Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

THIO - Jessica & Unyil 13.1


Jangan lupa vote, komen, share cerita ini dan follow akun WP ini + IG @akudadodado.

Thank you :)

🌟


"Langsung aja, yuk. Ngak perlu mampir ke rumah," bujukku untuk yang keseribu kalinya ketika mobil Oliv berhenti di depan rumah Jesse. Mobil cowok itu terparkir di sana, menandakan kalau ia berada di rumah.

Kengerianku semakin menjadi-jadi mengingat perilaku lovey-dovey Jesse yang di luar nalar. Tidak sampai lima menit saja dia bisa mencium (okay, I said it) apalagi sekarang? TIngkahnya yang di luar kendali juga membuatku takut.

"Nope. Gue mau mandi dulu. Gerah banget ini." Olivia menolak dengan tegas. Tanpa kata, kedua sahabatku keluar dari mobil dan lagi-lagi meninggalkanku. Usahaku tidak ada yang berhasil. Rayuan makan gratis juga diacuhkan oleh mereka.

Jesse langsung mendatangi kami begitu pintu depan terbuka. Celana jogger berwarna abu-abu melekat di kaki serta kaos polos berwarna putih menempel di dada. Menampilkan lekuk dadanya yang atletis beserta otot di kedua lengan yang tertutupi tato berwarna hitam.

"Nyil, dari ma— eh, sama Oliv dan Kris?" Nada mengejek yang melekat di awal—lengkap dengan varian panggilan yang diciptakan Jesse dua minggu terakhir—otomatis berganti dengan senyum lebar dan nada bersahabat yang sangat berlebihan.

Kedua sahabatku diam saja dan baru menjawab ketika aku menyikut mereka. Kristina lebih dulu membalas ucapan Jesse.

"Iya. Kami mau numpang mandi dulu. Habis olah raga dari Depok." Suara Kristina mencicit hingga ia perlu dua kali menjawab agar lebih jelas.

Jesse memasukkan kedua tangannya ke saku celana. Kedua sudut bibirnya masih tertarik ke samping. "Di kamar mandi luar ada handuk, sikat gigi dan peralatan mandi lainnya. Atau pakai kamar mandi di dalam kamar juga bisa, biar cepet. Gantian," tawar Jesse. "Oh, mau minum apa? Jus? Biar saya siapin sekalian. Sampai makan malam di sini, kan?"

"Iya, mau nginep renca—"

"Setelah mandi kita langsung pergi, kok," selaku sebelum Olivia menjawab dengan binar mata yang mengeluarkan lambang hati ke arah Jesse.

Jesse menghilang ke dapur setelah beberapa menit meladeni obrolan kedua sahabatku. Olivia memastikan kalau Jesse tidak ada di sekitar untuk mendengar obrolan kami lagi.

"Bukannya sudah ada maklumat kalau jogger warna abu-abu itu adalah suatu dosa kalau dipakai cowok?" Olivia berbisik-bisik. Tubuhnya mendekat ke arahku dan Kristina hingga kami membentuk segitiga.

"Sejak kapan?" Kristina menanggapi lebih dulu.

"Sejak ada video cowok yang pakai celana joger abu dan ding-a-ling-nya gondal gandul." Jari telunjuk Olivia bergerak ke kanan dan ke kiri di akhir silabel.

Aku meringis. Mengingat tautan video yang Olivia kirimkan di group chat kami beberapa waktu yang lalu.

Kristina menyesal bertanya pada Olivia dan kini memilih mengabaikannya. "Nyil? Dia panggil lo Nyil?"

"Nyil as in Unyil," kataku membenarkan.

"Why is he sooooo cute?" Olivia menggeram gemas dan menggigit tali totebagnya sementara aku mendengus sebal. Tidak tahu saja dia panggilan yang disematkan Jesse padaku; unyil, shorty, pendek, mini size, dan panggilan lainnya yang menggambarkan fisikku. Yang paling sering adalah unyil dan shorty. Padahal, tinggiku itu rata-rata perempuan Indonesia. Dianya saja yang kelebihan. "Dan kenapa penampilannya yang santai itu malah lebih gemesin dibanding waktu dia dandy di tempat kerja?"

"Yang itu gue setuju," timpal Kristina dengan tampang serius seolah-olah ini adalah pembicaraan mengenai politik.

"Ya kan?! Rambutnya nggak disisir ke belakang bikin kelihatan dewasa. Yang versi di rumah rambut berantakan, nutupin dahi dan bikin kelihatan playful. But that bod with those tattoos that taken me aback. Boleh nggak sih keluarin decree untuk bakar seluruh kemeja lengan panjang buat ke kantor?"

Aku meluruskan tubuh. Keluar dari segitiga yang makin rapat di tiap kata yang keluar dari mulut mereka berdua. Setiap detik membuatku semakin gerah dan jengkel karena tidak tahu apa yang mereka lihat dari Jesse. Kalau mau lihat fisik, bisa saja cari di majalah GQ. Banyak cowok fit yang memanjakan mata sebagai cover dan juga isinya. Atau yang paling mudah bisa cek di internet.

"Gue harus menghentikan obrolan ini sebelum semakin ngaco dan menjalar ke mana-mana." Kali ini giliranku yang berjalan meninggalkan mereka yang lalu disusul dengan derap langkah yang berjalan mengikuti. "Itu kamar mandi yang bisa kalian pakai. Di vanity ada handuknya. Cek aja," kataku sambil menunjuk pintunya. Sekilas mataku menangkap Jesse yang berada di dapur dengan blender yang berdiri tegak di atas konter dapur. Satu tangan cowok itu memegang pisau dengan buah mangga yang ada di atas talenan.

Tadi Jesse sempat memberikan beberapa opsi jus dan kami bertiga sepakat untuk meminum jus mangga dan wortel, lantaran pilihan lainnya adalah jus hijau yang hanya disetujui oleh Kristina.

"Peralatan mandi kamu yang di kamar mandi nggak diambil?" Jesse dengan lihai memotong-motong buah berwarna jingga itu sambil bertanya tanpa melihat ke arahku.

Aku hanya akan ambil air mineral lalu menghilang dari hadapan Jesse, tapi pertanyaannya cowok itu membuat kakiku berhenti bergerak. Aku berpikir sejenak sebelum menggeleng. "Enggak. Toh mereka mau pakai. Biarin aja ada di sana."

"Mandi sana, Nyil. Bau." Jesse mengibaskan tangan di depan wajah dan wajahnya mengkerut sambil menatapku saat seluruh buah sudah masuk ke dalam blender.

Aku mengangkat ketiak dan mendekatkan hidungku ke sana. Menarik napas dalam-dalam karena apa yang Jesse ucapkan barusan membuatku insecure. Tidak ada wangi yang aneh. Aku ingat sudah memakai deodoran sebelum pergi pagi tadi. "Enak aja! Wangi, ya!" protesku dan wajah Jesse yang tertawa melihat tingkahku membuatku sadar kalau cowok itu tengah mengerjaiku.

23/9/22

Jesse tuuu. Ntar adet lagi hari kamis atau hari minggu tanggal 1 oktober 22?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro