Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

CHAPTER 010

EL PATRON BERSAMA Harding.

Aku tidak begitu suka masakan Meksiko, tapi aku suka penampilan Harding malam ini. Dengan setelan santai yang sesuai untuk restoran bernuansa cowboy, kupikir Harding mampu menyesuaikan penampilanku. Maksudnya jika orang-orang memerhatikan kami, mereka tidak akan tahu bahwa kami dari kelas sosial yang berbeda.

Aku meneguk red wine, setelah seorang pelayan selesai menuangkannya di gelas kami. Seketika merasa begitu kering saat diam-diam, sempat mengagumi pesona Harding di detik pertama pertemuan kami di El Patron. Kupikir ilmu desainer tersebut, berhasil ia terapkan dengan sangat baik sebab setelan bernuansa pastel yang melekat di tubuhnya bisa begitu menarik untuk wajah tampannya.

"Kau bawa berkasnya?" tanya Harding, memulai sesi serius setelah sesi basa-basi telah usai.

Aku menggeleng. Benar-benar tidak membawanya bahkan berkas itu sudah tidak bersamaku lagi. Please, jangan bertanya bagaimana hal tersebut bisa terjadi karena ceritanya panjang dan aku menolak untuk menceritakannya. Intinya semua ini karena ulah Veronica.

"Berkasnya lenyap begitu saja, seperti monster telah memusnahkannya."

Harding menaikkan sebelah alisnya, seolah tak percaya ucapanku, tapi sungguh aku memang tidak berbohong.

"Kau yang melakukannya?" Nah, benar, 'kan? Dia akan menuduhku seperti itu.

Aku menggeleng lagi, seperti tidak ada gerakan lain yang bisa kulakukan. "Untuk apa memusnahkannya? Seolah jika aku melakukannya kau akan memberikanku jutaan dollar saja."

"Untuk menghindari hubungan kontrak ini. Bukankah di awal kau tidak menyetujuinya?"

"Aku berubah pikiran."

"Oh, ya?" Harding menyalakan ipad-nya dengan tatapan yang masih bersamaku. "Lalu mengapa harus dimusnahkan?"

"Ya Tuhan! Apakah itu penting, kau harus mengetahui detail ceritanya?" Aku mengerutkan kening tidak menyangka, bahwa Harding menuntut penjelasan yang pasti akan terdengar konyol.

Mengangguk pelan, Harding menjawab, "Tentu, sebab kertas-kertas itu juga memiliki harga."

What the ... lelaki ini sungguh perhitungan!

"Teman sekamarku tidak sengaja membakarnya ketika kami sedang berebut berkas itu," jawabku menggunakan kalimat super ringkas dan berharap Harding tidak bertanya lagi. Namun, melihat ekspresi wajahnya, aku tahu dia tak puas. "Well, dia tidak sengaja membaca berkas yang sempat kubuang di lantai ruang tamu kemudian terlalu syok, hingga mendatangiku dengan heboh serta sejuta pertanyaan kemudian adegan saling rebut terjadi di dapur saat aku memasak."

Sungguh, menceritakan hal tersebut sukses membuatku malu. Pasalnya, Harding pasti akan mengira bahwa dia adalah lelaki paling hebat di dunia, sehingga mampu membuat gempar semesta dengan segala tingkah lakunya.

Salah satunya dengan mendadak mengaku sebagai tunanganku—yang sukses menjadi trending di dunia maya—sekaligus membuat heboh semua orang yang kukenal, termasuk Veronica (gadis itu bahkan mengaku telah gila akibat kebenaran kabar tersebut, meski ini hanya kontrak). Mereka mengatakan bahwa aku gadis beruntung karena akan menjadi tunangan seorang konglomerat kelas dunia.

Demi apa pun, aku tidak bisa mengerti dengan jalan pikiran mereka. Namun, baiklah demi keselamatanku sendiri akan kucoba menyetujui kontrak sesuai instruksi Veronica setelah ia membakar separuh dokumen sialan itu.

"Fine. Kau bisa gunakan milikku karena aku punya versi soft file," ujar Harding, sambil mendorong map berwarna navy ke arahku. "Kau bisa bertanya atau merevisi apa saja yang ada di dalamnya sesuai kesepakatan."

Demi Dewi Fortuna, jantungku berdebar kencang sebab ini adalah pengalaman pertama untuk berpartisipasi dalam kontrak semacam demikian. Bahkan jika tidak berusaha keras, tangan gemetarku pasti akan tampak jelas di hadapan Harding. Beruntung lantunan live music di El Patron begitu bersahabat di telingaku sehingga—mungkin—aku bisa menyembunyikan kegugupan tersebut.

Aku berdeham, untuk mengatasi tenggorokan kering yang mana sebelumnya telah dimanjakan oleh red wine pesanan Harding lalu membuka map tersebut. Namun, tertahan ketika pelayan datang menghampiri bersama menu makan malam kami.

Kami berdua tersenyum ramah, menghentikan sejenak aktivitas sebelumnya seolah pembicaraan mengenai kontrak pertunangan merupakan pembicaraan paling rahasia se-alam semesta.

"Kau?" Kedua alisku menyatu ketika melihat makanan apa yang tersaji di hadapan Harding. "Salad, seriously?"

"Yeah. Ahli giziku, menyarankan agar aku diet untuk beberapa saat karena berat badanku naik dari batas ideal."

Sungguh, mendengar jawaban Harding membuatku terpaksa harus menahan tawa. "Aku tidak tahu kau mengalami berat badan tidak ideal atau sebutkan saja peningkatan berat badan."

"Kupikir itu karena kau terlalu terpesona dengan kejantananku di ranjang."

Oke, aku salah bicara kali ini. Seharusnya tidak perlu mengucapkan kalimat yang memiliki makna ganda.

Memutar mata, aku menolak melanjutkan perbincangan tersebut dan kembali fokus pada deretan kalimat berisi masa depan kami.

Aku mulai membaca cepat, mencari beberapa poin yang sempat tidak kusetujui saat mempelajari isi kontrak tersebut di apartemen.

Dan hap! Aku menemukan beberapa kemudian segera menatap Harding dengan kacamata minus di wajahnya.

Oh, my Godness dia semakin tampan dengan itu. Dan anehnya mengapa aku selalu memuji apa yang dia pakai akhir-akhir ini?

"Pasal lima poin B, tentang hubungan pribadi," tukasku. "Pihak A dan pihak B dilarang berkencan dengan pihak lain selama kontrak masih berjalan." Aku melirik ke arah Harding yang masih menatap Ipad-nya.

"Ya."

"Aku tidak menyetujuinya," kataku, "kau tidak berhak mengatur dengan siapa aku berkencan karena ... yeah, kau tahu, kita tidak saling mencintai."

Senyum miring hadir di wajah Harding. "Jangan berpikir pendek, Miss Holder. Jika kau berkencan dengan pria lain dan paparazi mengetahuinya, namamu pasti akan berubah buruk."

Oh, sial! Dia benar untuk kali ini dan aku otomatis merasa bodoh. Seorang guru harus memberikan kesan baik pada muridnya, sehingga tindakan perselingkuhan pasti akan menjadi obrolan hangat bagi orang tua untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan.

Aku mendesah kemudian membuka lembar berikutnya. "Pasal tujuh poin C, sorry ... aku tidak bisa berhenti bekerja lalu menganggur di apartemen dan hanya menjadi gadis pajangan di setiap acaramu."

Harding mengangguk pelan, sebagai tanggapan atas ucapanku.

"Dan aku menolak untuk menerima tunjangan seluruh biaya hidup darimu. Aku bukan parasit, asal kau tahu, Tuan Lindemann." Nah, kali ini adalah poin terpenting! Jual mahal dengan memperlihatkan bahwa kau bukan gadis matrealistis. Padahal jika aku boleh jujur, aku pun tergiur melihat jumlah angka yang tertera di lembaran kertas brengsek itu.

... tapi, aku harus mengontrolnya agar tidak terlihat seperti gadis miskin haus dollar.

"Kau bekerja berapa jam sebagai guru bimbingan belajar?"

"Enam puluh jam dalam sepekan dengan hari libur sabtu dan minggu." Aku merasa ada lampu hijau di wajah Harding.

"Fine, tapi di dua hari itu kau diwajibkan menginap di apartemenku."

What?! Untuk apa?! Kita tidak harus melakukan itu, paparazi tidak akan meliput sampai ke dalam apartmen, 'kan?

Aku menggeleng samar, tak percaya dengan tawaran Harding. "I ... I'm sorry, what?"

Harding menatapku, meletakkan Ipad-nya di atas meja bersamaan dengan kedua tangan yang ia jemarinya saling disatukan. "Seperti yang kau dengar, sabtu dan minggu kau menginap di apartemenku. Aku tidak suka kontrak yang terkesan setengah-setengah. Untuk sebuah drama terbaik kau perlu kerja maksimal, sehingga seperti inilah yang harus kita lakukan."

"Kau tidak akan mengajakku untuk tidur di ranjangmu, bukan?" tanyaku curiga karena seketika setan kecil mulai memengaruhiku dengan pikiran kotor dengan kejantanan Harding.

Oh, aku tidak akan pernah bisa melupakan bagaimana rasanya.

Harding mengedikkan bahunya. "Entahlah, tapi aku punya karpet dan sofa yang lembut sehingga kau tidak perlu khawatir tentang kulit mulusmu itu," jawab Harding dengan seringai yang begitu menggoda.

"Sial! Kau ingin aku menandatanganinya kontraknya?" tanyaku dengan napas naik-turun tak keruan.

Wahai Dewi Aphrodite, mengapa kau harus melahirkan birahi ini hanya dengan mendengar sofa dan karpet? Aku bahkan sudah bisa membayangkan betapa gilanya jika hal tersebut terjadi.

Mengangguk yakin Harding terus menatapku dengan tajam, hingga mampu menusuk jantung. "Tentu saja, Miss Holder. Percayalah, aku ingin kau segera menandatanganinya, sehingga aku bisa memasukimu di dalam mobil."

"Sial! Ini benar-benar gila," bisikku kemudian segera mengambil pulpen dan menandatangi surat kontrak, dengan alasan di luar rencana akal sehatku.

"Barbara Holder, aku perlu memberitahukan namaku secara resmi. Meski aku tidak tahu dari mana kau mengetahuinya," bisikku yang pastinya mampu didengar oleh Harding, sebelum aku bangkit dari kursi dan mencondongkan tubuh agar bisa lebih dekat dengan lelaki paling menggoda sepanjang masa.

Menggunakan tangan kanan, Harding merengkuh tengkukku. Menariknya sedikit lebih dekat hingga ia bisa memulai ciuman panas sebelum melanjutkannya di tempat lain.

Dan sialnya, kami bahkan melupakan makan malam pesanan kami.

***

Next chap mau ada adegan ena-ena, moga bisa kutulis dengan sangat apik yaa.

See you soon.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro