengan wajah tampannya itu percaya. Sementara Baekhyun hanya bisa tersenyum meremehkan, dia ingin tuli pada waktu itu juga.
"Hahahaha..." Bukan jawaban tapi tawa yang menggila dari bibirnya, Baekhyun bahkan membuat hal ini seperti lelucon. Beberapa orang yang habis menyaksikan pertarungan itu seakan menggeleng dan heran dengan reaksi Baekhyun. sementara Luhan memperhatikan semua itu dengan detail, dia bukan orang yang bodoh dan meremehkan Baekhyun sejak awal. Bahkan namja berdarah Cina itu sudah tahu bagaimana potensi dan kemampuan sang adik dan siapa sebenarnya Baekhyun.
"Kenapa kau tertawa? Apakah menurutmu ini lelucon?" mengangkat sebelah alisnya, sang kakek menatap namja muda itu dengan tatapan tak suka dibuat candaan.
"Jelas saja hahaha... kau ini mengatakan aku cucumu. Lalu menunjukan bukti bahwa kau ayah dari ibuku sementara ibuku tak pernah mengatakan siapa dirimu, apakah kau bagian dari keluarga Byun? Sementara kau sudah membuang ibuku dan nenekku." Baekhyun tersenyum miring dia menatap menantang ke arah Zou yang diam dengan membalas tatapan datarnya. Tak ada ragu dan ketakutan di wajah Baekhyun, seperti biasa yang ia tujukan di depannya.
"Kau tidak tahu apapun tentangku nak." seakan dia mengelak dan membuat Baekhyun semakin tertawa terpingkal sampai perutnya sakit.
"Ya, dan kau juga tidak pantas menjadi bagian keluarga Byun, Kakek! Aku muak dengan kebohongan ini bahkan aku muak di depanmu. Sudah berapa banyak orang yang kau bunuh dan sudah berapa banyak korbanmu, bahkan kau membuat cucumu sendiri terjebak dalam kesalahan."
"Jangan bicara sembarangan kau ku pilih untuk menjadi bagian dari keluarga akan tetapi ibumu mengataiku sebagai manusia yang tidak beradab, aku memang menjadi ayah sejak usiaku 17 tahun tapi bukan berarti aku bodoh menjaga putriku." Dia mengatakannya dengan gamblang hingga beberapa orang yang ada disana termasuk Luhan tahu. berita apakah ini? dimana semua orang tahu bahwa pria itu bukanlah penjahat biasa.
Baekhyun berjalan mendekati tuan besar di depannya dengan membawa harga dirinya, juga luka bekas perjuangannya. Dia tahu bahwa dia bodoh menantang pria yang berambisi besar sepertinya akan tetapi tak ada hal lain yang dia takuti selain Tuhan. Jika dia berharap Baekhyun akan bertekuk lutut dan menyembah kakinya, sepertinya itu tidak mungkin karena dia tak akan segan melakukannya.
"Kau bahkan lebih buruk dari ayahku, tuan Zou. Apapun yang kau lakukan, aku tidak akan menjadi sepertimu, kau menjebakku tapi justru kau yang akan kalah. Ibuku bahkan tak menganggap ayah biadab sepertimu, kau pembunuh kejam." Dia mendorong bahu itu dengan jari telunjuknya, tersenyum tipis evil tentunya. Dia mengabaikan semua pandangan heran yang tertuju ke arahnya. Jauh disana Luhan juga tak akan menyangka melihat Baekhyun yang menunjukan sisi lainnya, seakan dia tak melihat Baekhyun yang sama, adiknya.
"Kau..." pria itu menahan ucapannya dia bahkan menatap tajam namja muda di depannya, tak menyangka jika kepribadian Baekhyun begitu banyak hingga dia tak bisa menebak bagaimana pola pikirnya. Dia menantang dan kenapa dia sendiri sedikit gemetar akan pertentangan yang muda tersebut, dan sialnya... dia melihat itu semua hingga namja muda itu lagi-lagi tersenyum meremehkannya.
"Kau takut dan aku tahu itu, hidup di dunia yang keras membuatku belajar apa yang aku inginkan aku harus berusaha bahkan untuk mengalahkan banyak orang sekalipun termasuk dirimu. Saranku... jangan membawa namaku dalam ucapan cucu, dan lagi aku Byun Baekhyun anak dari Byun Hyenjin, nama asli ibuku. Warga Jepang yang menjadi model majalah dewasa terkenal yang berusaha mempertahankan hak adiknya. Kau bahkan hanya lalat pengganggu, tuan."
Tidak ada sopan santun saat dia merasakan kesal luar biasa seperti sekarang, dia sengaja membuat giginya bergemelutuk dan membuang semua kekesalannya dengan melepaskan satu tendangan yang tepat mengenai salah satu pigura di belakangnya.
PRAAANGG!
"Aku akan menghancurkan anda seperti foto kebanggaan anda." Baekhyun sukses melepaskan tembakannya dengan pistol kesayangan keluaran rusia tersebut. bukan hal sulit untuknya yang sedikit bisa melakukan tembakan jitu, bahkan dia mempunyai keberanian penuh bagi orang yang mencoba membawa urusan mereka ke dalam lingkungannya.
Seketika membuat pria itu diam tertahan dia hanya bisa melirik pigura yang sudah hancur dan pecah, sebenarnya Baekhyun pria seperti apa dia bahkan tak pernah melihat sisi itu seperti sekarang. Bahkan dia semakin memedam rasa gemetar saat melihat mata Baekhyun yang menatap tajam ke arahnya, di baca dengan jelas bagaimana manik matanya mengatakan bahwa dia tidak setuju dan akan selalu menolak keberadaannya.
"Aku bisa saja menjadi monster untukmu jika kau tidak menghentikan semua ini. Bahkan aku sudah menandaimu saat kau memanfaatkan Luhan hyung, kau akan memanggilku monster saat aku bisa membunuh anak buahmu suatu hari nanti."
Kedua tangan tuan Zou meremat dengan keringat dingin, dia mendengar ucapan yang sengaja ditenkankan di pendengarannya. Baekhyun seolah ingin membunuh seluruh sendinya dengan ucapannya yang mematikan dan itu semua bukanlah sebuah kebohongan.
Ketakutan?
Entahlah yang jelas pria itu menahan ludah kesusahan, saat dengan cepat Baekhyun enyah dari hadapannya. Dia juga mengambil Heckler and Koch (HK414) . Dia pergi meninggalkan kawasannya bersamaan dengan Luhan yang menjatuhkan jempol jarinya turun ke arah pria yang masih duduk disana.
Harga dirinya dijatuhkan oleh kaum pemuda ingusan yang kecanduan narkoba disana, dia merasa bahwa dia diremehkan oleh beberapa pihak dan itu semua karena satu orang. Otaknya berusaha menenangkan sebagian saraf otaknya yang sedikit pecah karena pening dan dia juga masih menetralkan pendengaran di telinganya yang berdengung karena tembakan pistol yang memecah keheningan ruangannya.
Tanpa permisi mereka sudah angkat kaki, dan dia juga entah kenapa seakan tak melakukan perlawanan membiarkan senjata misil yang dia beli di bawa begitu saja. Bahkan asistennya mencoba menenangkan tuannya seakan tak mempan, kesal dengan kejadian yang berlangsung tak lebih dari tiga menit membuat pria dengan segala kuasanya itu melempar botol wine miliknya dan mengumpat dengan kata paling kasar yang bahkan orang pun lebih menutup telinganya.
"Keparat kau Baekhyun." pada akhirnya dia menghembuskan nafasnya dengan kesal dan menatap pintu keluar yang sudah tertutup sempurna. Dia mengambil samurai dan melemparnya hingga menancap dinding, pelampiasan kekesalan yang luar biasa sampai membuat beberapa anak buahnya memilih menjauh.
Sepertinya ada yang tumbang satu meski bukan tubuh...
Sepeninggalnya mereka dari markas tersebut, Luhan dan adiknya sudah memasuki mobil. Kali ini merka akan menuju ke tempat dimana Taehyung disekap, dan sembari menjalankan mobilnya dengan fokus Luhan mengambil suara terlebih dahulu untuk memecah keheningan dari dua saudara berbeda orang tua tersebut.
"Tadi itu sangat keren." Pujinya dengan mengulas senyum miringnya, sungguh dia memang mengatakan dengan jujur bagaimana kerennya sang adik saat menunjukan sisi interaktifnya.
Baekhyun meminum air mineral dalam mobil disana, dan menelannya dengan santai. "Entah kenapa kepalaku merasa sangat mendidih aku bahkan tak bisa berfikir jernih, dia ingin menghabisiku sebelum aku menyelamatkan adikku. Samurai gila, yang benar saja huh!"
Luhan tertawa renyah dia memang pandai menangkap maksut sang adik, memang gila bahkan dia hidup di dalam kegilaan ini. "Kau melakukannya untuk melindungiku juga bukan? Kau ingin aku lepas dan berhenti menjadi pecandu." Dia membelokan mobil mengambil rute tersembunyi yang dia yakini bisa menjadi kamuflase. Sementara dia dengan mobil di lainnya juga sudah sangat siap untuk meruntuhkan istana yang akan mereka datangi.
"Kau sangat pandai dalam menebak logika, tapi kuharap setelah ini selesai berjanjilah kau akan lepas dari jeratan obat itu hyung." Baekhyun berharap sang kakak berubah dan kembali seperti semula dimana Luhan yang tak pernah mengabaikan kebaikan dan menjauhkan dirinya dari peliknya dunia hitam. Baekhyun sudah pernah terjebak dalam hal rumit dia tak ingin sang kakak bertindak jauh.
"Kau sangat baik dan terlalu memikirkanku, jika aku jahat padamu aku sudah mengusirmu dari mobilku atau menembakmu." Luhan seakan tak menoleh dia juga tak berekspresi seperti tadi, seperti tersenyum hangat.
"Tapi nyatanya kau tidak melakukannya, kau seperti mendengarkan apa yang aku bicarakan. Aku tak mengguruimu tapi... hidup masih panjang banyak yang harus kita raih dan nikmati." Baekhyun menatap perjalanan yang malam, lampu mobil sudah menerangi bagaimana mereka membelah malam menuju tempat yang dinamakan gerbang neraka iblis berwujud manusia.
"Kau orang yang pandai bersyukur Baekhyun." Luhan selalu memujinya dan beruntung Baekhyun sendiri bukan namja yang gila akan pujian.
"Aku hanya mencoba lari dari lubang hitam yang sama, Run.. Run.. Run.."
"I'am will call you monster."
Baekhyun tertawa dia bahkan menatap sang kakak dengan wajah yang memanipulasi dengan candaan dan juga keakraban yang pecah, Luhan memainkan lidahnya dan sengaja membasahi bibirnya dengan lidahnya dia akan menikmati permainan ini sampai menunjukan siapa yang menang di depan Tuhan. meski semesta mendung bukan berarti hujan dan tak ada alasan untuk menunda di hari seperti ini, dia bahkan tak butuh sayap atau sihir untuk menang, mereka hanya membutuhkan kerjasama dan kemampuan.
"Kita akan sampai di sarangnya, kau siapkan dirimu Baek. Jangan ada ampun..." seperti sebuah permintaan dengan ucapan kode, dia meminta agar Baekhyun menuntaskan dendamnya, dia melihat sang adik yang menoleh ke arahnya dan memperhatikan manik mata sang adik disana. "Aku akan berhenti menjadi pecandu, untukmu dan juga Taehyung."
Sepertinya ada sebuah kesepakatan yang baru saja terbentuk dan saat itulah sebuah tos tangan itu terjadi, baik Baekhyun dan juga Luhan mereka berdua akan sama-sama menuntaskan hingga keduanya tertawa secara bebarengan.
"well, aku akan mencarikan tempat rehabilitasi yang tepat untukmu."
Sial!
Luhan hanya bisa meninju pelan bahu sang adik dengan pelan, sang adik mengeluarkan lelucon recehnya lagi, anehnya... dia malah tertawa.
.........
"Appa lepaskan aku dan jangan membuat perselisihan semakin pelik, aku ingin bertemu dengan hyung. Aku menyayangimu appa, tapi kau membuat pilihan yang sulit untukku."
Itu Taehyung, dia berhadapan dengan sang ayah yang sedang menghitung jumlah kekayaannya, dia nampak sedikit kesal saat mendengar sang anak mengatakan demikian ini masih petang dan sang anak berhasil membuat dia jengkel luar biasa. dia bahkan sudah tak sedap untuk meneguk kopi kesayangannya yang sudah dingin.
"Kau membuat ayahmu marah Tae."
Taehyung terdiam akan tetapi gejolak mudanya tetap saja memprotes tindakan sang ayah yang mulai melampaui batas, dia tak ingin kedua kakaknya mati atau terluka dan Taehyung tahu itu semua siapa ayahnya dan kenapa dia melakukannya.
"Appa hanya ingin harta warisanku saja kan? Eomma meninggalkannya untukku, dan appa ingin mengambilnya. Apa appa tidak malu dan malah membuatku semakin membencimu?" Taehyung menatap dengan sangat tajam ke arah ayahnya dia sudah tak takut ataupun gemetar dia tahu bahwa dia benar jikapun salah tak apa, dia memiliki pedoman untuk belajar dari kesalahan sesuai dengan apa yang kakaknya ajarkan.
"Kau mengatakan tak masuk akal." Tuan Kim mengelak bahkan dia enggan menatap wajah anaknya yang mulai mendurhakainya.
"Maafkan aku jika aku salah akan tetapi semua itu benar bukan? Hyung membawa wasiat eomma, aku sudah mengerti bagaimana tabiat appa sementara aku sudah kau bodohi, aku tahu saat aku menemukan barang peninggalan eomma di dalam tas Baekhyun hyung. appa ingin mendapatkannya dengan membawaku karena aku hak pilih, sementara appa berencana menjauhkan hyung dariku agar appa bisa mendapatkan pulau itu. eomma.. dia sudah membuatku sadar jika kau sangat jahat, appa."
Jujur saja sang anak bahkan tak bisa menangis lagi, dia merasa percuma untuk membuang air mata ini demi ayah egois yang ada disana, bahkan luka di hati si bungsu sudah menganga. Dia memikirkan semua ini sendiri, dan saatnya dia tahu bahwa sang kakak menjaganya dengan baik hingga dia berniat untuk menyudahi hubungan dirinya dengan sang ayah, kecuali jika ayahnya mau berubah.
"Kau hanya anak ingusan yang tak tahu apapun." Hardik sang ayah bahkan dia membentak dengan nada lumayan keras, membuat Taehyung sebentar menutup matanya karena terkejut.
"Kalau begitu lepaskan aku, jika aku ingusan tak tahu apapun. Aku ingin pulang ke rumah kakakku." Dia memintanya sekali lagi, kali ini dengan nada dingin yang ia tujukan pada orang yang membuat dirinya tak nyaman.
"Ini rumahmu Tae!"
"Bukan, ini penjara! Rumahku ada bersama Baekhyun hyung dan eomma juga rumahku untuk pulang. Aku merindukan eomma, bahkan aku menahannya saat kau memintaku mencoba melupakan eomma dan hyung. Tahukah kau appa, kau secara tak langsung mengajarkanku menjadi senjata yang akan menjatuhkan dirimu, aku menghormatimu tapi itu dulu sebelum aku tahu kebenarannya, dan lagi jangan bawa Baekhyun dalam bahaya atau aku akan membencimu-"
PLAAAKKKKK!!
Suara apa itu, terdengar keras sekali dan membuat tatapan ketidakpercayaan datang padanya, Taehyung merasa jika pandangannya buram karena dia menangis dan juga pipi yang nyeri serta bekas merah karena habis ditampar. Apa ini? kenapa semua terasa menyebalkan, sampai dia menatap sang ayah dengan bebal. Taehyung hanya bisa menggelengkan kepala dan tersenyum tak percaya.
Apakah pria di depannya adalah ayahnya?
Sementara Tuan Kim berusaha untuk menenangkan pikirannya yang kalut sampai dia kelepasan meskipun dalam hatinya dia tak menyesal dengan apa yang dia lakukan pada putranya.
"Appa...."
Kecewa? Tentu saja bagaimana tak kecewanya Taehyung saat dia mencoba memberikan sedikit pencerahan agar ayahnya sadar. Akan tetapi dengan mudahnya sang ayah memojokan dirinya dalam tamparan maut dan membuat sketsa dalam cerita takdir ini sebagai orang yang salah...
sungguh menarik, bahkan manusia seperti itu tak berani mengakui kesalahannya. Sang ayah mengecewakan dirinya dan juga membuat dia yakin bahwa begitu buruk perlakuannya.
"Aku membencimu ayah, kau membuatku semakin membencimu."
Taehyung tak munafik akan hal itu dan dia memang melakukannya dengan alasan, bagaimana egois dan keserakahan ayahnya akan bertahan lama saat semua anaknya membenci dan menjauhinya. sakit itu nyata dan Taehyung sudah merasakannya, bagaimana tidak? Dia merasakan hal itu semakin teriris seiring berjalannya waktu dan menunjukan bagaimana dia berusaha tegar di depan sang ayah agar tidak lagi dianggap remeh.
Hanya kepalan tangan yang menahannya agar tetap bertahan dalam zona sabar, akan tetapi di saat dia memang ingin melangkahkan kakinya mencoba meninggalkan tempat itu, Taehyung sudah muak dengan sikap sang ayah yang sudah melebihi batas dia untuk dalam zona sabar. Dia juga sudah membawa tasnya mengambil beberapa bajunya yang lain, akan tetapi tanpa dia tahu bahwa ayahnya sudah mempersiapkan beberapa penjaga yang menahannya untuk keluar dari rumah ini.
"Kau tidak akan bisa keluar dari tempat ini nak." tunjuk sang ayah dengan tatapan menyalangnya dia juga sedikit mengancam sang bungsu dengan membawa nama orang terdekat anaknya, sekedar memberinya rasa takut yang berarti. Tapi apa? Taehyung seperti tak gentar padanya dia juga mencoba menelusupkan dirinya diantara orang berbadan besar disana, hendak melewati mereka dan menggeser tubuh mereka dengan sedikit perlawanan. Sementara sang ayah diam dengan membalikan badannya menatap lukisan monalisa yang terpampang nyata di kantornya.
Sebentar memejamkan matanya dengan nafas yang dia hembuskan pelan, dia mencoba menetralkan segala pikirannya dia tak ingin keras dengan sang anak akan tetapi, Taehyunglah membuat dia seakan tak punya pilihan lain. Ini bukanlah suatu kesalahannya semua... ini juga kesalan mendiang mantan istrinya yang kenapa selama hidupnya tak bisa diajak kerjasama, menurutnya warisan sebesar itu tidak pantas jatuh ke tangan anaknya yang ceroboh dan mempunyai akal pikiran yang belum memadai. Dia adalah bos besar dan semua tunduk padanya tak terkecuali...
"Kalian ikat Taehyung dan kurung dia di kamar, jangan biarkan siapapun membebaskannya." Ucapnya dengan helaan nafas yang sedikit berat dengan dia yang seakan menanggung beban di punggungnya.
Taehyung tereranjat mendengarnya dia bisa mendengar bagaimana helaan nafas sang ayah itu ada sementara printah itu ada dan Taehyung ingin melaknatnya jika tidak ada dosa.
"Appa, apa yang kau lakukan?!"
Taehyung memberontak ketika dua pria berbadan besar menahan tubuhnya dia mencoba melepaskan diri namun gagal, cengkraman di tangannya teramat kuat dan terasa dia ingin di cekik saja. hanya bisa meringis menahan cengkraman biru di lengannya, diintimidasi oleh ayahnya sendiri bagaimana mungkin?
"Bawa dia masuk, jangan sampai orang menemukannya dan kalian sisanya bawa semua pasukan untuk di depan karena ada pertempuran siapkan senjata terbaik kalian."
"APPA LEPASKAN AKU, APPAAAA..."
Digeret paksa seakan namja itu tanpa daya, dia dibawa masuk ke dalam sebuah ruangan menunju kamarnya dengan penjagaan yang ketat. Sang ayah seakan tuli dan membiarkan anak buahnya mengerjakan tugasnya dia juga menelfon seseorang untuk menjaga daerah kekuasaanya. Sepertinya tidak main-main dan waktu sudah menunjukan pukul tujuh malam dan disaat tak terduga, sebuah suara meledak terdengar di depan rumah...
"Bos, mereka datang melakukan penyerangan!"
"Siapkan senjata kalian dan panggil Lee Tak untuk maju di garda depan."
.
"Suara itu..."
Taehyung tak tuli dia mendengar, suara ledakan dan letupan sebuah pistol. Sang kakak... dia melakukan penyerangan.
Taehyung apa yang akan kau lakukan sekarang?
..................
Tbc...
Hai semua apa kabar kalian? Alhamdulilah sudah up dengan laptop seadanya dan semoga kalian suka, aku sudah usaha ngebut dan ini hasilnya kalau terlambat up berarti aku belum ada laptop yang free dan aku pakai laptop yang lama tapi masih aku sayangi.
Jangan lupa apresiasi kalian, jangan sampai kalian bosan ya.
Untuk next chap sediakan camilan oke...
Salam cinta dan bahagia...
Tetap jaga kesehatan dan jangan lupa makan yang banyak oke...
Gomawo and saranghae...
#el
22/06/2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro