Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

TG-PTR Ch. 08 : Kembali

Wanita itu melirik pada pria yang sedang menyupir setelah mendengar pertanyaan tersebut, lalu sedikit berbalik menatap Len Xiu yang terlihat lelah dengan napas sedikit tak teratur menahan sakit. "Nona, kita ke rumah sakit saja dulu ya?" bujuknya dengan nada pelan.

Len Xiu yang sudah mulai merasa begitu lelah juga tak kuat untuk mengangkat tangan perlahan menengok ke arah depan, di mana ada sepasang netra hitam yang tengah menatapnya penuh kekhawatiran. "Rumah sakit? Apa itu tempat pengobatan?" tanya Len Xiu pelan tanpa sadar.

"Hah?" Sebuah tanda tanya besar seketika muncul di dalam benak kedua orang tersebut. Raut kebingungan pun terlihat jelas di wajah pria tambun serta pelayan wanita. Meskipun begitu, pelayan wanita itu tetap menjawabnya dengan ramah, "Benar Nona, kita harus ke sana untuk menyembuhkan luka nona supaya tidak meninggalkan bekas."

Hening untuk beberapa saat, Len Xiu terlihat mengalihkan pandangannya ke luar jendela. "Menyembuhkan ... bekas, ya?" gumamnya. Aku tak tahu ada berapa banyak kultivator di dunia ini, musuh atau teman aku tak dapat membedakannya, bagaimana kebijakan serta segala sesuatunya tentang energi spiritual aku juga sama sekali tak mengetahuinya. Jika salah sedikit saja, mungkin kultivasiku yang berada ditingkat Surgawi bisa diketahui dengan mudah, batin Len Xiu.

Setelah memikirkan beberapa kemungkinan, Len Xiu akhirnya menjawab dengan pelan, "Terima kasih, tetapi aku lebih ingin segera beristirahat di rumah saja."

Dan jawaban dari Len Xiu membuat kedua orang dewasa itu saling pandang. "Baiklah jika itu keputusan nona, tapi kalau ada apa-apa segera hubungi saya. Nona mengerti, kan?" Wanita paruh baya itu terlihat serius menatap Len Xiu.

Teknik penyembuhan milikku memang berfungsi, tetapi kenapa berjalan lambat sekali? pikir Len Xiu dalam hati. "Aku mengerti ...," lirih Len Xiu. Ia benar-benar sudah tak kuat lagi. Sejak tadi ia sudah menahan rasa sakit hingga napasnya tak beraturan. Teknik penyembuhan yang sejak tadi ia gunakan di dalam mobil pun sama sekali tak memberikan perubahan besar. Meskipun Len Xiu sudah mengetahui hal tersebut, ia memilih untuk tinggal di rumah dibandingkan mencari masalah di tempat lain yang tak diketahui sama sekali.

Waktu terus berlalu dan tak terasa Len Xiu sudah berada di kamarnya. Matanya yang terpejam kini terbuka secara perlahan. "Apa aku ketiduran?" tanyanya seraya melihat ke arah sekitar. Sebuah ruangan yang tak terlalu besar, bahkan bisa dikatakan kecil dengan beberapa perabotan saja. Lampu utama yang dimatikan dan hanya menyisakan lampu tidur berukuran mini membuat ruangan tersebut sedikit diterangi cahaya.

"Sialan, tubuh ini betulan lemah, teknik penyembuhanku pun enggak berjalan dengan baik," racaunya seraya bangkit dari posisi tidur, "meskipun begitu, setidaknya tubuh ini enggak menolak kultivasi serta teknik penyembuhan yang kugunakan," lanjut Len Xiu. Ringisan kecil tercipta sesaat ia menggerakan tubuh tersebut, rasa sakit yang muncul di sekujur tubuhnya membuatnya tak tahan.

Ketika ia berhasil menyandarkan tubuhnya pada dinding yang ada di samping, Len Xiu menatap sebuah lukisan cukup besar pada dinding sebrangnya. Sebuah lukisan monochrome yang terlihat sangat kuno, sama seperti di era kehidupan Len Xiu sebelumnya.

"Lalu, aku harus bagaimana?" tanyanya seraya terus memperhatikan lukisan tersebut. Seorang pria berambut panjang yang terkuncir, tubuh tegap berbalut zirah dengan tangan menggenggam sebuah pedang yang disembunyikan di belakang tubuhnya, serta darah berwarna hitam yang terlihat mengalir dari ujung mata pedangnya hingga membasahi tangan pria tersebut membuat Len Xiu tak dapat mengalihkan pandangannya.

"Daya tarik yang begitu kuat. Aku tak mengenalmu, tapi kau seakan menarikku untuk terus melihat," gumam Len Xiu seraya memandanginya tanpa henti.

Lukisan yang menurutku sangat bagus, tapi bagaimana bisa Katsumi Mui menyukai seni yang seperti ini? Ah! Entahlah, lebih baik aku coba pulihkan tubuhuku saja, dan ... sepertinya nanti lukisan itu aku tutupi pakai kain. Auranya lama-lama makin aneh, batin Len Xiu.

Setelah berdebat dengan hatinya. Gadis itu-Jian Len Xiu-terlihat tengah bermeditasi dengan serius. Beberapa luka ringan seperti goresan sudah menghilang dari tubuhnya, menyisakan sedikit luka berat seperti patah tulang yang masih harus ia sembuhkan dengan segera. Meskipun 80% masalahnya teratasi, tetapi masih ada 20% yang belum terselesaikan dengan baik dan itu menandakan bahwa tubuh tersebut belumlah pulih secara total.

Energi spiritual yang terpancar berwarna keunguan itu terlihat mengitari Len Xiu, beberapa alirannya begitu teratur membentuk sebuah pola yang terus berjalan dengan beriringan. Napas yang semalaman terdengar memburu kini telah teratur dengan baik, dan tak terasa 8 jam sudah Len Xiu lalui untuk menggunakan teknik penyembuhan pada tubuhnya sendiri.

Netra cokelat tersebut terbuka seiring dengan energi spiritual yang perlahan terserap kembali ke dalam tubuh Len Xiu. "Buruk sekali ...," lirihnya. Ia langsung terbaring di atas futon [1] dengan perasaan lelah.

"Dunia ini sungguh tidak aman buatku, teknik penyembuhan yang paling bagus dan cepat di sekte Jian Meng saja bekerja lambat sekali di sini. Udah gitu ... matahari mulai muncul, tapi aku tak tahu apa yang harus kulakukan selanjutnya. Haah ...," embusan napas kasar terdengar setelahnya.

Tubuh setinggi 155 centimeter itu bangkit dari posisi tidur, berjalan perlahan dengan tangan yang merambat pada dinding kamar. Perutnya yang terasa lapar membuat Len Xiu tak dapat berdiam diri begitu saja. Ia berniat mencari sesuatu yang dapat di makan dari segala tempat di dalam rumah kecil Mui. Setidaknya ada roti atau ikan kering yang bisa ia kunyah untuk mengisi perut kosongnya, atau bahkan hanya air saja yang bisa melepas dahaga.

"Aku di tempat yang sejuk begini, tapi leher seperti di tengah padang pasir," dengkus Len Xiu seraya menatap sesuatu. Alisnya saling bertaut melihat sesuatu tersebut. Ini ... roti, 'kan? batin Len Xiu. Tangannya membolak-balikkan roti berukuran segi empat tersebut dengan penuh kebingungan.

"Kenapa sudah ditumbuhi jamur begini?" tanyanya, kemudian menaruh roti tersebut dan mencari lagi sesuatu yang lainnya. Kini ia beralih ke arah kulkas, sebuah benda yang baru pertama kali Len Xiu lihat.

Entah kenapa aku jadi seperti orang bodoh kalau di dunia ini. Semuanya baru pertama kali kulihat, batin Len Xiu seraya membuka kulkas dan melihat isi di dalamnya.

Lama waktu berselang, pada akhirnya ia menemukan sebuah sosis siap makan yang masih dalam kondisi bagus, dan memakannya saat itu juga karena perutnya sudah tak dapat diajak bekerja sama lagi. Sambil terduduk di atas kursi dekat jendela Len Xiu menatap ke arah luar. Memperhatikan bangunan besar yang menjulang tinggi di mana-mana.

"Di tempatku hanya ada tebing tinggi dan curam, di sini malah bangunan ya? Yaah ... walaupun mungkin di Ibu Kota Kekaisaran banyak bangunan tinggi seperti di sini dengan gaya khas tradisional yang kental, tapi tetap saja berbeda," gumam Len Xiu seraya mengangkat cangkir yang ada dihadapannya, kemudian meneguk air tersebut hingga tandas.

Setelah mengisi energi spiritual, perut dan juga memperhatikan keadaan di luar sana Len Xiu kembali terdiam hingga sepintas ingatan tentang sekolah Mui membuat Len Xiu tertarik. "Benar juga, Mui ini kan masih mengenyam pendidikan. Sepertinya seru juga kalau aku pergi bersekolah seperti dirinya yang biasa? Sungguh ide yang bagus, Jian Len Xiu," putus Len Xiu yang langsung bergegas mempersiapkan diri sebelum matahari semakin meninggi.

Di sisi lain, suasana ramai tergambar jelas di kawasan Hiraishe Kotogakko, sekolah menengah atas di mana Katsumi Mui mengenyam pendidikan. Para murid terlihat baru saja datang dengan berjalan memasuki kawasan gedung utama. Pagi yang cerah membuat mereka begitu bersemangat mengawali hari.

"Sepertinya Katsumi Mui hari ini enggak datang ya?" bisik murid perempuan tepat di luar pintu kelas 2C.

"Ssst ... ada geng Queen,mending kita bahas yang lain sajalah," balas temannya seraya memberikan isyarat menggunakan dagu. Setelahnya gadis tersebut memilih untuk berbalik ke arah kanan. Melihat pemandangan yang tersaji di luar sana.

Brak!

.

.

Bersambung.

Glosarium :

[1] Futon (布団) adalah jenis perangkat tidur tradisional Jepang. Perangkat tidur serupa juga dikenal di Korea. Futon digelar di atas tatami, di atas tempat tidur, atau kasur. Satu set futon terdiri dari shikibuton sebagai alas tidur dan kakebuton yang lebih lunak sebagai selimut.

[2] Oneesan (Bahasa Jepang) : Kakak Perempuan.

.

Naskah :
Jakarta, 23 April 2019
Jakarta, 25-28 Juli 2020

Revisi:

Jakarta, 20 September 2021

Jakarta, 16-18 November 2021

Publish :
Jakarta, 13 Agustus 2020.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro