Extra - Part 1
Olaaaa, Geenkss.
Extra part ini pindah lapak ya. Judul lapak baru adalah Drive Me Crazy. Kenapa nggak gue hapus semua? Sayang aja sama comment2 seru kalian. Jadi cek ke lapak mereka ya.
Thank you
***
Maaf.
Cuma ada satu kata pada layar ponsel yang Lidya tatap. Pesan yang sudah Lidya abaikan berbulan lamanya. Pesan dari satu laki-laki yang entah kenapa tidak bisa dia enyahkan begitu saja. Bukan dia terlewat membaca, tapi dia tidak ingin membaca pesan itu. Laki-laki adalah spesies yang tidak ingin dia pelihara. Hanya untuk pemuas kebutuhannya saja. Seperti apa yang Delon lakukan dulu padanya.
Dulu, Lidya mengemis, mengiba. Setelah menyerahkan segala yang dia punya. Bahkan melepas mimpi serta kemampuan yang sejak dulu dia tahu dia punya. Hanya demi laki-laki, satu orang laki-laki yang merusak hidupnya hingga dia ingin bunuh diri. Setelah itu, dia bertemu Alexandra. Wanita kaya yang angkuh, sombong, tapi lugu dan naif sekali. Wanita yang menyadarkan bahwa ada banyak hal di dunia selain laki-laki. Persahabatan mereka berdua yang terjalin karena kebetulan-kebetulan yang lucu, serta sikap Alexandra yang benar-benar di luar dugaannya. Benar-benar memberi dia tujuan hidup baru.
Hingga disinilah dia. Co-partner untuk agensi bergengsi di negaranya. Usaha yang mereka bangun sedikit demi sedikit sudah membuahkan hasil. Karena popularitas Alexandra, dan karena kepiawaiannya. Walton Agency dengan cepat menjadi agensi model nomor satu di negeri ini. Kontrak-kontrak eksklusif mereka dapatkan, perekrutan besar-besaran juga sudah mulai berjalan. Jika dulu dia adalah asisten dan teman baik Alexandra, saat ini dia adalah direktur utama dan memiliki asisten sendiri. Ya, Alexa tidak mau menerima gelar itu. Sahabatnya benar-benar ingin berada di balik layar. Mengurus agensi bersamanya juga mengurus Mahendra si kesayangan. Hehehehe...dasar lovebird.
Satu jari Andrio membelai punggung Lidya. "Good morning, sexy," bisik laki-laki itu di telinga. "Ngeliatin apa?"
"Nggak ada apa-apa," cepat-cepat ponsel itu Lidya sembunyikan.
"Breakfast in bed?" Andrio mulai mencium lehernya.
Lidya terkekeh geli. "Aku ada meeting."
"Ayolah, Sayang. Sebentar aja," jari-jemari Andrio mulai menjelajah.
Laki-laki itu tidak bergeming dengan protesnya dan malah turus turun ke bawah. Ponselnya berbunyi. Satu tangan meraih ponsel lagi dan melirik sekilas. Alexa, hrrrghh...gangguin aja sih. Apa yang Andrio lakukan membuat dia lupa sesaat. Tapi Alexa bersikukuh terus menghubungi.
"Angkat aja, Sayang. Aku nggak akan berhenti," ujar Andrio sambil terus bergerilya di bawah tubuhnya.
Ðengan berat hati dia mengangkat ponsel. "Ya? Hhhh..."
"Lid, kamu lagi ngapain?" tanya Alexa di seberang sana.
"Hah? Hhhh...Riyoo please," sungguh Lidya tidak bisa fokus. "Nggak ngapa-ngapa..."
"Lidyaa, ya ampun. Nanti aku telpon lagi deh," dengkus Alexa karena paham sedang apa Lidya saat ini.
"Lexa, ada apa?" bibir Lidya gigit keras.
"Mahendra minta kamu berangkat untuk siapin The Home Island,"
"Ya, di situ. Hhhh...."
"Lidya kamu dengerin aku nggak sih?"
"Iya, iya. Oke. Gue ke sana naik apa?" mata Lidya terpejam menikmati sensasi rasa.
"Desmon yang jemput. Sebentar lagi juga sampai," jawab Alexa.
Secara otomatis dia duduk tegak. "Siapa?" kepala Andrio yang berada di bawah dia jauhkan dari tubuhnya.
"Ck...Lid, sorry. Mahendra cuma percaya kamu dan Desmon aja."
"Ada Martin, Elang, atau Dodo juga nggak apa-apa."
"Sorry, Lid."
"Nggak mau, gue jalan sendiri aja, Lex. You are being funny now," dengkus Lidya sambil berdiri dan menyambar jubah satin berwarna magenta dari lantai. Andrio hanya duduk bersandar menatapnya dengan ekspresi bertanya-tanya.
"No, it is you whom being funny. Desmon udah minta maaf dan kamu masih aja menghindar. Kenapa sih, Lid? Kamu inget Delon lagi?"
"Gini ya, Lex. Lo tahu minyak sama air kan?"
"Hah? Minyak sama air kenapa?" sahut Alexa bingung.
"Gini deh, Amerika sama Rusia? Nah, gue Amerika, Desmon itu Rusia. Paham?"
"Tapi dua negara itu nggak lagi perang kan. Damai-damai aja, Lid," timpal Alexa.
"Ya, udah. Kayak Rusia-Ukraina. Perang, meledug kayak kompor."
"Ck...Lid. Kamu kekanakkan."
"Pokoknya gue nggak mau, titik," tegasnya.
"Nanti kalau Mahen marah proposal promo tahun depan ditolak. Keuntungan agency tahun ini cuma bisa tutup setengahnya atau rencana kamu liburan ke Madrid batal. Jadi jangan titik, Lid. Koma aja ya. Kali ini aja. Mahendra nggak paham waktu aku bilang kamu dan Desmon berantem. Kata Mahendra kalau nggak pacaran ngapain berantem."
Inilah Alexa, wanita polos dan lugu luar biasa. Sementara Mahendra terlalu pintar dan pasti tidak mengerti konsep Tom & Jerry. Dua pasangan aneh yang menyebalkan. Tapi Lidya sangat sayang pada mereka. Sialnya kalimat Alexa ada benarnya. Rencana promo agency dan branding sudah naik. Biayanya tidak main-main dan Alexa benar lagi bahwa keuntungan Agency saat ini tidak bisa menutup biaya itu sepenuhnya. Jadi mereka lagi-lagi butuh dukungan Mahendra. Suami Alexandra itu kaya raya dan menjadi penyokong utama kegiatan Agency.
"Please, Liiid. Mahen pingin semua sempurna di pulau itu. Dia maunya kamu dan Desmon yang siapkan semua," bujuk Alexa dengan nada manja.
Tubuh Lidya sudah berjalan mondar-mandir gusar. "You asked too much, Lex."
Alexa diam sejenak di sana. "Lid, apa kamu suka Desmon jadi kamu marah-marah begini? Jangan marah kalau aku tanya ini."
"Suka?" Lidya tertawa keras. "Nanti, kalau penduduk bumi udah jadi monyet semua," dengkus Lidya tiba-tiba.
Alexa malah tertawa di seberang sana. "Hhhh...Lid. Aku sayang sama kamu dan nggak kepingin kamu sakit hati terus-terusan sama laki-laki. Nggak semua laki-laki kayak Delon yang manipulatif. Aku tahu kamu trauma. Mahendra-ku nggak begitu dan aku yakin Desmon juga nggak gitu."
"Daud itu pengecualian, Lex. Hanya ada empat di antara tujuh milyar. Gue seneng lo dapat salah satunya," ujar Lidya cepat.
Bel pintu apartemen berbunyi dan Lidya segera tahu siapa yang datang. Dia berat hati, tapi tidak pernah tega pada Alexa. Itulah ajaibnya Alexa.
"Lexa, I only do this because I love you. Lo satu-satunya keluarga yang gue punya," nafas LIdya hela kesal dan pasrah.
"Aaah...Lidyaaa. Aku nangis niiih," Alexa mulai menangis di seberang sana.
"Hey, hey. Bulan madu malah nangis. Udah-udah-udah. Gue mau siap-siap dulu. Bye, Darling," sambungan Lidya sudahi lalu dia menatap Andrio yang sedari tadi mendengarkan.
"Ada apa?" tanya Andrio.
Nafas Lidya hirup panjang. "Aku ada urusan mendadak. Soal Alexa."
Tubuh Andrio bergerak untuk menyambar selimut lalu mendekati Lidya. Ingin memberikan ciuman hangat yang ditolak Lidya dengan sopan.
"Aku harus jalan dengan siapapun yang jemput aku dan akan muncul di pintu," ujar Lidya.
"Aku masih boleh sarapan dan mandi di sini, kan?" tanya Andrio.
Bel berbunyi lagi tidak sabar.
"Sebentar, aku urus yang ini dulu." Tubuh Lidya berbalik ke pintu apartemen.
***
Pindah ke Drive Me Crazy ya. Cek di sana.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro