
가을날, 미안해. (13)
'Adakah harapan yang akan terkabul untukku? Yang kutahu aku terlalu takut untuk menghitung berapa banyaknya daun yang masih bertahan di atas sana. Menyaksikan bagaimana daun menguning itu jatuh, membuatku berpikir bahwa. Aku hanya bisa menghitung sisa umurku dari banyaknya daun yang bertahan, tapi sampai kapan? Padahal setiap aku memejamkan mataku, aku terlalu takut untuk menghadapi esok, untuk terbangun seperti biasanya, dan aku terlalu takut jika esoknya aku bangun berada di tempat lain, mengetahui bahwa ragaku masih terbaring di sana dengan kaku, tanpa adanya suara detakan seperti biasanya, tapi... bisakah aku berharap, jika suatu hari nanti ada air mata tulus yang menangis untukku?'
-Byun Baekhyun-
.
(Author *** POV)
"TAEHYUNG???!!!"
BRUKKKK....
Suara teriakan seseorang yang memanggil namanya ditambah suara seseorang yang menubrukan dirinya pada seseorang. Jangan lupa akan kedua bola mata yang membola sempurna kala melihat seorang namja dengan tubuh yang lebih mungil dan juga hampir sama dengan tinggi badannya, memluk erat pinggangnya menenggelamkan tubuhnya dalam tubuh kaku berdiri terkejutnya. Bukan hanya itu saja, terdengar juga bagaimana isakan sedikit lirih yang keluar dari bibirnya. Pada saat namja yang memeluknya sedang melampiaskan sebuah kata random yang tersirat akan kesedihan dan kekesalan secara bersamaan.
"Kim Taehyung kemana saja kau, kau membuat khawatir hyung."
Itulah sebuah kalimat yang di dengar oleh seorang Taehyung, namja muda dengan topi pedora juga kaca mata hitamnya tiba-tiba saja merasa membeku. Tak tahu dengan apa yang harus ia lakukan, bahkan dalam otaknya sedang sibuk mencerna apa yang terjadi saat ini. tak sadar jika namja yang terlanjur ia benci justru datang dengan tak terduga dan memeluknya.
"Taehyung kau hikkksss... dasar dongsaeng kurang ajar!!" itulah kalimat yang dilontarkan seorang Byun Baekhyun pada adiknya yang keras kepala itu. memukul lengan sang adik pelan tak salah kan?
Disana mereka mendapat tatapan terkejut dari dua orang yang berdiri tak jauh dari mereka, yang tak lain adalah seorang penyanyi muda berbakat nan cantik Jieun dan seorang namja bulat yang sedang berusaha mengatur nafas lelahnya setelah mengejar sahabatnya yang begitu semangat berlari ke arah Taehyung begitu melihatnya. Menatap bagaimana seorang Byun Baekhyun yang tiba-tiba memeluk Taehyung sang adik yang pergi dari rumah selama satu hari ditambah lagi disini cukup ramai memang mengingat mereka berdiri di pusat perbelanjaan dengan berbagai tatapan heran dari pengunjung yang ada disana. Ya, mengherankan apalagi melihat sebuah pertunjukan bak drama korea yang sering mereka tonton.
"Le...lepas!! ke..kenapa kau memelukku yaaakkkk!!!"
Mencoba melepaskan pelukan yang lebih tua, meski itu sia-sia lantaran Baekhyun telah mengeratkan tautan tangan yang memeluk pinggang sang adik begitu erat.
Mendorong tubuh itu, meski gagal dan Baekhyun terlalu gigih dengan pendiriannya. Apalagi kedua kepalanya yang telah menggeleng enggan melepaskan pelukan dari pinggang sang adik.
"LEPASKAN SIALAN!!!"
Memberontak, percuma saja bagi Taehyung apalagi emosinya yang sudah menggebu tak meluluhlantakan seorang Byun Baekhyun yang begitu kekeh memeluknya.
"LEPAS BAJINGAN SIALAN!!!??"
BRUKKKKK....
"BAEKKK!!!???"
Terkejut memang, membuat langkah kaki seorang Kyungsoo mendekat. Mendekat dimana sang tuan muda sekaligus sahabatnya itu telah sukses jatuh di atas lantai pusat perbelanjaan yang besar ini. suara pantat yang membentur dinginnya lantai sukses mengalihkan beberapa pengunjung disini, menatap tak percaya dengan mulut yang dibekap oleh tangan mereka masing-masing menunjukan bahwa bagaimana terkejutnya mereka. Apalagi melihat seorang namja mungil yang meringis kesakitan sampai menggigit bibir bawahnya saat mendapatkan dorongan kuat dari orang yang membentaknya. Jangan tanya siapa dia, yang pasti dialah orang yang Baekhyun pedulikan dan sayang walaupun orang tersebut sangat membenci Baekhyun yang notabene adalah kakaknya.
Tunggu....
Kakaknya?
Yang benar saja? Bahkan Taehyung pun tak pernah menganggap Baekhyun seorang kakak di matanya.
"Tuan muda Taehyung apa yang kau lakukan hah!!!??" kamarahan itu muncul meski kedua bibirnya terlontar kata hormat untuk anak dari majikannya.
Melihat bagaimana Baekhyun yang kesakitan akibat perlakuan kurang ajar sang adik membuat Kyungsoo tak percaya, berpikir bahwa kenapa di dunia ini masih ada adik yang durhaka pada kakaknya.
Bukannya takut atau merasa bersalah justru Taehyung mengulas senyum tipisnya, menunjukan bagaimana sadisnya dirinya. Membuat gadis cantik yang ada disana hanya diam menyaksikan bagaimana penyanyi yang sedang naik daun itu memperlakukan seseorang dengan tidak baik, atau malah sangat buruk baginya.
"Tak bisakah kau sopan dengan hyungmu? Kau terlalu kurang ajar Tae!!" yang benar saja Kyungsoo sudah tidak menggunakan kata 'tuan' di depannya. menunjukan bagaimana kesalnya dirinya. Sembari membantu sang sahabat berdiri Kyungsoo menatap tak suka ke arah namja dengan rambut coklat juga kaca mata hitamnya itu.
Taehyung? Dirinya tak peduli akan tatapan dari anak bawahan ayahnya itu. ya, menurut Taehyung dua orang di depannya bukanlah siapa-siapa, meski pada kenyataannya dulu Taehyung sangat akrab dengan mereka. Tapi itu dulu, saat dia masih bocah polos dan belum tahu apapun, bocah yang mudah di bohongi dengan kata-kata penuh kepalsuan dan harapan yang semu.
"Apa masalahmu?! kenapa kau yang marah. Lagi pula kau hanya anak bawahan ayahku! Dan lagi kenapa kau ikut campur urusanku dengan model menjijikan seperti dia!!" cukup lantang memang dan itu membuat beberapa pasang mata menatap kearah mereka. Cukup penasaran dengan apa yang terjadi sebenarnya.
Kyungsoo? Dirinya tidak tahu harus berkata apa. yang ia lakukan hanya memaapah sang sahaabat yang masih merasakan sakit, terutama di dadanya. Ya... entah hubungannya apa, yang pasti Baekhyun merasakan nyeri di dada kirinya. Tepat dimana jantungnya berdetak terasa cepat, pikir Baekhyun mungkin ini karena rasa terkejutnya akibat dorongan dadakan dari sang adik untuknya.
Jieun sempat hanya terdiam, mencerna ucapan Taehyung yang mengatakan bahwa... seorang Baekhyun adalah model menjijikan. Tapi apa maksutnya?
"Tapi anda keterlaluan Tae, tak tahukah kau bagaimana khawatirnya hyungmu?!!" ucap Kyungsoo tak kalah tegas, menatap tajam ke arah adik kurang ajar di depannya.
"Salahkan dia yang telah menamparku dan menyebutku sebagai seorang sialan! Beraninya dia melakukannya padahal dia sendiri adalah seorang sialan sebenarnya." Argumen Taehyung, dirinya memang tak mau kalah berdebat dengan namja mata bulat di depannya.
"Aku yakin kau adalah penyebabnya tak akan mungkin Baekhyun menampar seseorang secara sembarangan, jika bukan mulut atau perlakuan yang menurutnya kurang ajar. Aku yakin sifat burukmulah yang membuat Baekhyun kesal dan secara tak sengaja menampar pipimu itu!!!"
Memang benar apa yang dikatakan oleh Kyungsoo, membuat Taehyung sedikit tertohok akan ucapan yang tersirat akan sindiran halus. Dan Taehyung mampu merasakannya, jika ucapan namja di depannya merupakan sindiran keras.
"Diam!! tahu apa kau??! Justru aku mengatakan hal yang pantas untuk model dewasa menjijikan itu bukan!!?" tunjuk Taehyung, terlihat bagaimana tatapan kesalnya.
Mendengar hal itu membuat Baekhyun merasa pedih dan meremat dadanya kuat. Menahan agar rasa sakit itu makin lama makin teredam meski kenyataannya sulit memang.
Jieun? Merasa terkejut mengalihkan tatapannya ke arah Baekhyun yang menatap sendu dan menyedihkan ke arah adiknya yang sedang dirudung rasa emosinya.
"KIM TAEHYUNG KAU TI-"
"Dia memang benar Kyung, aku memang menjijikan..."
Sempat kaget saat kedua telinga Kyungsoo mendengar penuturan sahabat apalagi melihat bagaimana sendunya senyuman sang sahabat membuat Kyungsoo begitu miris melihatnya.
Saat ini Kyungsoo tak mampu berkata, terlalu larut dalam rasa bingungnya. Hingga akhirnya diam adalah pilihannya, dan membiarkan Baekhyun melangkahkan kakinya kemudian. Dilihatnya seorang namja dengan tubuh mungilnya berjalan. Melangkah ke depan dan menatap bias dengan rasa sayang ke arah sang adik, yang justru memberikan tatapan sinis dan dinginnya.
Saat jarak tubuhnya dengan sang adik telah dekat, saat itulah senyum manis di wajah tampan dan manisnya itu nampak. Mengangkat tangan kanannya, mencoba menggapai sesuatu. Hingga akhirnya Baekhyun dia....
PLAK!!!
"JANGAN SENTUH AKU HYUNG!! TANGANMU BERDOSA KARENA TELAH MENAMPARKU!!!" Tepisan yang begitu kencang di tambah sebuah cacian maki yang begitu menyakitkan. Membuat seorang Baekhyun harus terkejut menatap sebentar ke arah tangan kanannya. Menatap penuh dengan nanar dan kesenduan.
Sesakit inikah rasanya? Hingga sesak dan nyeri muncul begitu saja?
Apalagi dengan nyata sang adiklah yang melakukannya.
"TAEHYUNG???!!"
"Kyung, gwenchana..." sebelum Kyungsoo meledak justru Baekhyun sudah menenangkan sahabatnya. Memberikan tatapan penuh keyakinan ke arah Kyungsoo dan mengulas senyum tipisnya seakan mengatakan 'aku baik-baik saja.'
Dan Kyungsoo? Dirinya hanya diam sibuk dengan pikirannya. Yang memikirkan begitu baiknya seorang Baekhyun terhadap orang yang telah menyakiti dan menghilangkan rasa hormat dan juga kepedulian. Seakan semua baik-baik saja? Oh.. ayolah Kyungsoo tak sanggup melihatnya apalagi yang memerankan peran tersebut. terlalu rumit memang, tapi....
Taehyung?
Dirinya mengalihkan pandangan, enggan menatap sang kakak yang berdiri di depannya. bahkan dirinya enggan bernafas dalam ruang yang sama dengan sang kakak.
Tapi Baekhyun dirinya merasa tak apa, karena dia begitu mengerti akan sifat sang adik. Bagi Baekhyun Taehyung masihlah sama, seorang namja keras kepala dan juga kekanakan.
"Tae..."
"JANGAN PANGGIL AKU!!" membentak tentu saja, tapi tetap saja Baekhyun mengulas senyum teduhnya. Sayangnya Taehyung tak melihatnya.
"Taehyung..."
"Apa kau tuli kubilang jangan menyentuhku, dasar sialan!!!" menepis kembali namun tak enggan membuat Baekhyun menyerah begitu saja.
Bukannya menyerah Baekhyun masih sama, dengan senyum dan uluran tangannya.
"Saeng apa kau tidak takut dengan fansmu? Kenapa kau tidak memakai masker? Dan lagi aigoo... lihatlah rambutmu sudah panjang, kau seharusnya memotongnya sedikit agar terlihat rapi." Inilah salah satu Baekhyun perlihatkan, perhatian tulus yang tak akan disangka terutama Taehyung.
Yang hanya menatap bengong ke arah sang kakak yang sibuk mengusap dan merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Entah kenapa ada perasaan dalam diri Taehyung ketika tangan putih dan halus itu mengusap kepalanya, sekilas ingatan masa lalu bocahnya terulang. Penuh bahagia dan juga kasih sayang dirinya dengan sang kakak, apalagi masa lalu itu merupakan kenangan yang indah.
Hingga akhirnya Taehyung hanya menatap diam, sembari kedua netranya melihat apa yang dilakukan sang kakak. Seperti ego yang dikalahkan sebuah kelembutan.
"Kau seharusnya memperhatikan penyamaranmu Tae, kau tahu kau terlihat agak mencolok apalagi kau adalah bintang, tak seharusnya kau sembarangan keluar. jangan lupa memakai masker." Nasihat Baekhyun sebagai seorang kakak.
Dan Taehyung? Dirinya masih terdiam.... mencerna semuanya sembari menikmati bagaimana usapan sang kakak yang begitu telaten merapikan rambutnya.
"Kau harus bisa menjaga diri, kau tahu kau itu bintang. Dan bintang harus selalu mempertahankan cahayanya. Bagaimana kalau ada hatersmu yang menyadari keberadaanmu, melakukan hal nekat yang membuatmu dalam bahaya, hem?"
"......"
"Kau tahu, kau itu agak ceroboh dan pecicilan. Makanya hyung begitu khawatir, apalagi appa dan eomma mereka sangat khawatir."
"......."
"Nah kau terlihat tampan sekarang, dan maaf jika syal yang aku bawa jelek. Tapi setidaknya bisa menutupi setengah wajahmu bukan. Apalagi jika ada yang tahu, aku takut kau tidak aman." Tersenyum dan merapikan topi yang dipakai sang adik.
"......."
"You look perfect."
Tegas dan ceria, dua jempol yang diberikan. Dan juga....
"Ayo pulang, lalu kita ikut makan malam hem?"
"....." hanya tatapan dingin dan datar yang Taehyung berikan pada sang kakak. Menatap telapak tangan yang hendak membawanya untuk pergi. Pergi untuk kembali.
"Aku menyayangimu saeng..."
Dan salah satu kata yang mampu membuat seorang Kim Taehyung terkejut.
.
(Baekhyun **** POV)
Memejamkan kedua mata, mendongak ke atas. Membiarkan bagaimana matahari menyinari dan memberiku kehangatan, disini.... aku berdiri. Dengan wajah tenang namun senduku. Mencoba menahan sesuatu yang selalu bergejolak dalam diriku.
Membiarkan semua rasa lelah dan penatku hilang terkena angin yang berhembus menerpa tubuh mungilku. Dan aku biarkan rambut yang sudah mulai berubah warna sedikit menghitam ini bergerak ke belakang, mengikuti bagaimana rumput di bawahku berdansa lantaran sang angin mengajaknya bergerak.
Citcitcitcitcitcit...
Oh, bahkan suara burung kenari masih aku dengar, suara yang begitu indah bagaikan lagu simfoni, bagaikan lagu penenang bagi hatiku yang sudah terlanjur hancur dan lebur. Ingin rasanya aku melepaskan semua beban yang selama ini aku tahan, tapi dengan apa?
Bolehkah aku meminta pulang?
Entah kenapa aku ingin sekali pulang, dan meninggalkan semua ini. tapi apakah maksud hatiku yang meminta untuk pulang? Apakah aku pulang ke Jepang, tempat dimana ibuku dilahirkan, atau rumah lain yang tak aku ketahui?
Kenapa aku sebingung ini?
"Eomma, aku rindu padamu..."
Membiarkan suara hatiku berbicara, tanpa ada lisan di kedua bibirku. Dan biarkan saja aku yang tahu, hanya aku yang tahu bagaimana aku berbicara dengan diriku sendiri.
"Eomma, tak ada yang menginginkan aku disini..."
Tes...
Jujur ini terlalu menyakitkan untuk aku ucap meski dengan lisan, terlalu menyayat hati untuk aku ucapkan, dan terlalu menyedihkan saat orang-orang mendengar ucapan hatiku.
"Baek sakit eomma.... Baek sakit..."
Tes...
Tes...
Tes...
Tes...
Setetes demi setetes aku biarkan air mata ini jatuh, kubiarkan kelopak mata ini sembab. Dan kubiarkan semua buliran bening air mata ini membasahi manik netraku. Membiarkan kelopak mataku sembab, atau lebih baiknya bila air mata ini bisa tertutupi oleh hujan.
Hujan?
Apakah aku begitu bodoh mengaharapkan datangnya hujan, berharap bantuan dari mendung yang akan membawa setetes air untuk membasahi tubuh sekarat dan lemahku, bahkan yang aku tahu bahwa tidak akan ada hujan di musim gugur ini, mengingat bagaimana matahari masih memancarkan cahaya cerahnya meskipun sore menjelang.
Apakah aku begitu bodoh Tuhan?
'Aku tak pernah mengharapkan kelahiranmu hyung, bahkan aku berharap jika waktu di putar aku tidak ingin menjadi adik dari hyung sepertimu.'
tes...
akh, begitu menyakitkan saat aku mendengar ucapan pedas yang keluar dari bibir mungilnya yang dulu sering aku kecup penuh sayang di masa kecilnya. Atau bibir yang sering melontarkan kata manis, dengan ujaran manja yang selalu merengek padaku meminta sesuatu yang selalu ia inginkan. Atau bibir mungil yang selalu mencebik dan merengut lucu saat dia melakukan aksi ngambeknya, jika aku melarang dirinya yang menurutku memang tidak boleh dilakukan oleh bocah seusianya dulu.
'Aku benci Baekhyun hyung, aku benci dengan Byun Baekhyun, bahkan aku tak suka melihat keberadaanmu...'
Tes...
Tes...
Biarkan air mata ini jatuh, biarkan saja sang surya menyaksikan bagaimana aku menangis di depannya. menatap langit biru yang terhiasi kapas putih tipis di atas sana.
"Kau begitu menyakiti hyungmu Tae..."
Tes...
Tes...
Aku berharap aku tidak mendoakan hal yang buruk pada adikku.
'kau menjijikan di mataku hyung, dirimu, pekerjaanmu dan juga...'
Tes...
Tes...
Sungguh aku merasa sangat sakit saat ini. bukan jiwa atau raga yang sakit tapi, semuanya. Hati dan jiwaku sakit....
'enyahlah dan jangan kembali!!!"
Pengusiran yang begitu tepat dan menusuk menurutku, apalagi dirinyalah yang meminta.
"Tae, begitu ya..."
Tes...
Tes...
Menangis, namun masih memejamkan mataku. Menatap ke atas langit tak lupa aku mengulas senyum tipisku. Menjatuhkan beberapa buliran air mata dari kedua sudut mataku.
"Karena kau yang meminta saeng, hyung akan mencobanya..."
Apakah aku yakin dengan ucapanku saat ini?
Tentu saja, aku sangat yakin dengan ucapan dan pemikiranku.
"Eomma, Baek disini.... bisakah kau menjemput Baek eomma. Jemput aku dengan cintamu eomma, Baek merindukan eomma dan cinta eomma..."
Tes...
Aku menitikan air mataku, menjatuhkan buliran air mataku. Membentangkan kedua tanganku, dan membiarkan tubuhku tetap disini. berdiri di sini. Di tengah hamparan rumput dan bunga kecil yang mengitari jejakku.
"Tuhan bisakah kau mengabulkan harapanku?"
Apakah aku benar-benar putus asa?
.......................
(Author **** POV)
Begitu menyedihkan saat kedua manik netra yang berkaca itu melihat, dimana disana berdiri seorang namja dengan tubuh mungil dan wajah manisnya mendongak dengan ekspresi sendunya. Membiarkan tubuh yang terbalut dengan jaketnya itu tetap dalam posisinya.
Entah kenapa hati gadis itu begitu iba melihat seseorang yang ada disana, seseorang yang ia tahu dan ia kenal. Bahkan seseorang itulah yang pernah menolong gadis dengan nama lengkap 'Lee Jieun' itu.
"Baekhyun..." gumaman lirih yang lolos dari bibir penyanyi cantik dan mudanya itu. menatap sedih ke arah namja yang sedang.....
Menangis dalam diamnya.....
Seperti yang kalian tahu, bahwa semuanya sudah terjawab. Dan tahu bagaimana kehidupan Baekhyun yang sebenarnya, bahkan Jieun sendiri juga tidak tahu jika ada kisah dimana seorang adik yang begitu membenci kakaknya. meski Jieun tidak tahu apa masalahnya, tapi jujur saja Jieun begitu miris melihatnya. Apalagi dengan jelas bagaimana beberapa jam yang lalu dirinya melihat, melihat bagaimana seorang Byun Baekhyun yang ia kenal dan ia temui sekali di sini, di sebuah halte.... dengan hujan yang menemani waktu itu.
Seperti kejadian sepuluh tahun yang lalu, dimana seorang Lee Jieun bertemu dengan Baekhyun di masa kecil. Bahkan masih segar di ingatan Jieun saat Baekhyun membela dirinya, melindungi dirinya dari beberapa anak nakal yang pernah menggangu dirinya, dan mengembalikan permen favoritnya.
"Baek..."
Sekali lagi, ingin sekali Jieun membantu namja itu. ingin memberikan sebuah ketenangan, tapi bagaimana? Jieun saja tidak tahu dengan apa yang harus ia lakukan.
Hingga akhirnya Jieun, menutup kelopak matanya. menggenggam erat tas mahalnya, membiarkan angin menerpa dirinya setelah sang angin menerpa tubuh seorang Baekhyun. seperti memberikan sebuah sinyal atau perantara, dan Jieun merasa bahwa.
Baekhyun membutuhkan sebuah harapan.....
"Kau pria gula yang hebat Baek..." hingga akhirnya, seorang Lee Jieun menjatuhkan air matanya. ya memilih menjatuhkan air matanya, memegang sebuah permen yang sudah lama retak namun masih tertata rapi dalam bungkusnya. Menggenggam erat gagang lolipop berbentuk lingkaran itu, sebuah lolipop penuh kenangan, kenangan dari seseorang yang sudi menolong dirinya.
Dirinya yang seorang gadis lemah dan gendut.
"Semoga kau mendapatkan kebahagiaanmu Baek..."
Apakah ini salah satu doa tulus dari seorang Jieun untuk namja yang ada disana?
Dan biarkanlah Jieun memutar memori itu, memori dimana dirinya bertemu dengan bocah kecil dengan wajah manis juga sifat dewasanya. Seorang bocah yang rela dipukul habis-habisan karena membelanya dan seorang bocah yang mengajak dirinya berkenalan pertama kali. Menawarkan dirinya untuk menjadi sahabatnya, dan juga seorang bocah yang menjadi....
Tersenyum....
Meski kedua kelopak mata milik Jieun terpejam.
Merasakan debaran hati yang begitu kuat, dan jangan lupa... bagaimana perasaan gemuruh yang dirasakan Jieun saat ini.
"Tuhan aku tidak tahu perasaan apakah ini, tapi saat aku melihatnya kembali. Perasaan ini masih sama, aku masih merasakan debaran aneh dan detak jantung yang berdetak tak beraturan, Tuhan apakah aku masih memiliki perasaan pada penolongku itu?"
Rasanya kedua pipi Jieun bersemu merah tanpa ia sadari.
Oh... apakah Jieun benar-benar jatuh cinta?
.
.
.
Tbc...
Hai semua apa kabar dengan kalian semua? semoga baik-baik saja dan masih diberikan kesehatan oh ya btw adakah yang masih menunggu ff ini? maaf kalau lama soalnya author mendapaatkan kesempatan up hari ini. kayaknya aku lama nongol hingga membuatku menumpuk beberapa pemberitahuan, wkwkwk....
Maaf lama, doakan author biar bisa fast up, doakan author sehat selalu biar bisa up dan juga idenya lancar jaya. Oh ya nih ff dah sad belum? Kuharap hasilnya memuaskan ne... maaf kalau masih banyak typo dan gaje, kuharap kalian gak kecewa. Btw nih ff beberapa chap bakal end, semoga kalian masih semangat dengan lapak ini ya....
Saranghae and gomawo...
Bahagia selalu buat kalian...
Good bye, see you...
#el
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro