Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

가을의 한가운데 전투가 끝났습니까? (39)

" Satu daun jatuh dan itu menyimpan beribu misteri yang ia saksikan saat ia masih hijau. Menyaksikan manusia yang begitu buas mengejar nafsu dunia, dan dia mati penuh dengan rahasia itu bersama musim gugur yang akan tergantikan dengan musim semi."

.

.

.

(Author **** POV)

Ini sudah kesekian kalinya Taehyung berjalan mondar-mandir. Di ruang keluarga yang hanya ditemani sebuah serial drama yang membosankan menurutnya. Ini sudah jam sembilan malam dan sang kakak tidak pulang setelah satu jam lamanya. Bukannya apa, hanya saja Baekhyun tidak bilang kepadanya secara langsung. Hanya bermodalkan sebuah pesan singkat di ponselnya tak mampu melegakan hati Taehyung yang terus berdetak jantungnya. Ada rasa khawatir yang menyelimuti dirinya.

"Kenapa lama sekali? apakah hyung ada di rumah?" Taehyung mengandai, dirinya menggigir bibir bawahnya gelisah. Dia pusing sungguh... dia tak akan bisa tidur jika tak ada kejelasan dari sang kakak. Kemungkinan Baekhyun memang berada di rumah, berniat untuk menjemputnya dengan tangan yang bergerak cepat mengambil mantel hangatnya.

Dia akan pulang....

Menjemput sang kakak yang mungkin ada disana, Taehyung pikir ayahnya yang meminta atau ibunya yang meminta agar Baekhyun makan malam bersamanya. Hanya saja ia meragu, dan Taehyung jatuh pada opsi pertama. saat ia ingat Baekhyun yang ditampar oleh ayahnya.

"Ahjussi, bawa aku pulang cepat!" teriakan Taehyung membuat sang supir terlonjak dari tidurnya, hampir saja ia terjungkal jika saja bangku mobil itu tidak ada. Yang benar saja, tuan mudanya sangat suka mengejutkan dirinya seperti itu apalagi saat tidur.

Tanpa aba-aba supir itu mengangguk mengiyakan keinginan majikannya. Memacu benda besi itu untuk ke tempat tujuan, dengan seorang Kim Taehyung yang duduk dalam keadaan gelisah.

.

.

.

Bakehyun disana, duduk dengan deretan orang asing yang menikmati dugemnya. Sebuah club malam tersohor di daerahnya. Tempat penuh dosa dari manusia yang menciptakannya, musik menggelegar mengetuk gendang telinga dengan kuat. Baekhyun cukup terbiasa dengan hal itu karena ia bukanlah namja polos yang pertama kali masuk dalam dunia ini.

"Kau tidak meminum vodka-mu aku memesan dengan kualitas langsung dari prancis."

Tuan Mo, itulah panggilannya. Seorang pria berdasi kupu-kupu dengan banyaknya cincin ruby ditangannya. Memegang segelas vodka penuh yang langsung habis dalam sekali teguk, bau alkohol dari mulutnya menguar. Bersamaan dengan wajahnya yang mengulas cengirannya, sepertinya pria ini tahan mabuk. Karena sudah tiga gelas ia menghabiskannya dan tak ada tanda ia mengigau.

"Katakan secara langsung intinya, kau mengulur waktuku! Aku bukan peminum dan kau harus tau aku menahan diriku disini setengah jam dengan bau mulutmu." Baekhyun sarakatis dalam ucapannya dan itu benar. Ia lebih menyukai hal ini karena ia rasa pria di depannya tak bisa mendapatkan sopan santun darinya.

"Kau sangat tidak sopan. Aku memakluminya Mizu, kau dan karir cermelangmu di Jepang membuatmu sombong di depanku. Untung saja aku terbiasa dengan ucapan dari mulut pedasmu." Tak menggubris, tak tersakiti dengan kata dari model di depannya. tangan kanannya dengan santai menuangkan segelas Vodka itu ke dalam mulutnya dan meneguk kembali dengan sunggingan senyum yang bahagia.

Menurut Baekhyun itu menjijikan.

"Aku mengundangmu kesini untuk bersenang-senang dalam pesta dan juga mengatakan hal penting padamu. Kurasa kau akan suka menerima tawaranku Mizu-"

"Panggil aku Baekhyun, jangan panggil nama lainku. Aku tidak suka mendengarnya, tuan!"

Baekhyun sangat kesal, sudah cukup ia menahan kesabarannya. Saking kesalnya namja bertubuh mungil itu menggebrak meja di depannya membuat beberapa pasang mata menatap kearah mereka yang sedang berdebat.

Tingkah Baekhyun hanya ditanggapi senyum miring seseorang, pria yang cukup misterius namun Baekhyun cukup mengenalnya setelah bertatap langsung seperti ini. Tapi... perlu kalian tahu ada yang berbeda dari seorang Baekhyun. Penampilannya jauh lebih tampan dan berbeda dari biasanya, entah sejak kapan rambutnya disemir berwarna merah kecoklatan dengan setelan baju hitam dengan sebuah jaket kulit berwarna coklat dan jangan lupa celana jeans yang sobek pada setiap lututnya. Sebuah slyer hitam juga menutupi bagian lehernya layaknya seorang pimpinan anak geng. Entah apa yang merasuki diri Baekhyun nyatanya penampilannya sangat berbeda, jauh lebih garang dan juga...

"Benar... kau adalah Byun Baekhyun. Kau sama saat SMA, dengan penampilanmu seperti ini membuatku sedikit terharu. Apakah kau ingin mengulang semua kenangan pertemuan kita saat pertama kali bertemu, sayang."

Ada yang menarik perhatian di akhir kalimat tersebut. Mungkin ini terdengar gila oleh seseorang namun nyatanya, seseorang yang sedang duduk dengan sebuah topi merah sembari menikmati segelas alkohol di tangannya hanya tersenyum dan...

Mengumpat dengan sangat lirih, sebuah umpatan paling kasar yang pernah ia ucapkan. Bahkan teman satu mejanya hanya bisa tersenyum saat melihat tingkah dari keturunan Cina tersebut.

Lalu Baekhyun?

Jujur saja dia jijik dengan akhir kata dari pria di depannya. membuat Baekhyun mual dan ingin sekali membogem pria dengan segala kesintingan diatas kuadrat, bukan hanya itu saja pria tersebut juga mengalami gangguan penyimpangan yang membuat dia terjebak dalam sebuah biseksual. Mengerikan memang tapi apa mau dikata, saat ini Baekhyun memang menjaga jarak apalagi tuan Mo yang tak lain adalah musuh terbesar dari ibunya juga dirinya melakukan ancaman terhadap Taehyung adiknya jika dia tak berada disini menemuinya.

Bukan tanpa alasan Baekhyun datang dengan penampilan seperti ini. Hanya melakukan tugas sebagai seorang kakak. Diam-diam Baekhyun mengepalkan kedua tangannya kuat diatas meja tak peduli jika Tuan Mo melihatnya begitu juga gadis yang ia temui yang tak lain adalah sekretaris pribadi bajingan di depannya.

"Katakan saja keparat apa yang kau mau! Bukan tanpa alasan kau mengundangku kesini bukan. Aku bisa saja menghajarmu habis jika kau membuang waktuku, kau tahu aku bukan? Aku bukan hanya model majalah dewasa tapi aku juga bisa menjadi pembunuh kejam untukmu, Mr. Mo."

Seperti sebuah ancaman, tak ada nada main-main disana. Semuanya terucap dengan emosi yang ada dalam pikirannya. Itu nampak dari wajah kakak dari Kim Taehyung tersebut.

"Menarik... kau semakin menampakan kepribadian aslimu. Kau aneh, kau akan manis dan kalem di depan adikmu juga kedua orang tuamu seperti anak yang penurut dan penuh sopan santun. Tapi sekarang kau tak jauh beda dengan seorang berandal yang pernah aku lihat. Sebenarnya kau siapa Baek... kau ini Mizu atau Byun?"

Melirik selidik penuh senyum laknat dari bibirnya. Sejujurnya ia tertarik dengan namja di depannya namun sayang Baekhyun bukanlah namja gay dan dia harus menerima itu. Memang benar dia gila, makanya dia dipanggil tuan Mo. Pria Psikopath dan gangguan jiwa.

"Katakan dengan jelas apa yang kau mau, bajingan!" Baekhyun menuntut, namun kali ini ia seperti tak mampu menahan amarahnya. Benar saja, hal itu membuat seseorang yang tak jauh mengawasi mereka berdua dalam diam sedikit menulan ludah kepayahan.

Cukup bimbang lantaran melihat Baekhyun bisa seberani itu. Mungkinkah selama ini ia berpura-pura dengan kepribadian aslinya, atau memang Baekhyun tipikal orang yang menyesuaikan watak dengan orang yang menurutnya baik dan tidak.

Mungkin saja, dan memang benar adanya. Terkadang dia bisa keras dan bisa lembut atau bijaksana dalam waktu bersamaan. Walau terkadang ada sifat cengeng saat hal itu datang pada diri Baekhyun terlebih jika bersangkutan dengan Taehyung, sadar atau tidak Luhan mengulas senyumnya. Menikmati permen lolipop di mulutnya dengan Mark yang menghisap cerutunya.

Sungguh di luar dugaan.

Diluar ekspteasinya....

Sepertinya kali ini yang patut berbahaya bukannya tuan Mo, melainkan Baekhyun sendiri. Lantaran tahu sebenarnya Baekhyun tipikal orang seperti apa.

"Warisan dan juga Taehyung."

Dua hal yang diucapkan dengan santainya, seakan dua kata itu adalah kata terlarang yang tak boleh diucap olehnya. Membuat Baekhyun seakan kehilangan instingnya dan justru terbangun dengan menarik kerah leher pria keparat di depannya. Tenaga yang cukup kuat membuat pria dengan tubuh sedikit berisi itu bangun hanya dengan satu kanan Baekhyun yang mencengkram. Sedikit tercekik karena kedua mulut itu membuka dan menatap namja di depannya dengan tenang walau ada raut panik disana.

"jangan sebut dongsaengku keparat! apa yang kau mau hah! aku tak akan pernah membiarkanmu menyentuhnya walau sehelai rambut, kau ingin mendapatkan kemauanmu bukan!? Jawab aku bedebah!"

Suasana sangat riuh saat Baekhyun menarik kerah leher pria itu dengan beringas, bahkan wajah manisnya berubah garang. Kekuatan yang datang entah dari mana seakan mengubah kepribadian Baekhyun yang tergolong tenang, membuat beberapa orang melihat mereka dengan penasaran. Beberapa pengawal dari pria kaya itu datang, mencoba melepaskan cengkraman kuat itu dan menjauhkan Baekhyun dari majikan mereka.

Hampir saja ada kejadian adu jotos jika saja tak ada yang memisahkan hal itu. Hal tersebut biasa terjadi dalam hiburan malam apalagi kebanyakan orang yang disana tergolong acuh dan masa bodoh. Mungkin saja, akan ada barang yang pecah atau kerusakan nantinya.

Seakan tak ada rasa manusiawi jika sudah menginjakan kaki disana.

Tak ada perbincangan disana, melainkan beberapa bawahan yang membantu pria kaya untuk berdiri. Baekhyun sedikit terhuyung saat bangun karena dirinya baru saja didorong jatuh oleh para bodyguard itu. Kasar dan juga kuat, itulah yang menjadi kendala Baekhyun walau hanya bermodal nekat.

"Kau kaya dengan warisanmu, sangat mudah Baek. Kau bisa ajukan surat warisan itu biarkan adikmu menandatanginya dan aku akan merebutnya. Karena apa? kau, adikmu bahkan ayahmu tak pantas mendapatkan pulau sebesar itu."

"Rupanya selain otak selangkangan, kau haus dengan harta. Cih!! Menjijikan kau tak pantas menjadi pembisnis besar jika otakmu saja berada di pantatmu!"

Baekhyun sarkatik, sangat-sangat pedas dalam setiap ucapannya. Hampir saja Luhan tersedak jika saja Mark tidak membantu menepuk punggungnya, untuk pertama kalinya ia melihat Baekhyun berkata pedas. Sangat pedas, dan itu seperti....

"Kau orang tua yang bobrok!" lanjut Baek kembali, kali ini dengan tatapan tajamnya juga ucapan yang cukup keras. Mampu membuat siapapun mendengarnya.

"Luhan kau tak apa?" Mark tetap menepuk punggung sahabatnya, rasa tersedak itu semakin terasa dan membuat batuk itu cukup keras. Ia tak akan menyangka jika sobatnya itu tersedak saking terkejutnya. Bukan hanya itu saja, ia seperti tak asing dengan tingkah namja bernama Baekhyun tersebut.

"Sialan! Kenapa dia nampak seperti Taehyung! Apa benar Taehyung bersikap keras dan garang karena Baekhyun. Aku baru tahu Baekhyun bisa sesarkatik itu, Kau yakin kita tak melindungi orang yang salah?"

Luhan mengusap pinggir bibirnya ia merasa tak tersedak lagi, hanya saja pikirannya sedikit kalut dengan ucapan Baekhyun walau itu untuk orang lain. Di luar ekspetasi, seharusnya Baekhyun menjaga emosinya agar detak jantungnya stabil tapi ini....

Dia seperti melihat Taehyung yang mengamuk dan garang seperti ayah tirinya. Apakah ini nama dari buah tak jatuh dari pohonnya, Luhan rasa inilah campuran antara mendiang nyonya Byun yang lembut dan juga tuan Kim yang pemarah. Sangat dominan di balik perbedaannya.

Tapi....

.

.

.

"Akhh!!!"

Tubuh itu sedikit ambruk, kursi yang menjadi pegangganya jatuh saat tubuh Baekhyun terasa berat. Meremat dadanya dimana jantung itu terasa sakit, sepertinya sakit itu datang disaat yang tidak tepat.

Saat melihat kelemahan namja muda tersebut, tuam Mo seperti tak menyiakan kesempatan itu. ia justru menyuruh kedua pengawalnya untuk menangkap Baekhyun. Namja bertubuh mungil itu tahu jika pria itu akan melakukan kelicikan, ia akan melawan jika saja sakitnya tak kambuh. Dengan tangan sedikit bergetar dia merogoh saku jaketnya. Berusaha mengambil obatnya meski sedikit sulit.

Luhan melihatnya, dengan gerakan cepat ia berlari ke tempat Baekhyun. menangkap tangan yang hendak menyentuh tubuh adiknya. Secara sengaja dengan gerakan cepat Luhan membanting salah satu bodyguard tersebut hingga meja disana hancur karenanya.

Baekhyun membulatkan matanya, Mark melongo begitu juga dengan beberapa orang disana. Seperti juara beladiri Luhan melakukannya, bukan hanya sekali tapi ia melakukannya dua kali hingga meja yang hancur itu semakin hancur karena tubuh bodyguard yang kedua ia banting.

"Rasakan itu! jangan berani menyentuh kesayanganku, atau aku akan meremukan tulang kalian seperti meja ini hah!!" Luhan sedikit berteriak walau nafasnya sedikit ngos-ngosan, bagaimana tidak ia baru saja membanting dua orang yang lebih besar darinya.

Itu membutuhkan tenaga besar, tapi bukan Luhan namanya jika dia tidak perfeksionis.

"Lu-Luhan hyung?" terkejut memang, apalagi kedatangannya tiba-tiba. Tak akan mengira jika Luhan berada disini. Apakah ini yang dimaksud oleh Luhan untuk berhati-hati, rupanya Luhan terlalu khawatir padanya hingga ia sendiri mengikutinya.

"Kau tak apa, tenanglah ada aku disini. Mark bantu Baekhyun, cepatlah!"

"Aisshhh... kau menyuruhku seperti babu Lu, padahal aku temanmu eoh!"

"Cepatlah kau kan teman sejatiku dunia dan akhirat." ungkapan penuh kepercayaan diri yang tinggi, rasanya Mark ingin menenggelamkan orang seperti dia. Hanya saja Luhan sudah banyak membantunya dalam keadaan sesulit apapun, dalam keadaan senang pun masih ada Luhan yang menjadi temannya.

Dengan segera Mark menghampiri tubuh mungil itu membantu Baekhyun berdiri. Luhan seperti membentengi mereka sembari menatap tak suka ke arah pria yang kini sedang mendengus kesal. Mungkin saja tuan Mo sedang menahan kesal karena acaranya di ganggu.

"Kau pengganggu sialan, aku tak berurusan denganmu." Menggertak dengan wajah kejamnya meski kenyataannya itu gagal.

"Kau mengganggu Baekhyun maka kau berurusan denganku pak Tua!" Luhan juga tidak mau kalah dia hampir saja ingin menonjok wajah jelek itu jika saja ia tidak ingat akan perkataan ibunya untuk tidak memukul orang secara gegabah. Aturan adab dari turun temurun yang ia ketahui sejak usianya masih bocah.

Suasana semakin tegang dan panas, Baekhyun yang kini merangkul tubuh sahabat kakaknya hanya bisa melihatnya dengan perasaan was-was. Ketakutan yang terbesit dalam hatinya saat tahu siapa tuan Mo itu sebenarnya. Baekhyun tahu dan ingat akan peneror ibunya sejak mereka di Jepang. Mungkinkah pria itu? semenjak warisan terkuak oleh beberapa publik walau berusaha disembunyikan kehidupan mereka di Jepang perlahan tak tenang. Tentu saja, itu menganggu kesehatan sang ibu yang memiliki riwayat penyakit jantung sama seperti dirinya.

Akankah pria itu menghabisi Luhan kakaknya?

"Kau terlalu ikut campur!"

"Ya!! Begitu juga dengan kau yang bermain di balik selimut. Munafik, kau bermain seolah kau sahabat ayah tiriku. Kau bahkan memprioritaskan pulau tak berpenghuni milik kedua adikku!"

Ada wajah tidak suka yang datang setelah Luhan mengatakan demikian. seperti sebuah tabir rahasia yang mencuat dengan gampangnya dari ucapan namja keturunan Cina tersebut. Informan yang banyak ia dapatkan membuat Luhan lihai dalam menghadapi segala situasi termasuk musuh berbulu domba di depannya.

"Hansoo sudah cukup kau serakah! Atau kau akan mati ditanganku."

Sebuah pistol teracung di depan, membuat kepanikan muncul bagi mereka yang melihat. Seketika musik dj berhenti dan orang-orang berlarian kecuali mereka yang ada dalam perdebatan. Baekhyun seakan kehilangan Oksigen saat melihat benda berbahaya seperti itu ada di tangan sang kakak. Menempel di kening pria itu, bukan hanya itu saja Mark rupanya telah mengacungkan kedu pistol di tangannya kearah dua bodyguard yang juga mengacungkan senjata mereka ke kepala Luhan. Ini seperti adegan action dimana sang pahlawan terjebak dalam kandang penjahat dan beradu cepat untuk membidik mangsa mereka.

Baekhyun terdiam kaku, ia membenci situasi seperti ini. Membahayakan memang apalagi....

Hanya dia tak membawa senjata.

Otak cerdasnya berpikir, apakah dirinya yang akan mati terlebih dahulu? Oh, tidak... Baekhyun memilih mati dengan penyakitnya ketimbang dengan pistol itu. Pistol yang ia takutkan ketika saat bocah dimana ayah kandungnya sendiri yang hendak membunuhnya sebelum proses perceraian terjadi. Saat itulah Baekhyun ingat...

Sangat kentara...

Kenangan mengerikan sekaligus diambang kematian...

Hanya satu tekan dan berakhir sudah....

Membuat ia, menangis dalam pelukan wanita ia cinta.

Wanita yang ia tangisi saat pemakamannya dan hidup dalam renung kesenduan yang lama.

Ibu...

Yang mampu membuat seorang namja menangis, bahkan meraung....

.

.

.

..............................................

"Baek Hyung!!!"

Suara pintu membentur dinding terdengar sedikit keras, membuat sepasang mata menatapnya terkejut. Nyonya Kim dan juga Kyungsoo yang tengah menunggu kepulangan mereka. Rasa terkejut itu juga belum hilang lantaran Taehyung mengedarkan pandangannya dengan mata bingung juga keringat yang keluar di tubuhnya.

"Taehyung kau kenapa? kau terlihat gelisah. Ada apa nak?" sang ibu memeriksa keadaan sang anak, menangkup kedua bahu itu dan menanyakannya dengan tutur kata lembut. Begitu juga dengan Kyungsoo yang memberikan segelas air putih untuk tuannya, ia sepertinya peka akan keadaan.

"Ibu dimana Baek hyung, apakah dia pulang?"

Taehyung sangat ketakutan, entahlah tiba-tiba hatinya merasa demikian.

"Eh bukannya, kau bersama kakakmu? Baekhyun tidak disini sayang. Justru ibu menelfon kalian beberapa kali tapi tak ada jawaban."

"Apa?!!"

Namja itu begitu terkejut saat mendengar ucapan sang ibu. Jika Baekhyun tak ada di rumah lalu kemana dia? Sang kakak memang sudah mengirim pesan dia akan pergi tapi pergi kemana Taehyung juga tidak tahu. Pikirannya mendadak kalut.

"YAAAAAKKKKK...." Taehyung berteriak, dia mengusap rambutnya kasar bahkan meringis kesal menampilkan gigi putihnya. sang ibu semakin bingung begitu juga dengan Kyungsoo yang khawatir dengan sahabatnya itu.

Semua tak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Masing-masing sibuk dengan rasa khawatir mereka. Sampai akhirnya suara mobil terdengar dari luar dan langkah kaki masuk terdengar khas disana. mereka tak menyadari itu semua.

Lalu...

"Ada apa, kenapa kalian berdiri disana?"

Semua terkejut dengan kedatangan seseorang yang tiba-tiba. Wajah mereka mendadak menegang seperti tak biasa.

"Appa.."

Dan Taehyung yang bergumam terlebih dahulu menyebut ayahnya. Seorang ayah yang ia hormati dan ia takuti dari lainnya.

Yang kini membawa sebuah majalah dimana disana terdapat sesuatu. Sebuah gambar wajah ekspresi datar, Taehyung tak begitu jelas hanya saja itu nampak seperti....

"Appa ingin bicara dengan kalian, termasuk kau anakku Taehyung."

Ada apa ini sebenarnya?

Tiba-tiba saja Taehyung merasa sesak. Ada sakit di dadanya dan itu membuat ia refleks mengigit bibirnya.

..........................

tbc...

hai semua, Terima kasih untuk semangat kalian dari awal chapter hingga sekarang. Author bukan apa-apa tanpa kalian.

Apakah kalian puas dengan jalan cerita ini, maaf typo dan gaje mungkin masih menghiasi fanfic ini. semoga kalian tidak bosan dengan cerita ini hehehe....

Semoga chap ini cukup panjang untuk memuaskan kalian dalam mebaca cerita fanfict ku. Aku sengaja memperjelas konflik agar semakin seru, semoga ya hehehe.

Tolong jangan timpuk author jika cerita ini aku gantung hehehe....

Mohon dukungannya...

Saranghae...

Bahagia untuk kalian...

Gomawo...

#el

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro