Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

운명 때문에 나뭇잎이 땅에 닿을 때. (29)

'Suatu hari nanti ibu dan ayah yang menyuruhku pergi, suatu hari nanti banyak orang yang menyuruhku enyah dari istana ini, dan suatu hari nanti dunia yang menginginkan aku pergi..."

...................

(Author ***** POV)

(Flashback **** ON)

.

15 Tahun yang lalu....

.

.

Luhan, dua belas tahun yang lalu. Hanyalah seorang bocah kecil penuh kepolosan. Bocah dengan segala imaji juga kesenangan dalam semua permainan. Keakraban dengan teman sebayanya adalah sebuah moment berharga dalam hidupnya. Ya... masa kecil yang cukup bahagia bagi bocah keturunan Cina tersebut.

Kebahagiaan yang begitu sederhana, sangat sederhana sebelumnya....

Dimana sang ayah belum mencapai kesuksesannya seperti sekarang.

Tubuh itu hanya terdiam termagu, di depan kaca jendela dengan atensi tetap menatap jalanan yang sepi di sore hari. Memeluk boneka kecil beruang kesayangan bertopi hitam miliknya, memeluk erat kado usang dari sang ayah yang ternyata ditemukan sang ayah di tempat pembuangan sampah. Saat itu Luhan berusia dua tahun ketika boneka itu menjadi hak miliknya. Alangkah bahagianya dia mendapat kado dari istimewa, meskipun kado itu adalah barang bekas.

Luhan anak penurut, dia tidak akan bisa mengeluh apapun kehidupan ekonomi orang tuanya. Dulu... ketika sang ayah belum sukses, sang ibu selalu memasak sayur kubis dengan kuah yang memiliki rasa asin tanpa penyedap dan rempah lainnya, atau memakan ikan air tawar yang berukuran sedang dengan nasi yang ditotol di atasnya. Asal terdapat bau ikan Luhan bahagia, karena apa? dia bisa duduk dan berkumpul bersama di meja makan. Tertawa dan bercanda dengan kedua orang tuanya. Bagi Luhan kecil kesederhanaan dan ketidakpunyaan ekonomi tinggi sang ayah adalah hal yang tidaklah buruknya. Karena keadaan tersebutlah Luhan masih bisa merasakan kebahagiaannya.

Satu jam....

Atau dua jam...

Entah berapa lama, bocah kecil itu masih setia dengan posisi berdirinya. Tak menunjukan sebuah tanda bosan pada dirinya. Seakan jalanan di depannya adalah pertunjukan yang sangat menarik dimatanya. Luhan berharap apa yang ia nantikan segera datang, tinggal menunggu waktu sore yang kian menipis karena matahari senja segera turun dari tahtanya.

"Luhan?"

Dalam keterdiamannya, suara sang ibu berhasil memanggilnya. Mau tak mau Luhan kecil menolehkan kepalanya, sembari memeluk boneka kesayangannya bocah berusia lima tahun itu kini berada dekat dengan sang ibu yang berjongkok. Kedua manik netra yang sama itu saling menatap, bisa kalian bayangkan bagaimana tatapan antara ibu dan anak tersebut? terlebih sang ibu mengulas senyum di wajah cantiknya, senyum yang diwariskan pada jagoan kecil di depannya.

"Ayo makan, ibu sudah menyiapkan makanan kesukaanmu." Sang ibu menoel hidung sang anak. bermaksud untuk menjahili putra kesayangannya.

Mendapat toelan sang ibu, Luhan mengedipkan kedua matanya sebentar. Terasa gatal dan ingin bersin ketika rasa geli dari jemari ibunya. Namun, pada akhirnya bocah tampan itu mengurungkan bersinnya.

"Appa sudah pulang?" pertanyaan yang ditanyakan sang anak, tak pernah bosan untuk diucapkan dan terlalu sulit untuk di jawab ibunda. Seketika wajah gelisah muncul di wajah cantik sang ibu, ia ingin menjawab tapi takut mengecewakan hati sang putra. Bukannya apa, hanya saja. dirinya mendapat kabar jika hari ini sang suami sedang lembur. Maka, dapat dipastikan bahwa mereka berdua tak bisa makan malam bersama.

"Eomma.." Luhan dengan bahasa cinanya. Tangan mungilnya menyentuh pipi sang ibu yang sedikit menirus, melihat wajah sendu sang ibu membuat naluri sang anak mendadak keluar. apa yang Luhan pikirkan saat ini adalah sebuah pertanyaan. Kecemasan dirinya melihat wajah sendu sang ibu.

Tangan halus sang anak membuat wanita cantik dengan rambut panjangnya itu mengulas senyum. Ikatan batin yang begitu kuat membuat dirinya peka rasa. Nyonya Xi tahu bahwa putra kecilnya mengkhawatirkan dirinya. Tentu saja, dia tidak ingin anaknya dilanda khawatir. Cukup dirinya yang merasakan hal itu.

"Appa sedang lembur sayang, ayo kamu makan dulu bareng eomma. Nanti eomma ajak Luhan bermain." Mencoba menghibur sang putra, dengan ucapan hati-hatinya.

Bagaikan ditancap duri tepat di hati, tiba-tiba saja wajah namja kecil itu tertekuk. Tangan kanan yang memeluk boneka itu seketika menegang. Membuat boneka usang namun disayang itu seperti sesak. Andaikan jika boneka itu hidup pastilah boneka itu akan berteriak minta dilepaskan.

Sang ibu kalang kabut, tak menyangka jika Luhannya akan seperti ini. wajah tertekuk dengan tubuh yang menandakan sebuah emosi tertahan. Tak ia sangka jika putranya yang selalu mengulas senyum riang dan ramahnya bisa marah dengan semudah ini.

Apa mungkin berkali-kali anaknya merasa kecewa?

Berkali-kali janji itu dibuat sang ayah, berkali juga Luhan bahagia dan terlalu banyak berharap akan sebuah ketepatan. Berkali-kali janji itu dilanggar karena lupa atau memang sengaja dilupakan. Berkali-kali Luhan menelan kekecewaan yang tak berujung, sakit hati di hati putih polosnya tak sesuai dengan pola pikirnya yang masih bocah. Jauh dari kata permasalahan dewasa.

Tak ayal jika memang bocah keturunan Cina itu mudah marah. Nyatanya pemicunya adalah ayahnya sendiri. dalang dari segala tindak tanduk Luhan kecil berubah tabiat perlahan.

"Luhan?" tangan itu terulur, mencoba mengusap rambut hitam sang anak. sembari menenangkan buah hatinya untuk tetap tenang.

Hanya saja ketika telapak itu hendak menyentuh puncaknya, sebuah tepisan singkat dengan sakit tak seberapa membuat nyonya Xi membulatkan matanya. tak ia sangka jika sang anak yang terkenal akan sopan santun itu telah menepis tangan sang ibu. Berlari dengan teriakan sedikit melengking.

"AKU BENCI APPA!"

Sebuah pernyataan dengan nada keras penuh kekecewaan. Bersamaan dengan langkah lari di setiap lorong rumah besar nan mewah itu. katakanlah jika sekarang mata itu basah akan air mata. Tak bisa membendung cairan bening itu membuat Luhan mengeluarkannya dari kelopak begitu deras. Mengusap sangat kasar dengan lengannya, tak peduli jika mata kanannya akan memerah. Bahkan tak sadar jika boneka beruang kesayangan lepas dari pelukannya. Cukup saja dia merasa kecewa untuk kesekian kalinya.

Tak tahukah dia, jika...

Sang ibu juga menangis sama halnya dengan dirinya. Nyatanya kehidupan sang anak jauh lebih buruk. Bukannya bahagia, ekonomi yang meningkat justru membuat sang anak merasa sengsara. Bagaikan terjebak dalam sel tahanan. Ingin rasanya nyonya Xi membalikan waktu sekarang. Tak apa jika ekonominya rendah, tak apa jika semua sederhana tanpa adanya kemewahan. Tak apa jika dia selalu memasak sayur kubis bagi keluarganya. Nyatanya, kehidupannya yang dulu lebih bahagia ketimbang sekarang.

Andaikan semua itu bisa ia lakukan untuk sekarang......

.

.

.

.

Menangis...

Satu hal yang paling dibenci. Tapi, dilakukan tanpa sadar. Duduk termenung dengan wajah yang tersembunyi di balik lipatan kakinya. Tersedu-sedu dengan isakan yang terdengar memilukan. Tinggal di Korea namun bermarga Cina, sangat jauh dari kehidupannya yang dulu.

Kadang terpikir di benaknya untuk kembali ke kampung halaman. Desa yang kecil namun menyimpan kenangan indah dalam hidupnya, hidup sejak lahir hingga usia dua tahun sudah menciptkan kenangan manis baginya. Meski hanya beberapa yang ia ingat, tapi hati kecilnya berkata jika dia dulu bahagia dengan kehidupan masa kecilnya. Biar saja jika dia dianggap cengeng, biar saja ada tatapan aneh sekaligus bingung tertera pada mereka yang mengamati dirinya.

Bolehkah Luhan berharap?

"Ni Hao?" sebuah sapaan dengan bahasa cina.

Samar-samar di tatapnya seorang bocah kecil laki-laki dengan tas berbentuk kepala doraemonnya. Menatap penuh riang dan senyum cerah dengan gigi ompongnya. Oh jangan lupa bagaimana mata bulat itu menghiasi wajah mungilnya. Terlebih kepala botak dengan rambut yang sedikit tumbuh memberikan kesan imut dalam dirinya.

Luhan yang masih sesenggukan. Ditambah dengan kelopak sembabnya, masih dengan posisi duduk dengan lutut tertekuknya.

"Kau hikkss... kau siapa..." sedikit sesenggukan, namun Luhan kecil bisa mengucapkannya dengan benar.

Tersenyum....

Menampilkan gigi ompongnya, jangan lupa bagaimana tangan kanan itu terulur dengan semangat. Persis di depan bocah kecil yang habis menangis di depannya. wajah yang riang dengan senyum lebar, membuat kelopak bulatnya seketika menutup.

Menggemaskan....

"Pelkenalkan namaku Kyungsoo, panggil aku Kyung Kyung. Namamu Luhan bukan? Kita tetangga, karena appaku tinggal di sebelah lumahmu."

Apakah Luhan tak salah dengar, tadi dia bilang tetangganya. Sejak kapan? Apa karena selama ini Luhan jarang keluar rumah dan sibuk mengamati jalan pulang sang ayah? Atau memang karena sikap tertutupnya membuat ia tak sadar akan sekelilingnya. Bukannya membalas salam perkenalan bocah dengan nama Kyungsoo itu, Luhan malah celingak-celinguk kepalanya. Memastikan adakah orang lain selain dirinya dan bocah di depannya.

Kyungsoo? Hanya menatap polos dengan posisi tangan tak berubah.

"Kau bisa bahasa Cina?" Luhan bertanya, tentu saja tak ia balas jabat tangan Kyungsoo kecil. Membuat tangan yang terulur itu perlahan turun, dengan kekecewaan yang tersembunyi di dalam dirinya. Hanya saja Kyungsoo terbiasa dengan sikap acuh tak acuh dari orang lain.

"Tidak... aku hanya tahu kata Ni Hao. Kalena aku seling dengal appa menyapa olang cina dengan kata itu."

"Aku kira kau pintar ternyata kau bodoh." Ketus Luhan, sedikit tajam ucapan bocah kecil tersebut. untungnya yang di ejek tidak sakit hati karenanya.

"Kyungsoo sekolah, bial pintal..."

"Dasar aneh!"

Melihat Kyungsoo yang duduk di sampingnya membuat Luhan mau tidak mau menggeser posisi duduknya. Tapi bukannya menyerah Kyungsoo malah ikut menggeserkan posisi duduknya. Luhan terus bergeser, begitu juga Kyungsoo yang mengikutinya.

Terus...

Terus...

Terus...

Dan terus...

.

.

Brukkkk!!!

"Aw, sakit!!"

Hingga pada akhirnya Luhan jatuh dengan tidak elit. Pantat yang mencium tanah terlebih dahulu bukannya nikmat yang di dapat bocah tersebut malah ngilu tak tertahan yang ia dapatkan. Menggosok pantatnya yang sedikit sakit dengan cara berdiri yang sedikit terhuyung, jangan lupa ringisan kesakitan khas bocah membuat Luhan nampak imut dengan ekspresi tersebut. tentu saja....

Kyungsoo menatap polos sedikit penderitaan tetangganya itu.

"Kau tidak apa-apa?" Kyungsoo bertanya dengan mata bulat berkedip.

"Sakitt..." dengan bibir mengerucut, jangan lupa wajah yang sedikit sedih Luhan mengadu. Dia tak bisa menyalahkan Kyungsoo, hanya saja dia menyalahkan si pembuat kursi yang tidak membuat pembatas untuk kursi tersebut.

"Mau ice cream?"

Sebuah penawaran manis bagaikan lembutnya ice cream coklat. saat dengan nyata sebuah uluran tangan terarah padanya, ajakan yang penuh dengan binar bahagia. membuat Luhan sedikit terperangah karena sensasi persahabatan yang sudah lama tak ia rasakan. Mengenal lebih dekat bukan masalah bukan?

Nyatanya, kali ini ajakan Kyungsoo berbuah hasil. Dengan bukti nyata....

Sebuah penerimaan Xi Luhan, dimana ajakan menikmati ice cream sulit untuk di tolak. Nyatanya Kyungsoo punya cara sendiri untuk bisa mengenal orang lebih dekat. Dengan senjata manis nan dingin juga lezat.

(Flashback **** OFF)

.........

"Hyung, ada apa? kenapa pipi anda memerah?"

Terkejut memang ketika menemukan tuan muda tengah berdiri di atas balkon. Berdiri dengan tatapan yang berbeda menurut Kyungsoo.

Kim Luhan, itulah dia. Menatap datar tanpa memberikan sebuah balasan, malam ini tepat pukul tujuh malam Luhan sudah lama disini. tak terasa satu jam sudah dia disini. mungkinkah Luhan menunggu kedatangan seseorang disini? mengingat hanya balkon di kamarnya yang menjadi tempat favoritnya.

"Ada apa?" ucapan yang begitu dingin terasa. Membuat Kyungsoo mendadak menelan ludahnya kelu. Dalam otaknya bertanya, 'ada apa gerangan dengan tuannya?'. Tak biasa dengan sikap Luhan yang seperti ini.

"Nyonya, mi-minta anda turun dan makan bersama tuan." Kyungsoo tergagap sendiri.

"Apa Baekhyun dan Taehyung sudah pulang?"

"Be-belum, mereka belum pulang. Tapi tuan Kim sudah duduk dan menunggu anda untuk ikut makan."

"Kyungsoo beritahu Baekhyun dan Taehyung untuk jangan pulang malam ini. suruh mereka menginap di apartemen di jalan Seoul, dekat hotel Kyumyung no.12. dengan kode password 080945 katakan juga pada mereka untuk jangan pulang selama tiga hari."

Kyungsoo terkejut, tiba-tiba saja majikan mudanya menyuruh hal tersebut.

"Eh? Tapi kenapa men-mendadak??!"

"Lakukan saja Kyung, ini perintah! Dan oh ya telfon Taehyung dia paham jika kau sudah mengatakan apa yang aku sampaikan padamu."

"Ba-baik..."

Kaget memang, ada yang aneh dengan sikap Luhan malam ini...

"Luhan hyung, anda baik?" sedikit khawatir memang.

"Ne... aku baik, turunlah. Aku sedang ingin sendiri."

Terucap dengan senyuman tipis tanpa bermakna. Meski tersenyum tapi, penuh kepura-puraan. Membuat Kyungsoo tidak berani untuk bertanya lagi, cukup mengangguk dan menurut sudah menjadi jalan terbaik untuk statusnya.

Dalam perjalanan turun pun, Kyungsoo merasa aneh. Teringat akan suatu hal saat melihat senyum tipis dan sikap dingin tuan muda. Membuat Kyungsoo sedikit mengenal akan seseorang, tapi siapa? Hanya saja Kyungsoo lupa akan nama dan rupa wajah seseorang meski dulu dia juga berusaha mengingat hal kecil tersebut. ingat akan bagaimana, dirinya yang tak sengaja dulu tertimpa bangunan reyot yang tak sengaja dimasuki teman masa kecilnya. Hingga akhirnya... sebagian memorinya hilang dan kehilang kabar teman kecilnya. Yang Kyungsoo ingat dulu hanya Baekhyun dan Taehyung, juga....

Nama yang sayangnya terlupa olehnya....

............................

Tbc...

Hai semua kembali lagi dengan author yang kacangan ini. alhamdulilah bisa up satu cerita yang kalian tunggu, dan bikin kalian semangat buat baca setiap kisahnya.

Oh ya gimana menurut kalian, chap ini udah bagus belum. Maaf ya kurang panjang, jari author udah keriting nih hehehe. semoga hasilnya maksimal dan kalian puas dengan chap ini ne. Jangan lupa vomment cantiknya guysss...

Terima kasih untuk dukungan dan kesabaran kalian. Semoga kalian bahagia selalu....

Sekian dari saya, kecup manja penuh cinta untuk kalian.

Semoga kalian sehat dan bahagia selalu...

Gomawo and saranghae...

#el

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro