Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

완만하게 경 사진 도로, 계속 될까요? (51)

" Lembut jatuh daun di musim gugur, kemuning yang memerah dari dahan yang sudah mati bercabang. Sepoi angin yang datang dan merontokan yang ada, dia yang lebih kuat karena menjatuhkan yang pernah hidup darinya. Ijin Tuhan.... satu hal yang ada, bahwa kematian itu ada hanya menunggu waktu, hanya menunggu malaikat maut menjemput dan menghentikan pantauannya terhadap kita. Hingga, akhirnya kau bisa tersenyum kau bisa bersuka cita karena tugasmu di dunia telah usai, pulanglah... karena surga menunggumu."

.

.

.

.

(Author **** POV)

Manis, hal yang dirasakan saat lidah seorang Kim menyeruput dengan sedotan kecilnya. Memantau sekitar dan masih berada di halaman rumah sakit. Dia dengan satu tangan penuh akan Hamburger, saus tomat dan mayonaise memenuhi lapisan di depannya. Melangkah kakinya melewati taman yang tak lagi banyak orang disana, seperti tadi.

"Kau membelikan makanan untukku atau untuk dirimu?" seseorang membuyarkan semangat si bungsu, omelan dan terguran berpadu menjadi satu membuat yang pasa awalnya mengumbar senyum itu luluh lantak. Bukan apa, hanya saja ia melihat seonggok manusia yang memakai baju pasiennya menatap sedikit nyalang ke arahnya, meski pada kenyataannya dia terlihat tak menakutkan bagi si adik.

"Eoh.. aku lupa hyung." wajah terpampang polos dengan binar mata merasa bersalah, nampak pas di wajah seorang entertaint yang sedang naik daun ini. Sukses membuat sang kakak menepuk jidatnya frustasi, bingung menghadapi sang adik yang memiliki kegoblokan tingkat haqiqi. Ah, mungkin ini terlalu kasar, katakan saja adiknya terlalu polos saat ini.

"Kau bilang kau akan membelikanku makanan, dasar durhaka kau membuat aku kelaparan. Kau pikir makanan jatuh dari langit." Tangannya bergerak tak terima sadar jika masih ada selang infus disana. oh, sakit itu menyedihkan dan Baekhyun ingin sekali keluar dari rumah sakit ini.

"Jika kau meminta maka Tuhan akan bertindak." Duduk dengan santainya, menjatuhkan pantat tanpa rasa bersalah. Tersenyum kemudian sambil tangannya menepuk kepala sang kakak dengan halus, berharap sang kakak tak jadi marah. Cara yang cukup ampuh menurutnya karena menjinakan sang kakak tidaklah sulit.

Lapar...

Taehyung memasukan hamburger dalam sekali suap, menggigitnya dalam porsi besar dan setengah bulat. Hampir saja ia tersedak jika Taehyung tidak meneguk minuman yang baru ia beli. Membuat Baekhyun hampir tertawa terjungkal disana, bagaimana tidak melihat sang adik seperti itu tak ada bedanya dengan sebuah bakpao isi kacang merah. Apalagi mata bulat yang mendadak itu membuat Baekhyun membandingkannya dengan Kyungsoo. Mungkin sebelas dua belas hanya beda tingkahnya saja.

"Dasar bocah itulah azab karena kau menipu sang kakak. Hahaha rasakan... rasakan bagaimana susahnya menelan makanan."

Begitu bahagianya Baekhyun melihat sang adik seperti ini ia tak akan menyangka jika mendapatkan hiburan sebesar ini. Ia merasa sehat hanya karena obat sederhana ini, ia tak lagi merasa nyeri di dadanya. Taehyung membawa hal baik untuknya, dan itu benar adanya.

Taehyung mengunyah makanan di mulutnya dengan segera ia hampir saja memuntahkan makananya dan ia enggan melakukannya atau akan terlihat sangat menjijikan. Ah, jika memang benar pasti akan jadi skandal bagi artis yang baru naik daun sepertinya. Seperti biasa, bukannya menolong sang kakak justru mentertawakannya. Namun, hal itu tak berlangsung lama karena Baekhyun berdiri dan memijat tengkuk sang kakak saat Taehyung berhasil menelan semua makannya.

Dengan segera Baekhyun menaruh makanan sang adik, melihat Taehyung sedikit kesakitan pada wajahnya membuat Baekhyun iba. Ini salah, jika dia mentertawakan sang adik seperti itu. Pasti rasanya sakit.

Untuk kali ini Baekhyun tidak ingin menjadi egois...

"Astaga kau bayi besar yang tak akan bisa apa-apa jika tanpa hyung."

Menepuk pelan dan sesekali memijat sekitar tengkuk sang adik. Tak dirasa kegiatan mereka dilihat beberapa suster, karena nyatanya siapa yang sakit siapa. Cukup heran, apakah sekarang dunia terbalik. Yang sakit merawat yang sehat, sementara tingkah absurd Kim Taehyung memancing tatapan berbagai pihak.

Ini adalah hal yang paling antimainstream...

"Hyung kau mengataiku, aku memang sedang kena musibah. Aduh, kerongkonganku menjadi panas." Mengambil minuman yang ada di dekatnya, dan membuang tutup plastik itu, meneguknya dengan beringas sampai habis. Baekhyun yang melihatnya saja langsung cengo seketika. Apakah ini wujud sang adik jika sedang di atas kuadrat.

Ya setidaknya Taehyung adiknya dan Baekhyun menerima segala kekurangan dan kelebihan Taehyung.

"Sudahlah, kau makan dengan pelan dan jangan sampai tersedak. Kau yang masuk dalam ruang perawatan bukannya aku." Wajah masam sang kakak dibalas muka kecut sang adik. Sungguh dua saudara yang bersahaja dan patut menjadi idaman.

Membuat yang mudah cemberut dari yang muda, setelahnya...

Keduanya tertawa ketika sang kakak mulai menunjukan gigi putihnya dan tertawa bahagia. Sampai suara mereka begitu mendominasi satu tempat.

.

Baekhyun dan Taehyung keduanya duduk di taman belakang rumah, keduanya adalah salah satu dua manusia yang menjadi pusat perhatian beberapa pasien disana. Bagaimana tidak? Baekhyun yang justru mengalah dan memberikan pahanya kepada sang adik untuk berbaring, dimana yang sakit seharusnya dimanja bukan malah memanjakan. Bagaimanapun tidak ada yang salah karena disini Baekhyun lebih tua dan dia merupakan kakak yang berusaha untuk membuat sang adik nyaman disampingnya.

Meski pemandangan ini terlihat aneh.

"Kau yang seharusnya merawatku, bukannya aku yang merawatmu Taehyung." Ucap Baekhyun dengan senyuman tipis menawannya. Menaruh dagunya di telapak tangannya menatap sekitar yang jauh lebih baik ketimbang melihat wajah jutek sang adik.

"Apa kau tidak keberatan?" Taehyung bersua, membuat sang kakak melirik sebentar meski tatapannya kembali fokus ke arah mereka yang sedang sibuk dengan kegiatan mereka. Mungkin pasien disini banyak sekali yang penat hingga mereka sibuk di luar seperti sekarang. Memang benar alam membawa dampak baik bagi jiwa dan raga sama halnya dirasakan oleh Baekhyun sekarang.

Ia hanya bisa menghirup oksigen bebas yang terbuka dan bukannya tabung oksigen yang terpasang di setiap ruang perawatan. Ini menyenangkan sekaligus melegakan.

"Kenapa hyung diam, aku tidak suka diabaikan." Sindiran yang memuat sebuah tuntutan, dimana sang adik enggan mendapatkan jawaban bisu sang kakak yang membuat hatinya sedikit dongkol. Disini dia menemani bukannya diabaikan, membuat jiwa manja Kim Taehyung meronta.

"Menurutmu hyung harus apa, saat adik kesayangan ini sudah mau menemani hyung dan tidur bagaikan bayi. Hyung masih punya hati membiarkanmu Tae." Baekhyun dengan tatapan polosnya bahkan ia memoles kepala adiknya pelan, membuat rambut sang adik berantakan dan menciptkan cemberut di bibir Taehyung kemudian. "Kau jelek!" ejek sang kakak dengan cengengesannya, membuat Taehyung memutar bola matanya malas. Ia tampan ungkapnya tegas, bahkan banyak fansnya yang bilang jika wajahnya bak pangeran yunani keturunan dewa.

Tapi Baekhyun tetaplah Baekhyun dia tidak akan peduli dengan tingkat kepedean sang adik yang mana justru Taehyung selalu menghiburnya. Ini merupakan sebuah hal yang membuat ia merasa nyaman disaat sakitnya.

Katakanlah Taehyung adalah penyemangatnya.

"Hyung, apa kau membenci appa?"

Baekhyun sempat tersingkap, baru saja ia memejamkan mata hanya untuk menarik nafas penuh dan mengambil oksigen dari alam ia justru mendapatkan lontaran pertanyaan yang membuat kepalanya merasa blank seketika. Apa yang dipikirkan Taehyung hingga dia bertanya hal itu?

Ia merasa...

"Kenapa appa berubah Baek hyung. Apa dia tidak sayang aku lagi, apa dia juga..."

Merasa terenyuh apalagi melihat wajah sang adik yang tertunduk sedih, dia yang merasa mencelos hatinya membuat siapapun merasakan hal yang sama. Hanya saja sang kakak jauh lebih sakit hatinya. membuat ia tergagap dan berusaha mencari kata yang tepat untuk adiknya.

Melihat wajah sedih Taehyung, adalah hal terburuk baginya.

Sampai ia diam seribu bahasa.

"Tae...."

Baekhyun melirih....

Ia sedikit menggigit bibir pucatnya dan menjilatnya agar basah. Jujur ia gugup dan Taehyung berhasil melakukannya. Kenapa sang adik begitu besar memberikan ia cobaan untuk berpikir keras. Apakah ia melakukan hal baik dengan kebohongan lagi? Dulu Taehyung terpaksa ia bohongi dengan mengatakan tak ada kata benci itu pun ketika Taehyung masih kecil dan menurut padanya. Bedanya, sang adik sudah dewasa dan mengerti mana yang baik dan tidak.

Baekhyun ingin mengeluh, kepalanya serasa ingin meledak saja. Melirik sekitar dan mencari sebuah alasan tepat. Sementara sang adik menatap sang kakak dari bawah, dia melihat sang kakak dengan wajah tidak enaknya. Mungkin saja, dia membuat kesalahan.

Ah, Taehyung menjadi tak enak hati...

"Appa tetaplah appa kita, dia yang membuat kita hadir begitu juga dengan eomma. jika appa jahat maka hyung dan kau juga, karena orang tua pasti mewarisi gen sifat mereka pada kita. Apa kau merasa dirimu jahat Tae?" sang kakak menatap mata sang adik dengan wajah tersenyum. Ia tak ingin memberikan jawaban pasti untuk sang adik, melainkan dengan halus memberikan kesempatan sang adik untuk berpikir.

Tentu saja secara tak langsung Baekhyun berhasil membuat Taehyung melakukan hal itu. secara harfiah sang kakak memang mengajarkan kehidupan meski itu tak nampak.

"Entahlah, hanya saja aku menyayangi appa. Dia sudah banyak melakuka hal untukku, bahkan membuatku seperti sekarang. Aku tak bisa berpikir kemana hyung dan eomma pergi setelah itu sementara appa lah yang menggendongku dan memberiku apa yang aku butuhkan. Aku tenggelam dalam kemewahan yang appa berikan."

Terdiam, menerawang di atas langit tepat dimana dia berbaring di paha sang kakak. mengabdikan tatapan matanya pada si kabut putih bagaikan kapas. Sungguh indah pikirnya dan dia bisa sesantai ini dengan sang kakak. jarang ia dapatkan dan ketika saat inilah dia mendapatkannya.

"Ikuti kata hatimu dan kau akan mendapatkannya." Baekhyun seperti memberikan nasihat, kini dirinya mendandarkan tangan dengan nyaman, terutama bantuan salah satu tangan untuk menyangga lehernya. Ini cukup membuat dirinya pegal.

"Kau seperti eomma, dulu dia mengatakan hal itu jika aku bingung."

Sangat polos...

Taehyung seperti bernostalgia menjadi anak-anak lagi. Ia bahkan tak sadar jika sang kakak tersenyum tipis dengan menatap atas langit. Benar... ini adalah ucapan sang ibu yang ia salin dan ucapkan kepada adiknya.

Dia menjadi rindu sang ibu...

"Ya, karena eomma selalu bersamaku. Dan kau seperti appa, yang keras kepala namun pemikir yang panjang."

"Hehehe, kita mewarisi gen orang tua seperti kata hyung." senyum kotak yang menawan darinya.

Baekhyun setuju, dia merasa nyaman dengan kehadiran Taehyung saat ini. seakan membawa kabar gembira untuk dirinya. Tak ayal jika pada akhirnya kebersamaan sang adik dengan dirinya semakin terasa dan dekat. Melekat dengan jelas, dan itu bisa saja terjadi jika bukan tangan Tuhan yang mengaturnya.

Waktu terus berjalan, sudah cukup lama mereka disana. tertawa bersama, sesekali bersenda gurau. Membuat keadaan Baekhyun semakin membaik, bahkan hal itu membuat Baekhyun tak merasa bosan dan sedih. Lantaran dulu, ketika berada di Jepang dulu dirinya berjuang sendiri, saat sakitpun merawat dirinya sendiri. Merupakan hal yang sulit saat ia benar-benar ditinggalkan seorang ibu.

"Terimakasih saeng, kau membuat hyung menjadi lebih baik."

"Eh? Apa maksut hyung, aku bahkan tak melakukan apapun." Taehyung bangun dari berbaringnya, mengangkat sebelah alisnya bingung. Ia heran dengan maksut ucapan sang kakak.

"Tak apa, hanya saja kedatanganmu membawa berkah. Seperti kata eomma." seperti sebuah untaian doa, yang ia ucapkan dengan kepala mendongak keatas. Ia melihat bagaimana cahaya matahari tak sengaja menubruk penglihatannya dan membuat dirinya merasa silau.

Ah, tapi Baekhyun terlanjur nyaman dengan posisi ini. Wajahnya merasa sejuk dengan angin yang turun begitu saja, tapi...

"Wajahmu akan gosong jika kau masih mengadah ke atas Baek hyung."

Baekhyun membuka mata saat mendengar bagaimana bawelnya sang adik. Ditambah lagi ada seseuatu yang gelap ketika cahaya tak menubruk wajahnya, itu berasal dari seseorang.

"Taehyung?"

Benarkah ini yang dilakukan sang adik untuk kesekian kalinya? Ia bahkan mengedipkan matanya berkali-kali saat dirinya menoleh ke kanan. Tempat dimana sang adik duduk disana dengan tangan yang terangkat, tepat di atas wajahnya. Punggung tangan yang nampak di mata Taehyung dengan telapak tangan yang menghadap ke atas langit.

Taehyung tak berkomentar dirinya masih tetap mengangkat tangannya. Tak masalah, pikirnya karena setidaknya sang kakak nyaman itu saja.

"Aku hanya ingin menjadi adik yang baik, berapa nilaiku untuk ini?" mengatakan hal yang mungkin akan menjadi topik pembicaraan kali ini. membuat Baekhyun memasang wajah sok seriusnya.

"Kau akan aku traktir kue beras untuk ini."

"Hah?!! kebaikanku seharga kue beras. Jahat sekali kau hyung..."

Memasang wajah lucunya, kali ini tangannya masih mengambang. Melakukan posisi kesalnya, membuat Baekhyun terpingkal. Akan selalu begitu...

Sungguh menyenangkan, serasa dunia milik kakak beradik tersebut.

Hanya saja, tenggelam dalam kesenangan membuat mereka tak sadar jika ada seseorang yang mengawasi mereka berdua. Tepatnya dari sana, seseorang berdiri dengan meremat sesuatu di tangannya. Ekspresi wajahnya sulit ditebak, bahkan dirinya juga tak tahu mengapa. Perasaan apakah ini? sampai akhirnya ia sendiri sedikit terbawa suasana dari mereka.

Tapi...

"Baekhyun... Taehyung...."

Suara lirih dengan tatapan sulit diartikan, antara benci dan bingung.

Siapakah dia?

.

.

.

.

.

.......................

Sedari tadi hanya diam, tak ada suara yang keluar dari bibirnya. Hanya tatapan menerawang ke depan tanpa ada niat untuk mengekspresikannya. Bersuara sepertinya percuma karena disinilah dia tak berani berargumen, duduk disini membuatnya tenang dan bisa membuang nafas sekali buang. Ia merasa hidup dengan mendapatkan oksigen baru disini. Rasanya sangat melegakan, ketika keluar dalam kawasan bosnya.

"Kau disini rupanya nak."

Mengejutkan, kedatangan sang ayah membuat Kyungsoo sedikit berjengit dari tempatnya. Beruntung dia tak pantai berekspresi hingga wajahnya masih saja terlihat sama. Kedatangan sang ayah membuat suasana baik menurutnya, ia bisa merasakan bagaimana pundak kanannya di sentuh oleh ayahnya dan kini bisa duduk disampingnya. Disini....

Di taman depan rumah besar majikannya.

"Appa ada yang ingin aku tanyakan padamu." Sedikit ragu, saat kedua tangannya saling menautkan di masing-masing jarinya. Kyungsoo sedikit meyakinkan dirinya diantara tarikan nafasnya, ini demi sahabat sekaligus orang yang sudah dianggap saudara.

"Apa yang ingin kau tanyakan nak?" sang ayah siap mendengarkan apa yang ingin dikatakan sang anak, mungkin saja sang anak bingung akan suatu hal. Jarang jika Kyungsoo meminta saran jikalau tidak terlalu rumit.

"Apa ayah pernah berfikir jika tuan Kim tidak adil?"

Sang ayah mengerti, ia paham apa yang menjadi kekalutan anaknya.

"Apakah kau menanyakan hal ini untuk mencari jawaban? Untuk Baekhyun, Luhan atau Taehyung?"

Apakah ayahnya seorang peramal? Kyungsoo yang belum menceritakannya secara penuh saja sang ayah sudah tahu. Mungkin inikah kepekaan antara seorang ayah dengan anaknya?

"Appa selalu tahu aku." Senyumnya dengan bibir yang membentuk hati, mata berbentuk bulat dengan ketampanan yang diturunkan dari ayahnya.

"Karena aku appamu. Ceritakan keluhanmu padaku, karena appa... akan disini untukmu. Sampai tugas appa selesai dan kau bisa menjadi lebih baik."

Ucapan sang ayah didengar sang anak. Inilah kenapa sang ayah menjadi panutannya, karena pria hebat di sampingnyalah Kyungsoo mengerti banyak hal. Memahami apa makna kehidupan, dan tahu...

Mana yang baik dan benar.

"Katakan padaku appa, bagaimana sosok tuan Kim. Karena, ini untuk Luhan dan semuanya, terutama Baekhyun."

Menundukan kepalanya, dirinya justru merasa lega dan sesak itu sedikit menghilang. Kelegaan terjadi dan sang ayah yang meremat punggung tangannya.

Kebenaran akan diungkap entah dimanapun berada. Sampai akhirnya satu bait kata muncul, cerita pun dimulai....

..........................

.

.

.

.

"Enyahlah, aku akan mengampunimu kau enyahlah sebelum semua berakhir buruk."

Baekhyun tak jadi masuk ke dalam ruang perawatannya, saat mendengar seseorang berbicara di belakangnya. Baekhyun hafal dan ia bisa menebak walau tak melirik wajahnya terlebih dahulu.

"Anda sangat baik eomma, aku sangat menghormatimu. Tapi, maaf aku tak akan pergi. Adikku masih disini."

"Apa maumu, sudah cukup kau disini Baek. Kedatanganmu membuat kesialan untuk keluarga kami."

Ucapannya cukup mengesalkan, wanita yang berdiri di belakangnya ini pun sebenarnya tak memiliki hak pada Baekhyun. Hanya saja pengaruh sang suami lebih hebat dari pada hati nurani yang diberikan Tuhan.

Sampai akhirnya Baekhyun tersenyum simpul, ia sudah biasa mendengarkan perkara ini. Tak ayal jika, sang ibu akan bertindak demikian karena....

"Karenamu Luhan kritis, kau pembawa sial. Dasar model mesum!"

Deg!

Sakit ini terasa, rasa sesak itu muncul, ucapan bagaikan sebuah racun. Tak apa, Baekhyun sudah biasa. Ia akhirnya bertatap langsung dengan sang ibu menatap dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan.

"Eomma..." lirihnya dengan senyum simpul.

Menangis dalam senyum itu adalah hal yang tak sengaja ia lakukan.

Apakah kalian merasakan apa yang dirasakan Baekhyun saat ini?

......................

Tbc...

Terima kasih dukungannya selama ini, tanpa kalian author hanya butiran debu yang tak dikenal dan tanpa peminat. Terima kasih semua, aku cinta kalian...

Maaf terlalu lama updete ide sedang tidak bersahabat dengan saya, mohon doanya agar semua diberi kelancaran.

Kudoakan kalian bahagia selalu....

Salam cinta sayang hangat untuk kalian J

Gomawo and saranghae...

#el

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro