40. Crepuscule
nas's notes: hi semua! akhirnya cerita ini sampai juga ke part 40. semoga kalian masih bisa bertahan sampai ceritanya berakhir, ya.
anyway, sebelum cerita ini berakhir, boleh juga yaa diajak teman-teman atau moots kalian untuk baca cerita ini. alasannya adalah 1) karena ada pembaca yang nyaman ikutin cerita pas on going, terus juga 2) biar bisa aku tag kalau aku tiba-tiba drop part bonus, 3) biar bisa meramaikan acara pernikahan nicholas dan giandra yang intimate itu dan 4) supaya raka mendapatkan lebih banyak haters biar kena rujak rakyat.
kalau enggak rame ... rugi dong?????
karena sudah part 40 juga, aku mau minta tolong teman-teman untuk isi tellonym aku, ya. boleh isi sama reaction, krisar, atau pertanyaan apa saja. linknya bisa di-klik di tautan eksternal, ya.
jangan lupa untuk apa? pinter, vote dan comment. jangan diem-diem aja kayak penumpang gelap. kalau kalian suka baca secara offline, bisa nyalain dulu kuotanya terus vote dan matikan lagi dan lanjut baca.
terima kasih banyak untuk kalian yang sudah membaca sampai sini, yuk kita sama-sama bertahan. selamat membaca! :")
.
.
.
Jakarta, Indonesia
July 8th, 2026
Nicholas Wiradikarta's 29th birthday.
"Jadi kamu pergi ke PS dengan mobil Nicholas?"
Giandra menganggukkan kepalanya dengan ekspresi meyakinkan. Tanisha Hassan tampak tak percaya bahwa Giandra bertemu dirinya dengan mengendarai mobil Nicholas. Setelah Giandra menyelesaikan janji paginya di rumah sakit, ia memenuhi ajakan Tanisha untuk makan siang dengan sushi di salah satu restoran Jepang yang berada dalam Plaza Senayan.
"Dia meninggalkan mobilnya bersamaku dan pulang ke rumahnya dengan taksi. Aku akan menjemputnya setelah ini dan kita akan pergi makan malam—Kak Nicky hari ini berulang tahun." Giandra menanggapi ucapan Tanisha yang tampak tak percaya saat ia mendengarkan cerita Giandra.
Tanisha menggelengkan kepalanya dengan perasaan heran. "Terkadang aku bingung sama jalan pikirannya Nicholas. Akan tetapi, Untuk perempuan cantik sepertimu, memiliki lelaki tampan sebagai calon suami adalah sebuah keajaiban—sekarang banyak perempuan cantik yang sudah dimiliki oleh lelaki jelek dan bodoh. Sungguh, ada untungnya juga kamu menolak kakakku dan Adipati Jawa itu."
"Kakakmu, 'kan, tidak jelek," ucap Giandra sembari menaikkan alisnya dengan perasaan tak yakin.
"Iya ... Memang, sih, Bang Hamdi tidak jelek, namun selalu bertingkah seperti orang idiot saat ia mendekati wanita." Tanisha melanjutkan sembari memakan potongan sushi-nya.
"Makanya Kak Tanisha juga harus cari lelaki tampan." Giandra mengalihkan pembicaraan sembari mengambil potongan salmon sashimi dengan sumpit dan memakannya, "salmon ini enak sekali."
"Jangan khawatir—aku sudah memiliki lelaki yang aku suka," jawab Tanisha sembari tersenyum, "untung saja kamu dan, tentu saja, keluargaku membujukku untuk pulang dibandingkan pergi ke Jepang."
Giandra sendiri tahu bahwa sepupunya, Rayan Pradana, sudah mulai melihat Tanisha dan kerap menanyakan apa saja soal teman kecilnya itu. Bahkan sangat memungkinkan dalam waktu dekat, Giandra akan mendengar cerita soal Tanisha yang mengunjungi Rayan di Yogyakarta atau Rayan yang mengajak Tanisha untuk ke rumahnya.
"Ada rencana untuk menyusulku dan Kak Nicky dalam waktu dekat?" Giandra bertanya sembari mengambil potongan sushi lainnya yang belum ia cicipi. "Apakah mamamu akan setuju?"
Wanita berusia hampir tiga puluh tahun itu hanya tersenyum. Ia ingat persis dengan ucapan mamanya yang kerap mengagetkannya dengan pembicaraan soal jodoh dan pernikahan. "Harusnya, sih, setuju. 'Kan yang penting bukan bule?"
"Kalau Mamaku masih tidak setuju, aku bisa tinggal di Eropa dan menjadi mekanik untuk selamanya." Tanisha melanjutkan ucapannya dengan perasaan yakin.
"Bisa saja asal kamu harus berhenti memanggilku dengan kakak," keluh Giandra yang teringat dengan cara Tanisha memanggilnya saat sedang bersama Rayan, "bahkan sepupuku, Nilam, saja tidak memanggilku dengan 'kakak' atau apapun itu."
Mendengar Giandra menyebutkan nama salah seorang sepupunya yang juga adiknya Rayan, Tanisha pun teringat bahwa ia kerap melihat Nilam di kanal berita dengan hal-hal yang tidak mengenakan. Bahkan ia juga mendengar kakaknya, Hamdi, membicarakan Nilam melalui facetime. "She always throws an evil eye on you. I can't understand. What I heard from Hamdi is that she is planning to divorce her poor husband."
"Nilam kerap menunjukkan mata itu kepada siapa saja. Jangan kaget saat nanti Kak Tanisha melihatnya secara langsung saat diajak ke rumah Rayan." Giandra menambahkan sembari menghabiskan makan siangnya. "Siapa tahu beberapa hari lagi?"
.
.
.
Sore harinya, Giandra sudah menjemput Nicholas dari kantornya yang berada di daerah Pejambon. Hanya saja, Nicholas meminta Giandra untuk duduk di kursi penumpang depan karena Giandra sudah menyetir terlalu lama dengan kursi pengemudi yang dimajukan dan mereka berencana untuk berkeliling kota Jakarta sebelum sampai tujuan. Begitu berjalan beberapa kilometer, mereka sudah melihat langit jingga yang terangnya menghangatkan hati sebelum bertransisi menuju sore hari yang gelap.
Karena hari ini Nicholas merayakan pertambahan usianya, Giandra pun melunaskan janjinya pada Nicholas untuk mentraktir makanan apapun yang diinginkan. Alhasil, Nicholas memilih untuk makan makanan Italia di restoran kesukaan mereka. Tentu saja, Nicholas tidak ingin melewatkan tiramisu kesukaannya (dan juga Giandra) sebagai panganan manis untuk perayaan ulang tahunnya.
"Apa Kakak sudah membawa pakaian ganti?" Giandra bertanya sembari melirik ke arah Nicholas yang membawa kendaraannya.
Lelaki itu hanya tersenyum hangat dan menganggukkan kepala. "Aku tahu kamu akan mengingatkan aku soal pakaian ganti—aku membawanya. Bahkan besok aku akan berangkat ke kantor dari rumahmu. Aku mengatakan kepada Sura kalau aku menginap di rumah Andrew."
"Kenapa Kak Nicky meminjam nama Mas Andrew?"
"Ia tidak akan mengusikku jika aku menginap di rumah Andrew. Sura tahu kalau aku menginap di tempat Andrew hanya untuk mendengarkan banyak curhatan dari mulut lelaki itu." Nicholas menanggapi pertanyaan Giandra. "Sementara jika aku mengatakan kalau aku menginap di rumahmu, dia akan bercerita kepada pacarnya itu. It would be farkakte."
"Verkackte?" Giandra mengkonfrimasi apa yang ia dengar dari ucapan Nicholas dengan pelafalan Bahasa Jerman.
"Benar, Sayangku. Terkadang aku lupa kalau Bahasa Yiddi juga menyerap kata dari Bahasa Jerman," balas lelaki itu yang kemudian mengambil tangan Giandra dengan tangan kirinya. Ia mencoba untuk mengenggam tangan Giandra dengan erat dan lembut, "kamu pintar sekali."
Mendengar penuturan dan apa yang dimaksud oleh Nicholas, Giandra hanya tertawa lembut. "That's okay. We're going to cuddle and talk before we go to sleep."
"Serta, aku akan banyak memuji calon suamiku yang hari ini berulang tahun. Aku masih ingat saat kamu mengatakan kalau kamu akan bertunangan sebelum bertambah usia." Giandra melanjutkan ucapannya.
"Suami!" Nicholas menanggapi dengan nada bercanda yang membuat Giandra menoleh dan tertawa. Ia menarik tangan Giandra untuk mencium punggung tangannya.
"Ih, belum!" Wanita muda itu langsung memprotes dengan matanya menoleh ke arah lelaki yang tersenyum menggoda sembari membawa kendaraannya. "Awas saja! Nanti kalau Kak Nicky sudah jadi suamiku, aku akan gigit pipi Kakak."
"Gigitnya nanti malam aja." Nicholas masih mencoba untuk merayu dan menantang Giandra. "Kelamaan kalau nunggu nikah dulu. Kamu pasti sudah tidak sabar untuk memakanku, 'kan?"
Wajah Giandra langsung memerah dan mencoba untuk memalingkan wajahnya dari arah Nicholas. "Kak, sudah. Jangan dilanjutkan!"
Mendengar Giandra sudah tidak dapat menahan perasaan salah tingkahnya itu, Nicholas berinisiatif untuk mengusap kepala Giandra dengan lembut. "Aku senang mendengarnya. Bayiku memang lucu sekaliiii. Tetap seperti ini saja, ok?"
TBC
Published on September 29, 2024
nas's notes: nicholas ada benarnya, jadi memang bahasa yiddi (atau yiddish in english) itu memang mayoritas mengambil kata dari bahasa jerman. untuk konteks yang dikatakan oleh nicholas itu bahwa "nanti akan kacau (atau berantakan)." dan giandra mengulangnya dalam bahasa jerman.
farkakte (yiddish) & verkackte (german) sama-sama artinya kacau. farkakte termasuk dalam yiddish english yang sama-sama umum digunakan oleh penutur yiddi dan inggris (tapi ini termasuk ytta aja kayak nicholas)
okeee akan ada part bonusnya, tapi nanti yaaak! terima kasih banyak <33
nas's notes on January 7, 2024: nah ini aku upload part bonusnya ya.
.
.
.
Jakarta, Indonesia
2026
"Kamu belajar Bahasa Jerman dari umur berapa?"
Giandra menoleh saat Raka Purnomo menghampirinya. Secara tidak sengaja, mereka bertemu lagi di salah satu acara yang diadakan oleh Duta Besar Jerman untuk Indonesia.
Raka Purnomo sudah mencari banyak informasi soal Giandra. Salah satu poin yang menjadi perhatiannya adalah kemampuan bahasa Giandra. Giandra tidak belajar bahasa daerah, tetapi dia menggunakan Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia sejak kecil.
Menurut Raka, terdapat alasan orang untuk belajar bahasa yang bukan bahasa ibu. Salah satunya ialah untuk memperoleh tingkatan karier yang lebih baik. Kenapa bukan Bahasa Korea, Jepang, atau Cina? Raka membatin heran.
"Sejak umur sembilan," jawab Giandra singkat.
"Dari semua bahasa yang ada, kamu memilih untuk belajar Bahasa Jerman? Kenapa tidak belajar bahasa yang, setidaknya, akan memberikan peluang karier untukmu?"
Mendengar perbincangan yang mengarah ke bahasan yang lain, Giandra memilih untuk memberikan jawaban yang terkesan sombong. "Because I can."
"Tentu saja kamu bisa," respon Raka sembari tertawa canggung, "tetapi kenapa?"
Masih saja bertanya? Giandra mendenyit heran dengan pria berusia empat puluhan yang bertanya soal kemampuan bahasanya.
"Pelatih Giandra sewaktu dia masih menjadi atlet menembak adalah orang Jerman dan dia sempat mengikuti pelatihan di Jerman."
Nicholas Wiradikarta masuk percakapan dan melirik ke arah Giandra. Raka menatap Nicholas yang langsung berdiri di samping Giandra.
"Another German speaker!" Raka menanggapi saat melihat Nicholas bergabung dalam obrolan. "Bagaimana denganmu, Nicholas? Kudengar kamu juga sama."
"Kenapa?" tanya Nicholas yang tampaknya sudah langsung dimintai keterangan.
"Ya, kamu juga penutur Bahasa Jerman seperti Giandra."
Lelaki berusia dua puluhan akhir itu hanya terkekeh. Tak kaget bahwa Raka juga sudah melakukan pencarian mendalam soal dirinya. "Keluargaku penutur Bahasa Jerman—bahkan ayahku memiliki kehidupan yang lebih Jerman daripada bundaku yang memang berdarah Jerman."
Tampaknya Raka ingin mengatakan sesuatu, namun ia menahannya.
"Karena aku oportunis, aku mengikuti sertifikasi dan menjadi poin plus saat aku mendaftar pegawai negeri." Nicholas melanjutkan penjelasannya.
Tentu saja kamu oportunis, Sialan. Kalau tidak, mana mungkin kamu masuk Kemlu. Raka mengutuki Nicholas dalam hatinya.
Iris hijau kebiruan milik Nicholas langsung melirik pada Giandra. Ia menawarkan tangannya untuk menggandeng Giandra dan mengeluarkannya dari obrolan. "Tampaknya Raka tidak memiliki pertanyaan lagi. Yuk kita pergi."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro