bab 14
Mian jika masih ada typo ya..
Ini no edit, say..
Semoga suka...
Ingat ...no epilog, no extra atau apalah itu..
Pusing say....
*
*
Hari-hari Naruto selama kehamilan terasa menyenangkan, apa lagi sikap Mikoto yang semakin hari semakin perhatian padanya, walau sikap ketus ibu mertuanya masih ada. Wanita paruh baya itu hanya akan diam walau tubuhnya bergerak mengurus keperluan Naruto, ditambah perhatian sang suami dan ayah mertuanya yang semakin protective padanya. Kedua orang itu membuatnya pusing.
Awal kehamilan diusia 1 hingga 3 bulan, ia selalu di sibukkan dengan morning sickness yang begitu menyiksa. Bahkan dia pernah harus berakhir di rumah sakit selama seminggu karena kekurangan nutrisi. Karena selama masa itu, dia sulit sekali makan. Hidungnya sangat sensitive dengan bau makanan, hingga bawaannya dia akan selalu mual dan berakhir muntah. Apalagi selama itu dia hanya bergantung pada susu hamil, beberapa vitamin dan obat.
Di usia kandungan 4 hingga 7 bulan, dia harus sangat tega pada sang suami dan mertua lelakinya. Karena mereka harus mencari apa yang di idamkan oleh mama muda itu. Mencari makanan atau melakukan hal-hal yang dia inginkan.
Diusia kandungan 8 hingga akan menginjak 9 bulan, ia lebih sering malas-malasan. Bukan malas yang itu, dia hanya merasa pegal di seluruh tubuhnya, apalagi pinggang dan kakinya. Jadi dia lebih memilih bergelung di sofa dengan tv menyala.
Seperti saat ini, dia tengah bersantai diatas sofa dengan keripik kentang di tangannya. Sesekali tangannya membenarkan tali bra yang ada di belakang lehernya. Ya.... Semenjak hamil dadanya membengkak karena memproduksi asi. Karena niplenya juga sedikit membesar, hingga sang suami menyarankan untuk memakai bra dari usia kandungannya 4 bulan. Sasuke tidak ingin aset pribadinya tercetak jelas di balik baju yang sang istri pakai. Awalnya mereka berdepat alot, hingga Mikoto turun tangan dan Naruto hanya bisa menyanggupinya. Ia mendengus, dia sudah seperti wanita tulen sekarang. Kenapa dia tidak berganti gender sekalian.
Rambutnya juga sudah semakin panjang, bahkan poni depannya ia tahan dengan jepit rambut agar tidak menutupi mata. Hanya saja dia tak mau memakai daster atau pakaian hamil yang biasa wanita pakai. Dia lebih suka memakai kemeja kebesaran milik sang suami, ia suka bau tubuh Sasuke. Jadilah Sasuke membeli banyak kemeja kebesaran dan menyemprotkan hampir satu botol besar parfum miliknya ke kemeja yang dia beli untuk Naruto.
Naruto dengan berat hati beranjak dari duduknya untuk membuka pintu. Lumrah, ini hari sabtu jadi para maid sedang membersihkan kebun belakang, karena yang akan menjaganya adalah ibu mertuanya.
Manik safire itu melirik jam dinding, dimana masih menunjukkan pukul 8:30 a.m. ia mengernyit, bukankah ibu Mikoto akan datang pukul 9 karena masih ada urusan. Mengedikkan bahu, ia menarik ujung kemeja yang ia pakai hingga menutupi celana pendek sebatas paha yang ia pakai, dan dengan pelan berjalan menuju depan.
Ceklek ~
" siapa? "
Tanyanya lembut. Tapi matanya mengernyit melihat sosok gadis berambut merah jambu yang berdiri di depan rumahnya. Seperti dia pernah bertemi wanita itu?
Gadis berambut merah muda yang ternyata Sakura itu mendengus, dan membuang muka ke samping.
" ternyata orang sepertimu memang susah di singkirkanm..... Mana Sasuke-kun "
Naruto diam, tapi otaknya memproses siapa wanita di depannya. Saat ia mengingatnya ia mendesah lelah. Gadis itu memang sering berkata pedas padanya.
" aku tanya, mana Sasuke ku !"
" ma'af nona, kau tau ini jam berapa kan? Tetusaja dia masih di agensinya. Dan kutekankan, Sasuke adalah milik-ku. Dia suami sah ku, jadi tolong jangan meng claim suami orang sembarangan "
Sakura mengepalkan tangannya, wajahnya memerah kesal dan marah.
" KAU! DASAR PRIA ANEH MENJIJIKKAN. TAK SEPANTASNYA KAU BEESANDING DENGAN SASUKE!! DIA- "
" tapi ma'af..... Bukankah Sasuke memilihku sekarang. Jadi tolong, simpan kata-kata pedasmu itu. Karena kenyataannya, akulah pasahan hidupnya sekarang "
Tangannya mengelus perut besarnya yang terasa bergejolak, walau tidak parah. Ha'ah... Dia harus bisa mengontrol emosinya.
" Sialan kau!! "
Tangan Sakura terangkat, melayang untuk menampar wajah Naruto. Tapi sayang, tangannya sudah dicekal terlebih dahulu oleh Naruto.
" Cukup !! Selama ini aku sudah mentolelir seluruh kelakuanmu pada keluargaku. Sekarang pergi dari sini ! KKA !! "
Dengan keras Sakura menyentak tangan Naruto, dan berbalik menarik tangan tan itu dan mendorongnya kuat hingga jatuh terhempas dari tangga teras dan terjerembab ke rerumputan.
Naruto yang tanpa persiapan, di tambah dengan tubuhnya yang kurang fit tak bisa melawan. Tangannya otomatis melindungi perut besarnya. Tapi percuma, benturan yang di alaminya cukup keras.
" AKH !! "
" SAKURA !! "
Teriakan Naruto bebarengan dengan teriakan marah milik Mikoto yang baru saja muncul dari persembunyiannya sejak tadi untuk melihat mereka berdua.
" baa-san ~ "
" keterlaluan..... KAKASHI !! IRUKA !!"
Mikoto berteriak memanggil asisten pribadi sang suami yang mengantarnya kemari, dan kepala pelayan di mansion sang putra.
Dengan tergopoh-gopoh Kakashi berlari mendekati sang nyonya. Begitu pula dengan Iruka dan para mait yang berlari di belakangnya menuju teras depan.
Semua mata menatap kaget kearah menantu Uchiha muda yang menggerang kesakitan di pelukan Mikoto, bahkan beberapa maid wanita sudah menjerit kaget melihat keadaan majikan mereka.
" seret dia pergi dari sini... Dan pastikan dia mendapat balasan dari apa yang dia lakukan pada menantuku"
" hai "
Kakashi dengan cepat menyerat Sakura keluar dari kediaman pasanga Uchiha muda. Tak menghiraukan teriakan dan rontaan Sakura.
" Iruka, siapkan mobil. Kita ke rumah sakit sekarang "
Tanpa disuruh dua kali Iruka pergi ke garasi dan mengeluarkan mobil.
Selama perjalanan tangan renta itu tak lepas menggenggam tangan sang menantu yang berlapis keringat dingin. Air mata terus mengalir dari ke dua mata bermanik kelam itu, melihat sang menantu yang tengah bertahan menahan sakit. Tangan sebelahnya tengah membawa tubuh bergetar Naruto ke dalam pelukannya.
Baru kali ini dia merasakan ketakutan sebesar ini, melihat wajah menahan sakit Naruto ditambah dengan aliran darah yang merembes dari selangkangan sang menantu. Ia juga menyesal telah pernah mencoba menjodohkan Sakura dengan putranya. Setelah melihat kelakuan bar-bar gadis itu.
*
*
Mikoto mondar-mandir di depan UGD menunggu hasil pemeriksaan Naruto.
Ceklek~
" bagaimana menatu dan cucu-cucuku ?"
Ia membordir Kabuto yang barusaja keluar.
" untung anda membawanya tepat waktu. Tidak apa-apa, kandungannya baik. Pendarahannya juga sudah berhenti. Tapi - "
" tapi??"
" sepertinya Naruto akan melahirkan hari ini... Sudah bukaan 3. Tapi saya sarankan untuk melakukan operasi, karena jalur keluar untuk bayinya masih rentan.... Tapi Naruto berkeras ingin normal. Itu beresiko baginya... Pendarahan berpotensi besar terjadi.... Dan nyawanya sebagai taruhan. Apa lagi dia harus melahirkan dua bayi "
Mikoto mundur ke belakang dengan tubuh lemas, setelah Kabuto pergi. Ya tuhan..... Bahkan dengan kondisi seperti ini Naruto masih mengingat apa yang diucapkannya.
*
*
Mikoto hanya bisa memberikan kata-kata penyemangat bagi Naruto yang telah di pindahkan ke kamar VVIV. Sekarang sang menantu tengah mengalami beberapa kontraksi. Dia juga sudah menghubungi sang suami dan sang putra. Bujukannya untuk melakukan operasi di tentang habis oleh Naruto. Menatu manisnya itu mengatakan jika janji tak boleh di ingkari, padahal ia sendiri yang membatalkannya.
Di depan ranjang rawat Naruto sudah ada beberapa suster dan dokter yang tengah mempersiapkan peralatan dan kolam karet berisi air. Ya... Naruto akan melahirkan di dalam air di temani Sasuke nanti.
" AKH !!.... Ibu ~ "
" sssttt.... Ibu disini sayang "
" dokter, pembukaannya sudah sempurna !! "
Kabuto yang masih sibuk dengan infus yang tertancap di punggung tangan Naruto mendekat. Ia menuju ke arah salah satu suster yang tengah melihat pembukaan Naruto.
" kita pindahkan Ny.Uchiha, persalinan akan di lakukan sekarang "
" tapi sang suami-"
" tak ada waktu lagi "
Kabuto meraih tubuh Naruto ke gendongannya, sedangkan seorang suster tengah membawa kantong infus Naruto.
Dengan perlahan ia memasukkan Naruto ke kolam dengan posisi kaki yang mengangkang. Naruto sudah tidak memakai bawahan, dia hanya memakai kemeja kebesaran dan bra saja.
Kabuto mengangkat keatas kemeja yang Naruto pakai, hingga memperlihatkan perut besar yang menampung dua bayi sekaligus itu. Ia bisa melihat pergerakan kecil di sana.
" ka- "
Brak !!
" Naruto !! "
Pintu terjeplak membuka, memperlihatkan Sasuke yang masih menggunakan kemeja garis-garis hitam putih dengan jins hitam yang kusut. Karena berlari dari parkiran hingga ke ruangan sang istri.
" syukurlah kau sudah satang... Cepat dampingi istrimu "
Sasuke mengangguk dan masuk kekamar mandi, walau matanya tak tepas melihat wajah sang istri yang tengah menahan sakit disana. Ia keluar dengan hanya memakai celana pendek hitam, memperlihatkan tubuh berotot yang membuat seluruh suster di sana harus menekan hidung mereka. Takut-takut darah keluar dari sana.
Dengan lembut Sasuke memposisikan tubuhnya di belakang Naruto, dan membawa punggung sempit itu untuk bersandar di dadanya.
Chup~
" kau pasti bisa "
Ia memberikan kecupan penyemangat di pelipis sang istri. Tangan kirinya menggenggam tangan sang istri yang bebas dari infus, dan sebelahnya mengelus lembut perut besar sang istri yang terendam air.
Naruto mengangguk lemah sebagai jawaban untuk perkataan sang suami. Ia mendengar intruksi dokter Kabuto, mengambil nafas dan mendorong. Terus seperti itu. Genggaman tangannya menguat mencengkram tangan besar sang suami, bahkan keringat sebesar biji jagung terlihat di pelipisnya.
Mikoto yang melihat proses persalinan Naruto secata live, menggigiti kukunya gugup. Perasaan takut, gelisah dan khawatir menjadi satu. Tapi saat seorang dokter mengangkat seorang bayi dari dalam air, ia merasa lega. Apa lagi suara tangisan bayi itu terdengar sangat nyaring.
Sasuke mengengecup sisi wajah sang istri bertubi-tubi. Mengatakan terima kasih dan betapa hebatnya sang istri yang telah berjuang melahirkan anak pertamanya. Kini hanya tinggal satu tagi, tapi sebuah kendala terjadi.
" dokter, sepertinya pasien mengalami pendarahan "
Genggaman tangan Sasuke mengerat. Pria itu menatap khawatir kearah sang istri yang tengah mengambil nafas dengan tersenggal.
Kabuto mendekat dan memeriksa keadaan Naruto. Sedikitnya ia bersyukur, karena itu hanya pendarahan kecil, tapi dia tak ibgin memgambil resiko untuk meneruskan persalinan normal Naruto. Manik hitamnya menatap kearah Naruto yang tengah menatapnya sayu, dengan kepala bersandar di pundak Sasuke.
" aku tak ingin mengambil resiko, kita lakukan operasi "
Naruto menggenggam tangan Kabuto dan menggeleng lemah.
" hanya satu lagi..... Aku pasti bisa.... "
" sayang~ "
" kau percaya padaku kan? "
Senyuman lirih sang istri, membuat dirinya semakin khawatir.
" tapi- "
" aku tidak akan kenapa-napa "
Sasuke menghembuskan nafas kasar. Ia mengusap wajahnya lelah, istrinya itu sangat keras kepala.
" lanjutkan dokter "
Kabuto ikut menghela nafas.
" baiklah "
Ia beebalik dan menatap seluruh rekannya.
" kalian aiapkan semua keperluannya, jangan sampai ada yang kurang "
Mereka mengangguk mengerti. Beberapa dari mereka ad yang keluar untuk mengambil peralatan dan kantong darah.
Persalinan kedua dimulai. Sasuke senantiasa menguatkan sang istri. Saat ia merasakan nafas sang istri yang putus-putus, ia langsung berteriak untuk meminta salah satu dari mereka memasangkan selang oksigen pada sang istri.
Persalinan kedua cukup lama dari yang pertama, apa lagi setelah sang bayi lahir. Tubuh Naruto langsung melemas. Pendarahan hebat di dapat Naruto, bahkan air kolam itu sudah berganti warna menjadi merah pekat.
Dengan sigap Sasuke mengangkat tubuh sang istri keataa ranjang rumah sakit. Tentu seluruh orang yang ada di sana kaget, terutama Mikoto. Ia hampir saja jatuh jika tangan sang suami tidak cepat menahannya.
" Sasuke, ganti bajumu. Kita tunggu di luar "
Dengan berat hati Sasuke membersihkan tubuhnya dan memakai pakaiannya di kamarmandi, setelahnya dia keluar begitu pula seluruh keluarganya. Sedangkan kedua putranya tengah di bersihkn oleh para perawat.
Mikoto berjalan kearah Sasuke yang tengah duduk di kursi tunggu dengan tatapan kosong. Ini semua salahnya. Jika dia tidak meminta Naruto melahirkan normal, menantunya tak akan seperti ini. Lagi pula dia juga tau jika keadaan Naruto tidak memungkinkan. Di tambah dengan Sakura yang telah mendorong Naruto tadi.
Ia rengkuh tubuh besar sang putra.
" ibu minta ma'af.... Ibu benar-benar minta ma'af "
Sasuke memejamkan matanya, pikirannya penuh dengan sosok sang istri. Bahkan dia tidak membalas pelukan sang ibu, mata tajam itu mengeluarkan air mata, merutuki ketidak berdayaannya.
" naru "
*
*
Itachi barusaja datang, setelah mengurus semua wartawan yang ada di depan gedung rumah sakit. Ha'ah.... Ternyata berita persalinan istri Sasuke sudah tersebar luas. Bahkan ini baru 2 jam.
Saat ia melewati sebuah ruangan, ia terpaku dan berbalik. Manik kelamnya menatap kedalam dari balik kaca pintu. Dia-
" ku ~ "
Tidak mungkin, kyubi sudah tiada dan itu sudah lama. Sebenarnya dia tau apa yang telah di lakukan oleh sang ibu di masa lalu kepada kekasihnya. Bahkan pusara kekasihnya juga dia tau. Dia mengetahuinya setahun yang lalu dari Pain. Pain adalah temannya, pria itu bekerja di kepolisian sebagai detektive. Ia menyuruh temannya itu mencari tau keberadaan Kyubi dengan diam-diam.
Saat ia mengetahui semuanya, ia marah dan mendatangi sang ayah yang ternyata menguburkan jasad Kyubi jauh di hutan Konoha. Ia luapkan kemarahannya pada sang ayah. Ayahnya juga mengerti, tapi mau bagaimana lagi, waktu tidak bisa di putar.
Setelah melabrak sang ayah, esoknya dia menghilang selama sebulan penuh. Ternyata dia berada di depan puasara Kyubi. Menangis meraung memohon agar kekasihnya bisa kembali padanya, tapi semuanya sia-sia.
" haha... Konyol, itu tidak mungkin dia.... Kau mempermainkanku tuhan, ini tidak adil "
Ia kembali melangkah, saat itu pula pria yang memakai baju dokter dengan rambut di kuncir bewarna merah itu berpaling menatap pintu. Manik birunya menatap heran.
" seperti ada yang menatapku ?"
" dokter Ku - "
" panggil aku Kyubi, Yamato "
" iya iya .... Namikaze-san, puas "
*
*
" bagaimana? "
Itachi bertanya setelah mendekat kearah orang tua dan adiknya.
" dokter belum keluar "
Sang ayah menyahut.
Ia beralih ke arah sang adik yang tengah duduk termenung. Tangan putihnya menepuk bahu kokoh sang adik dan meremasnya lembut, mencari perhatian sang adik. Ia umbar senyum kearah adiknya.
" hey, bagaimana kedua keponakannku "
Perlahan-lahan manik kelam itu mulai hidup. Senyum kecil terukir di bibir tipisnya.
" mereka sangat mungil dan kecil, berwarna merah dan manis. Mereka putraku aniki, aku sudah menjadi ayah..... "
Ia menatap berbinar kearah Itachi. Ahh.... Syukurlah.
" tapi- "
Manik kelam itu kembali meredup.
" istrimu kuat, dia akan baik-baik saja.... Kau tak ingin melihat mereka?? ..... Biar aku yang menjaga di sini dengan ayah dan ibu, temuilah kedua anakmu "
Sasuke mengangguk dan berjalan pergi menuju ruang bayi, dimana kedua putranya berada.
*
*
2 jam kemudian akhirnya Naruto sadar. Ia disambut oleh ciuman maut dari sang suami yang membuatnya terkikik.
Saat ia menengok kekiri disana sudah berkumpul keluarga Uchiha inti dan beberapa saudara. Lihatlah, ruang rawatnya sudah di penuhi banyak orang. Dan saat kedua jagoannya menangis karena banyaknya orang yang ada di sana, Sasuke murka. Menyuruh semua keluarganya keluar, hingga menyisakan sang suami dan kedua putranya yang di tidurkan di sebelah kanannya. Dengan Sasuke yang duduk di pinggir ranjang rawatnya.
" mereka manis "
" tampan sayang, seperti ayahnya "
" ya ya..... Sepererti ayahnya... Siapa namanya "
" Uchiha Menma dan Uchiha Ryuu "
Naruto tersenyum teduh kearah sang suami.
" terima kasih "
" seharusnya aku yang berterima kasih... Terima kasih telah berjuang menghadirkan mereka kedunia, menemaniku dan bertahan dengan ku"
Chup~
" emm manisnya suamiku "
*
*
......Tiga tahun kemudian......
*
*
Usia si kembar Uchiha sudah 3 tahun, dan di usia mereka yang sekarang tingkah mereka sangat hiperaktif. Lari sana lari sini.
Dua hari yang lalu mereka merengek ingin belajar taekwondo pada kakek Lee yang tinggal di samping rumah. Maklum mereka sering bermain di kediaman guru taekwondo itu.
Dengan berat hati, dari pada mereka membuat ricuh di cafe milik pasangan Uchiha muda. Naruto menyetujuinya, tapi tetap ia bertanya pendapat pada sang suami.
Terkadang ia dan suaminya akan tertawa sendiri, melihat tingkah kedua putranya yang dengan serius menirukan gerakan kakek Lee walau gagal.
Tapi dengan adanya kesibukan sang anak, Naruto tak akan takut lagi jika meninggalkan kedua putranya di rumah dengan Rin, baby sister mereka.
" ahh.... Kenapa kedua putraku mirip semua denganmu "
Naruto tengah menopang dagu dengan kedua tangannya. Mereka tengah mengawasi si kembar yang bermain di taman yang ada di samping rumah. Sedangkan sang suami tengah duduk di sampingnya, membaca sebuah buku dengan kaca mata yang bertengger di hidungnya.
" itu berarti genku sangat kuat sayang "
" cih "
Sasuke yang gemas, meraih tubuh sang istri kepangkuannya dan memberikan ciuman dalam di bibir merah istrinya.
" ihhh papa..!! "
Protes kedua putranya yang sudah berada di depan mereka.
" apa? "
" no, cium-cium mama "
Si imut Ryuu protes.
Sasuke menaikkan alisnya.
" kenapa? Mama milik Papa "
" mama milik Menma ama yuu !! "
Tuh anak pertamanya yang protes, Menma.
" enak saja "
Sasuke malah meraih Naruto ke gendongannya dan membawaya berlari kedalam rumah di susul derap langkah kedua putranya yang berteriak.
" aaaaaaa !! Mama .... Mama.."
*
*
.
.
.
.
.
.
.
.
.
..
...
....
.....
End
See you next story...
Bay .... Bay.... Bow
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro