CHAPTER 013
YANG KULAKUKAN SAAT si Tuan Muda Harding membersihkan diri di kamar mandi adalah, membuat sarapan sederhana yaitu pancake di dapur yang menurutku benar-benar super mewah.
Yeah, dengan akal sehat yang mendominasi saat ini, aku tidak perlu lagi memungkiri fakta bahwa aku merupakan gadis beruntung karena dipilih Harding sebagai tunangannya. Meskipun hanya bersifat kontrak dan kami tidak saling kenal, itu bukan lagi menjadi masalah bagiku sebab hanya dengan melihat dapurnya saja cukup membuatku bertanya-tanya tentang seberapa kaya seorang Harding Lindemann.
Demi Tuhan, kau pasti akan menjadi sinting jika harus menghitung kekayaan Harding. Sebab aku pun demikian, di mana sebelum pergi ke kamar mandi, Harding memberiku satu unit ponsel, laptop, selembar cek senilai 8000 Dollar, dan kunci mobil audi. Kata Harding itu semua hadiah, meski kukatakan bahwa yang dia lakukan terlalu berlebihan.
Memang sehebat apa aku? Tapi aku tidak menolaknya juga sebab semua orang waras pasti suka hadiah.
Sekarang, mari kita kembali ke dapur, di mana aku memutuskan membuka kulkas pintu dua yang menurutku memiliki ukuran sangat besar untuk penggunaan seorang diri, aku mulai menebarkan pandangan-mencari bahan-bahan pancake sederhana anti gagal, jika diolah oleh tangan amatir Barbara Holder.
Sebenarnya, aku tidak tahu harus memasak apa, terlebih setelah melihat isi kulkas Harding yang isinya merupakan surga bagi seorang vegetarian.
Tidak ada tepung di sana. Hanya ada oatmeal, sayuran hijau, susu dan madu. Aku memutar otak, memadupadankan bahan-bahan tersebut untuk menuntaskan rasa laparku. Alhasil karena tidak ada makanan layak saji, kuputuskan untuk mencampur susu hangat dengan oatmeal dan madu.
Sederhana, tapi bisa menjadi penghambat rasa lapar untuk beberapa saat.
"Kau membuatkan untukku juga, eh?" Aku menoleh ke arah meja pantry, Harding duduk di sana dengan kemeja hitam yang luar biasa elegan saat dipakainya. "Aku juga belum sarapan."
Aku memutar mata. Memang, Harding bilang padaku bahwa sabtu dan minggu adalah waktu libur para asisten rumah tangga, sehingga dengan kehadiranku di sini bisa membunuh kesepiannya di apartemen.
Tapi apa menyediakan sarapan juga termasuk di dalamnya? Jika iya, itu artinya sama saja dengan Harding membutuhkan seseorang untuk menggantikan tugas asisten rumah tangganya.
"Well, ada lebihan yang mungkin bisa kau santap sebagai sarapan. Jika memang itu disebut makanan," ujarku sarkas karena perutku menginginkan sandwich.
... atau mungkin sandwich rasa Harding.
Lol, tiba-tiba aku membayangkan bagaimana rasanya menikmati sandwich dengan perut sixpack Harding sebagai piringnya.
Jesus! Aku akan sangat menyukainya.
Harding menatapku lalu bangkit dari tempat duduknya. "Baik, ganti pakaianmu dan mari kita cari sarapan," ajaknya dengan tiba-tiba mengangkat tubuhku di bahunya.
Aku memekik kaget dan Harding menepuk bokongku, lalu terus melangkah ke lantai dua.
Dan di sinilah kami berakhir. Ruangan penuh pakaian wanita beserta aksesorinya-yang mungkin-dikatakan sebagai lemari untuk mereka para orang kaya. Serius. Aku tercengang saat pertama kali melihatnya, hingga kembali tersadar saat Harding memanggilku dengan gaun berwarna perak di tangannya.
"Kupikir gaun violet dengan rambut cokelat terangmu adalah kombinasi yang bagus." Harding memberikan gaun tersebut padaku lalu melangkah menuju nakas berisi laci-laci kecil dan membuka salah satu di antaranya. "Dan ini juga akan menjadi lebih cantik dengan gaunmu." Ia memberiku seuntai kalung berliontin kecil, tetapi tampak rumit yang juga berwarna violet.
"Kau serius? Kau tinggal seorang diri, tapi memiliki koleksi perlengkapan wanita sebanyak ini." Aku menatap Harding dengan tatapan takjub. "Kau bukan ...." Well, aku ragu melanjutkannya.
Harding tertawa, sambil merogoh kantung belakang celananya. "Bukan. Aku lelaki normal dan kusiapkan semua ini untukmu."
"Untuk apa?"
"Akan kuceritakan di perjalanan menuju Seattle nanti." Harding mengecup pipiku kemudian mengelus kepalaku, seolah sedang menilai kondisi rambutku. "Akan kutata rambutmu. Pakai pakaianmu sekarang, aku akan kembali setelah lima belas menit," ujar Harding lagi dan sayangnya, aku tidak sempat menjawab sebab lelaki itu sudah pergi meninggalkan lemari super besar tersebut.
Setelahnya, aku mengembuskan napas, sambil memandang pantulan diriku di cermin full body yang hanya mengenakan mini skirt, kemeja, dan sepatu boots.
"Hai, kau si gadis jelata yang beruntung," ujarku pada diri sendiri dan tersenyum bahagia.
Yeah, benar-benar bahagia karena baru sehari menjadi tunangan kontrak lelaki kaya, aku sudah mendapatkan fasilitas kelas dunia seperti ini.
***
Bepergian dari Manhattan ke Seattle, akan terasa sangat jauh jika menggunakan mobil yaitu empat puluh tiga jam, sedangkan menggunakan kereta api memakan waktu selama dua puluh satu jam. Jika aku bepergian seorang diri, maka aku akan memilih untuk pergi sehari sebelum acara agar bisa beristirahat, tapi tidak dengan Harding. Keputusannya untuk berangkat di hari H, sukses membuatku menjatuhkan rahang setelah tahu kendaraan apa yang dia gunakan.
Helikopter pribadi dengan logo Christian's Woman di bagian pintunya dan tidak ada pilot di sana, sebab Harding sendirilah yang mengendarainya. Well, begitu mengesankan bagiku saat tahu bahwa salah satu adegan Christian Grey dan Anastasia Steel, bisa terjadi sangat nyata pada diriku. Sehingga dalam hitungan detik pun, aku bisa mengetahui bagaimana perasaan Ana saat itu.
Bahagia.
Kagum.
Dan kau jatuh cinta dengan keindahan kota Manhattan saat di lihat dari atas.
Aku menyukai momen ini, terlebih Harding terlihat luar biasa keren saat mengendarai helikopter tersebut. Jesus, apa dia tidak ada kekurangannya? Mengapa Kau menciptakan makhluk seindah Harding?
Tersenyum penuh rasa kagum, aku pun berkata, "Thanks, karena telah mengajakku untuk merasakan bagaimana rasanya berada di dalam helikopter."
Harding melirik ke arahku. "Apa kau senang?"
"Of course, I do."
"Bagus," katanya, "aku juga suka gaunmu. Kau sangat cantik, Barbara."
"Sebenarnya, darimana kau tahu namaku?" Akhirnya ingat juga, untuk menanyakan hal itu dan apa pun tentang bagaimana Harding bisa mengetahui semua informasi pribadiku.
Tidak akan ada baku hantam kali ini, bahkan perdebatan sekali pun. Menerima semua fasilitas dan keramahtamahan Harding setelah aku menandatangani kontrak, berhasil membuatku berpikir bahwa tidak ada yang salah dengan ini. Justru aku harus bersyukur sebab taraf kehidupanku mungkin akan semakin membaik hari demi hari.
Lagi pula, Harding orang yang baik.
Dan seksi.
Otakku tidak mau meninggalkan fakta terakhir itu.
"Aku menolak untuk menjawab itu. Namun, jika kau penasaran akan kuberitahu," Harding menoleh sebentar ke arahku. "Pertemuan di pesta pertunangan Kyle dan Jared, bukanlah pertemuan pertama kita."
Rahangku mengeras dengan kedua alis menyatu. "Seriously, Harding?"
Entah ini sungguhan atau fiktif, aku tidak pernah tahu bahwa kami pernah bertemu sebelumnya. Aku bahkan tidak tahu kalau lelaki di sampingku ini adalah Harding Lindemann, seorang CEO di Christian's Woman dengan kekayaan di luar akal sehat manusia. Harding benar, aku kurang piknik.
... atau lebih tepatnya, kurang memerhatikan sekitar.
Harding mengangguk, menimpali pertanyaanku kemudian merendahkan tinggi helikopternya. "Kita sudah sampai."
"Kau belum cerita semuanya."
"Game yes or no, saat sarapan nanti."
"Sial, apa kau senang membuatku penasaran."
"Nope. Aku lebih suka melihat kau mendesah di bawahku," ujar Harding yang lagi-lagi menggodaku, sebelum helikopter benar-benar mendarat di landasan Four Seasons Hotel Seattle.
***
Update-nya telat ya. Sorry, dedeq bayi lagi demen begadang akhir-akhir ini. ✌
Jadi gimana menurut kalian chapter ini? Gimmie ur vote, comment, and share this story, yaa ^^
luv you ❤
Ig. augustin.rh
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro