THIO - Malam Pertama Yang Penuh Dengan Urat 2.2
Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw.
Thank you :)
#QOTD Drop emoji yang menggambarkan kemenangan Aliyah wkwkw
🌟
Jesse mempertimbangkan ucapanku dalam diam lagi. Begitu mobilnya memasuki salah satu gedung apartemen dan benar-benar berhenti di parkiran, cowok itu baru kembali membuka mulutnya.
"Turun." Hanya itu yang diucapkan lalu membuka pintu mobil dan menutupnya.
Aku mengerang dan mengejar pria itu ke bagasi mobil. Sudah pasti koperku tidak dibawakan dan itu bukan masalah besar karena aku punya dua tangan untuk membawanya sendiri. Lagi pula hanya perlu ditarik juga. Sepanjang perjalanan menuju unit Jesse, aku menuntut jawaban atas pertnyaan-pertanyaan yang tidak terjawab. Satu demi satu memantul dan hanya bergema di dalam kepalaku tanpa mendapatkan kepastian.
Sumpah, aku tidak tahu apa yang Andini lihat dari cowok ketus dan tidak masuk akal ini. Semua pertanyaanku dianggap angin lalu hingga kami tiba di unit yang...kecil? Pertanyaan-pertanyaan itu mati di mulutku dan aku memerhatikan sekitaran apartemen. Setelah pernikahan mewah tadi, aku tidak membayangkan akan tinggal di apartemen yang lebih mirip seperti sarang pria muda yang belum menikah. Tidak ada tanda-tanda perabotan yang Andini hebohkan akan mereka beli untuk isian rumah. Atau warna-warna terang kesukaan kakakkku itu. This is too plain for Andini's taste.
Sofa kulit berwarna hitam menyender di tembok, berhadapan dengan bufet TV yang juga berwarna hitam. Di sisi kanan bufet TV ada satu pintu yang tertutup. Aku menebak itu adalah kamar Jesse. Tepat di samping pintu masuk, ada dapur kecil dan juga kulkas satu pintu. Sejajaran dengan pintu kamar Jesse, ada satu ruangan tidak berpintu. Aku melongok ke sana dan menemukan meja dengan komputer yang aku yakini menjadi ruang kerja Jesse. Satu-satunya yang menarik minatku ketika membuka pintu adalah jendela besar yang langsung terlihat. Pemandangan malam hari dengan gedung-gedung yang memenuhi jarak pandang serta lampu yang berkelap-kelip di malam hari. Floor to ceiling window itu membuat apartemen ini tidak pengap dan sesak.
Lalu pertanyaan lain muncul di kepalaku. "Kalau ini satu kamar, saya tidur di mana?"
"Kamar," jawab Jesse singkat lalu membuka pintu itu. Aliyah tidak berani masuk ke dalam dan hanya berdiri di depan pintu kamar yang tidak lagi gelap.
"Saya tidur di sofa aja."
"Okay," balas cowok itu ringan dan rahangku terbuka lebar mendengarnya.
"Kamu harusnya bilang 'saya aja yang tidur di sofa'," protesku tanpa sempat menghentikan laju mulutku terbuka. Tidak membayangkan akan hidup dengan cowok yang sama sekali tidak memiliki gestur gentleman. Melihat sofa yang hanya untuk dua orang itu saja aku yakin kalau tidur di sana tidak akan mendapatkan mimpi indah. Boro-boro bisa tidur.
"Saya sudah bilang di kamar tapi kamu maunya di sofa. Itu kan pilihan kamu. Saya nggak mau bikin diri saya nggak bisa tidur hanya untuk kenyamanan kamu."
Rasa panas mengisi wajahku dan perutku seperti dipelintir kuat-kuat. Aku malu! Dia benar, tapi ini pasti balasan Jesse karena aku mempermalukannya tadi. Aku benar-benar tidak mengerti bagian mana dari Jesse yang menarik perhatian Andini hingga memutuskan untuk menikah. Belum ada 24 jam bersama saja stok dark comedy yang selalu dapat aku temukan di setiap kesempatan sudah habis dan menyisakan tragedi karena sadar kalau aku harus bersama dengan cowok ini di dalam satu ikatan.
Aku membalikkan badan dan mengambil koper yang tadi aku tinggalkan di dekat sofa. Menggeretnya memasuki pintu di dalam kamar Jesse yang aku yakini adalah kamar mandi. "Saya mau mandi duluan," ucapku tanpa menunggu balasan lalu membanting pintunya. Tidak peduli apakah cowok itu akan marah atau tidak. Dengan emosi yang masih membumbung, aku membuka koper hanya untuk membuat warna merah karena amarah yang berada di wajahku menghilang secepat kilat. "Sumpah, gue nggak bakalan ngomong sama dia lagi," gerutuku.
"Sialan Andini. Nggak ada yang bisa aku pakai!" Aku mengacak pakaian di dalam koper besar itu, berharap menemukan satu atau dua helai yang dapat aku pakai, tapi setiap aku menarik sesuatu, sudah pasti lingerie yang rasanya semakin parah bentukannya. Aku menggigit bibir, tidak mungkin aku tidur hanya dengan handuk kan? Mau tidak mau aku harus meminjam pakaian Jesse untuk malam ini. Besok aku bisa pulang ke apartemenku lagi dan melupakan si kutu busuk satu ini.
Aku menarik napas panjang dan mengembuskannya sebanyak lima kali. Dan keluar kamar. Jesse sudah berbaring di ranjang dengan mata tertutup dan tangan serta kaki yang terbuka lebar, mengisi ruang kosong di ranjang itu.
"Saya boleh pinjam baju?" kataku pelan. Mata Jesse terbuka tapi cowok itu tidak mengubah posisinya. Hanya melirik ke arahku untuk menuntut penjelasan. "Pakaian yang dibawa Andini nggak ada yang bisa saya pakai."
"Kamu bisa ngomong manis juga ternyata," cemooh Jesse lalu cowok itu menjentikkan jarinya, "oh, karena kamu lagi butuh bantuan saya, ya?"
Aku menggigit bibirku kesal bercampur malu. Baru akan membalikkan badan, Jesse berbicara lagi.
"Ambil di lemari."
Kakiku bergerak secepat tanganku yang menyambar apa pun yang ada di dalam lemari, tapi Jesse kembali menghentikan langkahku yang hampir saja memasuki kamar mandi.
"Terima kasihnya mana?" kata Jesse. Nada congkak dan tatapan yang diberikan padaku membuatku muak.
"Terima kasih!" ketusku meskipun disertai dengan senyuman terpaksa
"Good girl," balasan Jesse terdengar tepat sebelum pintu tertutup dan aku menjadi berkali-kali lipat lebih sebal.
Pintu tertutup dan aku berteriak tanpa suara. Kesal! Aku tahu tidak dapat membalas ucapan cowok itu secara langsung dan aku memikirkan cara lain untuk membalasnya. Mataku berlari ke sepanjang en suite bathroom ini. Dominasi warna putih dengan peralatan berwarna hitam dan tampilan yang bersih membuatku mencari-cari apa yang bisa aku hancurkan dan membuat cowok itu kesal.
Mataku berhenti pada gelas dengan sikat gigi di samping counter top yang juga berwarna putih. Mataku lalu tertumbuk pada toilet dan senyumku mengembang sempurna.
Satu atau dua celup tidak akan membunuh Jesse kan?
Skor sementara: Aliyah 2 – 1 Jesse.
16/6/22
yang mau baca cerita Jessica sudah tamat ya di judul The honeymoon Is Over (marriage life, romcom gemes). Cerita lain yang sudah tamat dan masih lengkap di WPku juga ada Every Nook and Cranny (fake dating metropop, bf to lover), Love OR Whatnot (marriage life angst), dan Rumpelgeist (romantasy).
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro