Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 5


"Pak D, apa kau yakin ia baik-baik saja?" tanya Percy untuk yang kesekian kalinya.

Saat ini mereka berada di ruang kesehatan perkemahan. Hanya terdapat Pak D, Chiron, Percy, Annabeth, dan juga Jason di sana. Sementara di luar terdapat banyak anak yang saling berdesakan untuk dapat melihat Patrice.

"Tidak, ia harus istirahat total." Ujar Pak D galak. "Aku tak tahu apa yang Ibu lakukan padanya, tapi beberapa rusuknya patah, tulang ekornya memar, dan ia tampak hampir hancur."

"J-jadi—"

"Bawa saja ia kembali ke pondokmu dan biarkan ia beristirahat di sana. Aku yakin ia lebih menyukai bau air yang kotor itu untuk mempercepat penyembuhannya. Chiron, bawa ia pergi."

Chiron mengangkat tubuh Patrice dengan hati-hati, lalu membawanya pergi menuju ke Pondok Poseidon. Di saat hendak memasuki pondok, tanda trisula muncul di atas kepalanya. Ia sudah di klaim. Tyson buru-buru menyiapkan sebuah tempat tidur untuk Patrice, yang lalu segera terlelap di sana.

Tyson mengelap keringat dari dahi Patrice dengan tangannya yang besar. "Kakak."

"Jangan khawatirkan dia, dik." Percy merangkul Tyson. "Aku tahu Patrice kuat."

"Nah, anak-anak, kurasa ada baiknya jika kalian membiarkannya tertidur." Chiron mengusir semua anak yang hendak memasuki bilik Poseidon. "Dan jika ada diantara kalian yang memasuki bilik ini, aku akan menghukum kalian."

"Apa kami termasuk ke dalam hitungan?" tanya Jason.

"Ya, tentu." Chiron mendorong Annabeth dan juga Jason keluar dari perkemahan. "Biarkan mereka bereuni dulu!"

*

Membutuhkan waktu beberapa jam bagi Patrice untuk bangun dari tidurnya. Itupun karena Tyson harus meminumkan nectar padanya. Walaupun tak banyak berbicara, tapi Tyson dan Percy merasa nyaman dan dekat dengan Patrice. Bahkan, hampir seharian ini Percy membaringkan tubuhnya di samping kembarannya.

"Percy?" suara Annabeth terdengar tak sabaran, memasuki bilik. "Percy! Sudah waktunya makan malam—oh, astaga!"

Annabeth melihat Percy yang tidur terlelap sembari memeluk lengan kembarannya. Wajah tidur Patrice juga terlihat cukup damai, di tambah Tyson yang tidur dengan terduduk di kursi di depan kasur Patrice. Jelas, ini merupakan sesuatu yang baru bagi Annabeth. Ia merasakan sesak di saat melihat ketiga keluarga yang baru berkumpul ini tertidur dengan pulasnya.

"Percy," Annabeth mencubit lengan Percy, memaksanya bangun.

"Um?" Percy mengejapkan matanya, lalu mulai terbangun. "Annabeth, ada apa?"

"Makan malam." Desis Annabeth. "Ayo."

"Bagaimana dengan Patrice?" tanya Percy.

"Aku akan menjaganya." Mereka berdua menoleh, menatap Jason yang muncul di belakang Annabeth. "Jangan khawatir, aku tak akan mati walau hanya melewatkan sekali makan malam."

"Eh, Jason, tapi—"

"Percy!"

"Baiklah, baiklah." Percy bangkit dari tempatnya tidur dengan hati-hati, lalu membangunkan Tyson. "Tyson, dik, ayo kita makan malam."

Setelah sesaat membangunkan Tyson, mereka bertiga berjalan menuju ke aula makan. Ada perasaan tak rela yang hinggap di hati Percy saat meninggalkan biliknya, tapi ia membiarkan Annabeth merangkulnya menjauh. Mereka tiba dan makan di aula, bersenang-senang, melupakan keberadaan Patrice selama sejenak.

"Bagaimana kalau kita bermain sebentar?" tawar Tyson.

"Ide bagus, Tyson, bagaimana dengan—"

"Percy! Annabeth!" seorang gadis berlari ke arah mereka, wajahnya tampak khawatir. "Apa kalian melihat Jason?"

"Piper," Annabeth bertukar pandang dengan Percy. "memangnya ada apa?"

"Sudah seharian ini Jason mengabaikanku dan ia tampak gelisah." Ujar Piper. "Lalu saat aku hendak mengajaknya makan malam, ia tak ada di pondoknya. Aku sudah berusaha mencarinya kemanapun, tapi aku tak menemukannya."

"Jason berada di pondok kami." Ujar Tyson.

Tatapan Piper tampak kosong selama sesaat, lalu ia menggelengkan kepalanya. "Aku sudah mencari ke pondok kalian, tapi kosong. Jadi kupikir ia sedang bersama kami."

"Bagaimana mungkin, kosong?" sergah Percy, "Jason bilang ia akan menjaga Patrice."

"Patrice? Tak ada siapapun di pondok itu, Percy."

Percy melangkah mundur, terkesiap. Matanya tampak tak fokus, lalu ia memandang ke arah pondoknya. "Ayo, Tyson!"

Mereka berlari menuju ke pondok mereka. Pondok itu gelap, tak ada lampu yang hidup. Dengan panik Percy memasuki pondok, mencari, dan tak menemukan Patrice.

"Kak, ke sini!" seruan Tyson membuat Percy segera berlari ke pinggir danau.

Di sana, Jason sedang duduk di atas dek, sementara Patrice tampak sedang mengambang di air. Wajah kembaran Percy sudah tak sepucat tadi, dan bahkan, ia tampak sehat. Percy mengangkat tangannya, lalu air danau membentuk ombak dan mendekati Percy, dengan Patrice diatasnya.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Percy kalut.

Patrice menoleh, tampak terkejut. "Ah, Percy, kurasa kita lupa jika aku juga anak Ayah."

"Apa maksudmu?"

"Air menyembuhkan kakak." Ujar Tyson antusias.

"Awalnya aku juga terkejut dengan Jason yang menyeretku, lalu melemparku ke air." Terang Patrice yang kemudan berdiri di dek dengan bantuan Tyson. "Tapi ternyata air menyembuhkanku. Dan itu semua terimakasih kepada Jason."

"Bukan masalah bagiku." Jason menyunggingkan senyumnya.

Piper mengerutkan keningnya. Ia sudah hendak menginterogasi Jason, tetapi melihat tatapan yang diberikan Jason pada Patrice membuatnya bungkam. Jason menatap Patrice dengan cara ganjil yang membuat hati Piper terasa sakit.

"Jason, ayo kita harus makan malam." Ajak Piper sambil meraih tangan Jason.

"Kau duluan sajalah, Pipe." Jason menepis tangan Piper dan mendekati Patrice. "Apa kau sudah merasa jauh lebih baik?"

"Ya, tentu." Patrice berdiri secara perlahan dan tubuhnya sama sekali tak basah. "Sekali lagi terima kasih."

"Bagaimana jika sebagai ucapan terima kasih, kau makan malam denganku?"

"Eh, Jason?"

Percy sudah menegurnya, tetapi terlambat. Piper tampak seperti habis ditampar, lalu berlari menjauh. Annabeth yang menyaksikan hal ini dalam diam sedari tadi menggelengkan kepalanya dan menyusul Piper. Bahkan Patrice tampak terkejut.

"Aku tahu kau sedang ada masalah dengan Piper," sergah Percy kasar, "tapi bukankah ini keterlaluan? Kau menggunakan kembaranku sebagai tameng!"

"Percy," tegur Patrice pelan. "Aku yakin Jason memiliki alasannya sendiri."

"Yeah, sebaiknya begitu." Gerutu Percy. "Jason, kau sebaiknya memiliki alasan yang baik untuk membawa-bawa saudaraku ke dalam masalahmu."

Jason hanya diam saja, membuat Percy bertukar pandang khawatir dengan Patrice. "Eh, Jason?"

Kedua Jackson menatap Jason yang berekspresi kosong. Percy tersentak mundur, sementara Patrice menyentuh Jason pelan. Wajah pemuda itu pucat pasi dan pupil mata Jason berubah menjadi kelabu.

"Percy," suara Patrice terdengar bergetar, "panggil tabib!"

"A-ah," Percy mengangguk pelan dan segera berlari meninggalkan Patrice dan juga Jason.

Ketika Percy kembali dengan membawa Chiron dan Pak D, Patrice dan Tyson sudah membaringkan Jason di tempat tidurnya. Mata pemuda itu menutup dan ia tak bergerak sama sekali. Gadis itu segera menyingkir untuk memberi jalan kepada Pak D dan Chiron untuk memeriksa Jason.

"Aneh." Gumam Pak D setelah beberapa saat.

"Aneh, Pak D?"

Pak D tak menjawab pertanyaan Percy dan hanya mengerutkan alisnya. Tak lama setelah itu, Pak D menatap Chiron, yang juga membalas tatapannya dengan tak percaya. Kedua bernyawa itu mengangguk secara bersamaan, seolah-olah mereka bisa membaca pikiran satu sama lainnya.

"Ini merupakan peristiwa langka." Ujar Chiron. "Kalian tahu—"

"Percy!" Piper berlari memasuki pondok Percy Bersama dengan Annabeth. "Kudengar Jason collapse. Ada apa?"

Chiron berdeham, merasa tersinggung oleh ketidak-sopanan Piper. "Para dewa mungkin bisa mengendalikan elemen-elemen alam, tetapi mereka tak bisa mengendalikan alam itu sendiri."

"Apa maksud bapak?"

"Poseidon menguasai laut, Zeus menguasai langit." Ujar Pak D. "Untuk menjadi penguasa, kau harus mampu mengendalikan apapun yang ingin kau kuasai, aye? Karena itu Poseidon mampu mengendalikan air dan Zeus mampu mengendalikan cuaca. Hanya saja, dari kemampuan-kemampuan mereka, mereka hanya mampu mengendalikan elemen-elemen alam, bukan alam itu sendiri."

"Maksud Pak D adalah," Chiron menghela nafasnya, "alam mampu berbuat apa yang ia inginkan tanpa bisa dikendalikan oleh dewa sekaligus. Contohnya adalah ini."

Semua orang menatap ke Jason dengan tatapan bingung. Lalu, Pak D menyambar tangan Patrice dan menaruhnya di dada Jason. Semua orang membeku ketika tiba-tiba saja ada pendar-pendar cahaya di telapak tangan dan dada yang menyatu itu.

"Sudah kuduga." Gerutu Pak D. "Ini bukanlah sesuatu yang bisa kuhentikan atau kusembuhkan. Ini adalah keinginan alam."

"Apa maksud anda, Pak D?" tanya Piper tak sabar. "Apa Jason baik-baik saja?"

"Pendar cahaya itu," untuk pertama kali, Annabeth membuka mulutnya. "aku pernah membacanya di buku." Tatapan ngeri Annabeth mengarah ke Patrice. "Bangsal 4 mengenai alam di perpustakaan Pak Chiron: Kesaktian Alam yang Sudah Diketahui."

Chiron tersenyum kecut, "Apa yang kau pikirkan adalah benar adanya, Annabeth."

"Annabeth?" Percy mengerutkan keningnya.

"Fakta mengenai cinta sejati, Percy." Gumam Annabeth lembut. "Manusia fana mungkin merasa kalau orang yang mereka nikahi itu adalah cinta sejati mereka. Hanya saja, cinta sejati adalah dua orang yang dipersatukan oleh alam. Di buku tertulis bahwa akan adanya percikan api yang membara. Kukira itu hanya kiasan—"

"Intinya adalah," ujar Pak D tak sabar, "Petris merupakan cinta sejati Jakob, seperti yang diinginkan oleh alam."

*

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro