Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

35 - SOS

Ini belum end astaga. Kalau end saya kasih tahu. Kemarin banyak yang salah paham.

Play: Passage of Eden by Ivan Torrent

***

Chapter Spin Off

***

Panik dengan apa yang baru saja didengar dari Dani, Bahri lantas mengubah dirinya menjadi unicorn kembali. Dia memantrai udara agar memadat di bawah tapak kakinya. Sebelumnya Bahri sudah memberi komando pada rekan Sinonimnya untuk bergegas. Nic meregangkan sayap elangnya, Dina sudah berdiri di tubir pulau siap terjun ke dalam laut, Adriel membentuk koloni di udara dengan cahaya kuning yang paling terang, Rosie membuat pelana mawar di punggung Bahri, sementara itu Aul juga meregangkan sayap auroranya, dan yang terakhir Dani bersiap menitah pulau karang untuk kembali tenggelam.

"Dalam aba-aba gue," ujar Bahri pada semua. Dia sadar, apa yang dia baca tentang kematian dirinya mungkin akan terjadi tak lama lagi. Mungkin saja. Namun dia bertekad akan merasa terhormat jika mati dalam keadaan memperjuangkan keseimbangan kosmos. Dan untuk Juno. Korban paradoks yang napasnya sedang tersita oleh asin, gelap, dan dinginnya lautan.

Rosie naik ke punggung unicorn itu. Mereka saling berpandangan satu sama lain. Dalam dada mereka genderang seperti bertalu-talu ditabuh. Ini bukan perang. Ini bukan momen perlawanan yang beberapa menit yang lalu mereka bicarakan. Tapi rasanya mendebarkan. Apakah Juno lebih berbahaya dari yang selama ini mereka kira? Apakah ini akhir?

Ribuan Adriel berbaris di udara membentuk lintasan ke arah di mana Juno terakhir terlihat melesat. Itu terlihat seperti deretan cahaya di udara yang panjang. Tujuannya agar mereka bisa memberi penerangan pada Sinonim terbang yang akan pergi.

Bahri mempertanyakan perilaku Adriel pada Dani.

"Mereka duluan yang lihat Juno melintas. Jadi mereka yang tahu persis arah perginya Juno," jawab Dani.

Bahri mengangguk, "Sekarang," perintahnya.

Nic dan Aul mengepakkan sayapnya untuk terbang lebih dulu. Lalu sebelum Dina meluncur ke dalam laut, dia mengeluarkan suara persis seperti paus ke arah lautan luas. Sebuah gelombang pesan kepada mahluk laut untuk mencari keberadaan Juno barangkali dia tenggelam. Tak lama kemudian apa saja yang mendengar gelombang pesan itu dari dalam laut, termasuk ikan-ikan kecil, berpencar.

Bahri mulai menghentakkan keempat kakinya di udara dengan Rosie yang memeluk erat lehernya. Pegangan. Lebih dari itu, pelukan Rosie juga bermakna lain. Sembilu. Tidak ingin apa yang baru mereka berdua mulai berakhir begitu cepat.

Dani yang bertugas untuk menenggelamkan pulau menyelesaikannya dengan baik. Pulau itu kembali ke dasar sebelum dia menyelam ke dalam air dengan lesatan biru yang begitu terang.

Malam itu, Selat Sunda bergejolak. Tubuh Juno yang terkandung di dalamnya menggetarkan setiap kubik air yang ada di sana. Ombak tak berani menggertak pesisir. Bahkan, malam itu setiap pantai yang terhubung dengan Selat Sunda seolah kehilangan riaknya. Pantai hening. Laut tidak berdebur.

Belum lama mereka berangkat. Semua yang melewati jalur udara terhenyak dengan apa yang terlihat dari atas sana. Di dalam laut terbayang bentangan dua sayap yang sangat lebar dan panjang. Bercahaya. Seolah itu adalah penanda atau kode darurat tentang keberadaan Juno dari malaikatnya.

"Serius?" tanya Nic keheranan saling tatap dengan Aul. Mereka mengambang di udara.

"Itu Juno?" Aul menoleh pada Bahri yang terkesiap melihat pemandangan itu.

"Mungkin, tapi kenapa itu sayapnya seolah selebar pesawat?" Rosie keheranan.

Namun mereka tak bisa lama tertegun. Karena begitu mereka mulai saling mempertanyakan, sayap raksasa di dalam air itu seketika meredup, sampai padam. Hingga menyusul lesatan biru dari Dani dan Dina yang saling berputar membentuk pusaran di sekitar bawah sana.

"Kita tunggu sampai Dani dan Dina menyelesaikan apa yang mereka bisa," ujar Bahri yang sebenarnya dia sedang dilanda cemas hebat.

"Tapi kalau kelamaan memangnya dia bisa bertahan?" tanya Aul lagi.

"Gue nggak tahu harus gimana kalau sampai dia mati," Rosie berkata.

Bahri lebih banyak diam karena cemasnya menyita aksara lebih banyak dalam dirinya.

"Dia pasti selamat," Bahri mengatakan apa yang ingin teman-temannya dengar.

"Lihat!" seru Nic. Dia melihat Dani muncul ke permukaan dengan sebuah tubuh yang dibopong kedua tangannya.

Semuanya menutup mulut karena terkesiap. Lalu Nic terbang merendah untuk menjemput sosok yang diangkat oleh Dani.

Sementara itu Dina mempersiapkan sebuah pulau karang kecil untuk pendaratan darurat selagi Dani mengurus tubuh itu.

Nic yang berhasil mengambil alih tubuh yang terkulai itu lantas terbang naik. Itu Juno. Pucat sekujur tubuh. Nic membawa Juno ke hadapan mereka yang melayang di udara. Nic gemetar.

"Dia nggak bernapas," ujar Nic lunglai.

Tak ada yang bicara lagi sampai akhirnya tubuh Juno digeletakkan di atas semak mawar buatan Rosie pada pulau karang.

Bahri bergegas menjelma jadi manusia kembali dan menghampiri Juno. Dia menepuk-nepuk pipi yang sudah sepucat tembok. Tak ada napas, tak ada nadi, tak ada detak jantung.

"Dia nggak mungkin meninggal, kan?" tanya Aul dengan suara parau. "Kita baru akan memulai semuanya."

"Jun," bisik Bahri putus asa. Air mata mengalir. "Hey," bisiknya lagi lebih pelan. Ketika dia melirik luka berdarah di telapak tangan Juno, seketika Bahri mendekatkan matanya pada telapak tangan itu. Air mata unicorn bekerja seampuh itu untuk menyembuhkan luka. Dan sayatan itu pun seolah terjahit kembali.

Mereka semua bungkam. Saling tatap tak mengerti. Juno nggak mungkin mati, pikir mereka. Karena jika itu terjadi, tatanan kosmos benar-benar akan menjadi kacau.

"Kecelakaan paradoks," kata Rosie lemas.

"Jun," Bahri sekali lagi memanggil dengan derai yang semakin deras.

***

Jun ... come on.

.

Guys please vote dan share cerita ini. Karena saya nggak mau disalahin kalau tiba-tiba temen kalian baru pada nemuin cerita ini ketika part-nya sudah dihapus sebagian.

😭
.
.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro