Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

The Heaven (II)

Kim Dahyun

Kedatangan Park Jihyo dan Jinyoung sama sekali tak menjadi kabar baik bagi perkumpulan itu. Taehyung dan Jungkook masih belum mau ikut bergabung, dan untuk sementara, perkumpulan ini jadi tertunda karena semua anggota harus ada.

Sementara waktu semakin sempit. Memang, mereka tidak diberi batas waktu tertentu, tapi cepat atau lambat, mereka tetap harus siaga. Perkumpulan ini bukan hanya sekedar lelucon, sudah banyak siswa yang telah menjadi korban dan yang paling parah, tidak akan ada yang menyadarinya kecuali siswa The Heaven—bahkan guru pun tidak ada yang tahu. Kalaupun ada yang mengadu, tidak akan ada yang mengingatnya. Mereka seolah menghilang ditelan bumi, tak berbekas.

Merasa jengah melihat situasi yang tak kunjung baik, Dahyun lantas angkat kaki dari sana. "Aku akan mencari Jungkook. Dia urusanku sekarang."

Omong-omong soal Jungkook, sebenarnya Dahyun paling malas jika harus berurusan dengan buntalan berotot satu itu. Dia hanya fokus merawat ototnya saja sedang otaknya jarang dipakai dan bisanya merepotkan orang saja.

Sepanjang perjalanan ke atap sekolah, telinga Dahyun terasa sangat panas karena terus mendengar bisikan-bisikan mengerikan di sekitarnya. Yang paling sulit adalah saat ia harus memasang raut wajah senormal mungkin saat melihat berbagai macam makhluk berwajah busuk dengan bau menyengat. Tidak, ia tidak ingin berurusan dengan mereka lagi, jadi sebisa mungkin ia bersikap seolah-olah ia tidak melihat mereka.

Dahyun menendang pintu atap dengan kuat hingga menimbulkan bunyi yang cukup keras. "Heh, Jungkook! kau serius tidak akan ikut perkumpulan ini, huh?! Kau ingin kita semua mati?!"

Disana, Jungkook yang tengah asik merokok langsung tersedak asap rokoknya sendiri. Ia menatap Dahyun sebal dengan gigi gemeletuk menahan amarah. "Kau bisa tidak datang dengan santai sedikit? Kau tidak melihat aku sedang merokok?!"

Dahyun memutar bola matanya malas. Ia menyilangkan lengannya sembari menatap Jungkook tajam. "Aku tak mau basa-basi, kau pasti tahu sesuatu dengan perkumpulan ini jadi berhenti mengelak, waktu kita tidak banyak."

Jungkook menghela napas. Ia menghisap rokoknya dengan kuat lalu menghembuskan asapnya dengan perlahan. Sebenarnya, saat ia mendapat surat undangan itu, ia sudah menduga kalau ada sesuatu yang tidak beres. Namun sekali lagi, ia tidak ingin terlibat dengan perkumpulan apapun yang menyangkut The Heaven. "Percuma kau mengajakku. Seribu kalipun kau memaksa, aku tetap tidak akan ikut."

Dahyun berdecak, ia berjongkok disisi Jungkook sembari menatap lelaki itu dengan datar tapi penuh intimidasi. "Kita tidak sedang dalam posisi memilih, Jungkook. Kau pikir kau akan selamat jika menolak?"

Jungkook menoleh ke arah Dahyun, menatapnya remeh. "Dan kau pikir kita bisa keluar dengan selamat jika berhasil melakukan misi konyol itu?" balasnya balik bertanya.

Jungkook menyeringai saat melihat Dahyun tidak bisa menjawabnya. "Sudahlah, daripada kita menghabiskan waktu dan tenaga utuk hal semacam itu, lebih baik kita saling menghangatkan di atas ranjang," ujarnya sembari menaik-turunkan alisnya.

"Dasar kelinci mesum!"

Dahyun bangkit berdiri, namun pergelangan tangannya langsung dicekal Jungkook saat ia akan pergi. "Aku tak pernah melakukannya dengan Yeri, kau salah paham."

Dahyun terdiam cukup lama, memori sialannya membuat pikirannya otomatis berputar saat ia memergoki Jungkook yang tengah bercumbu dengan Yeri di perpustakaan. Tapi apa maksudnya perkataannya tadi? Dan kenapa lelaki itu menjelaskan padanya? Memang Dahyun peduli?

"Hey, ayo! Katanya aku harus ikut perkumpulan itu." Jungkook tiba-tiba saja sudah ada di depan pintu atap, membuat Dahyun tersadar dari lamunannya lantas mengekor di belakang lelaki itu. Dan sepertinya, gadis itu sudah sangat keliru jika menganggap hanya ada mereka berdua saja di atap, karena sejak tadi, ada makhluk yang memperhatikan mereka dari kejauhan.

————————

T H E
H E A V E N

————————

"Jadi, kapan kita melakukan misi ini?" Jungkook bertanya dengan gaya pogahnya. Ia bahkan mengangkat kedua kakinya untuk diselonjorkan pada kursi yang lain. Semuanya sudah terbiasa dengan tingkah Jungkook, tapi Dahyun mengerling malas.

Jaebum memutar laptop miliknya lantas menunjukannnya pada mereka bertujuh yang duduk di sekeliling meja persegi panjang. "Ini denah sekolah kita, sepertinya dari sini kita bisa mencari beberapa titik yang berhubungan dengan setiap clue yang kita dapatkan dari masing-masing surat undangan," terang Jaebum.

Mereka semua mulai memerhatikan tiap sudut denah itu. Semuanya tergambar jelas di sana, termasuk letak CCTV yang tersebar di beberapa titik. Taehyung yang asalnya acuh, jadi mulai tertarik, ia menajamkan penglihatannya, mengamati satu tempat yang terasa janggal.

"Hey, apa kita memang harus melakukan semua ini? mereka terlalu banyak." Bukan Taehyung yang mengatakannya, melainkan Dahyun. Tatapan gadis itu terus mengarah pada layar laptop Jaebum. Jinyoung yang berada di sebelahnya melirik ke arah gadis itu, "Apa saja yang kau lihat?"

Semua mata kini tertuju pada Dahyun, kecuali Jungkook yang tengah menyalakan rokoknya dengan pematik. "Banyak, sangat banyak. Aku tak bisa mengatakannya satu per satu." Netra Dahyun masih menatap fokus denah itu.

"Yang dikatakan si Elsa itu benar."

"Namanya Dahyun, bodoh!" protes Nayeon pada Taehyung, tapi lelaki itu sama sekali tidak terpengaruh. Ia melanjutkan, "Kita tidak boleh gegabah, setidaknya ada banyak yang harus kita siapkan sebelum memulai misi."

"Ck, ini hanya soal mengumpulkan mayat, kan? Kenapa berlebihan seka—AWW!" Dahyun mencubit lutut Jungkook dengan keras membuat lelaki itu langsung meringis galak. "Apa, hah?! Kau bisa tidak sih, serius sedikit?! Sejak awal kau selalu mengacau!" sewot Dahyun tak kalah galak membuat Jungkook bungkam.

"Sudahlah, kalian jangan bertengkar terus! Jadi—Jae, bagaimana? Kau ada rencana tidak?" tanya Nayeon pada Jaebum, membuat fokus kembali lagi terarah pada lelaki sipit itu. Tapi Jaebum malah mengalihkan pada Taehyung. "Sepertinya Taehyung lebih terampil dalam hal ini. Bagaimana Tae? Kau ada ide?"

Taehyung yang hendak menyalakan rokoknya jadi mengurungkan niat. Ia berdeham, lantas menyamankan posisi duduknya supaya terlihat lebih keren. "Tidak seru jika aku yang menyarankan." Karena aku sudah tahu apa yang akan terjadi nanti.

"Tapi sebelum itu, apa kalian tidak akan bercerita terlebih dahulu? Aku yakin, kalian semua yang ada di sini pernah melakukan suatu kesalahan atau memliki kelebihan yang istimewa hingga bisa menjadi siswa terpilih."

Semuanya terdiam, sementara Taehyung tersenyum. Ia kembali menyalakan rokoknya, lalu menyedot benda itu dengan santai. Maniknya teralih pada Jihyo yang sejak tadi hanya duduk sembari menunduk, Taehyung menyeringai tampan. "Ada yang ingin kau katakan nona—"

"Jihyo! Namanya Jihyo!" terang Nayeon membuat Taehyung berdecak. "Ada yang ingin kau katakan Jihyo?"

Merasa dipanggil, Jihyo refleks mendongak tapi kembali menunduk saat menyadari semua mata kini tertuju padanya. Wajahnya terlihat sangat tegang dan gugup sementara tangannya tak henti memilin jarinya yang telah banjir keringat. "Emm—aku ... "

"Ya?" Taehyung ini sudah ada di belakang Jihyo, membuat napas gadis itu semakin pendek. Jihyo mengulum bibirnya gugup. "Aku ... harus segera pulang."

Suasana yang semula terasa tegang mulai buyar. Nayeon yang berada di sebelah gadis itu sampai mendesah kesal, "Tingkahmu barusan hampir membuat kami berpikir yang tidak-tidak terhadapmu, Hyo! Kenapa kau tidak mengatakannya dari tadi kalau kau ingin pulang?"

"Maaf."

Taehyung terus menatap Jihyo dengan lurus. Tatapannya sangat dingin, sangat berbeda dengan tatapannya tadi yang terkesan jenaka, dan hanya Dahyun dan Tzuyu yang menyadari perubahan ekspresi Taehyung.

Merasa keadaan mulai tidak kondusif, Jaebum langsung menutup rapat. "Sudah jam sepuluh malam, sebaiknya kita segera pulang sebelum gerbang sekolah di kunci."

Mereka semua mulai bangkit dan membereskan semua barang bawaan mereka, kecuali Jungkook dan Taehyung yang hanya membawa diri. Jaebum yang keluar paling terakhir mematikan lampu ruangan hingga gelap gulita.

Tanpa ada percakapan lagi, mereka berjalan menyusuri lorong sekolah yang gelap. Dahyun mulai merasakan udara di sekitarnya mulai berubah, hal yang sama juga di rasakan oleh Jaebum dan Jinyoung-Taehyung tidak termasuk karena lelaki itu sudah terbiasa.

Dahyun mengulum bibirnya kuat, sementara netranya berusaha fokus untuk melihat ke depan tanpa mau menoleh. Kalau ingin di gambarkan, di sepanjang lorong ini bisa di bilang penuh sesak oleh makhluk tak kasat mata. Bisikan mereka terasa sangat menyiksa indra pendengaran Dahyun. Walaupun telah disumpal earphone dengan volume yang keras, suara mereka masih dapat terdengar. Jujur, Dahyun tidak pernah bisa terbiasa dengan kemampuan yang dimilikinya ini.

Napas Dahyun mulai terengah, saat makhluk sialan itu beberapa kali mencoba mengusiknya dengan menyentuh lehernya atau sekedar berbisik dengan suaranya yang serak. Dahyun menunduk, mencoba tetap fokus pada lagu yang saat ini sedang dia dengarkan sampai seseorang dengan perawakan cukup tinggi menghalangi jalannya. Dahyun berhenti, lantas mendongak untuk melihat wajah lelaki itu. "Apa-apaan kau? Minggir!"

Jungkook berdecak, tanpa banyak bicara, ia merentangkan jaket kulit miliknya ke sekeliling kepala Dahyun, menyabotase pandangan gadis itu supaya tidak bisa melihat ke sekelilingnya. Posisi Dahyun saat ini ada di dalam jaket yang Jungkook rentangkan sementara lelaki itu melangkah mundur. "Jangan dilihat. Mereka akan terus mengusikmu jika tidak diberi pelajaran."

"Kau barusan menghajar mereka? Bagaimana bisa?" tanya Dahyun.

Jungkook tersenyum tipis dengan mengangkat sebelah sudut bibirnya. "Tidak bisa melihat bukan berarti tidak bisa menghajar. Kau tahu, kita ini begitu serasi. Kau bisa melihat sedang aku bisa menghajar, kita bisa menjadi partner yang cocok."

Dahyun mendengus, seraya memutar bola matanya malas. "Terserah kau saja."

Mereka terus berjalan seperti itu, sampai Dahyun merasakan sesuatu yang janggal. "Hey, Jung, kemana yang lain? Aku tak dapat mendengar suara mereka."

Jungkook yang sejak tadi asik memandangi wajah Dahyun mulai mengedarkan pandangan. Ia mengarahkan senter pada beberapa titik, tapi semuanya terlihat kosong, tidak ada siapapun di antara mereka. "Dahyun-ah, sepertinya mereka menghilang."

"Apa?!" kaget Dahyun hingga refleks mendorong Jungkook menjauh darinya. Ia menoleh ke belakang, tapi sedetik kemudian, ia menyesalinya. Matanya terpejam erat sembari menahan tangis, "Ahh-aku lupa kalau aku bisa melihat. Mereka sangat menyeramkan, Jung."

Jungkook kembali mendekat dan meraih tubuh Dahyun dengan merangkulnya. Berkali-kali ia melancarkan serangan ke sekeliling mereka dengan membabi buta hingga energinya terkuras, "Gila, mereka terlalu banyak. Ck, andai saja aku juga bisa melihat sepertimu."

Dahyun bersembunyi di dada Jungkook, membuat lengan leleki itu otomatis memberikan tepukan kecil di punggung Dahyun. "Tenanglah, kita sudah di depan gerbang. Mungkin yang lain sudah jalan lebih dulu." Jungkook berusaha menenangkan.

Jika seperti ini, Dahyun jadi lupa kalau Jungkook itu lelaki yang arogan dan kasar. Dia mungkin playboy, tapi setidaknya Jungkook bisa memperlakukan wanita dengan baik. Dahyun mengerutkan dahinya, lantas menggelengkan kepala. Gila, bisa-bisanya dia memuji Jungkook di saat seperti ini.

Jungkook menjulurkan salah satu tangannya untuk membuka gerbang, tapi wajahnya mendadak pias saat tangannya menyentuh sesuatu. "Dahyun, kau tahu apa yang paling mengerikan daripada yang terjadi saat di lorong tadi?"

"Apa?"

"Kita terkunci di sini."


/ / T O B E C O N T I N U E D

Part ini full sama dahkook moment yaa wkwk, suka gk?

Btw cerita ini masih sepi ya :"(

Mungkin buat ke chap selanjutnya bakal nunggu dulu votenya sampe 100 :") (itupun kalo kesampean TT)

Komen juga dong cerita ini gmn? Menarik gk? Feel nya dapet gk?

See you💜

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro