Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

68. Nachmittagstee

nas's notes: hi semua!!! akhirnya aku update lagi dan cerita ini masuk ke angka 114k views! terima kasih banyak untuk waktu dan perhatiannya. jangan lupa vomments ya dan feel free untuk mempromosikan cerita ini pada pembaca lain.

hayooo kalian sebelum lanjut, jangan lupa vomments, yaaa. yang suka baca secara offline, boleh nyalakan dulu paket datanya terus vote dan matikan lagi. yang sebelumnya belum pernah vomments boleh yaa disusul sebelum ceritanya kelar.

eh tapi please bgt yah, mumpung ceritanya belum end, jadi kalian bisa kirim krisar dulu ke aku. oke??? krisar anonim aja yah biar kalian bisa ngetik apa aja bebas dan enggak terbebani. enggak bakal aku incar jg, tp kalau ada yg lucu paling aku share di part selanjutnya. klik tellonym aku di link eksternal atau bio wp aku ya. pls bgt inimah soalnya udh mw kelar gmn yh, siapa tahu 2025 aku debutin dua cerita jadi biar hype-nya masih ada gt selagi on go (alasan sj km).

terima kasih banyak dan selamat membaca!!

.








.








.


Jakarta, Indonesia
August 23, 2026

Karena dirasa situasi luar sudah aman, Giandra dan Nicholas pun memutuskan untuk pergi menuju Kediaman Keluarga Wiradikarta yang berada di Pondok Indah. Kediaman tersebut hanya dijaga oleh salah seorang asisten rumah tangga yang umurnya lebih tua dari Mba Yaya dan kerjanya hanya membersihkan rumah, membuat sarapan untuk Nicholas, dan mengingatkan Nicholas untuk pergi ke rumah sakit.

Sebelum pukul tiga, Nicholas mengajak Giandra untuk masuk ke ruang kerja ayahnya yang berada di lantai bawah. Sejak kecil, Giandra tahu ruangan ini dan Remus, ayah Nicholas, kerap mengajak Giandra kecil untuk baca (atau melihat buku bergambar) dari ruang kerjanya.

Mata Giandra tampak melihat macbook dan naskah Giandra yang berada di atas meja bundar. Giandra duduk sembari memperhatikan apa yang Nicholas kerjakan. Sementara putra pemilik rumah itu datang dari dapur, membawa nampan yang berisi dua buah cangkir dan seteko earl grey tea, kroket dengan daging sapi cincang, dan chocolate chip cookies. Mereka berdua tampak bersiap untuk minum teh sore dan mengobrol.

"Aku sudah menyelesaikan pekerjaanku." Nicholas mengatakannya sembari menyeduh teh pada cangkir Giandra. Ia memulai obrolan dengan membahas naskah yang akan menjadi comeback dari karier menulisnya Giandra. "Selamat Cintaku, kamu menulis cerita cinta ini dengan sangaaaat baik. Semuanya hangat dan membuat mataku berkaca-kaca. Cerita ini pantas mendapatkan promosi yang ekstra seperti ceritamu yang lain."

"Terima kasih, Kak Nicky. Menurutmu, apakah para pembaca akan menyukai comeback-ku kali ini?"

Lelaki itu langsung memegangi tangan Giandra. Ia berinisiatif untuk mengusap punggung tangan calon istrinya dengan lembut. Ia memperhatikan cincin berlian yang melingkar di jari dan mengikat hati Giandra. "Sayang, bahkan sebagai editor-mu, aku sangat menyukainya. Mereka akan menyukai cerita ini. Karena itulah, aku bekerja keras untuk memolesnya—karena kamu sudah bekerja keras."

Giandra mengangguk dan tersenyum. Mata mereka saling berpandangan—yang kemudian disusul oleh gelak tawa dengan pipi merona. "Terima kasih banyak untuk ... acknowledgments-nya," ucap Nicholas.

"Seharusnya aku menulis bagianmu lebih baik, mengingat Kakak sudah banyak membantuku," ucap Giandra sembari menyentuh tangan Nicholas dan mengusap punggung tangan lelaki itu dengan perlahan.

Lelaki itu menggelengkan kepalanya dengan perlahan. "Ini saja membuatku sangat bahagia, Love. Terima kasih banyak."

Mereka berdua pun kembali meminum teh dan memakan kudapan. Giandra, yang baru saja menghabiskan satu potong kroket, tampak menyadari bahwa Nicholas tidak mengenakan jam tangan apapun di pergelangan tangan kirinya.

"Tumben Kakak tidak mengenakan jam tangan?" tanya Giandra heran. Ia baru menyadarinya karena Nicholas menggulung lengan kemeja linen putihnya.

"Sebenarnya aku tidak mengenakan jam tangan sejak setelah kecelakaan itu," jawab Nicholas, "saat kecelakaan, aku mengenakan jam tangan pemberianmu. Jam tersebut rusak dengan kaca yang retak. Sampai sekarang belum sempat aku bawa ke toko reparasi jam."

Mendengar penjelasan Nicholas, Giandra tampak heran. Tidak seperti biasanya, karena Nicholas sering mengganti jam tangannya tergantung kegiatan atau pakaian yang ia kenakan—meskipun koleksi yang dimiliki lelaki muda itu terbatas.

"Aku minta maaf," ucap Nicholas dengan perasaan pasrah, "aku merusak jam pemberianmu."

"Itu hanya jam tangan. Yang penting kamu selamat dari kecelakaan itu. Lagipula itu bukan salahmu, Kak." Giandra meresponnya dengan perasaan tenang. "Aku bisa pergi untuk memperbaikinya."

Lelaki berusia dua puluh sembilan tahun itu menganggukkan kepala dan tersenyum. Giandra mencoba untuk membahas topik lainnya selagi ia meneguk secangkir teh. Nicholas juga meminum tehnya dan melirik Giandra.

"Aku tak sabar untuk menikah denganmu."

Nicholas berujar dengan perlahan dan membuat Giandra mendongakkan kepalanya. Pipi Giandra pun memerah dan, dengan spontan, langsung memainkan bibirnya sendiri. Mata lelaki itu tampak berbinar dan memandangi Giandra dengan antusias.

"Kita akan menikah dalam hitungan bulan." Giandra merespon ucapan Nicholas. "Sepuluh Oktober, jika kamu masih lupa ingatan."

"Aku mengingatnya. Lagipula aku tidak amnesia setelah kecelakaan itu," balas Nicholas sembari mengambil tangan Giandra. Mengecup punggung tangan wanita itu dan menaruhnya pada salah satu pipinya. "Aku sudah berlatih untuk menyebut namamu, meskipun aku sudah melakukannya sejak lama."

"Apakah sesulit itu?" tanya Giandra heran.

Lelaki itu menaikkan sudut bibirnya dan tersenyum. "Sebenarnya tidak, akan tetapi, perasaannya berbeda saat aku menyebut namamu seperti biasa dengan menyebut namamu saat pernikahan nanti. Bahkan mendengar lisanku sendiri menyebut namamu, aku semakin berdebar."

"Meskipun aku hanya mengetahui namamu, aku sudah merasakan bahwa aku mencintaimu. Mendengar namamu, membaca namamu, bahkan menulis namamu saja sudah membuatku sebahagia ini."

Giandra terdiam dengan matanya yang berkaca-kaca saat ia mendengar ucapan Nicholas. Ia mengusap wajah calon suaminya dengan perlahan. Sekarang Giandra mencoba menatap Nicholas dengan matanya yang bersinar. "Alasan masuk akal kenapa orang tuaku, mungkin juga orang tuamu, memberikan kita nama yang indah—agar orang lain yang membaca atau menyebutnya, bisa merasakan cinta, bahkan doa dari orang tua kita, meskipun hanya mendengar namanya saja."

Sekarang Giandra tersenyum dengan menampilkan deretan giginya yang manis. "Sekarang siapa yang terdengar seperti orang yang jatuh cinta dengan sebuah nama dan pemilik nama itu."

Mereka tertawa dengan perlahan dan Nicholas mengajak Giandra untuk beranjak dari kursi. Pasangan itu tampak saling menukar pelukan hangat dan erat. Wanita muda itu menyandarkan kepala pada dada bagian atas dari calon suaminya.

"Aku akan mengusakan dunia yang bahagia itu untukmu, Giandra," ucap Nicholas sembari mengecup kening Giandra dengan lembut.

"Aku percaya denganmu." Giandra merespon dengan lembut. Telinganya menangkap suara dering dari ponsel Nicholas yang berada di meja bundar. "Sayangku, coba lihat siapa yang menghubungimu."

"Ah," ucap Nicholas spontan dan menoleh untuk mengambil ponselnya. Ia kembali mendekap Giandra sembari memeriksa isi ponselnya dengan cepat, "mari kita lihat siapa orang yang mencariku. Kuharap bukan seseorang dari kantor."

Giandra mengangguk dan Nicholas membuka salah satu pesan terbaru dari Andrew Karel, sahabatnya. Ternyata Andrew sudah mencoba memanggil Nicholas dan terlewat.

WhatsApp
Andrew Karel
Maaf banget Nicky aku harus menghubungimu semendadak ini.
Kamu tahu kah kalau sekarang Raka menjadi DPO?

"Andrew meneleponku hanya untuk ini?" gumam Nicholas sembari membaca pesan dari Andrew dengan mengkerutkan dahi.

Giandra mengangguk. "Mungkin karena kamu korbannya Raka, jadi Andrew sengaja menghubungimu untuk membahasnya."

Andrew Karel
Aku habis nonton berita dan melihat beberapa headline menarik.
Polisi sudah melakukan pencarian ke kediaman Raka dan menemukan kediamannya sudah kosong. Tidak ada siapapun.
Tapi di rumahnya terdapat cipratan atau genangan darah yang cukup banyak.
Sekarang polisi melakukan pencarian ke seluruh Jabodetabek hanya untuk orang ini.
Catatan kriminalnya bertambah banyak dan sangat mengkhawatirkan.
Polisi khawatir Raka membunuh orang lain di kediamannya dan membawa mayatnya pergi.
Kamu dan Giandra berhati-hatilah. Terutama kamu yang sebelumnya pernah menjadi korbannya dia.

TBC

Published on December 27, 2024

nas's notes: warga indonesia belum tahu si r ini metonggggggg yeeeee.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro