Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

TG-PTR Ch. 02 : Kultivasi Iblis

"Sapaku tak terjawab dengan baik rupanya. Apakah kau masih mengingatku, Kaisar Xen?" Len Xiu menatap pria paruh baya itu seraya menghempaskan energi spiritual yang menghujam langsung ke bawah.

Pria yang dipanggil Kaisar Xen oleh Len Xiu hanya berdiri diam dalam ketenangan. Energi spiritual yang dihempaskan ke arahnya menabrak kuat dinding pelindung yang dibuat tepat di depan wajahnya hingga tercipta angin yang berembus kuat.

Dalam teknik penglihatan Dewa yang Len Xiu miliki, ia dapat dengan jelas melihat apa yang terjadi setelahnya di dalam kepulan debu dan asap di bawah sana. Matanya tak lepas dari Kaisar Xen yang semula bersikap tenang kini tengah terhempas kencang ke belakang hingga menabrak dinding batu.

"Apa kau ingat pembantaian 17 tahun lalu di desa Mata Air Surga?" tanya Len Xiu memancing percakapan yang amat sensitif itu. Sedangkan Kaisar Xen yang sedang mencoba untuk bangkit terlihat berpikir sejenak.

Kau pasti tidak akan lupa dengan pembantaian itu. Karena danau Mata Air Surga adalah salah satu tempat dengan sumber energi spiritual yang tinggi untuk mempercepat kenaikan kultivasi, dan hanya dengan alasan kau ingin memiliki seluruh danau tersebut, tanpa perasaan belas kasih membantai keji seluruh warga desa beserta kedua orang tuaku! batin Len Xiu.

"Tentu saja Zhen* sangat mengingatnya, bagaimana tidak ... itu merupakan pertarungan yang sungguh mengesankan." Pria itu bertepuk tangan dengan santainya seraya tertawa.

Hal itu sukses membuat Len Xiu memicingkan mata. "Mengesankan, kau bilang?" Tatapannya berubah tajam, ia merasa tak terima atas ucapan Kaisar Xen barusan. Tangannya terkepal kuat menahan emosi yang mulai menjalar. Si tua bangka ini benar-benar menyebalkan, rutuk Len Xiu dalam hati.

"Ya, tak ada yang dapat menandingi mereka. Desa Mata Air Surga itu memberikan pertunjukkan terbaik dengan pertarungan tiada henti yang memakan waktu satu minggu. Bukankah itu menakjubkan? Pertarungan hidup dan mati untuk mempertahankan sebuah desa dengan sumber daya yang melimpah."

Setitik cairan bening mengalir begitu saja dari mata Len Xiu. Rasa sedihnya terasa nyata dan air mata itu adalah sebuah reaksi cepatnya ketika membayangkan bagaimana ketika kedua orang tua dan warga desanya bersusah payah membela tanah kelahiran mereka. Namun, akhirnya mengantarkan pada kematian hanya karena alasan egois dari orang biadap seperti Kaisar Xen.

Tatapan Len Xiu seketika berubah tajam. "Kau tak mengira bahwa salah satu dari ratusan orang di sana ada yang selamat, 'kan?" Sebuah senyum sinis tercetak jelas di bibirnya.

Asal kau tahu saja, aku tumbuh besar tanpa kasih sayang kedua orang tuaku, kedamaian dan kenyamanan hidup bersama, serta kehangatan yang aku idam-idamkan dari seorang ibu dan ayah tak dapat kurasakan hingga saat ini, batin Len Xiu. Kepalanya mendongak menatap awan hitam yang berputar di langit.

Walaupun ketua Sekte Jian Meng yang memungut dan merawatku setelah kejadian 16 tahun lalu, aku hanya merasakan kasih sayang dari seorang kakek yang tetap saja adalah orang asing bagiku. Menyedihkan, pikirnya lagi.

Len Xiu memejamkan matanya untuk sesaat, kemudian membukanya kembali, menatap lurus pada Kaisar Xen di bawah sana. Ingatan demi ingatan tak menyenangkan masa kecilnya pun selalu menghantui seakan tak mau lepas. Meskipun aku tumbuh dalam lingkup yang penuh akan kasih sayang dari orang-orang di dalam Sekte, nyatanya itu hanyalah sebuah kedok ..., batinnya.

Tanpa sadar, emosinya memuncak. Rasa panas terbakar pun mulai terasa kentara di seluruh permukaan kulit. Sekilas Len Xiu melihat ke arah pedang yang berada di bawah kakinya. Pedang yang semula terselimuti energi spiritual berwarna ungu terang kini berubah menjadi ungu pekat. Secepat kilat pedang tersebut melayang ke atas dan dengan sigap Len Xiu mengambilnya.

Sekali tebasan, Len Xiu mengarahkannya pada Kaisar Xen. Tekanan yang begitu kuat langsung tertuju pada pria yang merupakan penguasa Kekaisaran tersebut. Ledakan besar tercipta, kepulan asap dan percikan api berwarna merah tak dapat dihindari lagi.

Gadis itu dapat melihatnya dengan jelas bahwa Kaisar Xen terpukul mundur cukup jauh untuk menahan serangan tersebut. Bahkan pelindung yang dibuatnya pun hancur. Dalam diam, gadis berkuncir kuda itu masih memperhatikan gerak-gerik musuh. Akan tetapi, dalam sekejap mata Kaisar Xen hilang dari pandangannya.

Sialan! batin Len Xiu. Dalam sekejap mata itu juga Kaisar Xen muncul seraya mengayunkan pedangnya tepat di depan wajah gadis tersebut.

"Perhatikan langkahmu." Suara berat yang terdengar begitu dekat membuat Len Xiu merespon cepat. Ia mengangkat tangannya menahan pedang yang datang.

Serangan itu berhasil membuat Len Xiu sedikit mundur, tetapi tak membuatnya kesulitan. Sepasang netra gadis itu menatap tajam pada musuh di hadapannya. Tanpa menunggu lama ia membuat serangan balasan. Dengan begitu gagahnya Len Xiu menunjuk langit yang dihiasi petir mengerikan.

"Perhatikan baik-baik." Len Xiu menunjuk Kaisar Xen, tepat saat itu juga sambaran petir langsung mengarah ke sana. Mengenai pria tersebut hingga tersungkur di lantai batu.

"Kau pikir aku sama denganmu? Tidak kah kau merasakan seberapa jauh perbedaan di antara kita?" tanya Len Xiu sedikit memiringkan kepala untuk melihat wajah lawannya dengan jelas.

"Ka—kau!" geram Kaisar Xen. Tubuhnya terlihat lemas, seakan tulangnya remuk. Rasa sakit menjalar ke seluruh tubuh pria tersebut.

"Aku tak menyembunyikan kekuatanku sama sekali. Kau sendirilah yang membuatnya supaya tak merasakan kekuatan milik lawanmu. Bukankah kinerja Kultivasi Iblis milikmu seperti itu?" Len Xiu melihat lengan kirinya yang tadi digunakan untuk menahan pedang kaisar Xen. Kemudian beralih pada jari-jari tangan kanannya. Setidaknya aku mengontrol kekuatanku dengan lebih baik, batin Len Xiu.

"Apakah kau pikir kekuatanku juga hanya sebatas itu saja?" Sebuah senyum miring yang amat menyebalkan pun tersungging di bibir Kaisar Xen.

Netra hitam milik Len Xiu terus tertuju pada Kaisar Xen. Namun, tiba-tiba saja sebuah angin besar berwarna hitam muncul mengelilingi pria paruh baya di bawah sana, berputar perlahan dan semakin tinggi. Menghisap seluruh bebatuan, pasir serta segalanya yang ada di dalam gunung tersebut. Apa lagi yang ingin dilakukannya, pikir Len Xiu.

"Kau tak akan bisa mengalahkan seorang Kultivator Iblis dengan mudah!" Suaranya yang terdengar kencang dan diakhiri sebuah tawa menyebalkan langsung membuat Len Xiu menggelengkan kepala.

Setelah puas tertawa Kaisar Xen mulai bergerak kembali, sedangkan Len Xiu terus memperhatikannya dengan malas. Waktu terus bergulir, Len Xiu yang secara terus menerus hanya menghindar dari serangan Kaisar Xen pun mulai merasa bosan.

"Haah ... aku tak peduli dengan apapun yang kau ucapkan. Yang kuinginkan hanyalah kepalamu," ucap Len Xiu seakan tak berminat dengan permainan yang dilakukan Kaisar Xen. Tangannya mengayunkan pedang Jian Meng ke arah Kaisar Xen yang berada di dalam pusaran angin berwarna hitam.

Energi spiritual berwarna ungu pekat miliknya memecah seluruh angin tersebut, buyar dalam hitungan detik. Kaisar Xen pun kembali terpental hingga membentur dinding batu. Tubuh berbalut hanfu* mewah berwarna emas serta beberapa bagian berwarna merah itu terbenam di dinding batu, hingga akhirnya terjatuh begitu saja.

"Teknik melahap pedang."

Tidak selesai sampai di sana, suara pria tersebut bergema memecah keheningan. Len Xiu yang melihat sebuah celah hanya memandangnya, kemudian menghindar dengan santai ketika sebuah serangan kuat tiba-tiba dari Kaisar Xen menembak lurus tepat melewati sisi kanan wajah Len Xiu.

Aku sudah muak, lebih baik selesaikan secepatnya, pikir Len Xiu.

.

.

Bersambung

Glosarium:

* Zhen: Saya/aku, salah satu cara Kaisar menyebut dirinya di depan orang lain.

* Hanfu: (Tionghoa sederhana: 汉服; Tionghoa Tradisional: 漢服; "Pakaian Han"), juga disebut sebagai Hanzhuang (漢裝) ataupun Huafu (華服), adalah busana tradisional bangsa Han Tionghoa yang berasal dari Tiongkok.

.

.

Naskah :

Jakarta, 07 Juli 2020
Jakarta, 31 Juli 2020

Publish :
Jakarta , 02 Agustus 2020

Republish:

Tangerang Selatan, 30 Juli 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro