
9 월 5 일은 내일 올 것이다. (64)
"Menatapi sebuah jalan setapak dan menatap bintang yang redup cahayanya, dia yang menatap ke atas langit dengan tatapan kosong. Sebuah angkar murka penuh dalam diamnya, dia seolah-olah menyembunyikan segalanya. Dirinya yang tak ingin siapapun tahu apa bebannya dan juga akan jadi apa dia kelak. Tuhan masih menutup misteri untuknya."
.
.
.
(Author **** POV)
(Flashback **** ON)
5 September adalah angka tidak manusiawi yang harus diterima oleh seorang Byun Baekhyun. Tubuhnya ambruk dengan hidung yang mengeluarkan darah juga goresan luka yang melebar saat sekelompok orang ber jas menghajarnya habis. Ada seorang bos yang menatap ke arahnya dengan wajah penuh kekejaman disembunyikannya. Dia dingin dan tak berekspresi akan tetapi hatinya sadis untuk melihat segala bentuk kekerasan yang dialami oleh namja yang duduk di semester akhir di sekolah Menengahnya.
Jatuh terbatuk dengan kedua tangan yang ia jadikan penopang, rambut hitamnya berantakan dengan wajahnya yang sudah babak belur juga tatapan menajam ke segala arah yang sesekali ia tujukan pada mereka. Para bedebah yang sudah menghabisi dirinya dalam setiap sendi tubuhnya tanpa ampun, memang disini dia sudah mendapat kekejaman akan tetapi tak ada orang yang menolong lantaran mereka takut dengan namanya Yakuza. Kenyataannya... Baekhyun tahu siapa itu dan apa maunya.
"Appa..." dia mengatakan dengan raut wajah dendam dan juga terbatuk kemudian. Dia yang meremat kedua tangannya kuat hingga memutih telapaknya, dalam fikirannya tak ada ampun lagi jika dia bisa dan punya kuasa. Tak berdaya? Yang benar saja... dia sudah terlatih di dunia yang keras dan membuatnya jatuh bangun bersama sang ibunda. Mana kala dia harus menyerah dengan seseorang yang sudah ia anggap sebagai beban majemuk itu, mana sudi dia lakukan. Baekhyun hanya tersenyum sadis ke arah dua buah sepatu yang berdiri sombong di depannya. Tanpa menoleh keatas pun dia tahu siapa pria brengsek tersebut.
"Aku tidak akan memberikan apa yang kau mau. Kau datang hanya untuk menjadi pengejaran gila luar biasa appa." sang anak tanpa takut berkata demikian, beberapa anak buah yang ingin mendekat dan menghajarnya lagi pun dihentikan oleh pria yang tak lain adalah tuannya. Sungguh apa yang menjadi keinginan pria tersebut hingga Baekhyun dikejar sejauh ini.
"Kau sangat munafik menentangku, kau sangat lemah seperti ibumu dan bodoh sepertinya. Akan jadi apa jika aku membiarkan kau mengurus Taehyung. Mungkin masa depannya akan lebih buruk darimu Byun." Sang ayah bahkan melontarkan kata menyakiti hati anak sulungnya, dia tak melihat jika Baekhyun meringis menahan sakit di hatinya bukan sekujur tubuhnya yang sudah kaku sakit dan membiru habis dihajar. Dia sangat kesal dan marah hingga memuncak akan tetapi jika dia melawan pastilah dia akan mati karena massa.
"Jangan sakiti adikku appa, dia tidak ada kaitannya dengan urusan ini!" Baekhyun menyimpulkannya dengan cepat, dia hanya khawatir jika sang ayah melakukan hal gila dari pada membuang dia dan ibunya di kota ini. Dia tak tinggal di kota dengan rumah megah dan juga lingkungan seperti kebanyakan, melainkan wilayah antah berantah yang luput dari jalur perkotaan dan melalui gang sempit. Bahkan Baekhyun selalu berjalan kaki dengan jarak jauh jika harus bersekolah dia hanya ingin menemani sang ibu di sisa hidupnya hingga saat kematiannya pun Baekhyun masih disana. cukup sedih memang jika sang ayah dan adiknya tak datang melayat. Bahkan dia sendiri harus menahan kepedihan hati itu sendiri mulai sekarang.
Baekhyun mengusap darah yang keluar dari sudut bibirnya dia merasakan perih yang tak sebanding dengan sakit hati terhadap pria di depannya. sampai kapan dia berbohong dan menahan jiwa membunuhnya jika saja dia tak memegang janji ibunya. "Appa, aku tak akan membiatkan dirimu menang." Tunjuknya dengan wajah serius dan juga tatapan mematikannya sang ayah hanya bisa mengulas senyum evilnya sembari menepuk tangannya tersanjung atas keberanian sang anak dalam melawannya. Dia memasukan Baekhyun dalam list anak durhaka.
"Nyalimu sangat berani, kau membuatku tersanjung akan tetapi kau tak membuatku takut nak. Kau bahkan tak bisa melawanku dengan dirimu yang seperti ini." mendorong sedikit bahu sang anak, Baekhyun yang sadar diri hanya bisa menatap sinis sang ayah dia ingin sekali menghajarnya tapi tak mampu. Dia berfikir apakah Tuhan akan marah padanya jika dia melakukannya? Akan tetapi dia juga diancam sampai membawa nyawa. Lalu, apa yang harus dia lakukan?
Hingga pada akhirnya dia menahan itu semua demi adiknya. Kim Taehyung yang menyayangi ayahnya, dia juga tak ingin sang adik membencinya karena alasan mengotori tangannya dengan darah bedebah di depannya. Bedebah! Satu kata pantas untuk sang ayah yang menghancurkan segala kepercayaan dan sayangnya.
Dia sudah terlanjur muak...
"Aku tidak akan pernah menyakiti Taehyung karena dia anak dari darahku sendiri, lalu kau?! Kau siapa... kau punya hak apa? sehingga kau membuat keputusan mengancamku, bahkan kau hanya sampah dari ribuan sampah masyarakat di kota ini. aku bisa meminta anak buahku menghajarmu sampai habis anak sialan! Kau bahkan bukan anak kandungku, ibumu hanya pelacur yang sudah meng-"
BUGHHH!!
Satu bogeman mengenai pipi sang ayah, sang putra melakukannya tanpa ada rasa penyesalan. Dia ingin menyerang lagi jika saja kumpulan anak buah ayahnya tak menghalangi pergerakan dan niatnya untuk melepaskan semua emosinya. Dia tak terima jika sang ibu dihina demikian.
"JANGAN MENGHINA IBUKU SIALAN! AKU AKAN MEMBUNUHMU KEPARAT! KAU AYAH YANG BURUK DAN AKU AKAN MEMBENCIMU SAMPAI MATI, KAU IBLIS! LEPASKAN AKU SIALAN, LEPASKAN AKU. AKU HAJAR KAU ! AAARGGHHH..... LEPASKAN AKU SIALAN!"
Baekhyun tak peduli jika suaranya habis bahkan dia terus melangkah maju dengan sisa tenaga yang hendak terkuras habis. Biarlah wajahnya yang berantakan semakin membiru akibat di hajar akan tetapi dia tak akan membiarkan jika nama mendiang ibunya dijelekan oleh orang yang tak lain mantan suaminya. Bahkan Baekhyun sudah menganggap pria di depannya itu adalah pria asing, dia tak punya ayah. Ayahnya sudah mati di neraka sementara ibunya pergi ke surga. Baekhyun tak akan pernah putus asa mengejar ayahnya jika masih berani menghina dan menginjakan kaki di pemakaman ibunya. Dukanya belum hilang selepas seminggu dan dia harus menghadapi setan yang sudah membuat dia murka.
Manusia apa dia dan dosa apa Baekhyun pada Tuhan hingga dia mendapatkan ayah yang seperti itu. Dia malu.. dia malu dan tak mau mengakui sang ayah lantaran tabiat buruknya. Dia tak peduli apa itu dosa dengan orang tua lantaran ada hal yang menjadi pemicunya. Lalu... bagaimana sang ayah bisa tega dengan apa yang dia lakukan kala itu... bahkan dirinya harus merendam rasa rindu akan pria itu dan pada akhirnya dia sadar atas kebodohannya dan memilih menyesal seumur hidup.
Sang ayah pun pergi akan tetapi Baekhyun tak ditinggal begitu saja, dia bahkan masih dihajar oleh anak buahnya atas suruhan dia yang baru memasuki mobilnya dengan sebuah smirk mengerikan yang ia ulas. Baekhyun menatap buruk lantai di depannya dan tak berminat untuk melihat ke sana, di depan sang ayah yang pasti melihatnya remeh.
Semua orang disana dan tak akan mempedulikannya lantaran takut mereka juga egois mereka yang lebih mementingkan nyawanya ketimbang membantu dan mereka yang kena. Baekhyun sudah lama hidup bagaikan di neraka, dia tak pernah merasa apa itu bahagia dan nyaman yang panjang. Selama ini dia bisa merasakan dua hal itu saat sang ibu masih ada. Bagaikan tersambar petir semua itu menjadi hal sia-sia lantaran beliau sudah tiada.
Tubuhnya sudah ambruk pun masih dihajar habis oleh mereka, meski ada perlawanan darinya itu semua sebuah sia-sia. Baekhyun sudah terlanjur sakit begitu juga dengan detak jantungnya yang dirasa nyeri. Dirinya juga sudah tak ingat berapa menit dia bertahan dari segala tendakan mereka yang begitu ingin menghabisinya. Jantungnya semakin sakit saja dan wajahnya menjadi campur aduk untuk menahan segala rasa sakit yang dia rasa.
Dia benci ayahnya... dia sangat benci ayahnya dan itu merupakan sumpah. Berhenti menerima pukulan dan tendangan seperti tadi, mereka pergi tanpa ada wajah penyesalan dan juga dengan langkah kaki sombong mereka. Baekhyun yang memegang dadanya sakit dan nyeri berusaha untuk bangkit dengan tubuh yang sempoyongan. Ada darah yang keluar dari mulutnya saat dia batuk, ada sedikit umpatan dengan ucapan 'sial' ia loloskan dari dialegnya. Dia bahkan merasakan tubuhnya mati rasa dan pada akhirnya dia jatuh tengkurap lagi.
Tatapannya nampak kosong... Itu bukan sebuah kebohongan lantaran apa yang dirasakan oleh Baekhyun adalah sebuah mati rasa. Jiwa dan rohnya seaakan tak ingin hidup tapi dia harus dituntut hidup karena suatu hal. Sang adik menjadi penentu dirinya untuk apa dia hidup, tatapannya semakin buram saja saat rasa sakit jantungnya menjalar sampai seluruh tubuhnya. Dia sudah sangat lemas dan wajahnya nampak babak belur, tak ada bedanya dengan sebuah berandal. Mungkin saja orang sekitar takut menolongnya saat ini dan membiarkan tubuhnya begitu saja.
Memangnya siapa dia? Mungkin benar dia hanya sebuah sampah saat ini... tak ada orang yang menolong anak tanpa ibu dan ayah sepertinya. Dia ingin mati jika dia bisa. Akan tetapi, sekaan Tuhan belum mau menerimanya dan dia harus disini. Daun tentu saja berjatuhan mengenai tubuhnya yang terbaring tengkurap dengan kelopaknya yang sudah mengatup tak sadarkan diri. Dia sudah lelah hanya untuk membuka kelopak matanya...
Lelah dan sangat lelah, ingin istirahat dengan masalah di dunia...
"Taehyung..."
Tapi, dia masih punya adik yang harus dia perjuangkan. Pada akhirnya Baekhyun berharap jika dia hanya tidur sebentar untuk mengistirahatkan tubuhnya yang sudah sangat sakit. Bukan tidur selamanya, berharap jika dia bisa membalikan takdir dan meresetnya menjadi apa yang dia harapkan.
Dalam mimpi...
Dalam ketidaksadarannya...
Seperti itulah Baekhyun hidup dalam ketidakkuasaanya hingga dia memilih menjadi bagian yang dianggap remeh. Uang adalah raja dalam masa itu, sampai dia pun sudah memutuskan dalam mata terpejamnya. Melanjutkan atau dia akan mati jika berhenti...
Tak ada pilihan bukan?
(Flashback *** OFF)
..................
.
.
Jieun mendengar semua yang dikatakan oleh namja di depannya, dia merasa iba sekaligus kasihan dengan apa yang terjadi. Dia tak menyangka jika pria sebaik ini harus menerima semua itu, dia tak habis pikir kenapa ayahnya tega melakukan itu. Dia juga memberikan selimut hangat pada Taehyung yang sudah pulas tidurnya, berbaring di sofa yang empuk dan nyaman membuat namja muda itu mudah sekali tertidur. Tak ayal jika Baekhyun merasa tak enak dengan tuan rumah akibat ketidaksopanan sang adik. beruntung Jieun tak masalah dengan hal itu.
Keduanya duduk dalam canggung walau sementara sudah ada dua teh hijau yang disiapkan gadis cantik itu sejak tadi. Dia melihat wajah Baekhyun yang lebam dan dia mempunyai inisiatif untuk mengobatinya.
"Baek jika boleh aku ingin..."
Jieun menunjuk pipi Baekhyun dia seperti memberikan sebuah isyarat, tentu saja Baekhyun sendiri paham. Dia mengangguk meski dia tak enak hati dengan tuan rumah, akan tetapi dia juga tak terampil jika harus mengobati diri sendiri.
Pada akhirnya tuan rumah tersebutlah yang membantunya mengobati luka tersebut, sesekali Baekhyun meringis saat kapas dengan alkohol itu menempel pada luka lebamnya. Sudah banyak sekali pukulan dia terima dan itu berasal dari ayahnya yang sangat brengsek. Dia rasa dia tak masalah jika harus jadi durhaka, dia harus ingat masih ada orang yang dia lindungi dan itu adiknya. Bisa saja sang ayah menculik adiknya untuk kedua kalinya, hingga dia terpaksa meminta bantuan menumpang disini. Dia pun menyimpan senjata pistolnya agar gadis di depannya tidak takut.
Entah sejak kapan kedua mata mereka bertemu dan itu berlangsung beberapa menit saat mereka bertatap dengan jarak yang dekat. Jieun yang terkadang tersadar mengalihkan perhatiannya ke arah luka lebam tersebut dan memfokuskan untuk mengompres luka itu. Begitu juga Baekhyun yang merasa malu dengan keadaan seperti ini hingga ada semburat merah dari kedua pipinya.
Oh... sepertinya jarak mereka makin dekat dan entah kenapa ada bisikan setan untuk menyentuh kedua bibir satu sama lain. Ada ingatan kecil saat itu terjadi, dan tatapan mereka makin dalam. Baik Baekhyun dan juga Jieun tak sadar dengan apa yang mereka lakukan, sampai pada akhirnya...
Brukkk!
"Aduhhhh.... sakit."
Taehyung jatuh dari sofa, suaranya yang mengaduh sukses membuat kedua anak muda itu sadar dan menjauhkan wajah mereka. Baekhyun merasa malu dan salah tingkah, begitu juga dengan Jieun yang buru-buru mengalihkan perhatiannya kemanapun asal bukan dua manik mata yang seakan menariknya itu. Taehyung meringis dengan bahu yang dia sentuh ini sakit dan dia habis bermimpi mengejar superhero yang dia kagumi, ironman.
"Tae kau tak apa?" sadar jika sang adik jatuh terlungkup, membuat dia langsung membantu namja manja itu bangkit. Taehyung yang sedikit terpejam matanya juga mengumpulkan nyawanya, beruntung dia tak jatuh dari ranjang tinggi seperi rumahnya. akan tetapi dia cukup memalukan karena hal tak dia sadari tersebut.
Jieun juga membantu Taehyung dan menanyakan hal sama, dia mengira pasti sofanya terlalu sempit untuk tingkah polah tidur Taehyung yang ekstrem.
"Tak apa Jieun, Taehyung seperti anak badak dia tahan banting." Celetuk sang kakak dengan senyum usilnya. Sungguh mulia hatinya karena membenarkan apa yang menjadi aib Taehyung yang notabene artis muda sedang naik daun itu.
Gadis cantik itu tentu saja tersenyum, dia baru tahu jika Baekhyun sangatlah lucu dan bisa membuat dia terhibur. Dia juga merasa nyaman dan menjadi suasana asyik jika dekat dengannya. Mungkin tak masalah jika dia mengijinkan keduanya disini cukup lama sampai keadaan memungkinkan. Apalagi dia senang bisa membantu dia juga tak terlalu padat dengan jadwal kerja.
Menyenangkan dan mungkin saja dia tak akan kesepian di rumah semegah ini. Apalagi tingkah polah Taehyung yang bisa membawa keseruan, dia juga memperketat keamanan dengan beberapa security dan menjaga rahasia keduanya. Bahkan akan membantu menyetujui vakumnya Taehyung di dunia hiburan. Bisa saja akan ada bahaya besar datang lain waktu dan Baekhyun akan menyiapkan amunisi untuk menghadapinya.
Meski di lain pihak dia juga memikirkan nasib Luhan yang entah kemana dan kabarnya, dia juga ingin membantu menemukan kakaknya tersebut.
"Luhan hyung bagaimana kabarmu?" Baekhyun juga terlihat khawatir meski dirinya sedang menyelimuti adiknya yang pulas kembali. Beruntung Jieun tak terlalu memperhatikan raut khawatir itu.
.
.
........................
Ada yang tajam tapi bukan pisau, ada yang jahat tapi bukan ucapan, ada yang hancur tapi bukan kayu. Hanya seonggok tubuh yang berlumuran darah, tubuh tak berdaya yang merupakan salah seorang kepercayaan ayahnya yang susah diajak kerjasama. Pemakai narkoba dan juga pengkhianat yang sudah dia duga.
Dia datang membawa pisau dan pulang membawa senjata dalam koper dengan jumlah banyak. Dia juga menunjukan banyaknya benda berbahaya itu pada bos besar yang mengulas senyum bangga akan keberhasilan yang muda disana.
Xi Luhan tak ada niat untuk menikmati menjadi salah satu bagian anggota disana hanya saja dia melakukan ini untuk sebuah janji. Dia lega melihat ibunya baik saja akan tetapi dia murka saat tahu ayahnya membuat ulah. Menculik Taehyung adalah sebuah kejahatan dan menghajar Baekhyun adalah sebuah kesalahan besar yang ingin segera ia tebus dengan sebuah tembakan mematikan teman kesayangannya. Dia tak ingin membuang waktu dan segera mengikat perjanjian agar lebih mudah.
Sampai akhirnya dia sendiri yang menagih janji itu dengan caranya tentunya.
"Aku ingin meminjam anak buah terhebatmu, lakukan seperti janjimu. Aku sudah melakukannya dengan baik bukan?"
Luhan memainkan pistol barunya yang dia dapatkan dari pria yang duduk di sana dengan senyum puasnya. Milyaran uang dalam koper itu seakan menjadi hubungan timbal balik yang Luhan akan dapatkan, malahan Luhan mendapatkan ratusan juta sebagai gaji yang dia terima. Cukup besar bukan walau hanya menghajar musuh satu jam lamanya.
Tentu saja Luhan menerimanya dengan senang hati dia melakukan semua itu dengan tenaga dan bukannya ampas usaha semata. Dia juga tak suka dengan ayah tirinya yang merebut segalanya. Kemungkinan ini cara Tuhan membantunya meski dia tahu dia berada di dunia yang gelap dan berbahaya. Akan tetapi dia juga bisa menjaga Baekhyun dari ancaman pria yang sedang ia hadapi sekarang.
"Ambilah anak buah terbaikku dan lakukan dendammu aku akan menepati janjiku karena aku orang yang jujur."
Luhan tak peduli dengan hal itu, akan tetapi dia lebih peduli keselamatan kedua adiknya. dia juga khawatir dengan Kyungsoo yang pada akhirnya dia tahu bahwa semua maid di rumahnya memilih meliburkan diri setelah kejadian pagi itu. Luhan rasa ayahnya sudah menampakan taringnya dan dia tak akan diam begitu saja.
"Bisa aku minta vodka aku sangat haus."
"Kau nampak sangat berwibawa sekarang."
Pujinya dengan memberikan sebotol vodka pada Luhan dan dengan mudah ditangkap dengan satu tangan kanannya.
"Aku tak ingin wibawa aku hanya ingin kematian untuk pria itu." Luhan meminumnya dengan tegukan rakusnya dia ingin melampiaskan segala amarah yang berkecamuk dalam dirinya bukannya apa, sudah lama dia menampung dengan dendam ini.
"Akan segera datang Luhan jika kau mau berusaha." Seperti seorang ayah yang menasihati anaknya, tapi bukan berarti Luhan menyukai gaya bicaranya sampai dia sendiri berpura-pura tersenyum.
"Ya, dan aku menunggu hal itu. Tapi aku akan membunuhnya dengan tanganku sendiri lain kali." Tatapan mematikan sulit di tebak dengan segala jawaban di dalamnya. Sebuah sunggingan senyum mematikan yang membuat siapapun bergidik ngeri. Ini seperti bukan Luhan biasanya dan justru dirinya mengalami perubahan dari segi penampilannya dalam dua hari. Dimana mata rusa yang selalu menenangkan dan senyum humoris itu? sepertinya tidak ada.
Berubah karena sebuah dendam dan sakit hati....
Semoga Tuhan mengampuni segala dosanya, sama seperti yang diucapkan ibunya. jujur, dia masih labil dan butuh seseorang untuk menegurnya. Sebelum Tuhan sendiri yang melakukannya...
.
.
.
TBC...
Ini sudah sangat panjang aku dalam menulis ff ini, apakah kalian sudah bosan? Kuharap tidak karena akan ada chapter yang menyelesaikan masalah ini. maaf panjang karena author tidak bisa menulis skripsi panjang hanya beberapa maksimal 3000 kata author tulis. Semoga kalian puas dengan hasilnya dan apresiasi anda yang saya butuhkan.
Sudah dua jam saya nulis dan semoga bisa masuk dalam feel kalian. Apabila ada kekurangan mohon dimaafkan karena saya manusia biasa yang tak luput dari salah, jika ada beberapa kata typo mohon maklum author masih belum seteliti penulis sastra tapi author masih belajar.
Jangan lupa berbahagia selalu dan tetap sukses dengan impian kalian.
Kecup cinta dan rasa sayang author untuk kalian... gomawo...
28/05/2020
#ell
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro