bab 10
*
*
Aura mencekam menguar dari ruang tamu di mansion Uchiha di Gwangju. Udara seketika memberat, bagi Naruto yang tengah duduk dengan kepala tertunduk di samping Sasuke.
Sebelah tangannya yang berkeringat menggenggam tangan putih kekasihnya. Tubuhnya terasa menciut karena tatapan tajam yang di layangkan oleh beberapa orang yang ada di sana.
Di ruangan itu tak hanya kedua orang tua Sasuke saja, disana juga ada kakek, kakak Sasuke dan Sakura juga.
Mungkin jika tatapan bisa membunuh, maka Naruto sudah terkapar mati sejak tadi.
" bisa kalian hentikan ini, kalian menakuti kekasihku "
Mikoto mendengus, dia taksuka atas perlakuan Sasuke yang lembut pada kekasih lelaki anaknya itu.
" disini ada tunganmu, kenapa kau berani membawa orang lain ke sini "
" bukankah sejak awal aku sudah menolak "
Sasuke mendengus, ia membawa genggaman tangannya dengan sang kekasih kedepan wajahnya.
" dia kekasihku, dan akan selalu seperti itu "
" ibu tak pernah menyetujui hal itu "
Sasuke menatap datar kearah sang ibu. Ia tau, ibunya itu tak pernah suka dengan hubungan yang ia rajut dengan kekasihnya sekarang. Sebenarnya ia juga takut jika sang ayah juga melakukan hal yang sama seperti ibunya.
Fugaku yang melihat perdebatan antara sang istri dengan sang anak hanya bisa menghela nafas lelah. Ia menatap kearah pemuda pirang yang duduk di samping Sasuke dengan kepala tertunduk.
" apa kau yakin dengan pilihanmu ?"
Fugaku berucap datar, matanya menatap lurus kearah putra keduanya.
Sasuke menegakkan punggungnya, ia membalas tatapan sang ayah dengan serius.
" yaa.. Aku serius dengan pilihanku "
" lalu apa kau tau jika hubungan kalian tak akan menghasilkan apa-apa ?"
" untuk yang satu itu ayah tenang saja "
Fugaku yang melihat binar keseriusan dengan tekat yang kuat pada anaknya, hanya bisa mendesah pasrah. Jika anaknya itu sudah kekeh dengan apa yang ia ingin, maka anaknya itu sudah memikirkan semuanya dengan matang.
" baiklah "
" anata! "
Fugaku menoleh kearah sang istri yang duduk di sampingnya.
" ini sudah keputusannya "
" tapi-"
" cobalah untuk menerima.... Sasuke, bawa dia istirahat.... Ayah ?!"
" hmm, mau bagaiman lagi "
Ayah dan kakek Sasuke beranjak dari duduknya, mereka melayangkan senyum samar kearah Sasuke dan Naruto yang tengah menatapnya.
' kau hebat '
Sang kakak memberikan dua jempol kearahnya dengan bibir yang tersungging senyuman. Adiknya itu ternyata tak membual tentang apa yang Sasuke katakan padanya.
Ternyata Sasuke berani menentang sang ibu yang jelas tak menyukai hubungan macam itu. Hah... Itachi jadi ingat dengan rubah galaknya yang ada di jepang.
Ok.... Sekarang dia sudah menikah, jadi tak pantas untuknya memikirkan orang yang ia cintai dulu atau.... masih ia cintai sampai sekarang.
Ia salut dengan sang adik, dulu kenapa ia tak bisa berlaku seperti Sasuke? Dia gay, memang. Dia punya kekasih dan orang tuanya menentang, terutama sang ibu.
Mikoto yang tau kelemahan putra pertamanya menggunakannya dengan baik. Rasa sayang Itachi dia gunakan untuk mengancam sang anak, dan menjodohkannya dengan seorang wanita.
Itachi terpaksa menerimanya dan memutuskan hubungannya dengan sang kekasih.
Tapi yang tak Itachi tau adalah, jika mantan kekasihnya itu sudah tiada sejak 2 tahun yang lalu karena kecelakaan yang disengaja.
*
*
Fugaku melemaskan tubuhnya, dengan menyandarkan punggungnya di kursi kerja di ruangan kerja pribadinya. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Bayangan-bayangan itu masihlah menghantuinya. Bayangan dimana sosok pemuda bersurai jingga yang terkapar lemah di depannya. Dengan dada berlubang penuh darah, karena sebuah timah panas yang mengenainya.
Ia gagal menyelamatkannya, ia gagal mencegah pemuda itu untuk datang ke tempat itu. Bahkan ia yang menguburkannya jauh dari pemukiman, sendiri, bahkan tanpa batu nisan. Hanya sebuah pohon apel yang sengaja ia tanam sebagai penanda, jika kuburan itu ada.
Di sana ia pertama kali menangis karena kehilangan, ia memikirkan putra pertamanya. Bagaimana jika putra pertamanya itu tau dan membenci orang tuanya, karena menjadi penyebab orang yang dikasihinya meninggal.
" ma'afkan aku..... Ma'af "
Lamunannya buyar karena pintu ruangan yang diketuk, dan masuklah Mikoto dan Sakura. Fugaku menegakkan punggungnya, dan menatap kedua wanita yang duduk di depannya serius.
" pertama-tama, aku ingin minta ma'af padamu Sakura. Aku tak bisa meneruskan perjodohan sepihak ini "
" itu bukan sepihak anata, kita sudah menyetujuinya "
" dan perlu kau ingat Mikoto, kau yang memaksanya "
" dan aku tak ingin mengulang kesalahan yang sama "
Tubuh Mikoto menegang, kejadian itu sudah lama. Dulu dia hanya ingin menakutinya saja, tapi.... Insiden itupun terjadi.
Itu bukan salahnya, itu hanya kecelakaan. Dia tak menyuruh orang bayarannya untuk membunuh pemuda itu.
" tidak... Bukan aku yang lakukan "
" dan kau tak inginkan, jika anak pertamamu tau hal itukan? "
Tidak... Tidak... Itachi tak boleh tau akan hal itu. Tak boleh. Bahkan mungkun hingga mati.
" suatu hari nanti, dia akan tau "
Mikoto memandang tajam kearah sang suami.
" kau tak akan berani melakukannya "
" aku tak ingin kejadian itu terulang lagi "
" kau mengancam ku "
" jika kau menganggapnya begitu, berarti yaa .... Aku mengancammu "
" Sakura, kita pergi "
Mikoto meradang, ia raih tangan Sakura dan membawanya beranjak.
" tapi bibi "
" tak ada yang perlu di bicarakan lagi "
Mikoto dengan marah menarik tangan Sakura menuju pintu keluar. Tapi sebelum tangan renta itu menarik knop pintu, telinganya masih bisa mendengar gumaman sang suami.
" pikirkan lagi keputusanmu "
Blam !!
Pintu tertutup, meninggalkan sosok Fugaku yang memandang sendu pintu jati di depannya.
*
*
" emm Sasuke ~"
" hn "
" apa tak apa-apa kita satu kamar?"
Sasuke yang tengah khusuk mendekap tubuh ramping kekasihnya untuk tidur siang itu terusik. Ia menatap wajah kekasihnya yang juga tengah menatapnya.
" kenapa ?"
Tangan tan itu bersarang didadanya,dengan jari telunjuk yang menari-nari menulis entah apa di dada berototnya.
" tak enak saja "
Oh... Di pandangannya, ia seolah melihat kekasihnya tengah menggodanya. Ia tangkap tangan nakal itu dan membawanya ke depan mulutnya. Ia jilat dengan sensual jari demi jari, dengan mata tak lepas menatap sang kekasih.
" hentikan, nanti kau keterusan "
Naruto menarik jarinya yang basah dan mendorong dada bidang itu dengan sebelah tangannya yang lain.
" memang kenapa kalau keterusan, lagi pula kita akan segera menikah "
Naruto menumpukan dahinya di dada Sasuke, tatapan matamya menyendu.
" kita belum mendapat restu ibumu, nii "
" jangan pikirkan itu.... Yang terpenting kita sudah mengantongi restu dari ayah dan kakek ku, semuanya beres "
" tapi-"
" tenang lah.... Lambat laun ibu pasti merestui kita "
Ia bawa kembali tubuh kekasihnya kedalam pelukannya. Ia berikan kecupan-kecupan menenangkan di pucuk kepala pirang itu, berharap sang kekasih tak risau lagi.
" emm...apa jika kita melakukannya sekarang, boleh? "
" ingat janjimu untuk tidak menyentuhku sebelum kita menikah "
" tapi aku sudah sering melecehkanmu "
Sasuke meringis karena cubitan Naruto.
" itu karena iblis tampan, berkedok malaikat dan berotak licik sepertimu yang selalu mampu memperdayaku "
" salahmu sendiri kau terperdaya "
" tanyakan itu pada dirimu "
Naruto mendengus dan Sasuke tergelak melihat wajah merengut sang kekasih.
" tapi boleh setelah menikah, aku menabung tiap hari ?!"
Naruto mengerjap, ia menatap aneh kearah kekasihnya.
" menabungkan memang baik, tentu saja aku mendukung "
Sasuke tertawa lebar, ia beranjak duduk dengan punggung bersandar di kepala ranjang. Ia meraih tubuh kekasihnya yang masih tiduran untuk duduk diatas pangkuannya.
" kalau begitu, persiapkan dirimu nanti "
" aku? Maksudnya ?"
" karena kau sudah setuju maka..... aku akan menabung benihku setiap malam, agar kita akan cepat mendapat momongan "
" APA !!"
" maka siapkan lubang surgamu sayang, aku akan sering berkunjung nanti "
*
*
.
.
.
.
.
Tbc
Up agak jemaleman aq....
Hay hay kita ketemu lagi... Ini up lanjutannya...
Aduh otakku lagi kosong nih, bual lanjutin red hood girl sana extra bt my family... Ha'ah..
Di tunggu like, coment dan kritiknya...
Bay.... Bay... Bow
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro