Chapter 4
"Apakah ia baik-baik saja?"
Saat ini Percy dan kawan-kawannya berada di dalam gua suatu hutan. Sudah berjam-jam lamanya mereka berhasil pergi dari gunung itu. Tapi hingga saat ini, Patrice belum siuman.
"Jason, kurasa kau terlalu khawatir berlebihan." Ujar Annabeth sambil menyengitkan hidungnya. "Bahkan Percy tak sekhawatir dirimu."
"Hey!" protes Percy. "Aku mengkhawatirkannya!"
Jason mendekati Percy yang sedang memeluk Patrice, lalu mendorong pemuda itu untuk menyingkir. "Ia takkan bisa beristirahat jika kau memeluknya seperti itu!"
"Apa masalahmu?" Percy melototi Jason, tapi membiarkan pemuda itu menidurkan Patrice di pangkuannya.
"Jika kulihat-lihat, Patrice sungguh mirip denganmu, Percy." Ujar Annabeth sambil menatap Patrice dengan serius.
"Jangan samakan Patrice dengan Percy, Annabeth." Potong Jason. Pemuda itu menyisir rambut Patrice dengan lembut. "Ia berbeda."
"Eh, Jason, kurasa sikapmu agak aneh." Komentar Percy.
"Bukan agak, tapi memang aneh!" sembur Annabeth. "Ada apa denganmu, Jason? Kau bersikap seolah-olah Patrice-lah saudara kembarmu, bukan saudara kembar Percy."
Seakan ditampar, Jason tersentak. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu kembali menatap Annabeth. "A-aku. ."
"Um," pada saat itu juga Patrice mulai terbangun. Semua lukanya sudah mulai memulih berkat nectar yang diminumkan oleh Annabeth kepadanya.
"Patrice?" merasa canggung, Percy mengulurkan tangannya, menyentuh wajah kembarannya.
"Percy," lagi, suara lemah itu menggumamkan namanya, membuat sesuatu di dalam diri Percy menggeliat. Patrice membuka kedua matanya, menunjukkan manik mata yang identik dengan manik mata Percy. "Percy?"
"Aku di sini." Percy memeluk Patrice secara tiba-tiba. "Aku mencemaskanmu, dik."
"Maaf, kak." Patrice terkekeh pelan. "Kurasa aku harus berterima kasih kepada kalian karena telah menyelamatkanku."
"Tentu saja, bukan masalah." Annabeth mengulum senyumnya. "Perkenalkan, aku—"
"Annabeth Chase, kekasih Percy." Patrice mengangguk dan sembari tersenyum, ia menjabat tangan Annabeth. "Kelakuan kalian tolol, tapi aku bersyukur karena kalian melakukannya."
"Ehm." Jason berdeham, membuat mereka semua menoleh padanya. "Kukira kau juga pasti sudah mengenalku?"
"Tentu saja, Jason Grace." Patrice melirik Percy cemas. "Aku selalu mengawasi Percy saat tidur. Selama ada air, aku bisa mengamati semuanya jika aku benar-benar tahu tujuanku."
"Benarkah? Aku belum pernah mencobanya!" ujar Percy kagum.
"Hanya iseng, tapi ternyata cukup menguntungkan." Patrice menyentuh keningnya, ia tampak goyah sesaat. "Nah, kurasa kita harus segera menyingkir dari sini."
"Apa maksudmu?"
"Badai besar sedang datang." Jason menatap ke langit di atas kuil tempat Patrice ditawan. "Ayo."
"Apa kau bisa berjalan?" tanya Percy sambil membantu Patrice berdiri.
"Kurasa ini akan lebih bijak jika kau menggendongnya, Percy." Ujar Annabeth. "Ia masih belum sembuh."
"Kalau begitu biarkan aku saja yang menggendongnya." Ujar Jason.
"Tidak." Annbeth menggelengkan kepalanya. "Biarkan Percy yang menggendong Patrice sementara kau gunakan kekuatanmu untuk membawa kita kembali ke Perkemahan."
Jason mengangguk muram, lalu membiarkan Percy mengangkat Patrice di punggungnya. Jason memejamkan matanya, dan dalam hitungan menit, mereka berempat sudah melayang menjauh. Jujur saja, perjalanan ini menguras tenaganya hingga mereka tiba di tempat para pegasus menunggu.
"Kau hebat, Jason." Puji Patrice pelan.
Jason mengangguk pelan, puas mendengar pujian itu. Aneh, sudah banyak orang yang memujinya, yang anehnya entah kenapa pujian dari Patrice lebih terasa berarti dari pujian Piper. Oh, tunggu, apa maksudnya ini?
"Apa yang kaulamunkan, Jason?" tanya Percy sambil menepuk punggung pemuda itu. "Ayo."
Mereka terbang hingga pada akhirnya tiba di perkemahan blasteran. Berita mengenai saudara kembar Percy sudah menyebar ke seluruh tempat, jadi wajar saja jika semua orang sedang berkumpul di lapangan. Mereka mendarat dengan selamat, yang sayangnya, Patrice kembali tak sadarkan diri.
*
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro