
12 월의 역사를 되풀이하다. (34)
" Aku ingin menemukan desember, dimana saat itu aku memangkumu. Mendekapmu dan kau berceloteh lucu. Mengatakan jika kau akan tumbuh besar dan lebih tinggi dariku. Kau yang membuat semua gelak tawaku lolos, dan kau yang membuatku bertahan. bertahan dalam konflik orang tua yang semakin memanas. Tanpa aku sadar rasa khawatir aku akan berpisah denganmu semakin dekat. Adikku... tumbuhlah dewasa, jadilah orang yang lebih baik dan beruntung dariku. Karena suatu hari nanti kau akan berjuang, dan aku tidak lagi di sisimu. Aku menyayangimu..."
- Baekhyun –
...................
(Baekhyun **** POV)
Apa kalian percaya keajaiban?
Awalnya aku tidak percaya, dulu aku selalu membantah apa yang dikatakan ibu mengenai keajaiban. Bahkan aku menganggapnya sebagai tahayul. Tapi, sekarang aku akan menelan ludahku sendiri untuk hal itu. terbukti dengan apa yang aku rasakan saat ini.
Tertawa lepas...
Disinilah aku. Duduk dengan kaki bersila di atas lapangan hijau. Disana aku melihat Taehyung yang berusaha keras memasukan benda bulat coklat di dalam keranjang di atas sana. Apalagi aku mendengar teriakan kekesalan penuh kefrustasian darinya. Bukannya kasihan aku malah tersenyum lucu ke arahnya.
"Yaaakkkk!! Kenapa kau tidak masuk eoh? TaeTae capek."
Oh... rupanya adikku masih kecil. Hanya tubuhnya saja yang bertambah besar. Lihatlah dia sekarang merajuk dengan bibir mengerucut beberapa senti. Bukan hanya itu saja, ketika Taehyung mencobanya lagi. Bola yang ia lempar seakan ogah untuk menuruti kehendaknya. Hingga pada akhirnya, dia benar-benar merajuk dan melempar bolanya asal.
"Taehyung kenapa kau berhenti, apa kau mau hyung ajari?"
Sepertinya aku harus menghampirinya untuk menghiburnya. Karena yang aku tahu pagi ini Taehyung sudah berusaha keras. Sungguh kasihan bayi besarku ini.
"Aku bisa hyung, TaeTae hanya lelah. Lelah dengan harapan palsu ini. bola itu, sudah seperti mantan yang memberikan harapan palsu untuk terus bersama."
Kim Taehyung dengan satu tarikan nafasnya. Tak kusangka dia malah curhat tentang hubungan terselubungnya yang aku saja baru tahu.
"Rupanya kau sudah pernah pacaran? Astaga adik kecilku sudah tidak polos lagi."
Aku sengaja mengejeknya, barangkali dia akan kesal. Entah kenapa aku ingin melihat wajah kesalnya, tolong restui aku melakukannya karena aku juga butuh apa itu hiburan.
"Aku pacaran dengan kakak kelas." Terlihat ngos-ngosan, dengan tubuh terlentang di atas lapangan basket yang Taehyung tak peduli jika papan itu kotor. Ia hanya ingin menghilangkan rasa lelahnya dan gerah karena keringat di pagi hari.
Sungguh kasihan adikku ini, langsung saja aku melempar handuk kecil di atas wajahnya. Sengaja agar dia sedikit kesal, dan benar saja lagi-lagi bibir itu mengerucut.
"Kau berpacaran dengan kakak kelas. Pantas saja nilaimu turun. Kau harus banyak belajar mulai sekarang, masa depan juga diraih dengan ilmu bukan hanya karir."
Aku mengambil bola yang tergeletak tak berdosa disana. menasihatinya dengan perlahan dan sabar adalah kunciku untuk mengurusi bocah manja disana.
"TaeTae sudah belajar hyung, hanya saja soal itu jahat padaku."
"Kenapa? apa dia memukulmu hingga kau mengatakan jahat?"
"Ya, soal itu jahat. Apalagi matematika, dia jahat karena telah menjadi soal yang sulit. Padahal TaeTae suka soal yang mudah. Pokoknya TaeTae benci matematika!"
"Kau tidak membenci mantanmu, tapi kau malah membenci ilmu pasti. Keterlaluan!"
"Aku juga membenci mantan, mereka memberi yang manis awalnya tapi juga meninggalkan yang pahit. Seperti habis manis sepah dibuang. Kalau bosan mereka buang dan tinggalkan, TaeTae tak suka yeoja seperti itu. aku ingin pacar idaman seperti Yoona SNSD."
Kulihat Taehyung tersenyum, melihat hal itu membuatku memutar bola mataku malas.
"Dasar bocah halu." Celetukku, mendekati ring dengan jarak tak terlalu jauh dan tak terlalu dekat. Kira-kira cocok untuk menghasilkan skor point.
"Yaaaakkkk Baekhyun hyung jahat!"
"Kau hanya bayi besar Tae, jangan berharap kau punya pacar yang sejujurnya pantas menjadi ibumu."
"Terus saja begitu, Baekhyun hyung memang tak sayang aku. Hyung selalu memberiku petuah penurun semangat dan bukannya penambah semangat. Sebel..."
Aku terkekeh sungguh lucu, entah kenapa percakapan kali ini sangat menghiburku. Sampai akhirnya aku mengambil bola di tanganku dan memantulkannya di atas lapangan. Aku yakin jika adikku mendengar hal apa yang akan aku lakukan, aku hanya ingin mengajarinya dalam caraku melakukannya.
1.
2.
3.
4.
5.
DUAGGHHH!!
Skakmat! Aku berhasil memasukannya tepat sasaran. Rupanya kemampuan bermain basketku belum hilang walau bertambah usia. Sepertinya menjadi guru olahraga cocok juga. betapa menyenangkannya pasti, apalagi aku juga menjadi guru taman kanak-kanak. Ah, tiba-tiba saja aku menjadi rindu bocah lucu kakak beradik itu. juga beberapa anak yang selalu manja dan minta kugendong.
"Bagaimana hyung melakukannya, eoh?"
"Hanya mencoba." Ujarku.
..............................
(Author **** POV)
"Bagaimana hyung melakukannya, eoh?"
Wajah terkejut sekaligus kekagumannya. Dimana si bungsu keras kepala namun manja itu sedikit tersentak melihat keajaiban yang dilakukan kakaknya. nyatanya, ia tak menduga kalau Baekhyun melakukannya dengan mudah. Berbanding terbalik dengannya yang membutuhkan usaha sampai berkeringat seperti ini.
"Hanya mencoba."
Respon maskulin Baekhyun lakukan. Dengan senyuman di wajah tampan dan manisnya adalah campur aduk ekspresi luar biasa yang ditampilkannya.
Dalam batinnya Baekhyun ingin sekali tertawa melihat wajah Taehyung yang polos dengan mulut melongo.
"Baek hyung ajari aku ya ya ya ya ya ya ya."
Taehyung yang begitu semangat langsung berdiri, dia menggoyang-goyangkan tangan kanan Baekhyun dengan sedikit kencang. Merengek seperti anak kecil. Sedikit kewalahan memang saat Taehyung dalam mode seperti ini.
"Taehyung."
"Pokoknya hyung ajari aku sampai Tae Tae bisa. Ayolah hyung ajari aku, aku juga mau bisa, aku ingin menunjukan kalau aku laki-laki yang serba bisa. Ayolah hyung ajari aku yayayayayaya."
Merengek dan merengek. Baekhyun saja tak ada kesempatan untuk berbicara.
"Memang kau bukan laki-laki. Kau sudah terlihat macho dengan penampilanmu dan sifat apa adamu sekarang." Bohong Baekhyun, walau sebenarnya sang adik tak ada bedanya dengan bocah kanak-kanak tempat ia mengajar. Ngomong-ngomong Baekhyun rasanya jahat karena mengolok-olok adiknya demikian.
"Tae Tae selalu diejek manja oleh mereka hyung. Baek hyung tahu, aku dikira perempuan oleh teman-teman sekolah dulu karena aku tidak bisa bermain basket dan berenang."
"Aigoo... anak-anak jaman sekarang bercandanya keterlaluan. Lalu apa mereka membullymu? Menyakitimu? Kalau iya siapa mereka biar hyung datang dan membalas perbuatan jahanam mereka."
Baekhyun sudah mengomel, bahkan ia sudah melangkahkan kakinya hendak pergi. Yang lansung ditahan Taehyung setelahnya.
"Jangan hyung, jangan... lagi pula itu cerita lama. Taehyung sudah memaafkannya, mendingan ajari aku main bola basket dengan begitu aku bisa lebih tinggi minimal 180 cm."
"astaga kau jahat Tae, tanpa sadar kau menghina hyungmu yang pendek ini."
Entah kenapa mendadak wajah Baekhyun berubah menjadi masam. Ia tidak berpura-pura kali ini. untuk pertama kalinya setelah ia menginjakan kaki di tanah kelahirannya lagi, Baekhyun dibuat kesal sang adik walau tak sengaja. Tapi tetap saja Baekhyun merasa tersindir.
"Kenapa eoh? Aku tidak menyebut Baekhyun hyung dengan sebutan. Biar pendek tapi hyung menyayangi Tae Tae setinggi langit."
Itu Taehyung, yang kini melihat awan yang kebetulan bergerak di atasnya. Tanpa sadar Baekhyun ikut tersenyum, sembari memandangi bola yang sudah ia ambil. Ada kesenangan sendiri saat sang adik mengatakan demikian, itu di depan dirinya.
Bolehkah Baekhyun bersorak?
"Bukan hanya setinggi langit, walau seluruh dunia membencimu atau pun mengacuhkan dirimu. Kau tenang saja, aku akan selalu ada disisimu, menjadi bentengmu dan mengatakan pada dunia jika adikku Kim Taehyung selamanya dan selamanya akan menjadi adikku. Byun Baekhyun seorang kakak yang bersyukur untuk semua."
Sejenak Taehyung terperangah, membuat tubuh itu berdiri secara refleks. Mendengarkan setiap kata bagaikan sebuah puisi nan indah. Hal yang untuk pertama kalinya, Taehyung merasa menjadi manusia jahat. Ya, jahat saat kedatangan sang kakak disini. kelahirannya juga kelahiran dirinya.
"Aku jahat."
Satu kata, membuat Baekhyun menoleh ke belakang. Dilihatnya dia yang menundukan kepalanya. Dengan bibir bawah yang tergigit oleh dirinya sendiri. bagaimana bibir kering itu tergores oleh tulang pipih yang menjadi organ pencernaan mekanis tersebut. sangat jelas jika Taehyung sedang gelisah.
"Kenapa kau berbicara begitu?" Baekhyun mendekat ke arah sang adik. Disentuhnya kedua bahu itu, memaksa Taehyung untuk menatap wajahnya. Walau sedikit sulit karena wajah sang adik yang sedikit takut dengan kegelisahan, tapi Baekhyun tetap menyematkan senyum tipisnya. Ia tidak ingin apa yang menjadi harapannya hilang lantaran sebatas emosi yang singkat.
"Aku... aku, dulu membuat Baekhyun hyung tak nyaman. Sampai ak-aku membuat hyung tidur di sofa dan..." digigitnya bibir itu, oh ayolah... ia merasa bersalah saat ini. memang jahat pikirnya apalagi dia sudah menjadi durhaka dengan kakaknya.
Sementara Baekhyun tetap diam, melihat situasi sang adik yang sulit mengutarakan percakapannya membuat namja bertubuh mungil itu mengusap bahu kanan sang adik.
"Aku pernah berdoa kepada Tuhan agar Baekhyun hyung tiada."
Ingin menangis, membuat Taehyung memalingkan wajahnya. Ia merasa malu saat ini. benar-benar malu.
Apakah Baekhyun marah? Mendengar kejujuran sang adik yang kelewatan. Meminta pada sang pencipta agar dirinya pergi. Tapi dalam arti apa? pergi yang sesungguhnya tak kembali atau hanya pergi ke tempat di dunia?
"Hyung boleh marah padaku, aku memang pantas menerimanya."
Lagi-lagi Taehyung enggan memandang wajah sang kakak. Justru ia menatap sisi kanan lapangan. Dengan menelan ludah kesusahan, juga kedua mata yang sedikit berkaca.
Bukan amarah, hanya senyuman penuh kasih sayang yang Baekhyun tujukan. Walau menyakitkan tapi itu sudah lalu, yang lalu biarlah berlalu. Sebisanya namja berstatus sebagai kakak itu melupakan hal yang memang patut ditinggalkan.
"Tae, mau ikut hyung?"
Bukan umpatan tapi sebuah ajakan. Membuat Kim Taehyung menatap heran ke arah sang kakak. Taehyung pikir sang kakak akan memarahinya atau memukulnya seperti orang kebanyakan. Tapi apa yang dia pikirkan sangat jauh dari eksptesinya.
"Hyung?"
"Kau akan menyukainya, ayo ikut hyung. bukankah ini hari kita, sebagai kakak dan adik."
Tangan itu tepat di depannya, membuat Taehyung memandangnya sebentar. Sementara Baekhyun tak henti-hentinya tersenyum.
Terdiam...
Taehyung mendadak membeku. Ia tak bisa menjawab atau pun menggerakan tangannya sampai akhirnya Baekhyun menarik tangan sang adik. Membawanya pergi....
Ke suatu tempat dimana sang adik dan dirinya akan menikmati kesenangan hari ini. melupakan bola basket yang sengaja di tinggalkan di tengah lapangan oleh yang lebih tua.
Seperti meninggalkan masalah yang telah usai dan menggantikannya dengan hal baru. Tak ingin ada yang tersakiti untuk hari ini.
"Taehyung, hyung janji padamu. Kita akan seperti ini untuk waktu yang lama. Kita hyung dan dongsaeng kan? Berjanjilah pada hyung apa pun yang terjadi kau harus kuat. karena hyung akan tetap disini, disampingmu. menjagamu dan menunjukan padamu jika dunia tidak mudah untuk dihadapi, tapi percayalah. Selama daun belum berguguran semua. hyung masih bernafas, dan disini menemanimu. Jikapun hyung pergi, aku yakin jika Tuhan tahu mana yang terbaik. Untukmu dan untukku.... "
Tanpa ada yang tahu, jika hati seorang Byun berbicara. Mengatakan apa yang menjadi sesaknya sejak kemarin. Walau tak berani secara lisan, tapi ada kelegaan dalam dirinya karena bisa menjalankan tugas sebagai kakak.
Menyayangi dan menemani sang adik, di sisa nafas dan detak jantungnya.
Dalam diam Baekhyun berharap, tak ada obat yang ia minum untuk hari ini. berdoa agar jantungnya dapat diajak bekerjasama.
Rahasia tetaplah rahasia....
"Maaf Tae, kau belum tahu apa sakitku. Tapi hyung harap kau tidak akan pernah tau, karena aku percaya kau akan sedih. Biarkan kau tahu, saat hyung pergi dengan damai dan tenang. Tanpa kau tahu jika hyung tertanam dalam tanah karena sakit. Luhan hyung aku mempercayaimu."
Semoga apa yang menjadi rencana dapat berjalan. Sayangnya Taehyung tak tahu apapun. Yang ia tahu jika Baekhyun hyung hanya kelelahan dan mengalami kekurangan darah yang mendadak. Itulah yang diketahuinya melalui mulut kakak tirinya, Kim Luhan.
...........................
.
.
.
"Kyungsoo, ada apa denganmu. Appa lihat kau gelisah dan banyak pikiran. Ada yang mengganggumu?"
Duduk disamping sang anak, melihat bagaimana anak semata wayangnya duduk di bangku halaman majikannya. Membuat pria dengan usia tak muda itu mengernyit heran. Mata bulat sang anak menunjukan sesuatu yang membuat sang ayah merasa khawatir.
"Tidak apa-apa appa. aku hanya merindukan eomma."
Lirih dan menyakitkan, sang ayah tahu bagaimana perasaan sang anak. pantas memang jika Kyungsoo merasakan demikian, sebagai orang tua ia tidak bisa mengelak. Ia juga rindu dengan istrinya, semua yang dimiliki istrinya ia sangat rindu.
Cukup lama memang sang ayah merawat Kyungsoo sejak bocah. setelah kepergian wanita yang ia cintai. Berbohong juga percuma jika hatinya tetap berbicara demikian.
"Appa."
"Ya, ada apa anakku."
"Apakah appa tahu, tentang nyonya dan anaknya."
Heran, saat sang anak bertanya demikian padanya. Sangat jarang terjadi, apalagi Kyungsoo juga bukan orang yang mudah tertarik dengan urusan orang lain.
"Kenapa kau bertanya demikian? memangnya kenapa anakku?"
Dengan wajah datarnya, Kyungsoo menatap sang ayah. Walau takut dia harus mengetahui perihal kecil mengenai majikannya juga Luhan tentunya.
"Aku hanya ingin tahu appa. sejak kecil aku tidak tahu bagaimana tuan Kim menikah dengan nyonya. Juga, tiba-tiba saja tuan Luhan datang ke rumah ini dan menjadi hyung tuan Taehyung. Apalagi kejadian itu mendadak, setahun setelah tuan Baekhyun dan ibunya pergi ke Jepang."
Cukup panjang memang, tapi percayalah Kyungsoo sangat gugup untuk mengatakan semua ini.
Sang ayah paham, ia tahu jika anaknya dewasa. Pastilah ada alasan tertentu kenapa anaknya sekarang penasaran dengan kehidupan majikannya. Untungnya Kyungsoo tak pernah macam-macam. Membuat sang ayah percaya untuk menceritakan yang ia tahu mengenai sejarah keluarga tempat ia bekerja sekian lamanya.
Kini pria memakai seragam supirnya itu menyamankan duduknya. Menatap langit yang cukup cerah, untungnya dalam usianya tak muda ini ia masih bisa melihat keajaiban kecil sebuah dunia.
"Memang, tuan Kim dan nyonya tak pernah mengabarkan pernikahan mereka. Ataupun mengatakan pada sanak saudaranya. membuat gempar banyak orang sekitar karena tuan Kim membawa wanita cantik dengan status sebagai istrinya. Apalagi saat itu juga ada bocah yang masih sekolah dengan sifat tertutupnya, Kim Luhan."
Sang ayah mulai bercerita membuat Kyungsoo terdiam. Mendengarkan lebih lanjut tentunya.
"Sebelum tuan Kim bercerai dengan nyonya Byun. Konflik sudah terjadi bahkan, saat nyonya Byun mengandung Baekhyun. semua itu terjadi, waktu itu Appa masih seumuran denganmu dan menjadi orang kepercayaan tuan Kim. Dulu rumah tidak pernah damai, selalu terdengar pecahan keramik dan sebagainya. Membuat beberapa pekerja dan appa sedikit takut dan terganggu. Tapi kami tetap diam, hingga konflik itu mendingin seiring berjalannya waktu. Dan nyonya Byun akhirnya melahirkan Baekhyun ke dunia."
Kyungsoo cukup tertarik ke dalam cerita tersebut. tapi juga kasihan lantaran nyonya Byun sudah mengalami konflik saat masa mengandungnya.
"Nyonya Byun adalah orang yang baik, dia tidak pernah memarahi para pegawai dan maidnya. Sama halnya dengan nyonya Kim yang untungnya berhati lembut pada siapapun. Entah kenapa tuan Kim sangat beruntung karena di anugerahi istri sebaik mereka. Hanya saja, tuan Kim adalah orang yang keras dan tegas pada anaknya. itulah yang membuat beberapa pandangan buruk bagi orang sekitar. Tapi sebenarnya tuan orang yang baik."
"Itulah appa masih betah bekerja disini?" Kyungsoo mengayunkan kakinya, melihat bayang dirinya di atas tanah halaman.
"Iya, dengan disinilah appa bisa menyekolahkanmu dan merawatmu. Setelah kepergian eommamu, tuan Kim memperbolehkan kita tinggal di rumahnya. di juga yang dulu memberikan biaya agar kau bersekolah dasar tempat dimana tuan Taehyung sekolah."
"Iya, itulah mengapa aku cukup bingung waktu itu karena sekolah itu terkenal dan sangar mahal appa. aku pikir bagaimana appa mendapatkan uang banyak untuk pendidikanku."
Kyungsoo tertawa renyah, sekaligus ia sedih karena telah menyepelekan ayahnya dulu.
"Itulah mengapa aku selalu menasihatimu agar kau bekerja dengan baik. Appa harap kelak kau akan sukses dan hidup dengan uangmu sendiri, tanpa ada yang menyuruhmu. Karena aku berharap kau yang akan menyuruh orang dan menjadi orang yang bijaksana."
Ada senyuman di wajah keriputnya, sungguh Kyungsoo terharu dengan perjuangan sang ayah. Sangat besar rasa hormatnya untuk sang ayah.
"Appa aku janji tidak akan mengecewakan appa. aku akan berusaha, agar appa bisa menikmati masa tua tanpa bekerja. Biarkan appa beristirahat dan bersenang-senang karena aku akan mencari uang untuk appa."
Memeluk tubuh pria yang paling ia sayangi dan hormati. Kyungsoo tak bisa menunjukan ekspresi sedih atau menangisnya, tapi dari manik matanya ia bisa menampilkan siluet berkacanya.
"Jangan hanya untuk appa, tapi tabunglah untuk masa depanmu. Kelak kau akan menikah dan menjadi seorang ayah. Dan kau akan hidup penuh perjuangan di dunia keras ini, maka dari itu kau harus menaklukan dunia agar dunia tak menaklukanmu. Appa hanya ingin kau memiliki masa depan lebih baik dari pada aku."
Kyungsoo terdiam, memejamkan mata. Menyandarkan kepalanya di bahu sang ayah dan memeluknya lebih erat. Ia tak bisa berkata tapi melalui pelukannya sang ayah tahu apa itu. hingga akhirnya sang ayah tersenyum dan mengusap sayang kepala sang anak. dalam hatinya pria itu berkata 'anakku sudah dewasa.'
Tanpa ada yang tahu, jika ada tatapan kesedihan yang muncul. Dimana air mata itu tak bisa lolos karena benteng yang kuat, hanya wajah tersirat sendu. Kim Luhan, itulah namanya. ingin seperti Kyungsoo yang bisa duduk disamping sang ayah dan memeluk hangat seperti ini.
Ia rindu ayahnya, ia juga rindu kasih sayang ayahnya. Bahkan ia rindu ayahnya yang menggendongnya dan berlari di lapangan hiangga ia bisa tertawa lepas sampai terbatuk.
Luhan rindu itu...
Sangat....
Sampai akhirnya, namja berdarah cina itu memilih tersenyum. Ia tak bisa membalikan waktu, ia bukan Tuhan dan ia hanya manusia yang memiliki banyak dosa.
Sampai akhirnya ia sadar, bahwa....
Selama ini ia hidup dalam kebohongan, dirinya... ibunya juga mendiang ayahnya.
Berpura-pura bahagia itu sulit, jika kalian tahu.
.
.
"Semua ini salahmu. Bahkan kau berperilaku sebagai orang paling bijak di dunia. Aku membenci orang seperti itu!"
Gumaman itu muncul, dengan kedua mata yang masih menatap punggung kedua anak dan ayah itu. seperti tak ada kata bosan dalam dirinya.
Sampai akhirnya Luhan tersenyum, seperti senyum licik yang terpatri di wajah tampannya.
"Tidak akan ada api jika tanpa bensin yang memicunya. Aku akan menghentikannya, mulai dari apa yang kau punya. Kekayaan, derajat juga anak-anakmu. Semakin aku dewasa semakin aku membenci hidup ini."
Kedua tangan Luhan mengepal, terlihat memutih jangan lupa wajah penuh kejengkelan yang akhirnya menghias di wajah tampannya. itu bukan sesuatu yang baik jika kalian tahu.
Cukup sudah...
Luhan tak ingin berdiri disini terlalu lama, atau dia akan membuang kesempatan datang ke perusahaan sang ayah. Dia akan memulai alur cerita selanjutnya. Seperti yang ia rencanakan sejak ia remaja. Baginya... hak adalah segalanya. Baik ibunya juga mendiang ibunya, dua hal yang membangkitkan dendamnya pada sang ayah tiri.
Sudah cukup bagi Luhan berpura-pura saat ini.
Berjalan dan berjalan, melewati lorong rumah yang dulu menjadi saksi bisu masa kecilnya. Langkah tegap yang tertata dengan suara sepatu hitam mengkilapnya, jangan lupa bagaimana jaket bagaikan jubah itu menyelimutinya.
Berjalan dengan agung sebagai pewaris sesungguhnya, dimana hal itu belum ditulis di atas kertas dan akan....
Menjadi pemain drama rahasia ayahnya.
Terus...
Jika kalian tahu apa yang akan ia lakukan selanjutnya. Tunggu saja... akan ada kejutan dari namja tampan berdarah Cina tersebut. seakan ada akhir jelas dalam cerita ini.
"Selamat datang Xi Luhan, kau kembali." Berkaca pada kaca mobilnya, menatap bayangannya sendiri. Memiringkan senyum itu, seperti menyembunyikan sebuah siasat. Hingga akhirnya....
Dia masuk ke dalam mobil dengan membawa tas laptop kesayangannya. Dokumen penting mungkin. Tapi kemanakah dia akan pergi?
Itulah yang menjadi ketegangan dalam segala pertanyaan cerita ini.
.............................
.
"HUAAAAAAAAAAAAA....... TOLONG HENTIKAN INIII!!!!"
Taehyung paling keras berteriak, bahkan suaranya sempat menghilang lantaran terlalu takut untuk membuka matanya. jangan lupa beberapa teriakan orang-orang di belakangnya, tak terkecuali kakaknya yang duduk di sampingnya dan justru tertawa riang tanpa rasa takut.
"AAAAAAAAA... KENAPA INI SANGAT KENCANG, HUUAAAAA TOLONG TAETAE!"
Seperti anak kecil jika kalian tahu, apalagi Taehyung hampir saja menangis jika saja sang kakak tak mentertawakan dirinya yang menangis hanya karena menaiki roller coaster. Kalau boleh, Taehyung sangat tidak suka menaiki wahana ini. selain membuat jantungan karena menaiki pemicu adrenalin ini, sungguh hal yang buruk jika dirinya yang penakut jatuh pingsan.
Pastinya akan menjadi trending topik, seorang artis muda jatuh pingsan karena naik wahan carnaval. Bukankah itu memalukan.
Seakan mengabaikan ketakutan sang adik, Baekhyun tertawa sangat riang. Sudah lama ia tidak memacu adrenalin dengan wahana ini, ia bisa berteriak lepas. Seperti melepaskan beban beratnya selama ini. anehnya, orang yang memiliki riwayat jantung sepertinya tidak terjadi apa-apa. apakah karena Baekhyun terpaut bahagia daripada tenggelam dalam rasa takut hingga membuat tetap aman.
Entahlah...
Hanya saja, ini sangat menyenangkan sekaligus anugerah. Bisa menikmati permainan yang sudah lama tak ia mainkan, dan melihat wajah sang adik yang ketakutan. Ingin sekali Baekhyun mengabadikan bagaimana wajah cengeng dan takut sang adik jika dia membawa kameranya. Pastilah sangat lucu pikirnya.
"EOMMMMMAAAAAAA...."
"YEEEEEEEE.... INI SANGAT LUAR BIASAAA...."
Biarkan mereka menikmati momen membahagiakan sekaligus menegangkan tersebut.
..........................
.
.
.
"Kim Luhan apa yang kau lakukan disini! menyingkir atau appa akan memaksamu keluar!"
Tangan itu teracung ke arah pintu, tatapan garang penuh emosi menatap tajam ke arah seseorang namja muda yang sudah duduk dengan antengnya. Mengusap bantalan lengan kursi yang ia duduki, tanpa mengindahkan perintah pria yang berstatus sebagai ayahnya.
Ya, ayah tiri lebih tepatnya.
"Kenapa appa sangat marah denganku. Bukankah aku anakmu, aku hanya datang berkunjung." Luhan dengan senyum tipis dan ramahnya.
"Ada apa denganmu, kau membuat masalah Luhan. Kau membatalkan pertemuan dengan kolega. Mengatakan jika aku sakit, lalu kau datang dan duduk disini. mengatur pekerjaan perusahaanku. Apa maumu, anak muda."
Rasanya Luhan ingin tertawa, saat mendengar nama perusahaanku. Terucap dengan jelas di bibir sang ayah.
"Apa gunanya aku dimasukan dalam universitas bisnis terkenal di luar negeri. Jika bukan aku yang akan meneruskan perusahaan ini, lagi pula aku juga akan belajar sebagai pemimpun bukan?"
"Kau kehilangan sopan santunmu, kau telah berbohong. Kau belum pantas menjadi pemimpin jika sifatmu tak tahu diri sepertimu."
"Tak tahu diri? Oh... aku mengerti. Sebenarnya, aku sudah lelah berpura-pura menurut padamu appa. bahkan aku harus membuang semua mimpiku sebagai seniman hanya karena masuk sekolah bisnis yang kau banggakan itu. aku berpikir jika kau ingin membuangku secara halus, appa."
Luhan menyandarkan kepalanya di belakang kursi kantor yang di desain mahal tersebut.
"Kau jangan meremehkan appa, Luhan." Sejenak tuan Kim mengulas senyum miringnya. Menatap tajam ke arah anak tirinya. Interaksi tak terduga dan tak biasa seperti yang mereka lakukan jika di dalam lingkungan rumah.
"Ya, kau hanya ayah yang egois. Bagaimana dengan warisan Baekhyun, apakah kau juga akan mengambilnya sama hal dengan mengambil hakku dan ibuku?"
Luhan tersenyum penuh kemenangan, dengan ucapan yang jatuh pada sebuah tebakan. Itu membuat tuan Kim tak senang dengannya.
Tak ada jawaban dari pria berstatus sebagai ayah tersebut....
Perlahan Luhan turun dari tahtanya, membenarkan jaket panjangnya yang sedikit berantakan. Berjalan menghampiri sang ayah. Bukan rasa hormat tapi tatapan meremehkan yang kesannya menjatuhkan.
"Jangan serakah appa, kau hidup hanya sementara. Uang bukan segalanya, mengalah atau kau akan menyesal."
Bisikian yang terkesan sebuah ancaman datang dari anak tirinya.
Hanya di balas lirikan tak suka sang ayah.
"Pembohong!"
Senang, berhasil mengatakan hal tersebut membuat Luhan berjalan. Menuju pintu keluar ruang pribadi sang ayah. Sukses menimbulkan percikan api di atas bensin membuat hatinya terasa puas, terlebih ia sudah lama ingin melakukan hal ini.
Meninggalkan sang ayah yang hanya mengepalkan tangannya jengkel. Sikap sang anak yang membuatnya jengkel, jujur ini terasa merendahkan dirinya.
Apakah ini, adalah.....
"Pak Jo! Awasi Luhan, beritahu aku apa yang dia lakukan, cepat!"
Braaaakkkk!!!
entah dosa apa yang dilakukan ponsel itu, nyatanya sang pemilik melampiaskan amarahnya dan membanting tepat ke dinding. hancur dan tak bersisa....
Seperti inikah jika musuh datang dalam keluargamu, harusnya ia sadar. Jika bukan saingan bisnis yang harus ia takutkan, tapi...
Orang dalam lah yang lebih berbahaya.
...........................
Tbc...
Puas dengan chapter yang aku tulis ini. membuat aku sadar, jika aku harus menciptakan konflik yang menarik. Dengan bumbu masalah antara orang tua dan anak, lalu aku bumbui sedikit ketegangan supaya di akhir cerita tak ada kata. Kurang puas atau terlalu biasa.
Nah, apa kalian puas dengan chapter ini, banyak komentar apakah Luhan jahat atau baik. Menurut kalian apa? hehehe... lalu disini author juga udah menampilkan moment vbaek, semoga kalian suka. Tunggu saja moment Vbaek, dan juga ketegangan yang sudah author siapkan. Mungkin ff ini akan menjadi chapter terpanjang karena author udah matang bikin ff ini dengan akhir cerita tak terduga. Aku harap rencana ini sukses, ehe.
Jika berkenan, berikan injak bintang dukungan dan isi kolom komentar kalian tentang chapter ini, dan juga cerita sampai sejauh ini. masukan kalian akan author jadikan pacuan untuk chapter selanjutnya agar lebih baik lagi.
Semoga kalian diberikan kebahagiaan selalu, dan jangan lupa jaga kesehatan.
Salam cinta untuk kalian...
Gomawo and saranghae
#el
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro