Where is my parents?
Syuuuhh
Bledaaarrr
Hari itu Raizen dan Louis Mergas tengah berlatih bersama.
Raizen melemparkan serangan, sedangkan Louis mencoba untuk menahannya.
"Hei Louis!" Panggil Raizen.
"Huh..?"
"Menurutmu.. orang tuaku masih hidup, atau tidak?" Tanya Raizen seraya melempar serangannya.
Bdoom
"Aku tidak tahu. Kenapa kau bertanya?"
"Aku belum pernah bertemu mereka sebelumnya. Semua Noble tak mau mejawab pertanyaanku tentang mereka"
"Apa Miho dan Frankenstein tak mengatakan apapun padamu?" Louis menahan serangan Raizen.
Raizen terhenti. Ia tak melemparkan serangan atau apapun.
"Hei.. aku bertanya"
"Miho dan Frankenstein tidak mau menjawab pertanyaanku. Dan terus mengalihkan pembicaraan saat aku bertanya" jawab Raizen.
Louis tak bisa membiarkan sahabatnya bersedih. Ia pun melompat mendekati Raizen.
Puk
"Hei ayolah.. jangan bersedih seperti itu" hibur Louis.
"Ya.. kau benar"
"Hm.. bagaimana jika kita tanya ayahku? Dia kan sudah lama sekali hidup. Ibuku juga.. mungkin mereka kenal dengan orang tuamu" ajak Louis.
"Baiklah. Ayo.."
Louis dan Raizen pun pergi ke kediaman Mergas.
★★★★
Klaanng
Pintu besar terbuka didepan mereka.
"Ayaaahh" panggil Louis seraya memasuki rumah.
Raizen berjalan di belakang, mengikuti Louis.
Tak lama seorang Noble berambut merah muncul didepan Louis.
"Oh Louis, kau sudah pulang"
"Iya Bu, aku pulang"
Ibunya menarik Louis, dan meledeknya.
"Kau ini.. seperti ayahmu, pulang tapi langsung berteriak begitu saja" ucapnya seraya mencubit pipi putranya itu.
"Akh.. Ibu! Ada Raizen disini!"
"Huh..? Raizen. Kau kemari" Ia melepaskan Louis dan menyisakan rasa sakit di wajahnya.
"Iya Mrs. Mergas" jawab Raizen memberi hormat.
"Kau ini.. benar benar mirip Tuan Cadis Etrama Di Raizel ya"
"Anda tahu ayahku kan? Bisakah anda katakan.. dimana ayah dan ibuku" tanya Raizen begitu saja.
"Huh..? Ehm.."
Ia tak bisa mejawab pertanyaan Raizen.
"Ada apa ini, Rosaria?" Tiba tiba saja, ayahnya Louis datang dan memasuki ruangan.
"Ludis.." Rosaria berbalik dan melihat kedatangan suaminya disana.
"Ayah.. aku ingin ayah ceritakan tentang orang tua Raizen." Pinta Louis.
"Anda pasti tahu, Tuan Mergas"
Ludis dan Rosaria saling berpandangan.
"Mungkin tidak masalah jika kita mengatakannya"
"Rosaria..? Apa kau yakin?"
"Ya. Kita tidak bisa membiarkan Raizen tetap mempertanyakan hal itu"
Ludis terdiam mendengar keputusan Rosaria. Lalu ia pun mengangguk setuju.
Rosaria serta Ludis menceritakan semua yang terjadi pada Cadis Etrama Di Raizel.
Bagaimana ia bisa kehabisan masa hidupnya demi melindungi banyak orang. Bagaimana Freya juga harus kehilangan nyawanya.
Seperti sebuah hantaman untuk Raizen mendengar semua itu.
Ia tak menyangka, Miho dan Frankenstein menyimpan rahasia sebesar itu darinya.
Karena selama ini..
Yang ia tahu, bahwa orang tuanya tengah berada di suatu tempat. Dan itu... keabadian? Tidur abadi?!
Raizen bangun dari duduknya, saat Ludis sedang bercerita.
"Maaf Tuan dan Nyonya Mergas. Saya permisi" Raizen berbalik.
"Raizen" panggil Loius.
"Maaf Louis. Latihan sampai disini dulu." Ucap Raizen lalu pergi meninggalkan ruangan.
★★★★
"Haahh..." Miho merasa sangat mengantuk hari itu.
"Tidurlah jika kau mengantuk" ucap Frankenstein.
"Hm? Aku tidak mengantuk, hanya sedikit lelah saja"
Krieet
Pintu ruangan itu terbuka perlahan. Raizen sudah muncul disana.
"Hei lihat.. siapa yang pulang" Miho berjalan menghampiri Raizen.
"Bagaimana latihanmu? Apa kau bisa mengalahkan Louis kali ini?"
"Miho.. Frankenstein" panggil Raizen.
"Iya?"
"Apa Ayah dan Ibuku telah tidur abadi?"
"!!!"
"Apa mereka telah dibunuh, oleh para pengkhianat?!"
"Raizen.."
"Katakan padaku. Katakan yang sebenarnya!" Raizen menarik lengan Miho.
Miho terdiam. Ia tak berani menjawab pertanyaan Raizen. Karena itu bisa sangat menyakitkan.
"Katakan padaku.. Miho.. Katakan!"
"Raizen!"
"!!!" Raizen tersentak dengan panggilan Frankenstein yang keras.
"Cih.." ia melepas tangan Miho, lalu pergi ke kamarnya.
"Raaiii!" Panggil Miho, ia pun melirik Frankenstein.
"Sampai dia tidak mau makan malam ini, kau yang akan kusalahkan!" Ia lalu mengejar Raizen ke kamarnya.
Raizen mengurung diri di kamarnya. Miho mencoba untuk meminta Raizen untuk keluar kamar. Tapi Raizen tidak mau mendengarnya.
"Maafkan aku.. Raizen. Aku hanya tak ingin..kau bersedih setelah mendengar semua kenyataan ini.. aku hanya ingin melakukan yang terbaik, untukmu.."
"Aku memang tak bisa menggantikan posisi Freya darimu.. tapi aku terus mencoba.."
"Maaf aku tak bisa menjadi yang terbaik untukmu"
"Walaupun aku sudah berjanji pada ibumu.. untuk terus menjagamu"
"Tapi kumohon.. bukalah pintunya.."
Air matanya mulai mengalir, membasahi wajah. Ia tak bisa lagi membendung kesedihannya.
Krieet
Pintu pun terbuka..
"Raizen.."
Greep
Tiba tiba Raizen muncul dan memeluk Miho.
Raizen pun.. takbisa menahan kesedihannya. Ia berharap suatu hari dapat bertemu dengan orang tuanya, namun semua musnah..
"Sshh.. tenanglah.. aku ada disini.." Miho membelai rambut Raizen untuk menenangkannya.
☆☆☆☆
"Huaaaa..."
"Oh.. Raizen.. kakimu terluka lagi" Miho berlari dan mencoba mengobati luka Raizen.
"Huaaa Sakiiitt"
"Tahan sebentar saja ya.."
"Saakiiittt"
"Huh..uhm.." Miho tak tahu harus bagaimana.
Saat itu Raizen masih berumur 6 tahun. Ia sering sekali terluka.
"Kemarilah kemarilah"
Miho memeluk Raizen. Membelai rambutnya agar Raizen tenang.
"Tenanglah.. aku ada disini.."
☆☆☆☆
"Raizen"
Raizen melepaskan pelukkannya.
"Maaf aku berkata keras padamu" ucap Frankenstein.
"Terima Kasih, Frankenstein" ucap Raizen tiba tiba.
"Huh?"
"Karena sudah menjadi ayah untukku.."
"Dan Miho.. sudah seperti ibu untukku.."
Miho tersenyum.
"Sudah tugasku.. untuk selalu melakukannya"
Mereka pun terdiam, hingga akhirnya terdengar suara perut seseorang.
"Miho.. aku lapar"
"Iya.. ayo kita makan" Miho menarik tangan Raizen dan menuju ke dapur.
Bersambung
Lama updatenya?
Pendek banget?
Ga nyambung?
Iya. Karena lagi ngestack buat fanfic yang ini.
Oke thanks for vote, comment and follow!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro