Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

67. Amaurotic

nas's notes: hi semua!!! akhirnya aku update lagi. jangan lupa vomments ya dan feel free untuk mempromosikan cerita ini pada pembaca lain.

hayooo jangan lupa vomments. yang suka baca secara offline, boleh nyalakan dulu paket datanya terus vote dan matikan lagi. yang sebelumnya belum pernah vomments boleh yaa disusul sebelum ceritanya kelar.

eh tapi please bgt yah, mumpung ceritanya belum end, jadi kalian bisa kirim krisar dulu ke aku. oke??? krisar anonim aja yah biar kalian bisa ngetik apa aja bebas dan enggak terbebani. enggak bakal aku incar jg, tp kalau ada yg lucu paling aku share di part selanjutnya. klik tellonym aku di link eksternal atau bio wp aku ya. pls bgt inimah soalnya udh mw kelar gmn yh.

terima kasih banyak dan selamat membaca!!

.





.





.

Jakarta, Indonesia
August 22, 2026

Sebelum mereka turun dari mobil, Nicholas langsung mengambil tangan dan leher Giandra untuk mencium lembut bibir yang sudah lama ia rindukan. Giandra pun membalas kecupan dan mengusap leher lelaki itu selagi mereka berdua berciuman.

"Hmm, Baby," panggil Giandra pelan saat mereka menjeda ciuman mereka, "you know what I thinking."

"I know your lips desperately want to kiss mine—you bite them." Nicholas merespon sembari memandangi bibir Giandra. Lelaki itu pun tampak memainkan bagian bawah bibir Giandra dengan ibu jarinya. "Aku terpancing. Terima kasih, Love."

"Aku ingin melanjutkan ciuman di rumah, tetapi," ucap Giandra lembut sembari menunjukkan pesan dari Rayan, "kita harus mencari tempat untuk menghindari Raka. Ada saran?"

Nicholas langsung membaca pesan Rayan dari ponsel Giandra dengan cepat. Ia langsung menoleh pada Giandra. "Kita harus mendengarkan Rayan. Akan lebih baik jika kita pergi ke rumah Aunty Rania. Mereka punya tim keamanan," jawab Nicholas dan mengusap kepala Giandra.

Giandra menganggukkan kepalanya dengan perlahan. "Boleh saja, tetapi kita pergi setelah brunch. Brunch-ku lebih penting daripada Raka."

Setelah menikmati lasagna, grilled cheese, potato wedges, hingga jasmine tea sebagai hidangan brunch, Nicholas dan Giandra langsung melaju ke lokasi selanjutnya. Giandra membawa mobil sedan berwarna hitam melaju menuju kediaman Keluarga Hassan yang berada di Mega Kuningan. Akan tetapi, seorang lelaki langsung menghadang mobil yang dikemudikan oleh Giandra.

Raka Purnomo tampak berantakan, tidak seperti biasanya, dan langsung mengetuk kaca pintu yang dekat dengan kursi pengemudi. Tampaknya Rayan tak salah mengatakan kalau Raka berpotensi untuk memakai obat terlarang.

"BUKA!" bentak Raka sembari tetap mengetuk kaca untuk memanggil Giandra. "SAYANG BUKA KACAMU!!!"

Giandra tampak takut melihat Raka dan melirik ke arah Nicholas. Sekarang Raka berjalan mengitar menuju kaca dekat Nicholas dan melakukan hal yang sama.

"BUKA KACA WOI!!" bentak Raka dengan keras sembari mengusap hidungnya dan kembali mengetuk kaca dengan kepalan tangannya. "BANGSAT! ANJING! BUKAAAA!!!!'

Mereka berdua belum memutuskan untuk menurunkan kaca, apalagi turun dari mobil, dan sekarang situasinya semakin mencekam karena Raka mengetuk kaca dan menendang pintu berkali-kali.

"GIANDRA!!! AYO KELUAR SAYANG!!!!" Lagi-lagi Raka berteriak yang membuat Giandra semakin takut.

Nicholas tahu mobilnya akan dirusak oleh Raka, namun semua itu tidak penting. Sekarang yang terpenting baginya adalah Giandra. Ia khawatir jika salah satu dari mereka berdua yang membuka pintu, Raka akan berbuat nekat. Terutama saat Nicholas tahu bahwa Raka berada dalam pengaruh obat terlarang.

Mata Giandra menyadari bahwa Hamdi dan petugas keamanan sedang membuka pagar rumah. Mau tak mau, Giandra harus melaju kendaraan dengan kencang hingga Raka terjatuh. Ia membelokan sedan pabrikan Jerman itu ke dalam area kediaman Keluarga Hassan. Sebelum Raka sempat bangkit dan mengejar mobil tersebut, Hamdi dan petugas kemananan langsung menutup pagar rumah sebelum Raka menyelinap masuk.

Jarak dari pagar menuju pintu depan dari kediaman Keluarga Hamdi tak begitu dekat, namun Giandra dapat memarkirkan sedannya depan pintu rumah. Ia dan Nicholas turun dari sedan tersebut, lalu disambut dengan kedatangan Rania.

Rania memeluk Giandra dengan lembut dan mengusap rambutnya. Memberikan sambutan hangat di tengah-tengah kekhawatiran. Hamdi pun berdiri di sebelah Nicholas dan saling menyapa.

"Bagaimana bisa kalian tahu kalau Raka datang ke sini?" tanya Giandra pada Rania.

"Raka sudah ketahuan oleh security yang berjaga di sekitar rumahmu dan baru hari ini dia datang ke depan rumahku. Bukan rumah kontrakan Hamdi yang ada di Alam Sutera. Aku terkejut, tetapi aku tidak mungkin memintamu untuk mundur karena kamu sudah dekat rumah, jadi aku meminta Hamdi dan penjaga untuk menunggu di pagar depan." Rania menjelaskan. "Tingkah laku Raka juga tak biasa. Terakhir aku menemuinya di rumah sakit saat ia menyerang Nicholas secara tiba-tiba dan dia masih Raka yang biasanya. Bahkan wajahnya saja sudah terlihat kalau ia menggunakannya."

"Raka memang seorang pecandu obat terlarang sejak lama." Hamdi menambahkan. "Aku menemukan hal menarik dari riwayat kesehatannya Raka. Setelah mengikuti rehab di 2018, Raka langsung memoles riwayat kesehatannya hingga tak ada yang tahu."

Nicholas yang mendengarkan penuturan Rania dan Hamdi pun hanya mengkerutkan keningnya. "Berarti dia memoles riwayat kesehatannya sebelum meningkatkan kariernya supaya tidak diketahui oleh musuh politiknya?"

Hamdi mengangguk kepalanya dengan perlahan, menanggapi ucapan Nicholas. "Yup."

Sementara Hamdi dan Nicholas masih berbincang, Giandra terdiam karena teringat dengan ucapan Rania. "Tunggu, dia melakukan apa di rumah sakit?!" Giandra bertanya sembari melirik tajam pada Nicholas.

"Dia menjatuhkanku dari kasur karena dia berusaha untuk mencari keberadaanmu," ucap Nicholas pelan dan Giandra melotot.

"It's okay, Gi," ucap Nicholas yang berusaha untuk menenangkan Giandra yang terkejut.

"Do you think it can be tolerated, Nicholas?! Bahkan dia menabrakmu!!" Giandra menegaskan ucapannya pada Nicholas.

"Raka memang hampir membunuh Nicholas. Meskipun ia berpotensi untuk melakukannya lagi di rumah sakit. Sebelum itu, Raka juga sudah membunuh istrinya," tambah Rania dan terdiam sejenak memandang Giandra, "dan dia ikut terlibat dalam kecelakaan orang tuamu dengan merusak mobilnya."

Saat Rania menyebutkan orang tuanya, Giandra terdiam dan matanya berkaca-kaca."NO!"

Giandra menahan tangisnya dan tubuhnya ambruk. Rania pun memeluk Giandra dan mengusap kepalanya. "I'm sorry, but I can't keep this from you. Aku baru mendapatkan informasinya baru-baru ini."

Mendengar ucapan Rania, Giandra pun melanjutkan tangisannya dengan perasaan marah. Ialu merundukkan kepalanya. "Aku tahu aku tidak bisa membunuhnya. Orang tua aku juga tak akan kembali. Hanya saja ... aku kesal ...."

Nicholas juga duduk di lantai dan mengenggam tangan Giandra. "Lanjutkan, jangan ditahan ...."

"Aku lelah, Kak. Aku lelah karena kejadiannya sudah lama sekali dan aku harus menahan semuanya. Aku sendirian karena orang tuaku diambil sama orang yang mengincar rumahku," ucap Giandra pelahan dengan penuh emosi, "aku sudah tidak peduli lagi sama orang itu. Entah dia mau hidup atau mati sekalian, aku lelah."

.





.





.

Setelah tak berhasil bertemu dengan pujaan hatinya, Raka Purnomo langsung kembali pulang. Ia mencari obatnya di kamar, sayangnya ia tak menemukan apapun. Raka mengusap hidungnya dan, lagi-lagi, merusak rumahnya.

Ia menghubungi Clara untuk meminta obat-obatan tersebut dan mengantarkannya ke rumah. Clara tidak menggunakannya, tetapi Raka memintanya melalui Clara. Raka memang sudah lama menggunakan obat terlarang dan terakhir menggunakannya ialah pada tahun 2017–saat ia baru mengetahui eksistensi Giandra, anak tunggal Hiram Soerjapranata yang lama tinggal di luar negeri.

Karena Giandra cantik, muda, dan menarik perhatiannya, Raka terpikir bahwa menikahi Giandra akan memberikan ia sebuah peluang besar untuk memiliki rumah Keluarga Soerjapranata yang sudah lama ia idamkan itu.

Sayangnya Hiram dan Kirana tidak setuju dengan rencana yang diutarakan oleh Raka. Lagipula Raka sudah beristri dan akan sangat menyinggung jika Giandra dijadikan istri muda, istri siri, atau sejenisnya. Terutama Hiram, yang benar-benar mengutuk rencana Raka saat itu.

Bahkan Raka tak akan lupa bagaimana Kirana Hadiwiryono menyebut Raka sebagai pedofil. Raka tersinggung dan membuat rencana untuk merusak mobil pasangan suami istri tersebut di tahun 2018. Secara tak sengaja, Kanista menambahkan rencana pembunuhan karena ia dan Kanista, ibu kandungnya, sama-sama menginginkan kediaman yang hanya dimiliki oleh Giandra, ahli waris satu-satunya.

Raka membuka ponselnya dan mencari kontak Clara Antonia. Ia berupaya untuk menanyakan kapan Clara akan datang bersama dengan obat pesanannya itu. Rumah ini sudah begitu sepi dan ia begitu membutuhkan Clara. Seperti biasa, Raka berpikir bahwa Clara akan menghiburnya.

Akan tetapi, sebelum Raka sempat menghubungi Clara, listrik di rumahnya langsung padam. Raka merasa janggal karena tidak ada masalah pada sambungan listriknya. Sialnya, Raka sudah tinggal sendiri karena Raka sudah memutus hubungan professional dengan para pekerjanya—agar ia dapat kembali menggunakan obat terlarang tanpa dihakimi.

Rumah Raka dengan sedikit penerangan pun sudah gelap, apalagi saat listrik rumah itu mati total. Benar-benar jauh lebih parah. Raka sudah terbiasa untuk tak membuka jendela sepanjang hari karena ia takut privasinya terekspos.

Seseorang bertubuh cukup tinggi tampak mendekati Raka dan langsung menusuk Raka dengan cepat. Orang yang mengenakan pakaian yang serba hitam pun tampak tak keberatan untuk menambah tusukannya. Tangan yang terbalut dengan sarung tangan kulit pun menancapkan pisau di dada Raka secara perlahan, namun salah satu tangannya menurunkan kain yang menutupi wajahnya. Memastikan agar Raka melihat siapa yang menusuknya.

"Kau .... " Raka bersuara dan tatapannya dibalas oleh orang yang menusuk tubuhnya.

"Kita selesai sampai di sini, Mas," ucapnya sembari tersenyum jahat, "aku hanya ingin memastikan semua hal yang baik di keluarga kita tidak jatuh ke tangan jahat sepertimu."

"Kamu ... datang ...." Raka berkata dengan perlahan hingga ia kesulitan untuk berkata-kata lagi.

"Ya, aku datang untuk memulangkanmu ke sana," ucap orang berpakaian gelap tersebut dengan perasaan puas, "tempat yang cocok untukmu."

Orang itu sudah selesai menghabisi sosok Raka Purnomo hingga tak bernyawa. Ia menyimpan pisaunya dan langsung beranjak. Ia memberikan sinyal pada beberapa orang, yang sedari tadi sudah menunggu dari luar pintu, untuk mengurus tubuh Raka.

Tampaknya orang tersebut sudah menyelesaikan urusannya dari kediaman Raka Purnomo dan memilih untuk pergi bersama dengan beberapa orang lainnya yang membawa mayat Raka.

Rest In Peace Raka Purnomo

TBC

Published on December 26, 2024

nas's notes: ayo jangan lupa isi krisar atau curhat atau confess di tellonym yes, mumpung ceritanya blm tamat.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro