Autumn leaves (35)
" Tidurlah dan bermimpi, dengan begitu kau akan melupakan kesedihanmu. Ingatlah aku yang selalu disampingmu, sampai kapanpun. Karena aku adalah saudaramu. Saudara tak akan membiarkan saudaranya menderita. Percayalah..."
- Baekhyun –
" Aku sayang Baekhyun hyung..."
- Taehyung –
................................
(Author **** POV)
(Flashback **** ON)
PRAAANKKKKK!!
Sesuatu yang pecah, menghancurkan keheningan yang terjadi sejak matahari terbit. Ini masih pagi dengan jam dinding yang menunjukan angka 06.30. dan kenapa suara pecahan tersebut sangat keras dengan seseorang yang berteriak setelahnya.
Membuat seorang anak yang ketakutan meringkuk di bawah meja makan yang dilapisi oleh taplak putih mewah. Suara tangisan lirih yang tertahan karena gigitan bibir bawahnya adalah tanda ketakutan luar biasa yang dirasakan olehnya.
Bergetar di balik seragam kanak-kanak warna birunya, dengan sepatu yang sudah ia pakai. Merapatkan kedua kakinya dengan posisi tubuh tertekuk, dimana seorang Kim Taehyung yang masih kecil bersembunyi.
Mendengar bagaimana ayah dan ibunya berteriak dengan ucapan penuh kebencian. Serta sumpah pernikahan yang sempat mereka ucapkan dengan gampangnya mereka melanggar. Sumpah untuk menjaga satu sama lain baik suka maupun duka.
"KAU TAU APA! HANYA WANITA YANG TAK BERPENDIDIKAN SEPERTIMU BERBICARA SECARA SEMBARANGAN, KAU PIKIR AKU BERSELINGKUH! WANITA TAK TAHU DIRI!"
PRAAANGGGG!!!
Lagi dan lagi pecahan itu terjadi, membuat bagaimana lantai itu terasa bergetar hingga tempat Taehyung kecil bersembunyi.
Seperti tak ada habisnya air mata jatuh dari kelopak menggemaskannya. Lantaran beberapa kali juga ia memanggil sang kakak agar datang memeluknya dan membisikan kata penenang seperti mantra favoritnya.
Hanya saja..
PLAAAKKKKKKK!!!!
"KAU SUAMI JAHANAM, KAU TELAH BERBUAT KASAR PADAKU. APA INI SEBUTAN SEBAGAI KEPALA RUMAH TANGGA TAK BERADAB!"
"KAU PIKIR KAU ISTRI YANG BAIK, SELAMA INI KAU HANYA IBU DAN ISTRI PEMBAWA SIAL. KAU JUGA ANAKMU SAMA SAJA! AKU PIKIR KAU ISTRI YANG BAIK, TAPI RUPANYA KAU BERMAIN DI BELAKANGKU!"
Suara keributan semakin menjadi. Dimana sang suami menampar keras istrinya disusul makian tak terima sang istri karena harga dirinya diinjak tak terhormat oleh pria yang mengikat janji dengannya.
Tak tahu jika sesungguhnya Taehyung mendengar ucapan kasar kedua orang tuanya. Hingga tubuh itu semakin bergetar ketakutan. Ingin berteriak tapi tak mampu, mental bocahnya sudah benar-benar jatuh jika kalian tahu.
"Jangan membawa anak-anakku dalam masalah kita. Kau hanya bisa menuduh tanpa bukti, kenapa kau bisa berpikir dengan otak sempitmu jika aku bermain di belakang. Aku setia dan mencintaimu, aku tidak bermain dengan pria lain!"
Menangis dengan emosi yang meluap. Ia tidak bisa membiarkan sang suami membawa nama anaknya jika memang ini adalah kesalahan mereka berdua.
"Kau pikir aku tidak tahu, sejak kehamilanmu aku curiga kau bermain dengan pria lain."
Tunjuk tuan Kim dengan tatapan benci dan marah yang menjadi satu, sang istri hanya bisa menghela nafas diantara kelopak yang memerah dan basahnya. Sebisanya ia menahan segala tuduhan sang suami padanya.
Sementara Tuan Kim selalu memojokan sang istri entah sampai kapan.
"JANGAN-JANGAN, BAEKHYUN BUKAN ANAKKU! DIA ANAK DARI PERBUATAN JALANGMU-"
PLAAAAAAKKKKKK
"JANGAN SEBUAT NAMA ANAKKU DENGAN MULUT BIADABMU!!!"
Satu tamparan telak, tepat mengenai pipi sang suami. Dimana pria itu juga terkejut dengan serangan sang istri. Pipi itu tercetak jelas dengan warna merah. Sampai akhirnya....
"Eomma... Appa..."
Menoleh, hingga sang ibu membulatkan kedua bola matanya saat menyadari kedatangan seseorang.
"Baekhyun?" panggil sang ibu yang dibanjiri air mata.
"Taehyung?" sebut sang ayah, saat melihat bocah tampan itu menangis dengan wajah yang tenggelam di leher sang kakak.
Baekhyun seakan terdiam, melihat kedua orang tuanya yang berada disana. sembari mengeratkan tangannya menahan tubuh bobot Taehyung yang menangis dalam gendongannya. Saat itulah ia ingin menangis. bukan karena orang tuanya...
Tidak...
Baekhyun tidak akan menangis karena keributan orang tuanya lagi. Ia menangis karena Taehyung menangis dan membisikan kata-kata yang berhasil membuat kekuatannya seakan runtuh. Bisikan yang seperti rengekan di telinganya, dimana setiap ucapan itu membuat Baekhyun memeluk refleks tubuh sang adik.
'Baekhyun hyung jangan menangis, hyung anak appa dan hyung Tae Tae.'
Baekhyun memeluk erat tubuh sang adik, saat Taehyung membisikan ucapan tersebut. ia tak akan menyangka akan menemukan Taehyung yang bersembunyi ketakutan dan mendengar segala ucapan kasar kedua orang tuanya yang tersulut oleh emosi. Sampai tak sadar jika di tempat mereka ada bocah yang mendengarnya, dan itu bukanlah sesuatu yang baik jika kalian pikir.
"jika kalian ingin membuat keributan, kenapa harus disini? bukankah halaman belakang rumah sangat luas untuk kalian beradu?" Baekhyun menatap wajah datar kedua orang tuanya, seperti tak ada beban rasa bersalah ketika dia berkata demikian.
Ia tidak ingin Taehyung terjebak dalam posisi seperti ini. mungkin kalian setuju dengan sikap Baekhyun jika kalian paham akan sitausi tersebut.
Sementara sang ibu terjebak dalam sitausi malu dan sedihnya.
"Kau!!"
"Appa jika kau mementingkan egoismu. Sebaiknya kau berpikir, dan mengecek dahulu adakah anak di bawah meja makanmu."
Baekhyun menimpal, setelahnya dia menghilang meninggalkan dua orang yang ingin ia hindari untuk saat ini. keluar dari ruangan yang seakan neraka untuk dirinya juga adiknya.
"KIM BAEKHYUN KEMBALI KAU, MAU BAWA KEMANA ADIKMU. ANAK KURANG AJAR, KEMBALI KE SINI YAAAKKK!!"
"Biarkan Baekhyun membawa adiknya, dia lebih dewasa dari pada dirimu. Aku merasa malu karena membuat Taehyung mendengar pertengkaran kita!"
Sikap sang istri yang menahan tangan sang suami. Ketika tuan Kim hendak menyusul sang anak pertama yang pergi membawa Taehyung kecil yang semakin menangis karena teriakan lantang sang ayah.
Dengan bantuan beberapa maid yang memberikan jalan untuknya. Hingga saat itulah seorang maid pria dengan bocah bermata bulat yang bersembunyi di balik tubuhnya menatap iba. Yang langsung saja Baekhyun tersenyum dan mengangguk terima kasih pada bawahan setia sang ayah. Dengan menggendong Taehyung sang adik, Baekhyun keluar mengusap air mata yang sempat jatuh.
Tak boleh, ia tidak mengijinkan Taehyung melihat air matanya.
Walau setetes....
Sampai Baekhyun mengucapkan....
"Taehyung, apapun yang terjadi jangan takut hyung disini. ayo... kita bermain di bawah musim gugur, kau tak perlu sekolah untuk hari ini."
Mengusap sayang rambut sang adik. Taehyung yang mendapat bisikan bak malaikat kesayangannya itu langsung menjauhkan wajahnya di leher sang kakak. Bisa Baekhyun lihat bagaimana wajah bocah lucu itu berantakan dengan kelopak yang terlanjur sembab. Juga hidung memerah, jangan lupa poni depan yang ia rapikan agar wajah sang adik nampak di kedua netranya.
Tersenyum...
Yang langsung dibalas oleh sang adik. Seakan senyuman sang kakak adalah narkoba bagi Taehyung untuk ikut tersenyum jua.
Tak ada jawaban, hanya tatapan keyakinan juga anggukan di kepalanya. Membuat Baekhyun langsung berjalan cepat, dan Taehyung yang menyandarkan kepalanya di dada sang kakak. Ia membutuhkan ketenangan saat ini, untung saja sang kakak memeluknya seperti ini. membuat ia cukup bahagia. Hingga kedua kakinya berhasil menerobos di luar pagar rumah mewahnya. Cantik dan mewah gambaran dari luar, yang jauh dari ekspteasi orang-orang sekitarnya.
Nyatanya... mewah tak sepenuhnya bahagia.
Kaya tak sepenuhnya senang.
Dan cukup tak sepenuhnya tentram.
Terbukti dengan mereka yang masih terombang-ambing oleh perselisihan kedua orang tua mereka. Sungguh menyedihkan, dan itu sangat menyakitkan.
Benar bukan?
(Flashback ***** OFF)
.
.
.
"Kau baik?"
Baekhyun memijat sedikit keras tengkuk adiknya. menatap sedikit khawatir walau ada rasa ingin tertawa di dalam hatinya. khawatir karena sang adik memuntahkan semua sarapannya, dan tertawa karena wajah lucu itu sedikit berkeringat karena pacuan adrenalin beberapa menit yang lalu.
"Hueeeekkk... pahit, hueeekkk..."
Tak peduli bagaimana tatapan jijik beberapa orang padanya. Taehyung memuntahkan semua makanannya di tong sampah yang tak jauh dari wahana permainan bekas ia mainkan tadi. Wajah memerah dengan keringat bercucuran, mata memerah dan hidung yang juga memerah. Wajah penuh ketegangan dan lemas hingga tubuh kehilangan energi.
Jangan lupa suara yang sedikit serak karena terlalu banyak berteriak. Abaikan bagaimana ambyarnya Taehyung saat itu. hingga akhirnya Baekhyun sedikit merasa bersalah karena mengajak sang adik bermain wahana roller coaster tersebut.
Dalam benaknya seharusnya Baekhyun tak memaksakan kehendaknya. Ia sadar jika Taehyung memang...
"Kau baik sekarang?" Baekhyun masih memijat tengkuk sang adik, dengan sayang tentunya.
"Iya, hhhh... aku baik hyung. aku kuat..." Taehyung berdiri dengan sempoyongan. Mengacungkan jempolnya, sembari memberi kode bahwa dia oke.
"Hyung akan carikan minyak wangi kalau perlu." Baekhyun menatap wajah sang adik dengan raut khawatir.
"Tidak usah, Tae Tae sudah besar. Aku tidak butuh minyak telon." Taehyung meneguk air mineralnya dengan kasar, sampai-sampai beberapa air merembes dari bibirnya.
"Kau yakin. Kau terlihat pucat saeng, kalau begitu hyung akan cari obat pereda mual."
Baekhyun kakak yang sangat baik, ia tidak henti-hentinya merasa gelisah karena sang adik. Walau nyatanya Taehyung menggelengkan kepalanya, menahan sang kakak agar jangan pergi. Ia tahu, ia paham... kalau sang kakak sangat mempedulikan dirinya. Lebih baik ia tidak merepotkan sang kakak jika bisa.
"Tidak, tidak aku baik. Baekhyun hyung jangan khawatir, aku... aku anak jantan hhhh..."
Taehyung mengambil nafas cukup dalam, menopang lutut sesekali merenggenggangkan lehernya yang cukup pegal. Ia ingin sekali tulang di sendinya sedikit lega dan tidak keram. Bukan hanya itu saja, tangan Taehyung juga bertopang pada Baekhyun.
Membuat Baekhyun merasa semakin bersalah melihat sang adik seperti ini.
"Hyung mau main yang mana lagi, aku siap." Wajah Taehyung berangsur membaik perlahan, ia mulai berdiri tegap bak tentara yang terhormat. Siap sedia dengan apa yang akan terjadi, juga bagaimana Taehyung membuat Baekhyun sedikit tertawa. Lantaran wajah sang adik terlihat polos dan memalukan sebenarnya.
"Kita istirahat dulu, hyung belum menentukan wahana selanjutnya."
Baekhyun menyuruh sang adik duduk, di salah satu bangku yang dekat dengan tempat mereka. Dengan menurut Taehyung melakukannya, dibantu dengan tarikan Baekhyun ke arah belakang kerah sang adik. Cukup lucu memang, karena namja mungil ini seperti membawa anak kucing kesayangannya.
Hingga pada akhirnya Taehyung menjatuhkan pantatnya di samping sang kakak.
.
.
"Hyung, apa aku tadi berteriak sangat keras?" Taehyung dengan wajah polosnya, sembari mengedipkan bulu mata lentiknya.
"Iya, kau berteriak keras. Sampai seluruh orang di wahana itu mendengarnya, kau menjadi pusat perhatian pengunjung lain Tae. Aku pikir kau akan pingsan saat berada di puncak sana." Jelas Baekhyun dengan menahan tawanya, tak bisa melupakan momen menggelikan sang adik.
"Tadi Tae hanya berlatih vokal kok. Ehem... ya berlatih, hyung tau Tae harus meningkatkan oktaf suara ini." tiba-tiba saja namja dengan senyum kotaknya itu berdehem, mengusap lehernya ke bawah seperti orang kehausan. Pada dasarnya ia menahan rasa malunya.
"Benarkah, kalau begitu kenapa kau berteriak. AAAAAAAA.... TURUNKAN AKU, TOLONG HENTIKAN INI. EOMMMAAAA TAETAE TIDAK KUAT, TOLONG HENTIKAN INI. AKU TIDAK MAU MATI DALAM KETAKUTAN, AKU TIDAK MAU!!!"
Baekhyun sangat gamblang dalam menjelaskan ceritanya. Bahkan aksen teriaknya hampir mirip dengan sang adik, disaksikan sang adik yang malu-malu dan tatapan heran para pengunjung yang melewati mereka.
"Aku tidak melakukan itu." cicitnya sembari memukul pelan bahu sang kakak. Membuat Baekhyun sedikit tersenggol.
"BAEKHYUN HYUNG, BAGAIMANA KALAU AKU MATI MUDA??! HUAAAAA AKU BELUM MENIKAH, HUAAAA EOMMAAAAA.... APPPAAAA.... LUHAN HYUNG, SIAPAPUN TOLONG AKU. AKU TAKUUTTTT..."
Lagi-lagi Baekhyun melakukannya. Berteriak dengan suara yang dibuat semirip mungkin dengan sang adik, jangan lupa wajah ketakutan yang ia buat hampir sama. Taehyung saja yang melihatnya sangat malu, apalagi tadi ia melakukannya tanpa sadar. Mungkin karena dia sangat ketakutan hingga seperti tadi.
"Baekhyun hyung jangan lakukan lagi, eoh!!" Taehyung membekap mulut sang kakak yang terlanjur tertawa senang. sesekali Taehyung mencicit minta untuk menghentikan aksi sang kakak yang menjahilinya.
"Hahahahaha... aku sangat terhibur. Aigoo... perutku sakit hahahaha..."
Baekhyun tertawa terbahak, ia tidak bisa menghentikan tawanya. Menyentuh perutnya dan sedikit membungkuk lantaran perutnya terasa ngilu. Bahkan sang kakak pun hampir terjungkal ke depan jika saja dia tidak memiliki keseimbangan yang baik.
Tinggalah Taehyung yang sibuk sendiri menghentikan tingkah sang kakak, entah membekap sampai ingin mencubit perut sang kakak. Terpujilah bagi Baekhyun yang bisa menghindar dari sang adik yang sangat usil tersebut. menjadi pusat perhatian adalah sesuatu yang akan menjadi biasa bagi keduanya. Manakala, disaksikan beberapa pengunjung yang menatap heran, gemas dan sebagainya. Tingkah yang tak jauh beda dengan anak tujuh tahun.
Sampai akhirnya keduanya berlari, dengan Baekhyun yang dikejar oleh Taehyung. Beralri dengan tawa khas mereka. Bisa kalian bayangkan bagaimana keduanya berlari diantara ramainya pengunjung. Seakan dunia adalah milik mereka berdua, Taehyung untuk pertama kalinya tertawa lepas. Dengan langkah kaki cepat mengejar sang kakak yang pandai berlari cepat di balik tubuh mungilnya.
Jangan lupa bagaimana Baekhyun yang juga sangat menikmati momen mari dikejar Taehyung tersebut. tertawa dengan bebas...
Sangat bebas, bersamaan dengan daun maple yang terbang berguguran.
Di tengah peraduan hiruk pikuk pekan raya yang diadakan.
Hingga...
Deg!
"Akh.." suara itu tak sengaja lolos, tubuh yang membeku mendadak. Meremat dadanya refleks dan cepat. Hingga membuat seseorang yang mengejarnya berhenti jua secara mendadak. Manakala kedua netra sang adik melihat tubuh kakaknya membeku seketika.
"Hyung kenapa?"
Begitulah sekiranya, wajah penuh pertanyaan dengan raut khawatir yang menjadi satu. Langsung saja ditepis oleh Baekhyun dengan senyum halus dan manisnya. Seolah-olah mengatakan 'aku baik'.
Padahal semua itu dusta. Karena....
Organ yang seharusnya bekerja normal, sedikit terganggu.
"Hyung sakit?" menopang tubuh sang kakak, membawanya berjalan pelan. Mencari tempat yang sekiranya cocok untuk beristirahat.
"Tidak, aku baik saja Tae. Percayalah... aku hanya merasa ngilu di dadaku. Mung-mungkin aku kebanyakan berlari sambil tertawa, hingga oksigen masuk dengan tidak benar. Aigoo..." Baekhyun menepuk dadanya, sedikit keras. Berharap apa yang dilakukannya mampu mengelabui sang adik dengan tipikalnya. Tak ingin mengundang rasa khawatir.
"Kalau begitu kita jangan lari-lari lagi." Taehyung berujar dia membantu berjalan sang kakak. Entahlah, ia tidak ingin khawatir tapi....
Hatinya berkata lain.
"Tae, bagaimana kalau kita coba kesana." Tunjuk Baekhyun pada salah satu wahana, rumah hantu disana juga ada wahana mobil elektro. ia juga menyunggingkan senyumnya, sekedar menyamarkan kernyitan sakitnya.
"Eoh?"
Belum sempat Taehyung melanjutkan ucapannya, tangan sang kakak berhasil menarik pergelangan tangannya. hingga akhirnya Taehyung mengikuti dimana sang kakak membawanya. Ada bahagia tersendiri saat hal itu terjadi. Entah kenapa tak sengaja namja pemilik senyum kotak itu melihat sesuatu yang berbeda. senyuman yang tak pernah ia lihat dari sisi manapun, apakah karena mereka baru dekat?
Tapi kenapa?
Kenapa sesuatu itu seakan menyembunyikan sesuatu? Yang pada akhirnya Taehyung memilih mengabaikannya. Menganggap itu mungkin sebuah kebetulan yang tak berguna. Tapi...
Ah, dia memilih menggelengkan kepalanya jika kalian tahu.
.
.
"Tuhan, berilah aku kesempatan."
Apakah itu sebuah doa? Ucapan yang terucap tanpa suara dan hanya hati yang mampu berkata. Jauh sebelum itu terjadi, Baekhyun selalu mengatakan hal itu sebelum memejamkan matanya untuk tidur. Ketakutannya akan sebuah kematian.
Apakah...
Ah, rasanya ini sangat menggantung.
"Taehyung pegang tanganku, jangan sampai berpisah."
Ucapan itu masih terdengar oleh sang adik, sampai kedua matanya menangkap siluet gelap. Saat Baekhyun menariknya masuk lebih dalam. Sangat dalam, ke sebuah ruangan dengan bau pengab juga teriakan pengunjung yang horor ketakutan.
Untungnya tangan itu masih menarik erat, dan menggenggam pergelangan sang adik tanpa melepaskannya.
.
.
.
...................................................
" Jadi, apakah ada sebuah kesempatan?"
Ucapan itu terdengar tenang, dengan tatapan yang netral tanpa ekspresi. Hanya dua tangan yang saling meremat satu sama lain. Sekedar melepaskan, rasa khawatir terdalamnya.
"Seperti yang sudah saya jelaskan tuan Kyungsoo. Jika memang membutuhkan kesembuhan tuan Baek harus mendapatkan pendonor yang cocok."
"Tapi bukankah itu mustahil? Siapa orang yang akan rela menyerahkan jantungnya, walau itu orang yang sudah meninggal. Bukankah ini sesuatu yang tidak bisa dilakukan?"
Mencoba tenang walau itu sulit. Ia tahu situasi sudah menegangkan. Tapi secara dewasa, Kyungsoo sudah berpikir untuk menjaga sikap.
"memang, sekarang ini sangat sulit mendapatkan pendonor yang cocok. Walau ada hanya saja keluarga mereka juga tidak membiarkan organ keluarga mereka yang meninggal diambil untuk di donorkan. Kita tidak bisa memaksa mereka, karena pihak rumah sakit tak punya kuasa. Walau memiliki dasar kemanusiaan." Dijelaskan secara terpirinci oleh dokter berusia paruh baya tersebut.
Ia mencoba memberikan pengertian pada namja di depannya.
"Aku hanya takut, jika tuan Baek..."
Kyungsoo menatap sendu lantai di bawahnya. Ada rasa tak tega untuk melanjutkan ucapannya. Vonis dokter yang terucap beberapa hari yang lalu terngiang di kepalanya. Kyungsoo ingat kejadian itu. dimana Baekhyun yang ditemukan pingsan, dimana ia menggendong tuan mudanya hingga terjatuh dan terluka. Lalu, ia mendengar vonis jika jantung tuan mudanya tak bisa bertahan lama dan hanya tergantung obat. Tanpa menimbulkan rasa lelah yang besar untuk menjaga daya tahan organ dalam tersebut.
Satu yang menjadi kekhawatiran Kyungsoo saat ini.
"Apakah Baekhyun menjaga staminanya? Saat dia bersenang-senang dengan sang adik di pekan raya."
Ya, membaca pesan dari Baekhyun saja membuat Kyungsoo langsung tancap gas pergi ke rumah sakit. Tempat dimana Baekhyun di rawat sejak pulang ke Korea. Tetap menjaga rahasia, di depan kedua majikannya juga Taehyung tentunya.
Hembusan nafas pelan dengan kelopak bulat yang menutup beberapa detik adalah tanda Kyungsoo melepas kegelisahannya. Berpikir positife memang tak salah. Walau rasa khawatir itu masih melekat dalam dirinya.
"Apakah ada sesuatu anak muda?"
"Ti-tidak apa-apa dok. Terima kasih untuk waktunya."
Kegugupan itu ada walau di awalnya saja. disusul sebuah senyuman ramah darinya yang menghiasi wajah tampannya. bertindak sopan dengan berdiri dan memberi salam hormat sebagai ucapan terima kasihnya. Yang tentu saja di balas dengan sepenuh hati oleh dokter di depannya.
Membuat kesopanan itu masih terjaga.
Pastinya....
.
.
"Donor."
Seseorang yang bersembunyi di balik pintu. sengaja menguping pembicaraan walau terdengar tak sopan. Hanya saja namja tersebut terlanjut besar rasa ingin tahunya, hingga ia terpaksa berlaku tak sopan.
Sampai akhirnya, ia memilih untuk bersembunyi di balik tembok yang tak jauh dari bekas berdirinya. Memperhatikan secara sembunyi, Kyungsoo yang keluar dengan setelan sederhana juga sandal jepit yang digunakan.
Dia yang memakai pakaian brandet hanya terdiam, menunggu sesuatu yang tepat. Di balik kacamata hitamnya, dia tetap waspada walau dalam situasi aman.
Ya, aman....
"Permisi, bisakah aku meminta waktu dengan anda?"
Dokter itu menatap heran pada seseorang yang menahan kepergiannya. Menatap seksama siapa gerangan di depannya. pakaian yang nampak mencurigakan, di tambah kacamata hitam yang meninggalkan kesan misterius. Itu sungguh menimbulkan banyak spekulasi dalam otaknya.
"Aku hyung dari Byun Baekhyun. aku ingin membahas tentang penyakit donsaengku. Bisakah aku meminta waktu sebentar dokter Kwan?"
Permintaan dari namja bermarga Cina yang melepaskan kaca matanya. menampilkan wajah tampan dan manisnya. Menatap sang dokter dengan tatapan penuh harap di balik netra hitamnya. Seakan tatapan itu tak tega jika mendapatkan penolakan.
Membuat dokter itu menyerah dengan dirinya. Meninggalkan kepentingannya sejenak, karena apapun yang terjadi. Dia akan menjalan sumpah janjinya, untuk memberikan solusi pada pasien maupun keluarga pasien.
"Siapa nama anda?"
"Xi Luhan, itulah nama lengkapku."
Ucapan yang penuh dengan pemantapan, memang.
"Bisakah kau membantuku?"
.
.
.
"Tae kupikir hidupku tidak akan lama lagi?"
"Apa??! hyung bilang apa?"
Wajah penuh keterkejutan di tambah suara dengan oktaf yang sedikit keras. Dibalas tatapan sendu nan pucat darinya. Wajah penuh peluh keringat dan nafas tak teratur yang menahan sesuatu. Apakah ada yang aneh?
Suhu badan yang masih normal ataukah?
"Biarkan aku bersandar di bahumu, hyung sangat mengantuk."
Permintaan sederhana yang diminta oleh sang kakak dan diangguki oleh sang adik dengan tatapan penasaran sekaligus bingung. Bingung dengan ucapan sang kakak, atau...
Memang ia salah dengar?
.................
tbc...
hai semua, mungkin aku agak aneh ngegantungin ceritanya disini. maafkan daku yang menulis chapter ini belum sempurna. Aku berusaha yang terbaik agar cerita ini menjadi semakin menarik. Tenang aku akan membuat cerita ini sampai akhir. Tolong doanya agar aku selalu mendapatkan ide yang terbaik.
Oh ya jika berkenan tolong berikan nilai dan apresiasi kalian dengan menginjak bintang yang ada di pojok kiri. Saran dan kritik author terima asal membangun. Maaf kalau author masih banyak typo dalam menulisnya. Author sudah berusaha semaksimal mungkin.
Mohon dukungannya...
Saranghae...
Bahagia untuk kalian...
Gomawo...
#el
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro